Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya, pada masa kanak-kanak, kepribadian seseorang sangat


egosentris dan egoistis. Egosentris, artinya apa yang dilakukan berorientasi
pada kepentingan diri sendiri sedangkan egoistis artinya menilai ukuran baik
dan buruk menurut dirinya sendiri. Selanjutnya pada akhir masa remaja,
kepribadian egosentris dan egoistis tersebut berangsur-angsur hilang dan
berubah membentuk kepribadian yang lebih dewasa dan matang.1

Bila diperhatikan, cara atau metode penyelesaian itu tampak sebagai


sesuatu yang terpola tertentu dan dapat ditengarai sebagai ciri atau tanda
untuk mengenal orang itu. Fenomena tersebut dikenal dengan karakter atau
kepribadian. Karakter adalah ciri kepribadian yang dibentuk oleh proses
perkembangan dan pengalaman hidup.2

Kepribadian umumnya digunakan sebagai label deskriptif global untuk


perilaku seseorang yang dapat diamati secara subjektif serta pengalaman
interna yang secara subjektif dapat ia laporkan. Individu yang utuh yang
digambarkan dengan cara ini menunjukkan aspek publik dan pribadi
kehidupannya.3

Kepribadian adalah totalitas dari ciri perilaku dan emosi yang merupakan
karakter atau ciri seseorang dalam kehidupan sehari-hari dalam kondisi biasa,
sifatnya stabil dan dapat diramalkan.2

Dalam beberapa kasus, kemungkinan seseorang tidak menyadari bahwa


mereka memiliki gangguan kepribadian, karena cara berpikir dan berperilaku
tampak alami bagi seseorang dan seseorang tersebut mungkin menyalahkan
orang lain atas keadaannya. 1

Gangguan Kepribadian Dependen


Dr. Mustafa Amin, Sp.KJ Page 1
Dalam DSM-IV TR Gangguan kepribadian didefinisikan sebagai
pengalaman dan perilaku subjektif yang berlangsung lama, menyimpang
standar budaya, universal yang kaku, memiliki onset pada masa remaja atau
dewasa awal, stabil sepanjang waktu, dan menimbulkan ketidakbahagiaan
serta hendaya.3

Gangguan kepribadian dapat juga diartikan sebagai ciri kepribadian yang


bersifat tidak fleksibel dan maladaptive yang menyebabkan disfungsi yang
bermakna atau penderitaan subjektif. Orang dengan gangguan kepribadian
menunjukkkan pola relasi dan persepsi terhadap lingkungan dan diri sendiri
yang bersifat berakar mendalam tidak fleksibel serta bersifat maladaptif.2

Kemunculan gangguan kepribadian berawal dari kemunculan stress, yang


dilanjutkan pada penekanan perasaan-perasaan dan berperilaku tertentu
seperti orang mengalami stress pada umumnya. Rendahnya fungsi interaksi
sosial di lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kerja, ikut memperburuk
kondisi dan suasana emosi dengan cara mendramatisir, menyimpan erat,
mengulang atau mengingat kembali suasana hati, dan antisosial. 1

Gangguan kepribadian dependen adalah suatu pola perilaku berupa


kebutuhan berlebih agar dirinya dipelihara, yang meyebabkan seorang
individu berperilaku submisif, bergantung kepada orang lain, dan ketakutan
akan perpisahan dengan orang tempat ia bergantung. Bersifat pervasif,
berawal sejak usia dewasa muda dan nyata dalam berbagai situasi.2

Secara epidemiologis, gangguan kepribadian dependen lebih sering


ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki. Sebuah penelitian
menyebutkan 2,5% gangguan kepribadian yang terjadi merupakan gangguan
kepribadian dependen. Gangguan ini lebih lazim ditemukan pada anak kecil
dibandingkan anak yang lebih tua.Orang dengan penyakit fisik kronis pada
masa kanak-kanak mungkin paling rentan terhadap gangguan ini.3

Gangguan kepribadian dependen ditandai dengan pasien yang tampak


sangat penurut, kooperatif, terbuka untuk pertanyaan spesifik, dan minta

Gangguan Kepribadian Dependen


Dr. Mustafa Amin, Sp.KJ Page 2
bimbingan. Perilakunya dependen, submisif, dan ia tidak bisa mengambil
keputusan tanpa nasehat dan jaminan berlebih dari orang lain. Ia menolak
kedudukan yang bersifat memimpin, dan lebih suka menurut.3

1.2. Tujuan

Paper ini ditulis sebagai salah satu persyaratan untuk mengikuti


kepanitraan klinik senior di Departemen Psikiatri. Paper ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan penulis dan pembaca mengenai gangguan
kepribadian Dependen, sehingga dapat lebih mengetahui tentang Defenisi,
etiologi, perjalanan penyakit serta cara mendiagnosisnya. Pemahaman yang
lebih baik tentang gangguan kepribadian Dependen ini diharapkan dapat
memudahkan dalam diagnosis sehingga jika diketahui lebih dini, pasien dapat
memiliki prognosis yang lebih baik, sehingga mencegah terjadi kesalahan
pengobatan dan mencegah gangguan ini terjadi berlarut-larut.

Gangguan Kepribadian Dependen


Dr. Mustafa Amin, Sp.KJ Page 3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 GANGGUAN KEPRIBADIAN


2.1.1 Defenisi
Kepribadian adalah totalitas dari ciri perilaku dan emosi yang
merupakan karakter atau ciri seseorang dalam kehidupan sehari-hari dalam
kondisi biasa, sifatnya stabil dan dapat diramalkan. 2
Gangguan kepribadian diartikan sebagai ciri kepribadian yang bersifat
tidak fleksibel dan maladaptif yang menyebabkan disfungsi yang
bermakna atau penderitaan subjektif. Orang dengan gangguan kepribadian
menunjukkkan pola relasi dan persepsi terhadap lingkungan dan diri
sendiri yang bersifat berakar mendalam tidak fleksibel serta bersifat
maladaptif.2

Gangguan kepribadian khas adalah suatu gangguan berat dalam


konstitusi karakteriologis dan kecenderungan perilaku dari seseorang,
biasanya meliputi beberapa bidang dari kepribadian, dan hampir selalu
berhubungan dengan kesulitan pribadi dan sosial. Beberapa dari kondisi
dan pola perilaku tersebut berkembang sejak dini dari masa pertumbuhan
dan perkembangan dirinya sebagai hasil interaksi faktor-faktor konstitusi
dan pengalaman hidup, sedangkan yang lainnya didapat pada masa
kehidupan selanjutnya.4

Orang yang mengalami kepribadian biasanya memiliki tingkah laku


yang kompleks dan berbeda-beda, berupa: 1. ketergantungan yang
berlebihan 2. ketakutan yang berlebihan 3. kesedihan yang mendalam 4.
tingkah laku yang eksploitatif 5. kemarahan yang tidak dapat dikontrol 6.
kalau masalah mereka tidak ditangani, kehidupan mereka akan dipenuhi
ketidakpuasan.1

Gangguan Kepribadian Dependen


Dr. Mustafa Amin, Sp.KJ Page 4
2.1.2 Faktor-Faktor

Perkembangan kepribadian merupakan hasil interaksi dari faktor


faktor:

A. Konstitusi (genetik, Temperamen)


B. Perkembangan
C. Pengalaman hidup (lingkunga keluarga dan lingkungan budaya).2
2.1.2 Etiologi

a) Faktor genetik

Hal ini dibuktikan melalui penelitian pada 15000 pasang anak kembar
bahwa faktor genetik berperan terhadap timbulnya gangguan
kepribadian. Pada kembar monozigotik persamaan dalam gangguan
kepribadian beberapa kali lebih besar dibandingkan dengan kembar
dizigotik. Hal itu juga ditemukan walaupun kembar monozigotik itu
dibesarkan secara terpisah sejak kecil. Persamaannya meliputi : ciri
kepribadian, tempramen, pilihan atau minat pekerjaan dan pengguanaan
waktu tenggang serta sikap sosial. 2

b) Faktor Biologi

- Hormon

Orang dengan ciri impulsif sering menunjukkan kadar testosterone, 17-


estradiol, dan estrone yang tinggi. Pada beberapa orang dengan gangguan
kepribadian ambang dan orang yang menderita depresi memiliki kadar
DST yang abnormal.2

- Monoamine Oksidase trombosit

Rendahnya kadar monoamine oksidase (MAO) trombosit dikaitkan


dengan aktivitas dan sosiabilitas. Penelitian menemukan bahwa
mahasiswa dengan kadar MAO yang rendah lebih banyak menggunakan
waktu untuk aktivitas sosial dibandingkan dengan mereka yang MAOnya

Gangguan Kepribadian Dependen


Dr. Mustafa Amin, Sp.KJ Page 5
tinggi. Kadar MAO trombosit yang rendah juga telah ditemukan pada
beberapa pasien skizotipal.3

- Smooth eye pursuit movements (Gerakan mata melirik halus)

Gerakan mata melirik halus bersifat cepat ditemukan pada orang


introvert, memiliki rasa rendah diri, serta sering menarik diri dalam
pergaulan, juga pada orang dengan gangguan skizotipal..3

- Neurotransmitter

Endorfin memiliki efek yang serupa dengan efek morfin eksogen, seperti
analgesia dan supresi perangsangan. Tingginya kadar endorphin endogen
mungkin terkait dengan sikap yang dingin. Studi pada ciri kepribadian
dan system dopaminergic serta serotoninergic menunjukkan adanya
fungsi mengaktifkan rangsangan untuk neurotransmitter ini. Kadar asam
5-hidrosiindolasetat (5-HIAA) yang merupakan suatu metabolit serotonin
rendah pada orang yang mencoba bunuh diri dan pada pasien yang
impulsif dan agresif. Peningkatan kadar serotonin akibat agen
serotonigergik seperti fluoxetine dapat menghasilkan perubahan dramatis
dalam beberapa ciri karakter kepribadian. Peningkatan dopamine, di
dalam sistem saraf pusat yang dihasilkan oleh psikostimulan tertentu
(seperti amfetamin) dapat menimbulkan euphoria.3

- Elektrofisiologi

Pada orang dengan gangguan kepribadian antisosial dan ambang sering


ada gelombang lambat dalam EEG.2

c) Faktor Psikososial

Freud menghipotesiskan bahwa beberapa ciri kepribadian berkaitan


dengan fiksasi pada salah satu fase perkembangan psikoseksual, misalnya
orang dengan karakter oral bersifat pasif dependen karena mereka
terfiksasi pada stadium oral. Orang dengan karakter anal bersifat keras

Gangguan Kepribadian Dependen


Dr. Mustafa Amin, Sp.KJ Page 6
kepala, kikir, sangat teliti, hal itu terjadi karena mengalami konflik
selama toilet training pada fase anal.2

Wilhelm Reich selanjutnya mengajukan istilah character armor


untuk menggambarkan gaya pertahanan khas seseorang untuk
melindungi diri mereka dari impuls internal dan dari ansietas
interpersonal di dalam hubungan yang bermakna. Jika pertahanan bekerja
dengan efektif, orang dengan gangguan kepribadian akan menguasai rasa
anxietas, depresi, marah, malu, bersalah, dan afek lainnya. Mereka sering
melihat prilaku sebagai egosintonik yaitu tidak menciptakan penderitaan
bagi mereka, meskipun mungkin memiliki efek merugikan bagi orang
lain.3

2.1.4 Kriteria Diagnostik

Dalam Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi


ketiga (PPDGJ III) Gangguan Kepribadian memiliki kode diagnostik F60
dengan pedoman diagnostic :

1. Kondisi yang tidak berkaitan langsung dengan kerusakan atau


penyakit otak berat atau gangguan jiwa lainnya.
2. Memenuhi kriteria berikut :
A. Disharmoni sikap dan perilaku yang cukup berat, biasanya
meliputi beberapa bidang fungsi, misalnya afek, kesiagaan,
pengendalian impuls, cara memandang dan berpikir, serta gaya
berhubungan dengan orang lain.
B. Pola perilaku abnormal berlangsung lama, berjangka panjang, dan
tidak terbatas pada episode gangguan jiwa.
C. Pola perilaku abnormalnya bersifat mendalam dan maladaptif
yang jelas terhadap berbagai keadaan pribadi dan sosial yang luas.
D. Manifestasi diatas selalu muncul pada masa kanak atau remaja
dan berlanjut sampai usia dewasa.
E. Gangguan ini menyebabkan penderitaan pribadi yang cukup
berarti, tetapi baru menjadi nyata setelah perjalanan yang lanjut.

Gangguan Kepribadian Dependen


Dr. Mustafa Amin, Sp.KJ Page 7
F. Gangguan ini biasanya tidak selalu sama, berkaitan secara
bermakna dengan masalah-masalah dalam pekerjaan dan kinerja
sosial.4

2.1.5 Klasifikasi

Pembagian Gangguan kepribadian berdasarkan kelompok dibagi menjadi


3 bagian yaitu:

1. Kelompok A
Banyak persamaannya, dan sering kali ditemukan dalam keluarga
yang menderita skizofrenia dibandingkan dengan penduduk rata-rata.
Yang termasuk kelompok ini adalah Gangguan kepribadian skizotipal,
gangguan kepribadian paranoid, dan gangguan kepribadian skizoid.
Gangguan kepribadian skizotipal oleh DSM IV dikategorikan ke dalam
kelompok ganguan kepribadian, sedangkan oleh PPDGJ III
dimasukkan ke dalam kelompok skizofrenia. Gangguan kepribadian
skizotipal secara bermakna banyak ditemukan dalam keluarganya
menderita skizofrenia, sedangkan hubungan kekeluargaan antara
gangguan kepribadian paranoid dan gangguan kepribadian skizoid
dengan keluarga yang menderita skizofrenia tidaklah demikian.
2. Kelompok B
Dalam kelompok ini termasuk gangguan kepribadian antisosial,
gangguan kepribadian ambang, gangguan kepribadian narsistik dan
gangguan kepribadian histrionik. Gangguan kepribadian yang
tergolong kelompok ini nampaknya ada latar belakang faktor genetik.
Gangguan kepribadian antisosial sering ada kaitannya dengan
gangguan penggunaan alkohol. Pada gangguan kepribadian ambang
seringkali juga ditemukan gangguan mood (alam perasaan), khususnya
depresi. Sedangkan pada penderita gangguan kepribadian histrionik
seringkali ada gangguan Somatisasi (Sindrom Briquet).
3. Kelompok C
Dalam kelompok kini termasuk kepribadian menghindar, gangguan
kepribadian obsesif kompulsif (Anankastik), gangguan kepribadian

Gangguan Kepribadian Dependen


Dr. Mustafa Amin, Sp.KJ Page 8
dependent. Kelompok ini juga nampaknya ada latar belakang faktor
genentik. Penderita gangguan kepribadian menghindar banyak yang
menunjukkan derajat kecemasan yang tinggi. Ciri-ciri obsesif
kompulsif banyak ditemukan pada saudara kembar monozigotik
dibandingkan kembar zigotik. Pasien dengan gangguan obsesif
kompulsif (Anankastik) sering menderita depresi masa laten REM
(Rapid eye movement) nya memendek, serta hasil DST
(dexamethasone-suppression test) yang abnormal.2
2.2 GANGGUAN KEPRIBADIAN DEPENDEN
2.2.1 Defenisi

Gangguan kepribadian dependen disebut juga gangguan kepribadian


tidak adekuat, pasif, ditandai dengan ketergantungan pada orang lian,
perilaku tunduk dan kurang akal. Individu-individu ini mengadopsi peran
pasif dan membiarkan keluarga dan orang lain mengambil keputusan pada
persoalan hidup yang penting. Mereka takut sendirian, merasa rendah diri
dan dapat menyebut dirinya sendiri bodoh.5

Orang dengan gangguan kepribadian dependen (bergantung)


menganggap kebutuhan mereka sendiri tidak sepenting kebutuhan orang
lain. Membuat orang lain bertanggung jawab terhadap hal penting di
dalam kehidupannya, tidak memiliki kepercayaan diri, dan mengalami
ketidaknyamanan yang hebat jika sendirian untuk periode lama. Gangguan
ini juga disebut kepribadian pasif-dependen. Freud menggambarkan
dimensi kepribadian oral-dependen yang ditandai dengan ketergantungan,
pesimisme, takut akan seksualitas, ragu pada diri sendiri, pasif, mudah
tersugesti, dan tidak memiliki kekerasan hati.3

2.2.2 Epidemiologi
Secara epidemiologis, gangguan kepribadian dependen lebih sering
ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki. Sebuah penelitian
menyebutkan 2,5% gangguan kepribadian yang terjadi merupakan
gangguan kepribadian dependen. Gangguan ini lebih lazim ditemukan

Gangguan Kepribadian Dependen


Dr. Mustafa Amin, Sp.KJ Page 9
pada anak kecil dibandingkan anak yang lebih tua.Orang dengan penyakit
fisik kronis pada masa kanak-kanak mungkin paling rentan terhadap
gangguan ini.3

2.2.3 Gambaran Klinis

Gangguan kepribadian dependen ditandai dengan pola ketergantungan


yang pervasif dan perilaku patuh. Orang dengan gangguan ini tidak dapat
membuat keputusan tanpa nasehat dan peyakinan yang berlebihan dari
orang lain. Mereka menghindari peletakan tanggup jawab dan menghindari
peletakan tanggung jawab dan menjadi cemas jika diminta untuk
menjalankan peletakan tanggung jawab dan menjadi cemas jika diminta
untuk menjalankan peran pemimpin. Mereka lebih memilih untuk patuh.
Mereka merasa sulit untuk berpegang teguh pada tugas untuk diri sendiri,
tetapi merasa mudah melakukan tugas ini untuk orang lain. Karena orang
dengan gangguan ini tidak suka sendirian. Mereka mencari orang lain
tempat mereka dapat bergantung. Kemudian hubungan mereka terganggu
karena kebutuhan mereka untuk melekat dengan orang lain. Di dalam folie
alfa deux (gangguan psikotik bersama), salah satu dari pasangan menderita
gangguan kepribadian bergantung, pasangan yang patuh menerima sistem
waham dari pasangan yang lebih agresif dan asertif yang menjadi
tempatnya bergantung.3

Pasien tampak sangat penurut, kooperatif, terbuka untuk pertanyaan


spesifik, dan minta bimbingan. Perilakunya dependent, dan subsimif, ia
tidak bisa mengambil keputusan tanpa nasehat dan menjamin berlebih dari
orang lain. Ia menolak kedudukan orang bersifat memimpin, dan lebih
suka menurut. 2

2.2.4 Diagnosis Banding

Ciri ketergantungan ditemukan pada banyak gangguan psikiatrik


sehingga diagnosis banding menjadi sulit. Ketergantungan adalah faktor
yang menonjol pada pasien dengan gangguan kepribadian histrionik dan

Gangguan Kepribadian Dependen


Dr. Mustafa Amin, Sp.KJ Page 10
ambang, tetapi pasien gangguan kepribadian bergantung biasanya
memiliki hubungan jangka panjang dengan satu orang, bukannya sejumlah
orang tempat mereka bergatung, dan lebih kecil kemungkinannya untuk
bersikap manipulatif dengan jelas. Pasien dengan gangguan kepribadian
schizoid dan skizotipal kemungkinan tidak dapat dibedakan dengan pasien
gangguan kepribadian menghindar. Perilaku bergantung dapat ditemukan
pada pasien dengan agorafobia, tetapi pasien ini cenderung memiliki
tingkat ansientas nyata yang tinggi atau bahkan panik.2

Di dalam wawancara, pasien tampak patuh. Mereka mencoba bekerja


sama, menyambut pertanyaan-pertanyaan spesifik, dan mencari
bimbingan. Kriteria diagnostik dapat dilihat pada DSM-IV-TR dan PPDGJ
III.

2.2.5 Diagnosis

Kriteria diagnostik untuk menegakkan gangguan ini dapat mengacu


pada kriteria berdasarkan PPDGJ III atau DSM IV.4

B. Kriteria diagnostic gangguan kepribadian dependen berdasarkan PPDGJ


III memiliki minimal tiga dari ciri-ciri berikut ini :

1) Mendorong atau membiarkan orang lain untuk mengambil sebagian


besar keputusan untuk dirinya.
2) Meletakkan kebutuhan sendiri lebih rendah dari orang lain kepada
siapa ia bergantung, dan kepatuhan yang tidak semestinya terhadap
keinginan mereka.
3) Keengganan untuk mengajukan permintaan yang layak kepada
orang dimana tempat ia bergantung.
4) Perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena
ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidak mampuan
mengurus diri sendiri.
5) Preokupasi dengan ketakutan akan ditinggalkan oleh orang yang
dekat dengannya, dan dibiarkan untuk mengurus dirinya sendiri.

Gangguan Kepribadian Dependen


Dr. Mustafa Amin, Sp.KJ Page 11
6) Terbatasnya kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari
tanpa mendapat nasehat yang berlebihan dan dukungan dari orang
lain.4

A. Kriteria diagnostik berdasarkan DSM-IV-TR yaitu:

Kebutuhan yang berlebihan dan pervasif untuk di urus yang


mengahasilkan perilaku lengket dan patuh serta/takut akan
perpisahan, dimulai pada dewasa awal dan muncul pada berbagai
konteks, seperti yang ditunjukkan dengan oleh lima atau lebih hal
berikut :

1) Memiliki kesulitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa


nasehat dan peyakinan yang berlebihan dari orang lain.
2) Membutuhkan orang lain untuk mengambil tanggung jawab pada
sebagian besar area utama didalam kehidupannya.
3) Memiliki kesulitan untuk mengungkapkan ketidaksetujuan dengan
orang lain karena takut kehilangan dukungan atau persetujuan.
4) Memiliki kesulitan untuk memulai suatu proyek atau melakukan
sesuatu atas keinginan sendiri (karena tidak percaya diri di dalam
penilaian atau kemampuan, bukannya tidak ada motivasi atau
energi)
5) Berlama-lama untuk mendapat pengasuhan dan dukungan dari
orang lain, sampai pada tingkat sukarela melakukan sesuatu yang
tidak menyenangkan.
6) Merasa tidak nyaman atau tidak berdaya jika sendirian karena rasa
takut yang berlebihan tidak mampu mengurus dirinya sendiri.
7) Segera mencari hubungan lain sebagai sumber perhatian dan
dukungan jika suatu hubungan berakhir.
8) Memiliki preokupasi yang tidak realistic akan rasa takut
ditinggalkan untuk mengurus dirinya sendiri.4

2.2.6 Perjalanan Gangguan dan Prognosis

Gangguan Kepribadian Dependen


Dr. Mustafa Amin, Sp.KJ Page 12
Hanya sedikit yang diketahui mengenai perjalanan gangguan
kepribadian dependen.Terdapat kecenderungan adanya hendaya fungsi
pekerjaan karena orang dengan gangguan ini tidak memiliki kemampuan
untuk bertindak mandiri dan tanpa pengawasan yang ketat. Hubungan
sosial terbatas pada , orang-orang tempat mereka bergantung dan dapat
menderita penganiayaan fisik serta mental karena mereka tidak dapat
menegaskan diri mereka sendiri Mereka memiliki resiko terkena gangguan
depresif berat jika mereka mengalami kehilangan orang tempat mereka
bergantung, tetapi prognosis untuk gangguan ini baik jika dengan terapi.3

2.2.7 Terapi

a. Psikoterapi

Terapi psikoterapi terapi berorientasi tilikan membantu pasien


menyadari hal-hal yang mendahului perilakunya, dan dengan
bimbingan terapis, ia makin menjadi madiri dan lebih percaya diri.1

Kesukaran terapi dapat timbul ketika terapis mendorong pasien


untuk mengubah dinamika hubungan patologis (contohnya, menyokong
istri yang dianiaya fisiknya untuk mencari pertolongan pada polisi).
Pada saat ini pasien dapat menjadi cemas dan tidak dapat bekerja sama
di dalam terapi, mereka dapat meraasa terkoyak antara patuh dengan
terapis dan kehilangan hubungan eksternal yang patologis. Terapi harus
menunjukkan penghargaan yang besar terhadap perasaan pelekat
pasien. Tanpa memandang betapa patologisnya perasaan tersebut.3

b. Farmakoterapi

Farmakoterapi digunakan untuk menangani gejala seperti ansietas


dan depresi yang merupakan gambaran yang lazim ditemukan dan
terkait dengan gangguan kepribadian dependen. Pasien yang mengalami
seranagn panik atau memiliki tingkat ansietas akan perpisahan yang
tinggi dapat dibantu dengan imipramine (Tofranil). Benzodiazepine

Gangguan Kepribadian Dependen


Dr. Mustafa Amin, Sp.KJ Page 13
dan agen serotonergic jugatelah berguna. Jika depresi pasien atau gejala
penarikan diri memberikan respons terhadap psikostimulan, obat
tersebut dapat digunakan.3

Benzodiazepin yang dianjurkan sebagai anti ansietas ialah :


klordiazepoksid, diazepam, oksazepam, klorazepat, lorazepam,
prazepam, alprazolam dan halozepam. Sedangkan klorazepam
dianjurkan untuk pengobatan panic disorder.6

Indikasi dan sediaan : derivat benzodiazepin digunakan untuk


menimbulkan sedasi, menghilangkan rasa cemas, dan keadaan
psikomatik yang ada hubungan dengan rasa cemas. Selain sebagai
ansietas, derivat benzodiazepin digunakan juga sebagai hipnotik,
antikonvulsi, pelemas otot dan induksi anestesi umum; Sebagai
antiansietas, klordiazepoksid dapat diberikan secara oral atau bila
sangat diperlukan, suntikan dapat diualang 2-4 jam dengan dosis 25-
100 mg sehari dalam 2 atau 4 pemberian. Dosis diazepam adalah 2-20
mg sehari : pemberian suntikan dapat diulang tiap 3-4 jam. Klorazepam
diberikan secara 30 mg sehari dalam dosis terbagi.Klordiazepoksid
tersedia sebagai tablet 5 dan 10 mg. Diazepam berbentuk tablet 2 dan 5
mg. Diazepam tersedia sebagai larutan untuk pemberian rektal pada
anak dengan kejang demam.6

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gangguan Kepribadian Dependen


Dr. Mustafa Amin, Sp.KJ Page 14
Gangguan Kepribadian Dependen merupakan suatu pola perilaku
berupa kebutuhan berlebih agar dirinya dipelihara, yang menyebabkan
seseorang individu berperilaku submisif, bergantung kepada orang lain,
dan ketakutan akan berpisah dengan orang tempat ia bergantung.
Gangguan kepribadian dependen ditandai dengan pola ketergantungan
yang pervasif dan perilaku patuh. Orang dengan gangguan ini tidak dapat
membuat keputusan tanpa nasehat dan peyakinan yang berlebihan dari
orang lain. Pasien dengan kepribadian dependen menghindari posisi
tanggung jawab dan menjadi cemas jika diminta untuk memegang peran
kepemimpinan. Mereka lebih senang tunduk. Jika mereka sendirian,
mereka merasa sukar untuk menekuni tugas tetapi merasa mudah
melakukan tugas tersebut untuk orang lain. Prognosis untuk gangguan ini
baik jika dengan terapi. Terapi yang dapat diberikan berupa psikoterapi
dan farmakoterapi. Psikoterapi dilakukan berorientasi tilikan disertai terapi
perilaku, latihan ketegasan, terapi keluarga, dan terapi kelompok. Secara
farmakoterapi dapat diberikan anti ansietas dan anti depresan.

Gangguan Kepribadian Dependen


Dr. Mustafa Amin, Sp.KJ Page 15

Anda mungkin juga menyukai