Bab 2 Fiisoterapi
Bab 2 Fiisoterapi
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Terapan
Gambar 2.1. Sistem respirasi pada manusia (kiri) dan Struktur Alveolus (kanan)
Sumber : http://koeshartatisaptorini.blogspot.co.id/2012/10/sistem-pernapasan-
manusia.html
Sistem respirasi dibedakan menjadi dua saluran yaitu, saluran nafas bagian atas dan
saluran nafas bagian bawah. Saluran nafas bagian atas terdiri dari: rongga hidung, faring
dan laring. Saluran nafas bagian bawah terdiri dari trakea, bronkus, bronkiolus, dan paru-
paru (Ade Fitri, dkk : 2010).
2. Saluran Nafas Bagian Atas
a. Hidung
Hidung merupakan organ penting yang seharusnya mendapat perhatian lebih dari
biasanya dan hidung merupakan salah satu organ pelindung tubuh terhadap
lingkungan yang tidak menguntungkan. Hidung terdiri atas hidung luar dan hidung
dalam. Hidung luar menonjol pada garis tengah diantara pipi dengan bibir atas,
struktur hidung luar dapat dibedakan atas tiga bagian yaitu: paling atas kubah tulang
yang tak dapat digerakkan, dibawahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit dapat
digerakkan dan yang paling bawah adalah lobolus hidung yang mudah digerakkan
(Ballenger,1994; Hilger, 1997; Mangunkusomo,2001; Levine,2005).
b. Faring
Faring merupakan organ berbentuk coorng sepanjang 15cm yang tersusun atas
jaringan fibromuscular yang berfungsi sebagai saluran pencernaan dan juga sebagai
saluran pernafasan. Faring terletak setinggi Bassis crania (bassis occipital dan bassis
sphenoid) sampai cartilage cricoids setinggi Vertebrae Cervical VI. Bagian terlebar
dari faring terletak setinggi os. Hyoideum dan bagian tersempitnya terletak pada
pharyngoesophageal junction. Faring sebagai organ pencernaan mengghubungkan
antara cavum oris dan oesophagus. Sedangkan sebagai organ pernafasan berfungsi
untuk menghubungkan antara cavum nasi dan laring (Diklat Anatomi, 2011).
c. Laring
Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atasdan terletak
setinggi vertebra cervicalis IV - VI, dimana pada anak-anak dan wanita letaknya
relatif lebih tinggi. Bentuk laring menyerupai limas segitiga terpancung dengan
bagian atas lebih terpancung dan bagian atas lebih besar dari bagian bawah. Batas
atas laring adalah aditus laring sedangkan batas kaudal kartilago krikoid (Hermani;
Abdurahman, 2003).
Gambar 2.4. Anatomi Laring
Sumber : http://koeshartatisaptorini.blogspot.co.id/2012/10/sistem-pernapasan-
manusia.html
B. Biomekanika
Bronkiektasis (BE)adalah penyakit saluran napas kronik ditandai dengan dilatasi
abnormal yang permanen disertai rusaknya dinding bronkus. Biasanya pada daerah tersebut
ditemukan perubahan yang bervariasi termasuk di dalamnya inflamasi transmural, edema
mukosa (BE silindris), ulserasi (BE kistik) dengan neovaskularisasi dan timbul obstruksi
berulang karena infeksi sehingga terjadi perubahan arsitektur dinding bronkus serta
fungsinya. Keadaan yang sering menginduksi BE adalah infeksi kegagalan drainase secret
obtruksi saluran nafas dan atau gangguan mekanisme pertahanan individu. Di seluruh dunia
angka kejadian BE tinggi, biasanya terjadi pada negara terbelakang atau berkembang. BE
kebanyakan terjadi pada penduduk usia pertengahan sampai lanjut, sedangkan akibat
penyakit kongenital terjadi pada usia muda. Tingkat sosial ekonomi yang rendah, nutrisi
buruk, perumahan yang tidak memadai dan sulit mendapatkan fasilitas kesehatan karena
alasan finansial atau jangkauan fasilitas kesehatan mempermudah timbulnya infeksi tersebut
(Ahmad Subagyo, 2013).
C. Deskripsi
1. Patologi
Dalam makalah Ahmad Subagyo tahun 2013, BE lebih sering ditemukan di paru
kiri daripada kanan, mungkin karena diameter bronkus utama kiri lebih kecil daripada
kanan. Kelainan lebih sering ditemukan di lobus bawah khususnya segmen basal. Lynne
Reyd membagi BE menjadi 3 bentuk berdasarkan pelebaran bronkus dan derajad
obstruksi, sebagai berikut: Bentuk silindrik (tubular)
Seringkali dihubungkan dengan kerusakan parenkim paru, terdapat penambahan
diameter bronkus yang bersifat regular, lumen distal bronkus tidak begitu melebar.
a. Bentuk varikosa (fusiform)
Pelebaran bronkus lebih lebar dari bentuk silindrik dan bersifat irregular.
Gambaran garis irregular dan distal bronkus yang mengembang adalah gambaran
khas pada bentuk varikosa.
2. Etiologi
Kelemahan dinding bronkus pada bronkiektasis dapat congenital ataupun didapat
(acquired) yang disebabkan karena adanya kerusakan jaringan. Bronkiektasis congenital
sering berkaitan dengan adanya dektrokardia dan sinusitis, jika ketiga keadaan ini
(bronkiektasis, dektrokardia, dan sinusitis) hadir bersamaan, keadaan ini disebut sebagai
sindrom Kartagener. Jika disertai puladengan dilatasi trakea dan bronkus utama maka
kelainan ini disebut trakeobronkomegali (Darmanto, 2009).
3. Patofisiologi
Berdasarkan defenisinya, bronkiektasis menggambarkan suatu keadaan dimana
terjadi dilatasi bronkus yang ireversibel (> 2 mm dalam diameter) yang merupakan
akibat dari destruksi komponen muskular dan elastis pada dinding bronkus. Rusaknya
kedua komponen tersebut adalah akibat dari suatu proses infeksi, dan juga oleh
pengaruh cytokine inflamasi, nitrit okside dan netrophilic protease yang dilepaskan oleh
system imun tubuh sebagai respon terhadap antigen (Hassan, 2006).
Bronkiektasis dapat terjadi pada kerusakan secara langsung dari dinding bronkus
atau secara tidak langsung dari intervensi pada pertahanan normal jalan
nafas. Pertahanan jalan nafas terdiri dari silia yang berukuran kecil pada jalan nafas.
Silia tersebut bergerak berulang-ulang, memindahkan cairan berupa mukus yang normal
melapisi jalan nafas. Partikel yang berbahaya dan bakteri yang terperangkap pada
lapisan mukus tersebut akan dipindahkan naik ke tenggorokan dan kemudian batukkan
keluar atau tertelan (Benditt, 2008).
Terlepas dari apakah kerusakan tersebut diakibatkan secara langsung atau tidak
langsung, daerah dinding bronkus mengalami kerusakan dan menjadi inflamasi yang
kronik. Bronkus yang mengalami inflamasi akan kehilangan keelastisannya, sehingga
bronkus akan menjadi lebar dan lembek serta membentuk kantung atau saccus yang
menyerupai balon yang kecil. Inflamasi juga meningkatkan sekresi mukus. Karena sel
yang bersilia mengalami kerusakan, sekret yang dihasilkan akan menumpuk dan
memenuhi jalan nafas dan menjadi tempat berkembangnya bakteri. Yang pada akhirnya
bakteri-bakteri tersebut akan merusak dinding bronkus, sehingga menjadi lingkaran
setan antara infeksi dan kerusakan jalan nafas (Benditt, 2008)..
5. Dokter atau terapis akan melakukan pengaturan dosis waktu dan posisi
alat infrared.
7. Bila terasa nyeri atau panas berlebihan saat terapi berlangsung segera
bilang kepada terapis atau dokter yang menerapi.
8. Selesai terapi akan ditandai oleh bunyi timer dari alat infrared. Jangan
langsung berdiri atau duduk, tetap berbaring beberapa saat untuk
mengembalikan aliran darah ke normal.
b. Chest Fisioterapi
Postural Drainage Postural drianage merupakan cara klasik untuk
mengeluarkan sekret dari paru dengan mempergunakan gaya berat dan sekret
itu sendiri. Dengan gaya berat yang ada maka sputum yang berada dalam
bronkus akan mengalir untuk dikeluarkan. Postural drainase dapat dilakukan
untuk mencegah terkumpulnya secret dalam saluran nafas tetapi juga
mempercepat pengeluaran secret sehingga tidak terjadi atelektasis (Lubis,
2005).
c. Massage
Massage dengan teknik perkusi dan vibrasi merupakan energi gelombang
mekanik yang diterapkan pada dinding dada dan diteruskan kedalam paru.
Dengan gelombang energi mekanik tersebut sekret akan bergetar dan turun
sehingga pembersihan sputum akan bertambah (Sutadinata, 1981).
Daftar Pustaka
Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Ballenger JJ. 1994. Aplikasi Klinis Anatomi dan Fisiologi Hidung dan Sinus Paranasal. Dalam :
Penyakit Telinga Hidung Telinga Tenggorok Kepala dan leher. Edisi ke-13.Jakarta :
Binarupa Aksara, hal :1-25.
Benditt, JO. Lung and Airway Disorder: Bronchiectasis. www.merck.com last update Januari
2008.
Heilger PA, 1997.Hidung : Anatomi dan Fisiologi TerapanDalam : Boies Buku Ajar Penyakit
THT. Edisi ke-6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal : 173- 189.
Makalah oleh Ade Fitri, dkk tahun 2010 dalam PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
PADA BRONKIEKTASIS DISERTAI DENGAN COR PULMONALE DAN
CORONARY ARTERY DISEASE diterbitkan oleh UI diunduh pada Jumat, 10
Pebruari 2017 pukul 21.00 WIB
Soemantri, Irman. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan. Jakarta :
Salemba Medika