Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 tahun
2006 tanggal 5 Juli 2006, Pemerintah Republik Indonesia telah
mencanangkan program percepatan pembangunan pembangkit tenaga
listrik yang menggunakan batubara. Program ini dicetuskan dalam
rangka mengantisipasi kebutuhan energi listrik yang terus meningkat
dari tahun ke tahun, melakukan penghematan Bahan Bakar Minyak
(BBM) serta menurunkan beban subsidi listrik yang dikeluarkan oleh
pemerintah.
PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan IX sebagai salah satu
pelaksana program tersebut, membangun Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) Tanjung Selor (2x7 MW) di wilayah Kabupaten Bulungan
Provinsi Kalimantan Utara. Kebutuhan listrik di Kabupaten Bulungan
saat ini masih dipasok oleh satu pembangkit yaitu Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel (PLTD) Sungai Buaya yang berkapasitas 6,0 MW,
dengan daya tersalur sebesar 5,6 MW (beban puncak) atau sudah
mencapai 93,33%. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten
Bulungan Tahun 2013, rata-rata kenaikan pelanggan listrik baru tiap
tahunnya berkisar antara 15% - 20%. Kondisi ini tidak sebanding
dengan daya pembangkit yang ada. Sehingga seringkali terjadi
pemadaman bergilir. Pemadaman terjadi pada saat terdapat mesin rusak
atau keterlambatan pengiriman solar (bahan bakar mesin pembangkit).
Oleh karena itu pembangunan PLTU Tanjung Selor (2x7 MW) sangat
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di kawasan
Kabupaten Bulungan.
Pembangunan PLTU ini memiliki dampak negatif dan positif
terhadap lingkungan baik bagi manusia, hewan, tumbuhan dan lainnya,
maka dari itu dalam makalah ini akan dibahas dampak dan upaya
penanggulangan dampak yang diakibatkan oleh pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

1.2 Rumusan Masalah


1) Dampak apa saja yang dapat terjadi akibat pembangunan PLTU ?
2) Bagaimana cara menanggulangi dampak yang ditimbulkan akibat
pembangunan PLTU ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini, yaitu :
1) Untuk mengetahui potensi dampak negatif apa yang akan terjadi
akibat pembangunan PLTU
2) Untuk mengetahui upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk
mengendalikan/ menanggulangi dampak negatif yang diakibatkan
oleh pembangunan PLTU

1.4 Lokasi Kegiatan


Lokasi kegiatan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) Tanjung Selor (2x7 MW) berada di Desa Gunung Seriang,
Kecamatan Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan
Utara. Secara geografis, lokasi kegiatan berada pada koordinat
24852,17 BT dan 117221,83LU. Batas-batas geografis lokal tapak
kegiatan adalah :
Sebelah Utara : Sungai Terusan
Sebelah Selatan : Jalan Provinsi Trans Kalimantan Timur ruas Tanjung
Selor - Malinau
Sebelah Timur : Lahan Milik Perseorangan
Sebelah Barat : Lahan Milik Perseorangan dan Jalan Raya
Lokasi kegiatan pembangunan PLTU Tanjung Selor (2x7 MW) dapat
dilihat pada Gambar 1.1.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengetian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)


PLTU adalah singkatan dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap. Pembangkit ini
memiliki alat pembakaran yang dinamakan dengan Boiler sehingga dihasilkan
Uap panas kering (steam) yang digunakan untuk memutar sudu sudu turbin
yang berputar akan memutar poros turbin yang terhubung langsung dengan
poros generator, sehingga akan menghasilkan energi listrik. Dimana generator
berfungsi untuk mengubah energi mekanik (poros Turbin yang berputar)
menjadi energi listrik yang nantinya akan disalurkan ke Gardu induk melalui
transformator. PLTU pada umumnya menggunakan bahan bakar minyak dan
Batubara.

2.2 Skema Proses Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)


PLTU menggunakan fluida kerja air uap yang bersirkulasi secara
tertutup. Siklus tertutup artinya menggunakan fluida yang sama secara
berulang-ulang. Urutan sirkulasinya secara singkat adalah sebagai
berikut :

1. Pertama air diisikan ke boiler hingga mengisi penuh seluruh luas


permukaan pemindah panas. Didalam boiler air ini dipanaskan
dengan gas panas hasil pembakaran bahan bakar dengan udara
sehingga berubah menjadi uap.
2. Kedua, uap hasil produksi boiler dengan tekanan dan temperatur
tertentu diarahkan untuk memutar turbin sehingga menghasilkan
daya mekanik berupa putaran.
3. Ketiga, generator yang dikopel langsung dengan turbin berputar
menghasilkan energi listrik sebagai hasil dari perputaran medan
magnet dalam kumparan.
Uap bekas keluar turbin masuk ke kondensor untuk didinginkan
dengan air pendingin agar berubah kembali menjadi air. Air kondensat
hasil kondensasi uap kemudian digunakan lagi sebagai air pengisi
boiler. Demikian siklus ini berlangsung terus menerus dan berulang-
ulang. Putaran turbin digunakan untuk memutar generator yang dikopel
langsung dengan turbin sehingga ketika turbin berputar dihasilkan
energi listrik dari terminal output generator. Sekalipun siklus fluida
kerjanya merupakan siklus tertutup, namun jumlah air dalam siklus
akan mengalami pengurangan. Pengurangan air ini disebabkan oleh
kebocoran kebocoran baik yang disengaja maupun yang tidak
disengaja. Untuk mengganti air yang hilang, maka perlu adanya
penambahan air kedalam siklus. Kriteria air penambah (make up water)
ini harus sama dengan air yang ada dalam siklus.

Gambar 2.1 Prinsip Kerja PLTU

1. Air dari laut dipompa kemudian dialirkan melalui pipa dan masuk
ke proses desalinasi. Dalam proses ini air laut yang mengandung
garam-garam maka akan dipisahkan garamnya, sehingga air yang
sudah didesalinasi tidak mengandung garam-garam.
2. Setelah air tidak mengandung garam maka air akan dipompa
menuju tanki make up water tank. Setelah dari Make Up water tank
kemudian air dipompa menuju Demin Water Tank.
3. Dari demin water tank maka air akan dipompa kemudian melewati
kondensor, di dalam kondensor air yang berasal dari water demin
tank kemudian akan bercampur dengan air yang berasal dari uap air
sisa turbin.
4. Setelah air keluar dari kondensor kemudian air dipompa menuju LP
Heater. LP Heater adalah Low Pressure Heater,fungsinya untuk
memanaskan air supaya suhunya layak untuk dip roses di Daerator.
Agar proses pelepasan ini berlangsung sempurna, suhu air harus
memenuhi suhu yang disyaratkan. Oleh karena itulah selama
perjalanan menuju Dearator, air mengalamai beberapa proses
pemanasan oleh peralatan yang disebut LP (Low Pressure Heater).
Daerator biasanya terletak di lantai atas PLTU,tapi bukan lantai
yang paling atas.
5. Dari dearator, air turun kembali ke Ground Floor. Sesampainya di
Ground Floor, air langsung dipompakan oleh Boiler Feed Pump /
BFP (Pompa air pengisi) menuju Boiler atau tempat memasak
air. Bisa dibayangkan Boiler ini seperti panci, tetapi panci
berukuran raksasa. Air yang dipompakan ini adalah air yang
bertekanan tinggi, karena itu syarat agar uap yang dihasilkan juga
bertekanan tinggi. Karena itulah konstruksi PLTU membuat
dearator berada di lantai atas dan BFP berada di lantai dasar.
Karena dengan meluncurnya air dari ketinggian membuat air
menjadi bertekanan tinggi.
6. Sebelum masuk boiler air mengalami beberapa proses pemanasan
di HP (High Pressure) Heater. Setelah itu barulah air masuk boiler
untuk dilakukan pemanasan lebih lanjut.
7. Setelah air masuk ke dalam Boiler maka air akan dipanaskan
sampai terbentuk uap. Untuk menguapkan air tersebut maka
dibutuhkan Boiler,boiler tersebut untuk menghasilkan api
menggunakan bahan bakar,bahan bakar tersebut bisa berupa batu
bara / minyak & gas. Untuk membantu proses pemanasan
digunakan juga FDF ( Force Draft Fan),FDF akan menghisap udara
luar, udara tersebut kemudian dipanaskan dan udara tersebut akan
disemprotkan di sekitar boiler,sehigga pemanasan akan lebih
optimum. Dari pemanasan tersebut akan terdapat sisa-sisa
pembakaran yang berua gas,gas sisa tersebut akan dibuang melalui
cerobong asap.
8. Setelah terbentuk uap,maka uap tersebut masih berupa uap
jenuh,uap tersebut tidak akan kuat untuk menghasilkan turbin.
Sebelumnya uap tersebut akan disimpan di dalam steam drum yang
berfungsi sebagai penampungan uap air sebelum menuju super
heater.Supaya uap tersebut bisa menggerakan turbin sehinngga uap
akan dialirakan menuju Super Heater. Dalam Super heater uap
tersebut akan dihilangkan kadar airnya,sehingga uap tersebut
benar-benar kering. Di dalam boiler juga terdapat
economizer,economizer berfungsi untuk menyerap gas hasil
pemanasan super heater yang akan digunakan untuk memanaskan
air pengisi sebelum masuk ke main drum.
9. Setelah itu uap dari Super heater akan mengalir menuju HP Turbin
dan kemudian menggerakan turbin tersebut,setelah itu sisa uap
akan kembali menuju reheater dalam boiler untuk kembali
dipanaskan supaya uapnya kuat untuk menggerakkan LP Turbin.
10. Setelah uap dari reheater maka uap akan menuju LP Heater dan
menggeerakan turbin tersebut,karena poros-poros HP Turbin & LP
Turbin terhubung ke Generator maka jika kedua turbin ikut
berputar maka generator juga ikut berputar. Putaran generator
inilah yang akan menghasilkan perbedaan potensial listrik yang
kemudian menghasilkan listrik. Kemudian listrik akan ditampung
dan kemudian akan disalurkan.
11. Dari LP Turbin masih terdapat sedikit sisa uap, dari sisa tersebut
maka uap air akan dikondensasi oleh kondensor, sehingga akan
menjadi cair kembali dan akan digunakan kembali dan ada yang
dibuang kembali ke laut.

2.3 Deskripsi Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjung


Selor

Kegiatan PLTU Tanjung Selor (2x7 MW) adalah kegiatan


pembangunan instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap dengan
bahan bakar batubara. Instalasi ini terdiri atas 2 unit paket sistem
pembangkitan yang didalamnya terdapat boiler dan turbin. Masing-
masing unit paket sistem pembangkitan menghasilkan daya
berkapasitas 7 MW, sehingga 2 unit paket tersebut menghasilkan daya
total 14 MW. Skema prinsip kerja PLTU batubara dan penjelasannya
ditunjukkan pada Gambar 2.1

Gambar 2.2 Skema Prinsip Kerja PLTU Batubara

Penjelasan Proses :
Batubara dari luar dialirkan ke penampung batubara dengan
conveyor (14) kemudian dihancurkan dengan the pulverized fuel
mill (16) sehingga menjadi batubara halus dengan ukuran yang
dibutuhkan.
Batubara yang telah halus tersebut kemudian dicampur
dengan udara panas (24) oleh forced draft fan (20), sehingga
menjadi campuran udara panas dan bahan bakar (batubara).
Dengan tekanan yang tinggi, campuran udara panas dan batubara
disemprotkan ke dalam boiler, sehingga akan terbakar dengan cepat
seperti semburan api.
Pada saat proses pembakaran berlangsung, air dialirkan keatas
melalui pipa yang ada dinding boiler, air tersebut akan dimasak
dan menjadi uap. Uap yang dihasilkan kemudian dialirkan ke tabung
boiler (17) untuk memisahkan uap dari air yang terbawa.
Selanjutnya uap dialirkan ke superheater (19) untuk melipat
gandakan suhu dan tekanan uap hingga mencapai suhu 5700 C dan
tekanan sekitar 200 bar yang menyebabkan pipa ikut berpijar merah.
Uap dengan tekanan dan suhu yang tinggi inilah yang
menjadi sumber tenaga turbin tekanan tinggi (11), yang
merupakan turbin tingkat 1 (dari total 2 turbin).
Untuk mengatur turbin agar mencapai set point, diatur oleh
steam governor valve (10) secara manual maupun otomatis.
Suhu dan tekanan uap yang keluar dari turbin tekanan tinggi
dialirkan ke turbin tingkat 2 atau turbin tekanan rendah (6).
Uap keluaran dari turbin tingkat 2 tekanan rendah (6)
mempunyai suhu sedikit diatas titik didih, sehingga perlu
dialirkan ke condenser (8) agar menjadi air untuk dimasak ulang.
Air tersebut kemudian dialirkan melalui deaerator (12) oleh feed
pump (7) untuk dimasak ulang. Awalnya dipanaskan di feed
heater (13) yang panasnya bersumber dari high pressure set,
kemudian ke economizer (23) sebelum di kembalikan ke tabung
boiler (17).
Sedangkan Air pendingin dari condensor akan di semprotkan
kedalam cooling tower (1), dan inilah yang menyebabkan
timbulnya asap air pada cooling tower. Kemudian air yang sudah
sedikit dingin dipompa balik ke condensor sebagai air pendingin
ulang.
Ketiga turbin di gabung dengan shaft yang sama dengan generator 3
phase (5), generator ini kemudian membangkitkan listrik.
Sedangkan gas buang dari boiler dihisap oleh kipas pengisap (26) agar
melewati electrostatic precipitator (25) untuk mengurangi polusi dan
kemudian gas yang sudah disaring akan dibuang melalui cerobong
(27).

2.4 Skala Kegiatan dan Recana Pengembangan


Pada bagian ini diuraikan mengenai besaran yang mengikuti segala
kebutuhan yang diperlukan dalam mendukung pelaksanaan kegiatan
PLTU Tanjung Selor. Uraian disajikan sebagaimana berikut:
1. Lahan
Lahan yang dibutuhkan untuk PLTU Tanjung Selor diperkirakan
seluas 20 Ha, dengan luasan efektif yang diperlukan seluas 8
Ha. Lahan yang tersedia akan dibagi atas area utama,
sebagaimana berikut :
Area Unit Pembangkitan
Area Stok dan Pengolahan Batubara
Area Pengolahan dan Penyimpanan Air Bersih
Area Pengolahan Buangan Cair dan Buangan Padat
Area Pengembangan dan Fasilitas Penunjang Lainnya
Kebutuhan lahan saat ini telah dipenuhi oleh Pemerintah
Kabupaten Bulungan, yaitu dengan keluarnya Keputusan Bupati
Bulungan Nomor 1081/K-XI/100/2010, tentang Penetapan Lokasi
Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap Tanjung Selor,di
Desa Gunung Seriang, Kecamatan Tanjung Selor, Kabupaten
Bulungan.
2. Batubara
Batubara sebagai bahan bakar yang akan digunakan merupakan
batubara muds dari jenis lignite, berkalori rendah (3.500 -
4.200 kkal/kg) rata-rata 3.800 kkal/kg. Kisaran kualitas
batubara tersebut dapat diterima dalam sistem dengan type
boiler skala kecil (< 15 MW). Berikut ini beberapa hal berkenaan
spesifikasi batubara yang disyaratkan tercantum dalam Tabel 2.1

Tabel 2.1 Spesifikasi Batubara yang Digunakan


Range
Description Typical
Min Max

Proximate
Analysis (% 25 40 36
Tas received)
Inherent Moisture 15 25 20,5
Ash 3 6 5
o
Volatile Matter 27 40 30,5
Fixed
t Carbon 23 41 28,5
Ultimate
a
Carbon
Analysis (% 60 75 65,65
lHydrogen 3,0 7,4 6,02
dry ash free)
Nitrogen 0,54 1,50 1,35
Oxygen 12 30 26,65
Sulphur 0,13 0,15 0,33
M
o
Kebutuhan
i batubara diperkirakan mencapai 130.000
ton/tahun.
s Dari jumlah kebutuhan tersebut, hanya ada 1
perusahaan
t lokal di Kabupaten Bulungan yang dapat memenuhi
dari u segi produksinya yaitu PT. Pesona Khatulistiwa
Nusantara,
r yang memiliki tambang di Kecamatan Tanjung Palas
Utara.
e Perusahaan tambang ini berproduksi sekitar 290.000 ton
pada tahun 2010 (data Departemen ESDM). Untuk perusahaan
pertambangan yang berada di luar Kabupaten Bulungan yang
berpotensi dapat memenuhi kebutuhan PLTU Tanjung Selor
diantaranya adalah :
PT. Berau Coal di Kecamatan Sambalingun, Berau
Kalimantan Timur
PT. Kaltim Prima Coal di Kecamatan Sangata, Kutai Timur
Kalimantan Timur
PT. Indexim Coalindo di Kecamatan Sangkulirang, Kutai Timur
Kalimantan Timur
PT. Dharma Puspita Mining di Kecamatan Kotabangun, Kutai -
Kalimantan Timur

Serta masih terdapat beberapa perusahaan tambang lainnya


yang berizin nasional, baik di Pulau Kalimantan maupun
Pulau Sumatera yang berkapasitas produksi di atas 1 juta
ton/tahun.

3. Air Bersih
Kebutuhan air pada sebuah instalasi PLTU digunakan sebagai air
pendingin, air boiler (uap), dan air domestik.
a. Air Pendingin
Air pendingin kondesor.
Air pendingin alat bantu lainnya.
b. Air Boiler
Air baku untuk pengisi boiler.
c. Air Domestik
Air pemadam kebakaran.
Air pelayanan (service) untuk unit dan perumahan.
Air penyiram timbunan batubara, abu, dan tanaman.

Perhitungan studi kelayakan, kebutuhan air diawal untuk air


pendingin condensor sebesar 1.714 m 3 /hari. Selanjutnya air
pendingin disirkulasi sehingga kebutuhan rutin hanyalah
penambahan yang besarnya diperkirakan 2% (34,4 m 3 /hari).
Demikian juga untuk air umpan boiler (make up water) sebesar
2,4 m 3/hari, yang juga disirkulasi dengan kebutuhan
3
tambahan diperkirakan 3% (57,6 m /hari). Sedangkan
kebutuhan domestik yang bersifat kontinyu 159 m 3 /hari,
sehingga kebutuhan operasional adalah sebesar 251 m 3 /hari
(2,9 Itr/det). Sumber air baku adalah Sungai Terusan. Skema
penggunaan air PLTU ditunjukan pada Gambar 2.3.

Run Water Tank Water Treatment Boiler Make-Up

Reguler Use

Coal & Ash

Plant Utility WWTP

Demineralization
Personal

Intermitten Use Miscellaneous

Gambar 2.3 Skema Penggunaan Air PLTU

4. Sarana dan Prasarana


Beberapa sarana dan prasarana yang akan dibangun untuk
mendukung operasional PLTU Tanjung Selor (2x7 MW) meliputi :

1) Dermaga (Jetty)
Dermaga yang direncanakan adalah dengan struktur sheet
pile atau open pile untuk sandar kapal tongkang pengangkut
batubara sebagai bahan baku PLTU. Dilengkapi dengan trestle
untuk menghubungkan Jetty dengan daratan tanpa penimbunan
sungai. Dermaga direncanakan dapat mengakomodasi
kapal tongkang dengan kapasitas bobot maksimal 5.000 DWT
dengan kedalaman area dasar 6,5 MSL. Sedangkan tongkang
pengangkut yang yang direncanakan berbobot 3.000 DWT dan
kedalaman draft 4 m. Secara umum, tongkang dengan bobot
3.000 DWT memiliki dimensi lebar 70-75 m dan lebar 20-25 m.

2) Area Penyimpanan Batubara (Coal Stockyard)


Sarana ini digunakan untuk menyimpan batubara sebagai
stok untuk kebutuhan yang direncanakan yaitu selama masa 3
bulan operasi. Penyimpanan dengan kapasitas tersebut untuk
mengantisipasi adanya keadaan keterlambatan pengiriman
bahan bakar batubara atas sebab apapun. Pada PLTU Tanjung
Selor ini direncanakan luasan 0,5 hektar untuk area
penyimpanan batubara, dengan lokasi yang cukup berdekatan
dengan sarana dermaga (Jetty) untuk memudahkan proses
pemindahannya.

3) Ruang Boiler
Ruang boiler adalah ruang dimana boiler dan fasilitas
pendukungnya ditempatkan, beserta fasilitas kontrolnya.
Fasilitas pendukung meliputi coal crusher & feeder, burner, boiler
drum, dan lainnya. Jenis boiler yang direncanakan adalah tipe
Spreader Stoker; dimana metode pengumpulan bahan bakarnya ke
tungku memanfaatkan kombinasi pembakaran suspensi dan
grate.Batubara diumpankan secara kontinyu ke tungku di atas
bed pembakaran batubara. Batubara halus dibakar dalam
suspensi, partikel yang lebih besar jatuh pada grate. Batubara ini
dibakar dalam bed batubara yang tipis dan pembakaran cepat.
Metode pembakaran ini memberikan fleksibilitas terhadap
fluktuasi beban, dikarenakan penyalaan terjadi secara cepat bila
laju pembakaran meningkat. Direncanakan kapasitas boiler
adalah 9,4 ton/jam dengan produksi abu 5%, yang meliputi
produksi fly ash 9 ton/hari dan produksi bottom ash sebesar 2,26
ton/hari.
4) Ruang Turbin
Ruang turbin didalamnya terdapat peralatan utama
pembangkit listrik yaitu turbin uap dan generator. Turbin uap
yang tersedia meliputi turbin bertekanan tinggi, tekanan sedang,
dan tekanan rendah. Di dalam ruang ini juga dilengkapi beberapa
peralatan pendukung; crane, condenser, feedwater heater,
moisture separator. Disediakan sebuah ruangan yang berada di
dalam ruang turbin, yaitu ruang kontrol sebagai pusat operasi
di ruang turbin.

5) Electrostatic Precipitation
Peralatan ini digunakan untuk menangkap debu hasil
pembakaran batubara. Proses penangkapan debu dengan
prinsip elektrostatis, yang ditangkap karena adanya gaya tarik
listrik akibat perbedaan gaya potensial. Selanjutnya debu yang
tertangkap jatuh ke penampung debu (ash hopper). Cerobong
asap menjadi satu kesatuan dalam sistem ini, karena debu
yang tidak bisa ditangkap, dikeluarkan melalui bangunan
ini. Direncanakan tinggi cerobong asap mencapai 40 m, sesuai
dengan ketentuan Bandara, bahwa tinggi bangunan maksimal 2%
dari jarak tegak lurusnya (jarak bandara lokasi tapak 2,5
km).

6) Pengolahan Air Bersih


Instalasi pengolah air bersih dimaksudkan untuk mengolah air
baku dari Sungai Terusan untuk memenuhi kualitas tertentu
sesuai dengan yang dibutuhkan untuk PLTU. Instalasi ini
dilengkapi dengan intake untuk menangkap air yang kemudian
disalurkan pada tangki retensi, pada saat ini terjadi
proses pengendapan. Selanjutnya adalah pengolahan kimia
dengan proses klorinasi, koagulasi, flokulasi, dan filtrasi. Untuk
menghilangkan mikroorganisme perlu dilakukan proses
desinfeksi. Air yang dihasilkan pada proses tersebut adalah untuk
kebutuhan domestik. Selain itu juga dilakukan pengolahan air
untuk kebutuhan boiler feed water. Proses yang dil akukan
adal ah untuk menghilangkan kandungan mineral dengan
proses filtrasi, anion & kation exchanger dan mixed bed.

7) Pengolahan Batubara
Instalasi pengolahan batubara adalah proses penyiapan dari stok
batubara sampai siap menjadi bahan bakar. Instalasi ini meliputi
fasilitas stock yard yang menampung persediaan batubara;
fasilitas coal crusher untuk memecah batubara menjadi bubuk
batubara (dengan ukuran tertentu); fasilitas conveyor untuk
menyalurkan bubuk batubara ke unit coal bunker dan unit
pulverizer yang berada di ruang boiler. Fasilitas pendukung yang
diperlukan berupa; alat berat serta garasinya, jembatan timbang,
serta ruang kontrolnya.

8) Pengolahan Limbah Cair


Instalasi pengolahan limbah cair ditujukan untuk mengolah
air limbah dari proses pembangkit, air limbah domestik, air
limbah dari pembuangan batubara, air limbah dari pengolahan air
bersih dan air hujan.
Proses awal yang dilakukan adalah proses secara fisik
berupa pemisahan padatan yang tersuspensi pada air limbah.
Proses yang umum dilakukan adalah filtrasi untuk partikel yang
relatif besar dan berat, proses flotasi yang digunakan untuk
memisahkan lemak dan minyak yang terapung, dan proses
adsorbsi untuk material tersuspensi yang lebih kecil.
Kemudian pada proses secara kimia yang pada dasarnya untuk
memisahkan limbah atas partikel/padatan yang terlarut.
Penambahan bahan kimia ditujukan untuk terbentuknya flok-flok
dan kemudian mengendap, serta terpisah dari cairan. Pada
proses ini juga dimaksudkan untuk membentuk pH netral pada
cairan limbah.
Proses selanjutnya adalah proses biologi yang dimaksudkan
agar keluaran limbah cair sesuai dengan mutu yang ditetapkan
oleh peraturan yang berlaku yaitu untuk menurunkan kadar
BOD/COD yang terkandung. Secara umum proses yang
tersedia adalah secara aerobik atau anaerobik, pemilihan atas
keduanya didasarkan pada efektifitas yang bersumber pada
besaran BOD/COD yang terkandung. Adapun beberapa parameter
yang disyaratkan untuk buangan limbah cair ke badan air Sungai
Terusan (Kelas I) diantaranya ; pH = 6 9 BOD = 2 mg/I; COD
10 mg/l; DO = 6 mg/l.

9) Pengolahan Limbah Padat


Tempat penampungan limbah padat pada instalasi
PLTU disebut ash yard. Terdapat 2 metode pengumpulan
debu batubara yaitu; wet ash handling atau dry ash handling.
Pemilihan metode pengumpulan debu tersebut ditentukan
kemudian, yang sudah direncanakan adalah area ash yard dengan
luasan sekitar 3.500 m2 (50 m x 70 m), berkedalaman 3 m dan
dilengkapi tembok pembatas setinggi 5 m. Lapisan bawah dari
ash yard berupa bahan geo membran untuk mencegah kebocoran.

2.5 Kelebihan dan Kekurangan PLTU


Dibanding jenis pembangkit lainnya PLTU memiliki beberapa
kelebihan antara lain :
1. Dapat dioperasikan dengan menggunakan berbagai jenis bahan bakar
(padat, cair, gas).
2. Dapat dibangun dengan kapasitas yang bervariasi
3. Dapat dioperasikan dengan berbagai mode pembebanan
4. Kontinyuitas operasinya tinggi
5. Usia pakai (life time) relatif lama
Namun PLTU mempunyai beberapa kelemahan yang harus
dipertimbangkan dalam memilih jenis pembangkit termal.
Kelemahannya adalah :
1. Sangat tergantung pada tersedianya pasokan bahan bakar
2. Tidak dapat dioperasikan (start) tanpa pasok listrik dari luar
3. Memerlukan tersedianya air pendingin yang sangat banyak dan
kontinyu
4. Investasi awalnya mahal

2.6 Dampak Pembangunan PLTU


Pembangunan PLTU memiliki dampak tersendiri baik bagi lingkungan
maupun lingkungan di lokasi PLTU tersebut dibangun. Dampak yang
timbul akibat pembangunan PLTU ini ada yang bersifat positif, namun
ada juga yang bersifat negatif.

Dampak positif dari pembangunan PLTU diantaranya adalah sebagai


berikut :
1. Menambah sumber tenaga listrik baru, sehingga dapat membantu
mengatasi masalah kekurangan sumber energi listrik yang sedang
terjadi.
2. Mengurangi angka pengangguran, karena PLTU akan
mempekerjakan warga di sekitar lokasi untuk menjadi karyawan.
3. Membuka lahan pekerjaan baru bagi warga.
4. Lokasi dibangunnya PLTU akan lebih berkembang dari sebelumnya.

Namun tidak hanya dampak positif yang timbul dari pembangunan


PLTU, dampak negatifnya juga timbul seiring pembangunan PLTU,
diantaranya adalah :
1. Tahap pra konstruksi : pembukaan lahan, pencemaran akibat
pembakaran lahan, kecemburuan sosial antara pemilik lahan dengan
masyarakat sekitar
2. Tahap konstruksi : kerusakan jalan akibat angkutan berat yang
membawa alat dan bahan untuk membangun PLTU, timbulnya
permasalahan sosial di sekitar lokasi pembangunan PLTU,
pencemaran udara oleh semen yang digunakan untuk pembangunan
bangunan PLTU.
3. Tahap operasi :
a. Dampak Kerusakan Akibat Pencemaran Lingkungan : Dalam
dampak terhadap lingkungan secara makro dapat dikelompokkan
kedalam dampak terhadap lingkungan Abiotik (A), Biotik (B),
dan Cultur (C). ketiga jenis lingkungan tersebut saling interaksi
dan interdependensi satu dengan yang lain. Adanya interaksi
menyebabkan terjadinya dampak secara langsung yang dirasakan,
sedangkan adanya interdependensi menyebabkan dampak secara
tidak langsung.
b. Dampak Terhadap Kesehatan : Dampak terhadap kesehatan
terjadi akibat perubahan kualitas lingkungan. Meningkatkan kasus
diare, ISPA, penyakit kulit, penurunan IQ akibat Pb atau logam
berat lain, merupakan contoh penyakit yang terjadi akibat
pencemaran lingkungan. Pada umumnya mekanisme terjadi
melalui oral (mulut), pernafasan atau iritasi melalui kulit.
Kerugian terhadap kesehatan merupakan kerugian besar akibat
kerusakan lingkungan.
c. Dampak Terhadap Perairan : Perairan pada suatu wilayah terdiri
dari materi dan energi untuk mendukung kehidupan, yang popular
dengan daya dukung lingkungan. Polutan merupakan materi dan
energi asing yang memasuki badan air, sehingga menurunkan
daya dukung lingkungan. Kondisi tercemar terjadi bila perubahan
tersebut menyebabkan badan air berubah dari peruntukannya.
Bahan organik merupakan bahan yang dominan sebagai polutan.
4. Pasca operasi : lahan yang tidak bisa dipergunakan lagi, kasus
penyakit pada masyarakat yang tinggi, perairan yang telah tercemar,
meningkatnya angka pengangguran karena ketiadaan lahan
pekerjaan.

2.7 Upaya Pengendalian Dampak PLTU


Hasil kajian menyimpulkan bahwa untuk mengantisipasi dan
meminimalkan potensi dampak yang diakibatkan oleh pembangunan
PLTU khususnya pada aspek lingkungan dan sosial, maka semua pihak
terkait perlu memperhatikan dan memahami serta mematuhi peraturan
dan kebijakan terkait baik berupa Regulasi, Undang-Undang, Hukum,
Peraturan Pemerintah, dan lain sebagainya, serta memiliki komitmen
untuk melaksanakannya dengan baik, benar dan penuh tanggung jawab.

Berdasarkan kesimpulan kajian tersebut, maka rekomendasi yans


diajukan adalah:

a) Rencana pengelolaan lingkungan yang bersifat komprehensif mulai


pada tahap pra-konstruksi, dan pasca konstruksi
b) Adanya pedoman yang bersifat aplikatif yang dapat digunakan oleh
semua pihak baik intern maupun ekstern PLN yang dijadikan
sebagai acuan dalam setiap rencana dan pelaksanaan pembangunan
pembangkit listrik
c) Memasukkan penanganan dampak lingkungan dalam kinerja baik
intern PLN maupun pihak-pihak lain terkait yang memiliki peran
dan tanggung jawab dalam pelaksanaan proyek (kontraktor maupun
konsultan terkait)
d) Adanya sosialisasi secara simultan mengenai rencana pra-
konstruksi, konstruksi, dan paska konstruksi PLTU dan potensi
dampak yang dimungkinkan timbul kepada segenap stake holders
dan pihak-pihak terkait baik intern maupun ekstern PLN

Adanya tim dan lialison officer yang profesional guna mengkomunikasikan


rencana dan pelaksanaan pembangunan PLTU serta untuk menjembatani
antar pihak manakala terjadi permasalahan baik itu dikarenakan oleh
kesenjangan komunikasi atau hal lain sehingga menyebabkan terjadinya
konflik.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai