Anda di halaman 1dari 142

REVIEW OSCE COMPRE

BGKC Coorporation Family


1

KONTRIBUTOR REVIEW OSCE


AYR
FNH
GL
DNQ
FHL
RA
NK
HR
IM
HZS
FR
NA
HPA

Created By: BGKC Cooporation Family


2

BLOK OBSTETRIC AND PERINATOLOGY


3

No Penyakit Manifestasi Klinik Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang Terapi


1 Kehamilan Anamnesis : Periksa tanda vital ibu (tekanan 1. Tes kehamilan 1. Memberikan zat besi dan
normal 1. Haid yang terhenti darah, nadi, suhu, frekuensi nafas), menunjukkan HCG (+) asam folat (besi 60 mg/hari dan
2. Mual dan muntah pada pagi hari ukur berat badan, tinggi badan, folat 250 mikogram 1-2
3. Ngidam serta lingkar lengan atas (LLA) pada 2. Pemeriksaan darah: kali/hari), bila Hb<7,0 gr/dl
4. Sering buang air kecil setiap kedatangan Golongan darah ABO dan dosis ditingkatkan menjadi dua
5. Pengerasan dan pembesaran Rhesus pada trimester 1, Hb kali. Apabila dalam follow up
payudara Pada trimester 1 dilakukan pada trimester 1 selama 1 bulan tidak ada
6. Puting susu lebih hitam 1. LLA> 33 cm, maka diduga dan 3, kecuali bila tampak perbaikan, dapatdipikirkan
obesitas, memiliki risiko adanya tanda-tanda anemia kemungkinan penyakit lain
Tanda tak pasti kehamilan: preeklampsia dan diabetes berat. (talasemia, infeksi cacing
Tes kehamilan menunjukkan HCG maternal, memiliki risiko tambang, penyakit kronis TBC)
(+) melahirkan bayi dengan berat 3. Pemeriksaan lain: kadar
badan lebih glukosa darah dan protein 2. Memberikan imunisasi
Tanda pasti kehamilan: 2. LLA< 23 cm, maka diduga urin sesuai indikasi. TT(Tetanus Toxoid) apabila
1. Bunyi jantung janin/BJJ (bila undernutrisi atau memiliki penyakit pasien memiliki risiko
umur kehamilan/UK> 8 minggu) kronis, biasanya memiliki bayi yang terjadinya tetanus pada proses
4. Pada ibu hamil dengan
dengan BJJ normal 120-160 kali per lebih kecil dari ukuran normal melahirkan dan buku catatan
faktor risiko, dianjurkan untuk
menit, 3. Keadaan muka diperhatikan kehamilan. Pada Ibu yang
dilakukan pemeriksaan: BTA,
2. Gerakan janin (bila UK> 12 adanya edema palpebra atau riwayat imunisasi tidak
TORCH (toxoplasma, rubella,
minggu) pucat, mata dan konjungtiva dapat diketahui, pemberian sesuai
cytomegalo virus, herpes and
3. Bila ditemukan adanya janin pucat,kebersihan mulut dan gigi dengan tabel di berikut ini.
others), sifilis, malaria danHIV
pada pemeriksaan Ultrasonografi dapat terjadi karies dan periksa dilakukan pada trimester 1
(USG) dan pemeriksaan obstetrik. kemungkinan pembesaran kelenjar terutama untuk daerah
tiroid. endemik untuk skrining faktor
4. Pemeriksaan payudara: puting risiko.
susu dan areola menjadi lebih
menghitam.
5. USG sesuai indikasi.
5. Pemeriksaan dada:perhatikan
suara paru dan bunyi jantung ibu 6.
Pemeriksaan ekstremitas:
perhatikan edema dan varises
4

Pemeriksaan obstetrik :

1. Abdomen:
a. Observasi adanya bekas operasi.
b. Mengukur tinggi fundus uteri.
c. Melakukan palpasi dengan
manuever Leopold I-IV.
d. Mendengarkan bunyi jantung
janin (120-160x/menit).

2. Vulva/vagina
a. Observasi varises,kondilomata,
edema, haemorhoid atau
abnormalitas lainnya.
b. Pemeriksaan vaginal toucher:
memperhatikan tanda-tanda
tumor.
c. Pemeriksaan inspekulo untuk
memeriksa serviks,tanda-tanda
infeksi, ada/tidaknya cairan keluar
dari ostium uteri.
2 Hiperemesis Anamnesis: 1. Pemeriksaan tanda vital: nadi Pemeriksaan laboratorium 1. Non Medikamentosa a.
Gravidarum 1. Mual dan muntah hebat meningkat 100x/mnt, tekanan Mengusahakan kecukupan
(Mual dan 2. Ibu terlihat pucat darah menurun (pada keadaan 1. Darah: kenaikan relatif nutrisi ibu, termasuk
Muntah Pada 3. Kekurangan cairan berat), subfebris, dan gangguan hemoglobin dan hematokrit. suplemantasi vitamin dan asam
Kehamilan) 4. Mual dan sakit kepala terutama kesadaran (keadaan berat). folat di awal kehamilan.
pada pagi hari (morning sickness) 2. Urinalisa : warna pekat,
5. Nafsu makan turun 2. Pemeriksaan tanda-tanda berat jenis meningkat, b. Makan porsi kecil, tetapi
6. Berat badan turun dehidrasi: mata cekung, bibir pemeriksaan ketonuria, dan lebih sering.
7. Nyeri epigastrium kering, turgor berkurang. proteinuria,
8. Lemas c. Menghindari makanan yang
9. Rasa haus yang hebat 3. Pemeriksaan generalis: kulit berminyak dan berbau lemak.
10. Gangguan kesadaran pucat, sianosis, berat badan turun>
5% dari berat badan sebelum d. Istirahat cukup dan hindari
Mual dan muntah yang terjadi hamil, uterus besar sesuai usia
5

pada awal kehamilan sampai umur kehamilan, pada pemeriksaan kelelahan.


kehamilan 16 minggu. inspekulo tampak serviks yang
berwarna biru. e. Efekasi yang teratur.
Mual dan muntah yang berlebihan,
dapat mengakibatkan dehidrasi, 2. Medikamentosa Tatalaksana
gangguan asam-basa dan elektrolit Umum
dan ketosis keadaan ini disebut
sebagai keadaan hiperemesis.
a. Bila perlu, berikan 10 mg
Doksilamin dikombinasikan
Mual biasanya terjadi pada pagi
dengan 10 mg vitamin B6
hari, tapi dapat pula timbul setiap
hingga 4 tablet/hari (misalnya 2
saat dan malam hari.
tablet saat akan tidur, 1 tablet
saat pagi, dan 1 tablet saat
siang).

b. Bila masih belum teratasi,


tambahkan Dimenhidrinat 50-
100 mg per oral atau
supositoria, 4-6 kali sehari
(maksimal 200 mg/hari bila
meminum 4 tablet
Doksilamin/Piridoksin), ATAU
Prometazin 5-10 mg 3-4 kali
sehari per oral atau supositoria.
3 Anemia 1. Badan lemah, lesu Pemeriksaan Fisik Patognomonis Pemeriksaan Penunjang 1. Bila pemeriksaan apusan
Defisiensi 2. Mudah lelah 1. Konjungtiva anemis 1. Kadar hemoglobin darah tepi tidak tersedia,
Besi pada 3. Mata berkunang-kunang 2. Atrofi papil lidah 2. Apusan darah tepi berikan tablet tambah darah
Kehamilan 4. Tampak pucat 3. Stomatitis angularis (cheilosis) yang berisi 60 mg besi
5. Telinga mendenging 4. Koilonichia: kuku sendok (spoon elemental dan 250 g asam
6. Pica: keinginan untuk memakan nail), folat.Pada ibu hamil dengan
bahan-bahan yang tidak lazim anemia, tablet besi diberikan 3
kali sehari.
6

Sulfas ferosus 325mg


4 PreEklampsia Pre-eklampsia merupakan kondisi 1. Pada pre-eklampsia ringan: Pre-eklampsia berat Segera
spesifik pada kehamilan di atas 20 melakukan perencanaan untuk
minggu yang ditandai dengan a. Tekanan darah 140/90 mmHg rujukan segera ke Rumah Sakit
adanya disfungsi plasenta dan pada usia kehamilan > 20 minggu dan menghindari terjadi kejang
respon maternal terhadap adanya b. Tes celup urin menunjukkan dengan pemberian MgSO4.
inflamasi spesifik dengan aktivasi proteinuria +1 atau pemeriksaan
endotel dan koagulasi. Tanda protein kuantitatif menunjukkan Berikan dosis awal 4 g MgSO4
utama penyakit ini adanya hasil > 300 mg/24 jam sesuai prosedur untuk
hipertensi dan proteinuria. mencegah kejang atau kejang
2. Pada pre-eklampsia berat: berulang
1. Pusing dan nyeri kepala
2. Nyeri ulu hati Sambil menunggu rujukan,
a. Tekanan darah > 160/110 mmHg
3. Pandangan kurang jelas mulai dosis rumatan 6 g MgSO4
pada usia kehamilan > 20 minggu
4. Mual hingga muntah dalam 6 jam sesuai prosedur
b. Tes celup urin menunjukkan
proteinuria +2 atau pemeriksaan
protein kuantitatif menunjukkan Syarat pemberian MgSO4
hasil > 5g/24 jam Tersedia Ca Glukonas 10%
c. Atau disertai keterlibatan organ Ada reflex patella
lain: Jumlah urin minimal 0,5
-Trombositopenia (<100.000 ml/Kg BB/jam
sel/uL),hemolisis mikroangiopati
-Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri Obat antihipertensi
abdomen kuadran kanan atas Nifedipine Dosis 4 x 10-30 mg
-Sakit kepala, skotoma penglihatan peroral (short acting)
-Pertumbuhan janin
terhambat,oligohidroamnion Keterangan Dapat meyebabkan
-Edema paru atau gagal jantung hipotensi pada ibu dan janin,
kongestif bila diperlukan diberikan
-Oligouria (<500cc/24 sublingual
jam),kreatinin > 1.2 mg/dl
Nikardipin Dosis 5 mg/jam,
dapat dinitarsi 2,5 mg/jam tiap
5 menit hingga maksimun 10
7

mg/jam

Metildopa Dosis 2 x 250 500


mg peroral (dosis maksimal
2000 mg/hari)

5 Ekalampsi Keluhan Kejang yang diawali 1. Pemeriksaan keadaan umum: Pemeriksaan Penunjang Dari 1. MgSO4 diberikan intravena
dengan gejala-gejala prodromal sadar atau penurunan kesadaran pemeriksaan urinalisa dengan dosis awal 4 g (10 ml
eklampsia, antara lain: Glasgow Coma Scale dan Glasgow- didapatkan proteinuria 2+ MgSO4 40%, larutkan dalam 10
1. Nyeri kepala hebat Pittsburg Coma Scoring System. ml akuades) secara perlahan
2. Gangguan penglihatan selama 20 menit, jika
3. Muntah-muntah 2. Pada tingkat awal atau aura yang pemberian secara intravena
4. Nyeri ulu hati atau abdomen berlangsung 30 sampai 35 detik, sulit, dapat diberikan secara IM
bagian atas tangan dan kelopak mata bergetar, dengan dosis 5 mg masing
5. Kenaikan progresif tekanan mata terbuka dengan pandangan bokong kanan dan kiri. Adapun
darah kosong. syarat pemberian MgSO4
a. tersedianya Ca Glukonas10%
3. Tahap selanjutnya timbul kejang b. ada refleks patella,
c. jumlah urin minimal 0,5
ml/kgBB/jam
4. Pemeriksaan tanda vital Adanya
d. frekuensi napas 12-
peningkatan tekanan darah diastol
16x/menit.
>110 mmHg

2. Sambil menunggu rujukan,


5. Sianosis
mulai dosis rumatan 6 g MgSO4
(15ml MgSO4 40%, larutkan
6. Skotoma penglihatan dalam 500 ml larutan Ringer
Laktat/ Ringer asetat) 28 tetes/
7. Dapat ditemukan adanya tanda- menit selama 6 jam dan diulang
tanda edema paru dan atau gagal hingga 24 jam setelah
jantung persalinan atau kejang berakhir.

3. Pada kondisi di mana MgSO4


tidak dapat diberikan
seluruhnya, berikan dosis awal
8

(loading dose) lalu rujuk ibu


segera ke fasilitas kesehatan
sekunder .

4. Diazepam juga dapat


dijadikan alternatif pilihan
dengan dosis 10 mg IV selama 2
menit (perlahan), namun
mengingat dosis yang
dibutuhkan sangat tinggi dan
memberi dampak pada janin,
maka pemberian diazepam
hanya dilakukan apabila tidak
tersedia MgSO4.
6 Abortus keluhan yang terdapat pada pasien a. Abortus iminens 1. Pemeriksaan USG. Pada kondisi di jumpai tanda
abortus antara lain: Osteum uteri masih menutup 2. Pemeriksaan tes kehamilan sepsis atau dugaan abortus
Abortus ialah Perdarahan berwarna kecoklatan (BHCG): biasanya masih dengan komplikasi, berikan
ancaman atau disertai lendir Ukuran uterus positif sampai 7-10 hari antibiotika dengan kombinasi:
1. Abortus imminens
pengeluaran
hasil konsepsi a. Riwayat terlambat haid dengan sesuai dengan usia kehamilan setelah abortus. 1. Ampicilin 2 gr IV /IM
sebelum janin hasil B HCG (+) dengan usia Detak jantung janin masih 3. Pemeriksaan darah perifer kemudian 1 gr setiap 6 jam 2.
dapat hidup kehamilan dibawah 20 minggu ditemukan lengkap Gentamicin 5 mg/KgBB setiap
diluar 24 jam 3. Metronidazole 500
b. Perdarahan pervaginam yang
kandungan,dan
sebagai batasan tidak terlalu banyak, berwarna b. Abortus insipiens mg IV setiap 8 jam 4. Segera
digunakan kecoklatan dan bercampur lender Osteum uteri terbuka, dengan melakukan rujukan ke
kehamilan c. Tidak disertai nyeri atau kram terdapat penonjolan kantong dan pelayanan kesehatan Sekunder
kurang dari 20 didalamnya berisi cairan ketuban / RS
minggu atau
berat anak 2. Abortus insipiens Perdarahan berwarna merah segar
kurang dari 500 a. Perdarahan bertambah banyak, Ukuran uterus sesuai dengan usia 1. Abortus imminens:
gram. Jenis dan berwarna merah segar disertai kehamilan Detak jantung janin a. Pertahankan kehamilan
derajat abortus : masih ditemukan
terbukanya serviks b. Tidak perlu pengobatan
b. Perut nyeri ringan atau spasme khusus
1. Abortus c. Abortus inkomplit
imminens adalah
(seperti kontraksi saat persalinan) c. Jangan melakukan aktivitas
abortus tingkat
Osteum uteri terbuka, dengan fisik berlebihan atau hubungan
permulaan, 3. Abortus inkomplit terdapat sebagian sisa konsepsi seksual
dimana terjadi a. Perdarahan aktif Perdarahan aktif Ukuran uterus d. Jika perdarahan berhenti,
perdarahan sesuai usia kehamilan
pervaginam
b. Nyeri perut hebat seperti pantau kondisi ibu selanjutnya
9

ostium uteri kontraksi saat persalinan pada pemeriksaan antenatal


masih tertutup
c. Pengeluaran sebagian hasil d. Abortus komplit termasuk pemantauan kadar
dan hasil
konsepsi masih konsepsi Osteum uteri tertutup Perdarahan Hb dan USG panggul serial
baik dalam d. Mulut rahim terbuka dengan sedikit Ukuran uterus lebih kecil setiap 4 minggu. Lakukan
kandungan. sebagian sisa konsepsi tertinggal usia kehamilan penilaian ulang bila perdarahan
e. Terkadang pasien datang dalam terjadi lagi
2. Abortus keadaan syok akibat perdarahan e. Jika perdarahan tidak
insipiens adalah
abortus yang
berhenti, nilai kondisi janin
sedang 4. Abortus komplit dengan USG, nilai kemungkinan
mengancam a. Perdarahan sedikit adanya penyebab lain.
dimana serviks b. Nyeri perut atau kram ringan f. Tablet penambah darah
telah mendatar
dan ostium uteri
c. Mulut rahim sudah tertutup g. Vitamin ibu hamil diteruskan
telah membuka, d. pengeluaran seluruh hasil
akan tetapi hasil konsepsi 2. Abortus insipiens
konsepsi masih a. Lakukan konseling untuk
dalam kavum
menjelaskan kemungkinan
uteri.
risiko dan rasa tidak nyaman
3. Abortus
selama tindakan evakuasi, serta
inkomplit adalah memberikan informasi
sebagian hasil mengenai kontrasepsi paska
konsepsi telah keguguran.
keluar dari
kavum uteri
b. Jika usia kehamilan < 16
masih ada yang minggu : lakukan evakuasi isi
tertinggal. uterus;
Jika evakuasi tidak dapat
4. Abortus dilakuka segera: berikan
komplit adalah
ergometrin 0.2 mg IM (dapat
seluruh hasil
konsepsi telah diulang 15 menit kemudian bila
keluar dari perlu)
kavum uteri pada c. Jika usia kehamilan > 16
kehamilan minggu: Tunggu pengeluaran
kurang dari 20
minggu. hasil konsepsi secara spontan
dan evakuasi hasil konsepsi dari
dalam uterus. Bila perlu berikan
infus oksitosin 40 IU dalam 1 L
NaCl 0,9% atau RL dengan
10

kecepatan 40 tetes per menit


f. Lakukan evaluasi tanda vital,
perdarahan pervaginam, tanda
akut abdomen, dan produksi
urin tiap 6 jam selama 24 jam.
Periksa kadar Hb setelah 24
jam. Bila kadar Hb > 8gr/dl dan
keadaan umum baik, ibu
diperbolehkan pulang

3. Abortus inkomplit
Evaluasi tanda-tanda syok, bila
terjadi syok karena perdarahan,
pasang IV line (bila perlu 2 jalur)
segera berikan infus cairan NaCl
fisiologis atau cairan ringer
laktat disusul dengan darah.

Jika perdarahan ringan atau


sedang dan kehamilan <16
minggu, gunakan jari atau
forcep cincin untuk
mengeluarkan hasil konsepsi
yang mencuat dari serviks Jika
perdarahan berat dan usia
kehamilan < 16 minggu, lakukan
evakuasi isi uterus. Aspirasi
vakum manual (AVM)
merupakan metode yang
dianjurkan. Kuret tajam
sebaiknya hanya dilakukan
apabila AVM tidak tersedia. Jika
evakuasi tidak dapat dilakuka
segera: berikan ergometrin 0.2
mg IM (dapat diulang 15 menit
11

kemudian bila perlu)

Jika usia kehamilan > 16


minggu berikan infus oksitosin
40 IU dalam 1 L NaCl 0,9% atau
RL dengan kecepatan 40 tetes
per menit

h. Lakukan evaluasi tanda vital,


perdarahan pervaginam, tanda
akut abdomen, dan produksi
urin tiap 6 jam selama 24 jam.
Periksa kadar Hb setelah 24
jam. Bila kadar Hb > 8gr/dl dan
keadaan umum baik, ibu
diperbolehkan pulang

4. Abortus komplit
Tidak memerlukan pengobatan
khusus, hanya apabila
menderita anemia perlu
diberikan sulfas ferosus dan
dianjurkan supaya makanannya
mengandung banyak protein,
vitamin dan mineral.
7 KPD 1. Terasa keluar air dari jalan lahir 1. Tercium bau khas ketuban 1. Pemeriksaan pH vagina 1. Pembatasan aktivitas pasien.
2. Biasanya tanpa disertai dengan (cairan ketuban) dengan 2. Apabila belum inpartu
kontraksi atau tanda inpartu 2. Apakah memang air ketuban kertas lakmus (Nitrazin test) berikan Eritromisin 4x250 mg
keluar dari kanalis servikalis pada dari merah menjadi biru , selama 10 hari.
Adanya riwayat keluarnya air bagian yang sudah pecah, lihat dan sesuai dengan sifat air 3. Segera rujuk pasien ke
ketuban berupa cairan jernih perhatikan atau terdapat cairan ketuban yang alkalis fasilitas pelayanan sekunder
keluar dari vagina yang kadang- ketuban pada forniks posterior. 4. Di RS rujukan :
kadang disertai tanda-tanda lain 2. Pemeriksaan mikroskopis a. 34 minggu : lakukan induksi
dari persalinan. Pada anamnesis, 3. Menentukan pecahnya selaput tampak gambaran pakis yang persalinan dengan oksitosin bila
hal-hal yang perlu digali adalah ketuban dengan adanya cairan mengering pada sekret tidak ada kontraindikasi
menentukan usia kehamilan, ketuban di vagina. Pastikan bahwa
12

adanya cairan yang keluar dari cairan tersebut adalah cairan serviko vaginal.
vagina, warna cairan yang keluar amnion dengan memperhatikan b. 24-33 minggu: Bila terdapat
dari vagina, dan adanya demam. bau cairan ketuban yang khas. 3. Dilakukan dengan amnionitis, abruptio plasenta,
meneteskan air ketuban pada dan kematian janin, lakukan
4. Jika tidak ada cairan amnion, gelas objek dan dibiarkan persalinan segera.
dapat dicoba dengan mengering. Pemeriksaan
menggerakkan sedikit bagian mikroskopik menunjukkan Berikan Deksametason 6 mg IM
terbawah janin atau meminta gambaran daun pakis. 4. tiap 12 jam selama 48 jam atau
pasien batuk atau mengejan Pemeriksaan darah rutin, betametason 12 mg IM tiap 24
leukosit> 15.000/mm3. jam selama 48 jam.
5. Tidak ada tanda inpartu 6.
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk Penegakan Diagnostik Lakukan pemeriksaan serial
menilai adanya tanda-tanda infeksi (Assessment) untuk menilai kondisi ibu dan
pada ibu dengan mengukur suhu janin. Bayi dilahirkan di usia 34
tubuh (suhu 380C). minggu, bila dapat dilakukan
pemeriksaan kematangan paru
dan hasil menunjukan bahwa
paru sudah matang.

c. < 24 minggu: Pertimbangan


dilakukan dengan melihat risiko
ibu dan janin. Lakukan
konseling pada pasien.
Terminasi kehamilan mungkin
menjadi pilihan.

Jika terjadi infeksi


(koroiamnionitis), lakukan
tatalaksana koriamnionitis.
8 PERSALIANAN Persalinan lama adalah persalinan 1. Pada ibu: 1. Partograf Penatalaksanaan khusus
LAMA yang berlangsung lebih dari 18-24 a. Gelisah
jam sejak dimulai dari tanda-tanda b. Letih 2. Doppler 1. Tentukan sebab terjadinya
persalinan. c. Suhu badan meningkat persalinan lama
d. Berkeringat 3. Urin a. Power: his tidak adekuat (his
e. Nadi cepat dengan frekuensi <3x/10 menit
f. Pernafasan cepat
13

g. Meteorismus 4. darah lengkap dan durasi tiap kontraksinya <


h. Bandle ring, edema vulva, 40 detik).
Faktor Penyebab oedema serviks, cairan ketuban b. Passenger: malpresentasi,
1. His tidak efisien (in adekuat) berbau terdapat mekoneum malposisi, janin besar
2. Faktor janin (malpresentasi, c. Passage : panggul sempit,
malposisi, janin besar) 2. Pada janin: kelainan serviks atau vagina,
3. Faktor jalan lahir (panggul a. Denyut jantung janin cepat, tumor jalan lahir
sempit, kelainan serviks, vagina, hebat, tidak teratur, bahkan
tumor) negatif 2. Sesuaikan tatalaksana
b. Air ketuban terdapat mekoneum dengan penyebab dan situasi.
Faktor Predisposisi kental kehijau-hijauan, cairan Prinsip umum:
1. Paritas dan interval kelahiran berbau
2. Ketuban pecah dini c. Caput succedenium yang besar a. Lakukan augmentasi
Etiologi: d. Moulage kepala yang hebat persalinan denga oksitosin dan
1. Kepala janin yang besar / e. Kematian janin dalam atau amniotomi bila terdapat
hidrosefalus kandungan gangguan power. Pastikan tidak
2. Kembar terkunci f. Kematian janin intrapartal ada gangguan passenger atau
3. Kembar siam passage.
4. Disporsi fetopelvik
5. Malpresentasi dan malposisi b. Lakukan tindakan operatif
6. Deformitas panggul karena (forsep, vakum, atau seksio
trauma atau polio sesarea) untuk gangguan
7. Tumor daerah panggul passenger dan atau passage,
8. Infeksi virus di perut atau uterus serta untuk gangguan power
9. Jaringan arut (dari sirkumsisi yang tidak dapat diatasi dengan
wanita) augmentasi persalinan.

Hasil Anamnesis (Subjective) c. Jika ditemukan obstruksi atau


CPD, tatalaksana adalah seksio
Pasien datang dalam kondisi fase cesarea.
persalinan Kala 1 atau Kala 2
dengan status: kelainan 3. Berikan antibiotik (kombinasi
pembukaan serviks atau partus ampicilin 2 g IV tiap 6 jam dan
macet. gentamisin 5mg/kgBB tiap 24
jam) jika ditemukan: a. Tanda-
Faktor Risiko: (Po, Pa, Paatau tanda infeksi (demam, cairan
14

gabungan 3 P ) pervaginam berbau) b. Atau


ketuban pecah lebih dari 18 jam
1. Power: His tidak adekuat (his c. Usia kehamilan 37 minggu
dengan frekuensi <3x/10 menit
dan Durasi setiap kontraksinya <40
detik)

2. Passenger : malpresentasi,
malposisi, janin besar

3. Passage : panggul sempit,


kelainan serviks atau vagina, tumor
jalan lahir

4. Gabungan : dari faktor-faktor di


atas
9 Perdarahan Definisi perdarahan post partum 1. Nilai tanda-tanda syok: pucat, 1. Pemeriksaan darah rutin: 1. Berikan oksigen.
post partum adalah perdarahan pasca akral dingin, nadi cepat, tekanan terutama untuk menilai kadar 2. Pasang infus intravena
persalinan yang melebihi 500 ml darah rendah. Hb < 8 gr%. dengan kanul berukuran besar
setelah bayi lahir atau yang 2. Nilai tanda-tanda vital: nadi> (16 atau 18) dan mulai
berpotensi mengganggu 100x/menit, pernafasan hiperpnea, 2. Pemeriksaan golongan pemberian cairan kristaloid
hemodinamik ibu. Berdasarkan tekanan darah sistolik <90 mmHg, darah. (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat
saat terjadinya, PPP dapat dibagi suhu. atau Ringer Asetat) sesuai
menjadi PPP primer dan PPP 3. Pemeriksaan waktu dengan kondisi ibu.
sekunder. PPP primer adalah Pemeriksaan obstetrik: perdarahan dan waktu 3. kompresi bimanual
perdarahan post partum yang 1. Perhatikan kontraksi, letak, dan pembekuan darah (untuk
terjadi dalam 24 jam pertama konsistensi uterus menyingkirkan penyebab
setelah persalinan dan biasanya 2. Lakukan pemeriksaan dalam gangguan pembekuan darah).
disebabkan oleh atonia uteri, untuk menilai adanya: perdarahan,
robekan jalan lahir, dan sisa keutuhan plasenta, tali pusat, dan
sebagian plasenta. Sementara PPP robekan di daerah vagina.
sekunder adalah perdarahan
pervaginam yang lebih banyak dari
normal antara 24 jam hingga 12
minggu setelah persalinan,
biasanya disebabkan oleh sisa
15

plasenta. Kematian ibu 45% terjadi


pada 24 jam pertama setelah bayi
lahir, 68-73% dalam satu minggu
setelah bayi lahir, dan 82-88%
dalam dua minggu setelah bayi
lahir.
16

BLOK GASTROINTESTINAL AND HEPATOLOGY


17

No Penyakit Manifestasi Klinik Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang Terapi


1. Stomatitis Stomatitis Aftosa Rekuren General Survey: - Farmakologi
aftosa Luka yang nyeri di dalam atau sisi Tampak sakit ringan R/Chlorhexidine garg 0,2% fl
bibir atau pada lidah DDx no. I
Stomatitis Aftosa 1. SAR tipe herpetiform 3 dd ue p.c
Stomatitis Herpes Lesi berwarna putih, batas tegas. 2. Sindrom behcet
Luka pada bibir, lidah, gusi, Ukuran 1-2 mm, tepi eritematosa. 3. Herpes zoster R/ Triamcinolone acetonide
kadang nyeri 4. Liken palanus 0,1% tub no. I
Timbul bau mulut Stomatitis herpes 3 dd applic part dol
Lemas, malaise, perbesaran KGB Bentuk lesi vesikel berbentuk
servikal seperti kubah Edukasi
Riwayat HIV Hindari makanan yang dapat
menimbulkan SAR; kripik, susu
sapi, guten, as. Benzoate, cuka
2. Parotitis Anamnesis General Survey: Test HIV Farmakologi:
Pembengkakan pada area di depan Tampak sakit ringan-berat Test BTA (untuk parotitis R/Paracetamol 500 mg tab No.
telinga hingga rahang bawah TB) X
Bengkak tiba-tiba TTV 3 dd tab 1 p.c
Nyeri dan panas di area yang Suhu >38.3oC DDx
bengkak Parotitis jenis lain R/Chlorhexidine garg 0,2% fl
Biasanya bilateral Pem. Fisik no. I
Demam, malaise anoreksia Pada preaurikuler terdapat: 3 dd ue p.c
Nyeri saat mengunyah edema, eritem, nyeri tekan
Masase kel. Parotis ditemukan Parotitis Bakterialis:
Riwayat Penyakit Sekarang saliva purulent dari ductus R/Amoxicilin 500 mg tab No.
Ada keluarga atau kerabat yang parotis XX
menderita gejala yang sama 3 dd tab 1 p.c
Riwayat pribadi
Belum imunisasi MMR (pada anak) Edukasi:
1. Tirah baring
2. Hidrasi yang cukup
3. Asupan nutrisi bergizi
seimbang
3. Sindroma Anamnesis: General Survey: Darah lengkap: normal Farmakologi :
Dispepsia/ Mual & muntah, anoreksia Tampak sakit ringan-berat Tes H.Pylori non invasive R/Alumunium Hidroksida
gastritis o Disfagia/Odinofagia tergantung drajat penyakit Endoskopi 500mg tab no XX
18

Nyeri ulu hati Jika disertai pendarahan SCBA Test ph nafas 4dd tab 1 ac
Terasa kembung tanda anemia (lemah, letih, lesu
Muntah lunglai) R/Domperidone 10 mg tab no
Sering sendawa/kentut TTV: DDx X
Psikoneurosis Dalam batas normal 1. Gastritis 3dd tab 1 ac
Riwayat Penyakit Sekarang: Lokalis: 2. GERD
Keluhan dari salah satu butir Konjungtiva pucat apabila 3. NERD Apabila H. Pylori (+)
anamnesis terdapat anemia 4. Tukak peptik R/Omeprazole 20 mg tab no X
Nyeri di ulu hati saja PF Abdomen 1dd tab 1 ac
Riwayat Penyakit Dahulu: 1. Inspeksi normal
Pernah mengalami keluhan 2. Auskultasi: bising usus R/Claritromycin 500 mg no XIV
seperti ini / pernah terdiagnosa normal 2dd tab 1 pc
gastritis/ pendarahan SCBA 3. Perkusi: Timpani
hipertimpani (regio R/Amoxicylin 500mg tab no XXI
Pernah mengalami refluks
kandung empedu epigastrium, hipokondrium 3 dd tab 1 pc
Riwayat Penyakit Keluarga sinistra, umbilicus, dan
- lumbal dextra)
Riwayat Pribadi 4. Palpasi: nyeri tekan ringan- Edukasi:
Pola makan tidak teratur berat (regio epigastrium, Makan teratur sesuai pola
hipokondrium sinistra, makan
Minum obat NSAID tanpa makan
lebih dulu umbilicus, dan lumbal dextra) Hindari makanan dan
minuman asam
Konsumsi alcohol
Kurangi makanan pedas
Stress psikologis
Kurangi makanan berlemak
Sering makan/minum asam
4. Tukak Anamnesis: General Survey: Darah lengkap: normal Farmakologi :
Peptik TUKAK GASTER TUKAK DUODENUM Tampak sakit ringan-berat Tes H.Pylori non invasive R/Alumunium Hidroksida
1. Nyeri ulu hati 1. Terbangun tengah
2. Muntah malam akibat nyeri tergantung drajat penyakit Endoskopi 500mg tab no XX
3. Serangan 2. Nyeri hilang setelah Jika disertai pendarahan SCBA Test ph nafas 4dd tab 1 ac
setelah minum antacid
makan 3. Serangan terjadi saat
tanda anemia (lemah, letih, lesu
4. Di sebelah lapar lunglai) R/Domperidone 10 mg tab no
kiri garis 4. Sebelah kanan garis TTV: XV
umbilikus umbilikus
Dalam batas normal DDx 3dd tab 1 ac
Biasanya pada orangtua yang
Lokalis: 1. Gastritis R/Sukralfat 500mg tab no. XXX
konsumsi NSAID rutin
Riwayat Penyakit Sekarang: Konjungtiva pucat apabila 2. GERD 4dd tab 1 ac
terdapat anemia 3. NERD
Keluhan dari salah satu butir
19

anamnesis PF Abdomen 4. Sindroma dispepsia Edukasi:


Nyeri di ulu hati saja Inspeksi normal Makan teratur sesuai pola
Riwayat Penyakit Dahulu: Auskultasi: bising usus makan
Pernah mengalami keluhan normal Hindari makanan dan
seperti ini / pernah terdiagnosa Perkusi: Timpani minuman asam
gastritis/ pendarahan SCBA hipertimpani (regio Kurangi makanan pedas
Pernah mengalami refluks epigastrium, hipokondrium Kurangi makanan berlemak
kandung empedu sinistra, umbilicus, dan
Riwayat Penyakit Keluarga lumbal dextra)
- Palpasi: nyeri tekan ringan-
Riwayat Pribadi berat (regio epigastrium,
Pola makan tidak teratur hipokondrium sinistra,
Minum obat NSAID tanpa makan umbilicus, dan lumbal dextra)
lebih dulu
Konsumsi alcohol
Stress psikologis
Sering makan/minum asam
5. GERD/NERD GERD NERD General Survey: GERD Farmakologi :
Gastroesofageal Non Erosive Reflux
refluksDisease Disease Tampak sakit ringan-berat Endoskopi terdapat R/Alumunium Hidroksida
Refluks berulang Mirip sindroma tergantung drajat penyakit mucosal break di 500mg tab no XX
hingga dispepsia
Lokalis: esophagus 4dd tab 1 ac
menimbulkan Gejala klinis tipikal
kerusakan esofagus GERD Konjungtiva pucat apabila NERD
Fisiologis terdapat anemia pH esophagus R/Domperidone 10 mg tab no
Heartburn
PF Abdomen PPI test (+) X
Anamnesis: Inspeksi normal 3dd tab 1 ac
Auskultasi: bising usus DDx
Mual & muntah, anoreksia R/Omeprazole 20 mg tab no X
normal 1. Gastritis
Disfagia/Odinofagia 1dd tab 1 ac
Perkusi: Timpani 2. Tukak peptic
Nyeri ulu hati 3. Sindroma dispepsia
hipertimpani (regio
Terasa kembung Edukasi:
epigastrium, hipokondrium
Muntah Makan teratur sesuai pola
sinistra, umbilicus, dan
Sering sendawa/kentut lumbal dextra) makan
Riwayat Penyakit Sekarang: Hindari makanan dan
Palpasi: nyeri tekan ringan-
Keluhan dari salah satu butir berat (regio epigastrium, minuman asam
anamnesis hipokondrium sinistra, Kurangi makanan pedas
Riwayat Penyakit Dahulu: umbilicus, dan lumbal dextra) Kurangi makanan berlemak
20

-
Riwayat Penyakit Keluarga
-
Riwayat Pribadi
-
6. Apendisitis Anamnesis: General Survey: Darah lengkap Tatalaksana
Nyeri abdomen Tampak sakit sedang Leukosit: 11.000-14.000 shift Tirah baring
Anorexia,nausea dan vomitus. Lokalis: to the left 75%. Cairan IV untuk rehidrasi RL
Localized right lower quadrant PF Abdomen Jika >18.000 (20 tetes/menit) atau
abdominal tenderness. Inspeksi normal, sedikit perforasi/peritonitis sesuai indikasi apabila
Low grade fever(37,8 C ). membuncit. Appendicular LED meningkat terdapat dehidrasi
Nyeri somatic abses: penonjolan pada titik Foto polos abdomen Pasang NGT untuk
Nyeri visceral mc. burney terdapat fecalith, infiltrat dekompresi lambung dan
Nyeri menyebar Auskultasi: bising usus USG mencegah muntah
Riwayat Penyakit Sekarang: menurun Laparoskopi Makanan sebaiknya tidak
Nyeri awalnya di ulu hati, tapi Perkusi: nyeri ketok (+) Appendicogram diberikan peroral
lama kelamaan menyebar Palpasi: Nyeri tekan di area
Demam hilang timbul dan tidak Mc Burney, nyeri tekan lepas, Antibiotik diberikan pada
terlalu tinggi defans muscular (+) DDx: appendicitis gangrenosa dan
Nafsu makan menurun Rovsing Sign nyeri tekan pada Kolesistitis akut perforata
Trias Murphy: Pain, Vomit, Fever bagian kanan apabila di tekan di Diverticulum Meckel
Obstipasi bagian kiri Enteritis regional Operatif
Riwayat Penyakit Dahulu: Obturator Signnyeri apabila Pankreatitis 1. Surgical dilakukan
- panggul dan lutut di fleksikan lalu Batu ureter Appendectomi terbuka
Riwayat Penyakit Keluarga diputar (endorotasi dan Cystitis atau Appendectomi
- eksorotasi) Salpingitis akut Laparascopik.
Riwayat Pribadi Psoas sign nyeri apabila fleksi Kehamilan ektopik 2. Peritonitis atau
Jajan sembarangan pada articulatio coxae dextra Appendiculer infiltrat
Atau nyeri pada saat pasien posisi dilakukan Laparatomi.
miring kiri dengan tungkai kanan
hiperekstensi (nyeri di perut kanan
bawah)
7. Peritonitis Anamnesis: General Survey: Darah lengkap Tatalaksana
Nyeri hebat pada abdomen Tampak sakit sedang-berat >18.000 Perbaiki KU pasien
dirasakan terus menerus Demam, suhu >38.3oC perforasi/peritonitis Pasien puasa
Demam Takikardi LED meningkat Dekompresi saluran cerna
21

Mual muntah Hipotensi dengan NGT


Kesulitan bernafas karena cairan Takipneu Penggantian cairan dengan
dalam abdomen Akral dingin DDx: rehidrasi (cairan IV)
Riwayat Penyakit Sekarang: Konjungtiva pucat Kolesistitis akut Antibiotik spectrum luas IV
Intensitas nyeri semakin Lokalis: Diverticulum Meckel Analgetik IV
meningkat PF Abdomen Enteritis regional
Riwayat Penyakit Dahulu: Inspeksidistensi abdomen Pankreatitis
- Auskultasi: bising usus Batu ureter
Riwayat Penyakit Keluarga menghilang Cystitis
- Perkusi: hipertimpani Salpingitis akut
Riwayat Pribadi Palpasi: nyeri tekan lepas Kehamilan ektopik
Ada tanda tanda appendisitis abdomen, defans muscular,
perut papan
Rectal toucher: nyeri di semua
arah, tonus sfingter ani menurun,
ampulla rekti isi udara
8. Ascariasis Anamnesis: General Survey: Darah lengkap Tatalaksana
(infeksi Nafsu makan menurun, lemah, TTV normal Eosinofil meningkat R/Mebendazol 100 mg tab no
cacing pucat, BB turun, mual, muntah Konjungtiva anemis X
gelang) Batuk disertai demam (sindroma Tanda-tanda malnutrisi Pem. Tinja 2 dd tab 1 pc
loeffler) Nyeri abdomen Ditemukan telur ascaris
Konstipasi Lokalis: R/Domperidone 10 mg tab no
Diare PF Abdomen DDx X
Muntah cacing Inspeksi distensi abdomen Kecacingan lainnya 3dd tab 1 ac
Obstruksi sal. cerna Auskultasi: bising usus
Riwayat Penyakit Sekarang: menurun-menghilang Edukasi
Intensitas nyeri semakin Perkusi: normal, nyeri ketok 1. Cuci tangan di air mengalir
meningkat Palpasi: nyeri tekan 2. Menutup makanan
Riwayat Penyakit Dahulu: 3. Buat jamban keluarga
- 4. Gunakan pupuk kompos
Riwayat Penyakit Keluarga 5. Jaga kebersihan lingkungan
-
Riwayat Pribadi
1. Kebiasaan tidak cuci tangan
2. Kurangnya penggunaan jamban
3. Penggunaan tinja sebagai pupuk
22

4. Makanan yang tidak ditutup dan


dihinggapi lalat
9. Disentri Anamnesis General Survey Pemeriksaan Tinja kultur Farmakologi
Basiler Ameba Tampak sakit ringan-berat tinja R/Paracetamol 500 mg tab No.
Demam tinggi (39,5- Demam naik turun
40oC) & menggigil X
Frekuensi BAB >10X Frekuensi BAB <10x TTV DDx 3 dd tab 1 p.c
BAB tidak ada darah BAB terdapat darah Febris (>38.3oC) 1. Infeksi E.Coli
Masa inkubasi 1-4 Masa inkubasi
hari hingga hitungan Terdapat tanda-tanda dehidrasi 2. EIEC Disentri Basiller:
bulan 3. EHEC R/ Siprofloksasin 500 mg tab
Pemeriksaan Fisik no. X
1. Sakit perut sebelah kiri dan BAB Nyeri perut pada sebelah kiri 2 dd tab 1 p.c
encer bercampur lendir dan Tenesmus
darah Disentri Amoeba:
2. Muntah R/Metronidazol 500 mg tab no.
3. Sakit kepala XX
3 dd tab 1 p.c
Riwayat pribadi
Kebersihan lingkungan dan sanitasi Edukasi
yang kurang 1. Tirah baring
2. Rehidrasi cairan per oral
3. Diet makanan lunak
frekuensi BAB berkuran
10. Hemorrhoid Anamnesis General Assasement Klasifikasi Farmakologi
1. Defekasi berdarah Sakit ringan-sedang Grade 1 hemorrhoid Grade 1
2. Prolaps saat defekasi mencapai anal kanal R/Dexamethasone 0.5 mg tab
3. Iritasi kulit perianal Pemeriksaan Fisik Grade 2 hemorrhoid no. X
4. Gejala anemia Inspeksi terlihat pada drajat mencapai sfhincter eksterna, 3 dd ta 1 p.c
2,3,4 tampak saat pemeriksaan,
Riwayat pribadi Palpasi/Rectal Toucher dapat masuk kembali secara Edukasi
1. Wanita hamil Jaringan ikat yang mengalami spontan 1. Konsumsi makanan
2. Konstipasi fibrosis teraba Grade 3 hemorrhoid tinggi serat (buah-
3. Kurang konsumsi serat (Jangan lupa nilai tonus otot, keluar dari anal kanal, dapat buahan)
4. Sering mengedan permukaan lumen, nilai prostat, masuk jika didorong scr 2. Minum air 6-8
reflek bulbocavernosum) manual gelas/hari
Setelah RT apakah ada Grade 4 hemorrhoid 3. Jangan menahan BAB
darah/lendir/feses pada keluar anal kanal dan tidak Operatif
23

handschoon bisa masuk lagi Grade 2-4


Hemorrhoid eksterna Hemorrhoidektomi
dibawah linea dentate, 1. Krioterapi
dilapisi olehmukosa epitel 2. Elektrokoagulasi
3. Krioterapi
Colonoscop

DDx
Kondiloma akuminata,
proktitis, prolapse rektal
11. Hepatitis A Anamnesis General Survey Pemeriksaan Penunjang Farmakologi
1. Demam Sakit ringan-sedang 1. Tes lab. Urin (bilirubin R/Paracetamol 500 mg tab No.
2. Mata kuning kulit kuning dalam urin) X
3. Nafsu makan turun Pemeriksaan Fisik: 2. Pem. Darah: peningkatan 3 dd tab 1 p.c
4. Nyeri otot dan sendi 1. Febris kadar bilirubin dalam
5. Lemah, letih, lesu 2. Sklera ikterik darah, SGOT dan SGPT R/Domperidone 10 mg tab no
6. Mual dan muntah 3. Hepatomegaly >2x normal X
7. Warna urin seperti the 3. IgM anti HAV 3dd tab 1 ac
8. Feses dempul
DDx R/Curcuma 200 mg tab no. XX
Riwayat Pribadi Ikterus Obstruktif 3 dd tab 1 p.c
Sering jajan sembarangan Hepatitis B akut
Serumah bersama penderita Sirosis hepatis Edukasi
hepatitis 1. Istirahat yang cukuk
2. Banyak minum air
3. Makan makanan tinggi
kalori
4. Perbaiki sanitasi dan jaga
kebersihan
5. Pisahkan alat makan untuk
pasien
12. Kolesistitis Anamnesis General Survey Pemeriksaan Penunjang Farmakologi
1. Demam Sakit ringan-sedang 1. Leukositosis ringan
2. Nyeri mirip nyeri angina 12.000-14.000 R/Paracetamol 500 mg tab No.
3. Serangan muncul setelah Pemeriksaan Fisik: 2. Bilirubin meningkat X
konsumsi makan 1. Ikterik penyebab adanya ringan 3 dd tab 1 p.c
24

besar/makanan berlemak batu empedu di sal. 3. Alkaline fosfatase


4. Flatus dan mual Empedu ekstrahepatik meningkat ringan R/Domperidone 10 mg tab no
2. Teraba massa kandung X
Riwayat Pribadi empedu 3dd tab 1 ac
1. Gangguan pencernaan 3. Nyeri tekan dengan tanda
serangan berulang namun peritonitis local R/Ampisilin 500 mg inj no I
gejala tidak khas 4. Murphy sign nyeri di Imm
2. Mual muntah, tidak tahan RUQ dan menyebar ke
dengan makanan berlemak scapula kanan Edukasi
3. Ada riwayat sebelumnya Istirahat yang cukup
Banyak minum air
Makan makanan tinggi
kalori
Perbaiki sanitasi dan jaga
kebersihan
Pisahkan alat makan
untuk pasien
13. Sirosis Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Darah Pasang NGT
Hepatis 1. Nafsu makan turun 1. Pigmentasi wajah SGOT/SGPT Farmakologi
2. Mual muntah 2. Sklera ikterik R/Interferon 3 juta IU no.I
3. BB turun 3. Spider naevi palmaris DDx Imm
4. Ada riwayat hepatitis 4. Caput medusa (+) Pendarahan SCBA
5. Cairan pada abdomen Tukak peptic Edukasi
6. Edema tungkai Varises Oesophagus Diet Hepar
7. Atrofi testis Tirah baring
8. Ginekomasti
Operatif
Transplantasi hepar
25

BLOK TROPICAL INFECTIOUS DISEASE


26

No Penyakit Manifestasi Klinik Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang Terapi Dx, DDx
1. Demam Tifoid Anamnesis: Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan Penunjang: Tindakan: Suspek demam tifoid
1. Demam turun naik KU: biasanya tampak 1. Darah perifer lengkap -Vena puncture (Suspect case):
terutama sore dan sakit sedang atau sakit beserta hitung jenis -Skin test Demam, gangguan
malam hari dengan berat. leukosis. -Pemasangan infus saluran cerna dan
pola intermiten dan Kesadaran: dapat Dapat menunjukkan: petanda gangguan
kenaikan suhu step- compos mentis atau leukopenia / leukositosis / Farmakoterapi: kesadaran. Diagnosis
ladder. Demam tinggi penurunan kesadaran jumlah leukosit normal, Terapi definitif: suspek tifoid hanya
dapat terjadi terus (mulai dari yang limfositosis relatif, R/ Kloramfenikol caps 500 mg dibuat pada pelayanan
menerus (demam ringan, seperti apatis, monositosis, No. XX kesehatan primer.
kontinu) hingga somnolen, hingga yang trombositopenia (biasanya S 4 d.d 1 caps p.c Demam tifoid klinis
minggu kedua. berat misalnya ringan), anemia. (Probable case):
2. Sakit kepala delirium atau koma) 2. Serologi Terapi simptomatis: Suspek demam tifoid
(pusing-pusing) yang TTV: a. IgM antigen O9 R/ Paracetamol tab 500 mg No. didukung dengan
sering dirasakan di 1.Demam, suhu > Salmonella thypi (Tubex- XV gambaran laboratorium
area frontal. 37,5oC. TF) S 3 d.d tab 1 p.c yang menunjukkan
3. Gangguan 2.Dapat ditemukan - Hanya dapat mendeteksi tifoid.
gastrointestinal bradikardia relatif, antibody IgM Salmonella Edukasi: Diagnosis Banding:
berupa konstipasi dan yaitu penurunan typhi 1. Tirah baring DBD,
meteorismus atau frekuensi nadi - Dapat dilakukan pada 4-5 2. Menjaga kecukupan cairan malaria,leptospirosis,
diare, mual, muntah, sebanyak 8 denyut per hari pertama demam (minum yang banyak) infeksi saluran kemih,
nyeri abdomen dan menit setiap kenaikan b. Enzyme Immunoassay 3. Diet tetap makan nasi, Hepatitis A, sepsis,
BAB berdarah. suhu 1oC. test (Typhidot) konsistensi lembut, tinggi kalori tuberkulosis milier,
4. Gejala penyerta Head to toe: - Dapat mendeteksi IgM dan dan protein, rendah serat endokarditis infektif,
lain, seperti nyeri otot 1.Ikterus IgG Salmonella typhi 4. Hygiene pribadi dan demam rematik akut,
dan pegal-pegal, 2. Pemeriksaan mulut: - Dapat dilakukan pada 4-5 lingkungan abses dalam, demam
batuk, anoreksia, typhoid tongue, hari pertama demam (Sumber: IPD UI) yang berhubungan
insomnia. tremor lidah, halitosis c. Tes Widal tidak dengan infeksi HIV.
5. Pada demam tifoid 3. Pemeriksaan direkomendasi
berat, dapat dijumpai abdomen: nyeri - Dilakukan setelah demam
penurunan kesadaran (terutama regio berlangsung 7 hari.
atau kejang. epigastrik), - Interpretasi hasil positif
Faktor Risiko: hepatosplenomegali bila titer aglutinin O
1. Higiene personal 4. Delirium pada kasus minimal 1/320 atau
yang kurang baik, yang berat terdapat kenaikan titer
terutama jarang hingga 4 kali lipat pada
27

mencuci tangan. PF keadaan lanjut: pemeriksaan ulang dengan


2. Higiene makanan 1. Penurunan interval 5 7 hari.
dan minuman yang kesadaran ringan - Hasil pemeriksaan Widal
kurang baik, misalnya sering terjadi berupa positif palsu sering terjadi
makanan yang dicuci apatis dengan oleh karena reaksi silang
dengan air yang kesadaran seperti dengan non-typhoidal
terkontaminasi, berkabut. Bila klinis Salmonella,
sayuran yang dipupuk berat, pasien dapat enterobacteriaceae, daerah
dengan tinja manusia, menjadi somnolen dan endemis infeksi dengue dan
makanan yang koma atau dengan malaria, riwayat imunisasi
tercemar debu atau gejala-gejala psikosis tifoid dan preparat antigen
sampah atau (organic brain komersial yang bervariasi
dihinggapi lalat. syndrome). dan standaridisasi kurang
3. Sanitasi lingkungan 2. Pada penderita baik. Oleh karena itu,
yang kurang baik. dengan toksik, gejala pemeriksaan Widal tidak
4. Adanya outbreak delirium lebih direkomendasi jika hanya
demam tifoid di menonjol. dari 1 kali pemeriksaan
sekitar tempat tinggal 3. Nyeri perut dengan serum akut karena
sehari-hari. tanda-tanda akut terjadinya positif palsu
5. Adanya carrier abdomen. tinggi yang dapat
tifoid di sekitar mengakibatkan over-
pasien. diagnosis dan over-
6. Kondisi treatment.
imunodefisiensi. 3. Kultur Salmonella typhi
(gold standard)
Dapat dilakukan pada
spesimen:
a. Darah : Pada minggu
pertama sampai akhir
minggu ke-2 sakit, saat
demam tinggi
b. Feses : Pada minggu
kedua sakit
c. Urin : Pada minggu kedua
atau ketiga sakit
d. Cairan empedu : Pada
28

stadium lanjut penyakit,


untuk mendeteksi carrier
typhoid
4. Pemeriksaan penunjang
lain sesuai indikasi klinis,
misalnya: SGOT/SGPT,
kadar lipase dan amilase
2. Malaria Anamnesis: Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan Penunjang: Tindakan: Diagnosis:
Demam hilang timbul, 1. Tanda 1. Pemeriksaan hapusan -Buat apusan darah tebal dan Trias Malaria: panas
pada saat demam Patognomonis darah tebal dan tipis tipis menggigil berkeringat,
hilang disertai dengan a. Pada periode ditemukan parasit -Pemasangan infus PF, dan ditemukannya
menggigil,berkeringat, demam: Plasmodium. parasit plasmodium
dapat disertai dengan -Kulit terlihat 2. Rapid Diagnostic Test Farmakoterapi: pada pemeriksaan
sakit kepala, nyeri untuk malaria (RDT). Malaria falsiparum mikroskopis hapusan
memerah, teraba
otot dan persendian, panas, suhu tubuh Lini pertama: darah tebal/tipis.
nafsu makan R/ DHP 320 mg No X Diagnosis Banding
meningkat dapat
menurun, sakit perut, sampai di atas 40oC S 1d.d tab 3 1. Demam Dengue
mual muntah, dan R/ Primakuin tab 15 mg No III 2. Demam Tifoid
dan kulit kering.
diare. S 1 d.d tab 2 3. Leptospirosis
Faktor Risiko: -Pasien dapat juga
1. Riwayat menderita terlihat pucat. 4. Infeksi virus akut
-Nadi teraba cepat lainnya
malaria sebelumnya.
2. Tinggal di daerah -Pernapasan cepat
yang endemis (takipneu)
malaria. b. Pada periode dingin
3. Pernah berkunjung dan berkeringat:
1-4 minggu di daerah - Kulit teraba dingin
endemik malaria. dan berkeringat.
4. Riwayat mendapat - Nadi teraba cepat
transfusi darah. dan lemah.
- Pada kondisi tertentu
bisa ditemukan
penurunan kesadaran.
Head to toe:
1.Kepala: Konjungtiva
29

anemis, sklera ikterik,


bibir sianosis, dan pada
malaria serebral dapat
ditemukan kaku kuduk.
3. Toraks: Terlihat
pernapasan cepat.
4. Abdomen: Teraba
pembesaran hepar dan
limpa, dapat juga
ditemukan asites.
5. Ginjal: bisa
ditemukan urin
berwarna coklat
kehitaman, oligouri
atau anuria.
6. Ekstermitas: akral
teraba dingin
merupakan tanda-
tanda menuju syok.
3. DBD Anamnesis: Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan Penunjang : Tindakan: Diagnosis DBD:
dan DD 1. Demam tinggi, Tanda patognomonik 1. Darah perifer lengkap: DBD Derajat 2: 1. Demam 27 hari yang
mendadak, terus DD: a. Trombositopenia ( -Resusitasi inisial RL/NaCl 0,9% timbul mendadak,
menerus selama 2 7 1. Suhu > 37,5oC 100.000/L). atau RLD5/NaCl 0,9% + D5 6-7 tinggi, terus-menerus
hari. 2. Ptekie, ekimosis, b. Kebocoran plasma yang ml/kgBB/jam (kontinu)
2. Manifestasi purpura ditandai dengan: -Monitor selama 6 jam 2. Adanya manifestasi
perdarahan, seperti: 3. Perdarahan mukosa membaik : 5 ml/kgBB/jam perdarahan baik yang
-peningkatan hematokrit memburuk : 10-15
bintik-bintik merah di 4. Rumple Leed (+) (Ht) 20% dari nilai standar spontan seperti petekie,
kulit, mimisan, gusi ml/kgBB/jam purpura, ekimosis,
Tanda patognomonik data populasi menurut
berdarah, muntah DBD: umur epistaksis, perdarahan
berdarah, atau buang DBD Derajat 3 dan 4: gusi, hematemesis dan
1. Suhu > 37,5 derajat - Ditemukan adanya efusi
air besar berdarah. -Oksigenasi 2-4 L/menit atau melena; maupun
celcius pleura, asites -RL/NaCl 0,9% 20 ml/kgBB/30 berupa uji Tourniquette
3. Gejala nyeri kepala, 2. Ptekie, ekimosis, - Hipoalbuminemia, menit yang positif
mialgia, artralgia, purpura hipoproteinemia
nyeri retroorbital. 3. Sakit kepala, mialgia,
3. Perdarahan mukosa c. Leukopenia < 4000/L. Farmakoterapi:
4. Gejala artralgia, nyeri
R/ Parasetamol tab 500 mg No.
30

gastrointestinal, 4. Rumple Leed (+) 2. Serologi Dengue, yaitu X retroorbital


seperti: mual, 5. Hepatomegali IgM dan IgG anti-Dengue, S 3 d.d 1 prn 4. Adanya kasus demam
muntah, nyeri perut 6. Splenomegali yang titernya dapat berdarah dengue baik di
(biasanya di ulu hati terdeteksi setelah hari ke-5 Edukasi: lingkungan sekolah,
7. Untuk mengetahui
atau di bawah tulang demam. -Tirah baring rumah atau di sekitar
iga) terjadi kebocoran -Rehidrasi rumah
plasma, diperiksa
5. Kadang disertai a. Hepatomegali
tanda-tanda efusi Pencegahan:
juga dengan gejala pleura dan asites. b. Adanya kebocoran
lokal, seperti: nyeri -Lotion nyamuk/kelambu plasma yang ditandai
8. Hematemesis atau -Tidak keluar malam hari
menelan, batuk, pilek. dengan salah satu:
melena.
6. Pada kondisi syok, -Peningkatan nilai
anak merasa lemah, hematokrit, >20% dari
gelisah, atau pemeriksaan awal atau
mengalami dari data populasi
penurunan menurut umur
kesadaran. - Ditemukan adanya
7. Pada bayi, demam efusi pleura, asites
yang tinggi dapat - Hipoalbuminemia,
menimbulkan kejang. hipoproteinemia
Faktor Risiko: c. Trombositopenia
1. Sanitasi lingkungan <100.000/mm3
yang kurang baik,
misalnya: timbunan DDTanpa kebocoran
sampah, timbunan plasma
barang bekas,
genangan air yang DDx: Cikungunya, tifoid
seringkali disertai di
tempat tinggal pasien
sehari-hari.
2. Adanya jentik
nyamuk Aedes
aegypti pada
genangan air di
tempat tinggal pasien
sehari-hari.
3. Adanya penderita
31

demam berdarah
dengue (DBD) di
sekitar pasien.
4. Askariasis Anamnesis: Gejala Klinis : Pemeriksaan Penunjang: Tindakan: Diagnosis:
Nafsu makan -Karena larva di -Terdapat larva atau cacing -Pemeriksaan feses Ditemukan larva atau
menurun, perut paru:Batuk, demam, dalam tinja cacing dalam tinja
membuncit, lemah, dan eosinofilia. -Eosinofilia 10% Farmakoterapi:
pucat, berat badan PP: -Pirantel pamoat atau Oksantel- DDx:
menurun, mual, Foto thoraks tampak pirantel pamoat 10 Infeksi cacing lain
muntah. infiltrat yang mg/kgBB/hari dosis tunggal
menghilang dalam -Mebendazol 100 mg
waktu 3 minggu. 2 d.d 1 selama 3 hari
Keadaan ini disebut -Albendazol 400 mg
sindroma Loeffler. 2 tablet dosis tunggal/ 20 ml
suspensi dosis tunggal
Gejala Klinis :
-Karena cacing dewasa Edukasi:
di usus: -Sanitasi dan Hygiene
Mual, nafsu makan -Cuci tangan dan kaki setelah
berkurang, diare, atau main di tanah
konstipasi, rasa tidak
enak di perut, kolik
akut pada daerah
epigastrium, gangguan
selera makan,
mencret, terkadang
demam.

-Infeksi berat: anemia


dan malabsorpsi
5. Diare Infeksi Anamnesis: Gejala Klinis: Tindakan:
-BAB cair atau Infeksi asimptomatik, -Rehidrasi oral atau IV
setengah diare tanpa darah,
cair/setengah padat, diare berdarah Farmakoterapi:
kandungan air tinja -Ampisilin 4x500 mg/hari atau;
lebih banyak dari -Kotrimoksazol 2 d.d 2 tab atau;
32

biasanya lebih dari -Tetrasiklin 4x500 mg/hari


200 gr atau 200 ml/24 selama 5 hari
jam
-BAB encer > 3x/hari
dengan/tanpa lendir
atau darah

Gejala Klasik:
Nyeri abdomen
sangat, diare dengan
atau tanpa darah,
mual, muntah

Faktor risiko:
-Baru berpergian ke
daerah tropis, pekerja
sukarela, sering
berkemah
-Makan makanan
mentah, fast food
-Homoseksual,
pekerja seks,
pengguna obat IV,
risiko infeksi HIV
33

BLOK NEUROPSYCHIATRY
34

No Penyakit Manifestasi Klinik Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang Terapi


1 Gangguan Anamnesis: General Survey: Pemeriksaan neurologi (CT Tindakan:
Somatoform Riwayat Penyakit Sekarang: Bergantung jenis somatoform: Scan) untuk mengekslusi Psikososial terapi
Gejala fisik yang berulang-ulang, Somatisasi, somatoform tak Gangguan mental organic) Kognitive behavioral therapy
disertai permintaan pemeriksaan terinci memperlihatkan pasien
medik, telah terdiagnosis sehat tampak sakit sedang, penampilan Seluruh penunjang yang Farmakologi :
oleh dokter dan tidak ditemukan baik. berkaitan dengan penyakit Terapi awal
kelainan organ. menunjukan data normal. Antidepresan:
Somatoform hipokondrik: Imipramine 75 mg 1X perhari
Menyangkal bahwa kelainan fisik terdapat perubahan wujud fisik Diagnosis Banding: selama 2 minggu
yang dialami berhubungan Gangguan mental organik
dengan konflik psikis Toksik halusinogen Fluoxentin 20 mg 1X perhari selama
TTV: beberapa minggu (1 minggu)
Didapatkan gejala anxietas dan Dalam batas normal
depresi
Lokalis:
Riwayat Penyakit Dahulu: Bergantung pada area yang
Gangguan somatisasi: sudah dikeluhkan biasanya pada:
dialami sejak 2 tahun dan tidak Jantung, paru, gastriintestinal
ditemui kelainan fisik atas dan bawah, genitourunaria
Tidak mau menerima nasihat dan lainlain
Terdapat disabilitas dalam Menunjukan keadaan normal
masyarakat
Pemeriksaan status mental:
Gangguan somatoform tak Deskripsi Umum:
terinci: kriteria somatisasi tidak Penampilan tampak normal
muncul Bicara

Ganggan hipokondrik: Mood dan Afek


Keyakinan menetap Mood: depend on
sekurangkurangnya satu penyakit situation
fisik yang melandasi, terdapat Afek : luas dan
perubahan fisik dan terdapat appropriate
35

preokupasi menetap. Keserasian: serasi


Pikiran dan Persepsi:
Riwayat Penyakit Keluarga Bentuk pikir
(produktivitas, arus pikir,
gangguan
bahasa(normal)
Riwayat Pribadi Isi Pikir(normal)( terpaku
pada sakit yang dialami)
Gangguan pikir (normal)
Persepsi (normal)
Fungsi Kognisi (normal)
Kesadaran
Orientasi
Daya ingat
Tingkat pikiran
Insight (Terbatas pada penyebab
munculnya gejala bukan berasal
dari psikologis)
Judgement(normal)

2 Insomnia Riwayat penyakit sekarang: General survey : Quitionare Cognitive behavioral therapy
Sulit memuali tidur, sulit Penampilan pasien CT untuk exclude Gangguan
mempertahankan tidur, sulit Mental Organik Farmakologi:
mencapai tidur yang berkualitas TTV: normal-decrease Sedative dan hypnotic
Disertai gejala myalgia, tiredness, Zaleplon 10 mg PO 1X perhari
irritabillity, reduce work Lokalis: (kurang dari 4 minggu) 4 miggu
performance, dificult Ekslusi gejala sleep apnea
concentrating. dikarenakan insomnia dapat Zolpidem 5 mg PO 1X ketika ingin
diabatkan oleh sleep apnea tidur
Terjadi gangguan dalam 2 minggu Sleep apnea: malampati score 3-
4, tonsil membesar, leher Antidepresan
Riwayat penyakit terdahulu: membesar Amitripilin
Pernah mengonsumsi obat
seperti: Pemeriksaan Status Mental :
Betablocker Pasien insomnia cenderung
Clonidine diakibatkan oleh gejala ansietas
36

Theophyline dan depresi. Pada Pemeriksaan


Decongestant status mental
Depresi
Mood dan Afek
Mood: sad, Afek :
dangkal
Keserasian: serasi
4 Psikotik Kriteria diagnosis berdasarkan ICD Berikan obat antipsikotik:
syndrome Keluhan Pasien mungkin datang 10-PC, yaitu: 1. Halusinasi Haloperidol 2-3 x 2-5 mg/hari atau
dengan keluhan: 1. Sulit (terutama halusinasi dengar); Risperidon 2x 13 mg/hari atau
berpikir/sulit berkonsentrasi 2. merupakan gangguan persepsi Klorpromazin 2-3 x 100-200
Tidak dapat tidur, tidak mau (persepsi palsu), tanpa adanya mg/hari. Untuk haloperidol dan
makan 3. Perasaan gelisah, tidak stimulus sensori eksternal. risperidon dapat digabungkan
dapat tenang, ketakutan 4. Bicara Halusinasi dapat terjadi pada dengan benzodiazepin (contoh:
kacau yang tidak dapat setiap panca indra, yaitu diazepam 2-3 x 5 mg, lorazepam 1-3
dimengerti 5. Mendengar suara halusinasi dengar, lihat, cium, x 1-2 mg) untuk mengurangi agitasi
orang yang tidak dapat didengar raba, dan rasa. 2. Waham dan memberikan efek sedasi.
oleh orang lain 6. Adanya pikiran (delusi);merupakan gangguan Benzodiazepin dapat ditappering-off
aneh yang tidak sesuai realita 7. pikiran, yaitu keyakinan yang setelah 2-4 minggu. Catatan:
Marah tanpa sebab yang jelas, salah, tidak sesuai dengan realita klorpromazin memiliki efek samping
kecurigaan yang berat, perilaku dan logika, namun tetap hipotensi ortostatik.
kacau, perilaku kekerasan 8. dipertahankan dan tidak dapat
Menarik diri dari lingkungannya dikoreksi dengan cara apapun
dan tidak merawat diri dengan serta tidak sesuai dengan budaya
baik setempat. Contoh: waham kejar,
waham kebesaran, waham
kendali, waham pengaruh. 3.
Perilaku kacau atau aneh 4.
Gangguan proses pikir (terlihat
dari pembicaraan yang kacau dan
tidak dimengerti) 5. Agitatif 6.
Isolasi sosial (social withdrawal)
5 Gangguan Gejala mirip dengan gejala PF Status mental: Berikan obat antipsikotik:
Waham psikotik, tetapi yang menonjol Isi Pikir: Waham Haloperidol 2-3 x 2-5 mg/hari atau
adalah Waham, tidak disertai Sisanya: dbn Risperidon 2x 13 mg/hari atau
dengan halusinasi Klorpromazin 2-3 x 100-200
37

mg/hari. Untuk haloperidol dan


risperidon dapat digabungkan
dengan benzodiazepin (contoh:
diazepam 2-3 x 5 mg, lorazepam 1-3
x 1-2 mg) untuk mengurangi agitasi
dan memberikan efek sedasi.
Benzodiazepin dapat ditappering-off
setelah 2-4 minggu. Catatan:
klorpromazin memiliki efek samping
hipotensi ortostatik.
9 Gangguan Biasanya pasien datang dengan General survey Darah rutin kombinasi fluoksetin atau sertralin
cemas keluhan fisik seperti: nafas Compos mentis Fungsi kelenjar tiroid dengan antianxietas benzodiazepin.
pendek/cepat, berkeringat, Berkeringat, gelisah Blodd chemsitry panel Obat-obatan antianxietas jenis
gelisah, gangguan tidur, mudah benzodiazepin yaitu: diazepam 1x2-
lelah, jantung berdebar, TTV: dbn 5 mg atau lorazepam 1-2x0,5-1
gangguan lambung, diare, atau mgatauklobazam 2x5-10
bahkan sakit kepala yang disertai Mental State: mgataualprazolam 2x 0,25-0,5mg.
dengan rasa cemas/khawatir Mood dan Afek Setelah kira-kira 2-4 minggu
berlebihan. Mood: normal atau benzodiazepin ditappering-off
depresed perlahan, sementara antidepresan
Faktor Risiko 1. Adanya Afek : preserved diteruskan hingga 4-6 bulan
faktorbiologis yang Keserasian: serasi sebelum ditappering-off. Hati-hati
mempengaruhi, antara lain hiper Pikiran dan Persepsi: dbn potensi penyalah gunaan pada
aktivitas sistem noradrenergik, Bentuk pikir alprazolam karenawaktu paruh yang
faktorgenetik. 2. Ciri kepribadian (produktivitas, arus pikir, pendek
tertentu yang imatur dan tidak gangguan
fleksibel, seperti ciri kepribadian bahasa(normal)
dependen, skizoid, anankastik, Isi Pikir(normal)( terpaku
cemas menghindar. pada sakit yang dialami)
Gangguan pikir (normal)
Persepsi (normal)
Fungsi Kognisi (normal): intak
Kesadaran
Orientasi
Daya ingat
Tingkat pikiran
38

10 Gangguan Allo dan Auto Anamnesis General survey antidepresan dosis rendah, dapat
depresi tambahan: 1. Adanya gejala Compos mentis dinaikkan apabila tidak ada
seperti minat dalam melakukan Berkeringat, gelisah perubahan yang signifikan setelah 2-
aktivitas/semangat yang 3 minggu: fluoksetin 1x10-20
menurun, merasa sedih/ murung, TTV: dbn mg/hari atau
nafsu makan berkurang atau sertralin 1x25-50
meningkat berlebihan, sulit Mental State: mg/hariatauamitriptilin 1x12,5-50
berkonsentrasi, kepercayaan diri Mood dan Afek mg/hariatau imipramin12x10-25
yang menurun, pesimistis. 2. Mood: depresed mg/hari. Catatan: amitriptilin dan
Keluhan biasanya sering terjadi, Afek : dangkal imipramin tidak boleh diberikan
atau berlangsung lama, dan Keserasian: serasi pada pasien dengan penyakit
terdapat stresor kehidupan. 3. Pikiran dan Persepsi: dbn jantung, dan pemberian berhati-hati
Menyingkirkan riwayat penyakit Bentuk pikir untuk pasien lansia karena efek
fisik dan penggunaan zat (alkohol, (produktivitas, arus pikir, hipotensi ortostastik (dimulai
tembakau, stimulan, dan lain-lain) gangguan dengan dosis minimal efektif).
bahasa(normal)
Keluhan tambahan: Isi Pikir(normal)( terpaku
pada sakit yang dialami)
suasana perasaan sedih/murung, Gangguan pikir (normal)
kehilangan minat/kesenangan Persepsi (normal)
(menurunnya semangat dalam Fungsi Kognisi (normal): intak
melakukan aktivitas), mudah, Kesadaran
lelah, gangguan tidur, konsentrasi Orientasi
menurun, gangguan pola makan, Daya ingat
kepercayaan diri yang berkurang, Tingkat pikiran
pesimistis , rasa tidak
berguna/rasa bersalah
11 Kejang Anamnesis : General Survey: Penunjang: Tata Laksana Kejang:
Demam Simplex: Bangkitan kejang yang Kesadaran: pasca kejang compos Digunakan untuk mencari Dirumah:
terjadi ketika suhu tubuh tinggi. mentis, kejang: bisa concious dan etiologi demam Diazepam rectal 5 mg (BB>10), 10
Diawali dengan demam pada unconciouss Darah Rutin: mg(BB>10). Atau 5 mg (<3 tahun)
ANAK dibwah 5 tahun, kejang Tampilan: Sakit Leukosistosis 7,5 mg(>3 tahun)
yang terjadi <15 menit, berhenti TTV: Elektrolit: normal, apabila Evaluasi 5 menit. Apabila masih
dengan sendirinya, bentuk kejang TD: dbn terdapat gangguan pada berikan diazepam rektal kembali.
berupa umum tanpa gerakan RR: terkadang meningkat elektrolit dipastikan bahwa Apabila setelah diberikan masih
39

fokal dan tidak muncul dalam 24 Nadi: terkadang meningkat isi bukan kejang demam. kejang bawa ke RS.
jam. cukup GDS: normal,
Suhu: >38 derajat. Di RS:
Kompleks: bangkitan >15 menit, Pungsi Lumbar: dilakukan Diazepam 1v 0,3-0,5 mg/kg dengan
muncul 24 jam dan berubah PF neurologi: apabila suspek meningitis kec 1-2 mg/menit dalam waktu 3-5
parsial menjadi umum. Dbn, tidak ada defek neurologis menit (maks 20mg).

Fenitoin : 10-20 mg/kg/kali dengan


kec 1mg/kg.menit atau kurang dari
50mg/menit. Dosis rumatan : 4 8
mg/kg/hari dimulai 12 jam setelah
dosis awal

12 Menigitis Anamnesia : General Survey : Delirium dan Darah Rutin; Menigitis bakteri
Riwayat penyakit sekarang: sakit Polimononuclear leucocytosis anak 1 bulan :
Triad menigitis : nyeri kepala, with shift to the left. 50mg/kgBB iv setiap 8 jam
demam dan kaku kuduk. TTV: Anak 1-3 bulan
Onset: jam dan 1-2 hari TD: dbn Elektrolit 50mg/kgBB setiap 6 jam hingga
Keluhan tambahan: nausea, RR: dbn to increase 12g/hari.
vomit, photfobia, sleepiness, Nadi: dbn to increase Serum
confusion, irritability, delirium. Suhu: meningkat Glukosa=(dibandingkan 7 dewasa:
dengan glukosa CSF) Pediatrik:
Riwayat penyakit dahulu: pernah Pemeriksaan Fisik: Cefotaxime 50mg/kg BB setiap 6
mengalami atau pertama kali. General Inspection: lihat dan cari Kultur dan Test Antigen jam maks. 12gr/hari
Atau pernah mengalami sinusitis, mastoiditis kronis, sinusitis kronis, Bakteri Ceftriaxone 75mg/kgBB setiap 12
otitis media kronik, atau tb kronis, influnza kronis jam maks. 4g/day
mengalami TB kronis. Atau Pungsi Lumbar: (Analisis CSF)
berpergian ke negara endemis Local Examination: Bacterial Menigitis: Dewasa:
menigitis (pergi haji) Neurological: 1. 200-300 mmH20 Cefotaxime 2gr IV 4 jam
PF nervus kranialis : 2. 100-5000 PMN Ceftriaxone 2 g IV 12 jam
Abnormal pada nervus kranial 3. Glukosa <40 mg/dL
3,4,6 dan 7 akibat TTIK 4. Protein>100 mg/dL
Papiledema pda PF kranial 2. 5. Microbiologi: Gram
stain (+)
Gejala Iiritas Menigens Viral Menigitis:
Kaku kuduk 1. 90-200 mm H20
40

Kernig sign (+) 2. 10-300 Limfosit


Brudzenki (+) 3. Glukosa normal
4. Protein normal atau
Refleks Patologis: (-) kalo (+) coba sedikit nail
pikirin penyakit intrakranial dan 5. Viral isolation
gangguan menigens example: Menigitis TB:
perdarahan subarachnoid dengan 1. 180-300mmH20
herniasi 2. 10-200 limfosit
3. Glukosa <40mg/dL
4. Protein >100mg/dl
5. Basil tahan asam
Aseptik menigitis
1. 90-200 mmH20
2. 10-300 limfosit
3. Normal
4. Normal
5. Negatif mikrobiologi

Neuro imaging :
Nonenhacement axial,
ventriculomegaly, with
subdural empyema
20 Tension Anamnesis: General Survey: Compos mentis + Diagnosis dapat ditegakan NSAID :
Headche Nyeri pada kepala yang bersifat sakit dari anamnesis dan Asetaminofen 350 mg kuramg dari 2
terjerat dan biasanya bersifat TTV : dbn pemeriksaan fisik minggu
gradual PF neurologis: dbn Amitripilin 25-350 mg kurang dari 2
Onset 10-40 tahun. Diagnosis Banding: minggu
durasi : 30 menit hingga 7 hari Migrain Analgesik
Sifat nyeri: menekan atau Cluster
memeras kepala.
Lokasi : oksipital dan frontal
terkadang bilateral
Tidak diperberat oleh aktivitas
fisik.

Keluhan tambahan : mual


41

muntah, insomnia, kaku pada


leher dan bagian frontal

21 Migrain Nyeri pada kepala bersifat Geral survey : tampak sakit Diagnosis banding: Terapi : menghindari pencetus
throbing (berdenyut) yang TTV: DBN Migraine seperti suara, cahaya dan pencetus
bersifat variasi. PF neurologis: Cluster lainnya
Kualitas nyeri: ringan hingga Migren tanpa aura : dbn
sedang Migren dengan aura: Farmakologi:
Lokasi : hemicranial PF Nervus kranial 2 bermasalah: Terapi abortif:
Durasi : 4-72 jam 1. Ditemukan cahaya yang Rx:
Onset 10-40 tahun berkedipkedip Asam asetisalisilat 500-1000 mg 3X
Keluhan tambahan : mual, PF Saraf sensoris bermasalah: sehari.
muntah, fotofobia, fonofobia, 1. Positif: pins atau needle
scotomota dan neurological anesthesia atau Ibuprofen 100-300 mg 3 x perhari.
defisit. paraethesia
Ergotamin 2 mg diikuti 1-2 mg
migren tanpa aura: tidak ada setiap 30 menit hingga gejala hilang.
gejala aura
migren dengan aura: gejala sama Sumatriptan 25 mg/50mg/100mg
ditambah adanya aura, nyeri diminum bersama dengan air sehari
kepala mengikuti aura dalam 650 setiap 2 jam PRO RENATA.
menit dlm 2 kali sekarang
Terapi Preventif :
Trisiklik antidepresan
Ca Channel Blocker
22 TIA Anamnesis: General Survey: Laboratory Studies Farmakologi Terapi:
Gejala dari TIA beripa Pasca TIA biasaya ditemukan 1. Darah Rutin
neurological defisit yang Cranial Nerve Dyfunction berupa: 2. Kimia darah Antiplatelet
berlangsung kurang dari 1 jam. 1. Ocular dysmotility 3. Faktor koagulasi Aspirin
Gangguan yang muncul dapat 2. Forehead wrinkling (fibrinogen, D Clopidogrel 75 mgPO qDay
berupa: gangguan perilaku, asymetry dimer,) Ticlopidine 250 mg PO q12hr dc
bicara, berjalan, pergerakan dan 3. Incomplete eyelid 4. Enzim kardia
ingatan. closure 5. Lipid profile Anticoagulan
Riwayat Penyakit Dahulu: 4. Asymetry mouth Warfarin: 2-5mg PO qDay for 2 day
1. Recent surgery retraction Noncontrast Cranial
2. Previous stroke 5. Swalowing dificulties Computed Tomographt:
42

3. CNS infection 6. Weak shoulder 1. A new area


4. Penggunaan obat 7. Visual eyelid defisit infarction
tertentu PF Neurologi: 2. Old areas infarction
5. Diabetes Melitus TTV: dbn atau terganggu, bisanya MRI
6. Gangguan koagulasi memiliki riwayat Hipertensi Vascular Radiology
7. Arteritis
8. Migraine PF Neurologi:
1. Gait and balance test
(kemungkinan
terganggu)
2. PF Motor strentgh
3. Somatic sensor Testing
4. Cranial Nerve Test
5.
23 Stroke Anamnesis : General Survey: Tampak saki CT Scan Brain: Terapi Akut Stroke:
Iskemik Onset mendadak gejala dengan hilang kesadaran. Hyperdense MCA Sign ABC, Perbaiki keadaan umum
neurologicl defisist (hemiparesis,
monoparesis, hemisensosory, TTV: dbn atau abnormal Farmakologi:
monoocular or binocular, bergantung etiologi Rx
diplopia, diastria, facial drop, Warfarin 2-5 mg PO/IV sehari 1X
ataxia, vertigo, dan hilang Head To Toe Exam: selama 2 hari.
kesadaran Stroke et cause heart disease;
1. Ocular fundi Aspirin 50-325mg PO dalam 48 jam .
MCA dot sign
Riwayat Penyakit Dahulu: 2. Irregular heath sounds, Insular ribbon sign
Hipertension murmur, gallop Labetalol
DM Middle Cereblar Artery :
Perokok 1. Contralateral
Kolesterol tinggi hemiparesis
2. Contralateral
Pda Pasien muda: hyperesthesia
Trauma, koagulopati, migrain, 3. Ipsilateral hemiapnosia
mngonsumsi kontrasepsi oral 4. Abnormal gaxing
atau cocaine 5. Agnosia
CT Angiografi : oklusi
6. Aphasia
pembuluh darah
Anterior cereblar:
MRI :
1. GMO
43

2. Refleks patologis (+)


3. Impair judgement
4. Contralateral weakness
5. Contralateral sensory
cortical defisit
6. Gait apraxia
Posterior:
1. Contralateral
homonymous
hemianopsia
2. Cortical blindness
3. Visual agnosia
4. GMO
5. Impaired memory
25 Bells Palsy ANAMNESIS : General Survey: Tampak wajah Penunjang: Terapi :
Paralisis pada bagian upper dan pasien menyong. Nerve excitability test Surgical:
lower kompartemn fasial TTV: dbn Schimer bloting test Fasial nerve decompresion,
Onset: 48 jam subocularis oculi fat lift, fascial
Keluhan tambahan: hiperacusis, PF Otologic: Neuroimaging nerve grafting.
gangguan merasa, otalgia, Inspeksi: dbn
kelemahan otot wajah, poor Sensasi posterio aurikula Diagnosis Banding: Corticosteroid:
eyelid closure, nyeri bagian menurun Acoustic neuroma 1mg/kg BB atau 60 mg/day
mastoid, nyeri mata. Lateralisasi pada tuning fork pada Acute chronic otitis media diberikan selama 10 hari dan
stapedius yang paralisis amyloidosis dilanjutkan dengan tappering off
Antiviral:
PF Ocular: Asiklovir 400 mg 5 kali sehari dalam
Paralisis musculus orbicularis 10 hari
oculi
Bell phenomenom
Tear Reflex

PF Neurologi:
PF Saraf Kranial:idem mirip
dengan tanda diatas
26 Epilepsi Anamnesis : General survey : Tampak sakit Pemeriksaan Penunjang: Terapi Farmakologi :
Onset: <15 atau >15 menit Neuroimaging : Kejang Lena
44

frekuensi kejang: bangkitan TTV: dbn atau abnormal. CT Scan dan MRI Valproic acid: 10-15mg/kgBB IV
muncul 1> atau tidak. q12h diberikan dalam infus selama 1
bentuk kejang: parsial atau Head to Toe Exam : CSF evaluation jam.
general, myoklonik atau lena atau Mecari penyebab kejang ex:
atonik. (spondilitis TB, tuberoscelerosis). EEG (Elektro Ensepalo Graph) Valproic acid: 15mg/kgBB PO q6-
area adversing: lateralisasi lesi 12hr; taikan 5-10mg/kg/day setiap
otak Pemeriksaan Neurologis : Diagnosis Banding: minggu.
gejala otamatisasi: mengecap Seluruh pemeriksaan Neurologis Syncope
lidah, berjalan tanpa arah dan dilakukan untuk melihat bagian Arrythmia Iamotrigine: 50 mg qDay selama 2
gerakan tanpa arti. mana yang mengalami defisit minggu.
Kesadaran: hilang atau tidak. neurologis. Topiramate: 25mg PO q12hr,
faktor pencetus ditaikan 50mgPO q12h, ditaikan
riwayat persalinan hingga 200mg PO q12h dalma
interval minggu,

Tonik/atonik/myoklonik/tonikklonik:
Valproic acid
Iamtrigine
Topiramate

General:
Valproic acid
Focal:
Carbamazepine: 200mg PO q12h
Lacosamide
45

BLOK ENDOCRINE, METABOLISM AND NUTRITION


46

No Penyakit Manifestasi Klinik Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang Terapi


1 IDDM (3A) Anamnesis: poliuria, polidipsia, General Survey: GDS > 200 mg/dL Tindakan:
polifagia, berat badan turun. TB&BB GDP> 126 mg/dL
Ddx : NIDDM Usia anak-remaja HbA1c >7% Farmakologi :
TTV: normal/HT Insulin
Riwayat Penyakit Sekarang: - Awal : 0,5 U/kgBB
mudah lelah, rasa lapar Konsensus Nasional - Selanjutnya
berlebihan, infeksi kulit, jamur Lokalis: Pemeriksaan Pengelolaan DM prepubertal ; 0,5-1 U/kgBB/hari
vagina, kemungkinan komplikasi 1. Poliuri, polidipsi, polifagi, pubertal : 1,2-1,5 U/kgBB/hari
kemungkinan komplikasi jangka BB, GDS>200mg/dL
panjang : 2. Asimptomatis dg Edukasi:
gangguan pada retina, pembuluh GDS>200mg/dL atau - Pengaturan makan 3 kali
darah, ginjal, saraf perifer, GDP>normal dg TTG makan utama dan 3 kali
gangguan tumbuh kembang. terganggu>1 kali pemberian makanan kecil.
pemeriksaan Komposisi kalori yg dianjurkan
Riwayat Penyakit Dahulu: 50-60%KH, 10-15% protein,
Hipertensi 30% lemak
- Olahraga untuk
Riwayat Penyakit Keluarga : DM mempertahankan BB ideal,
sensitivitas thdp insulin
Riwayat Pribadi : suka makan kebutuhan insulin
manis - Pemantauan mandiri kadar
glukosa darah
- Tidak merokok dan minum
alkohol
2 NIDDM (4) Anamnesis: poliuria, polidipsia, General Survey: GDS > 200 mg/dL Tindakan: rujuk jika ada
polifagia, berat badan turun. TB&BB GDP> 126 mg/dL komplikasi
Ddx : IDDM Usia dewasa HbA1c >7%
TTV: normal/HT Profil lipid Farmakologi :
Riwayat Penyakit Sekarang: Kreatinin serum Metformin (biguanid)
lemah badan, kesemutan, gatal, Albiminuria 2x500 mg, diminum pd waktu
mata kabur, disfungsi ereksi PF: Keton, sedimen, dan protein makan
pada pria dan pruritus pada Pem. Funduskopi dalam urin Tolbutamid (Sulfonil urea) 1x2 g
47

wanita Pem. Rongga mulut dan kelenjar Elektrokardiogram


kemungkinan komplikasi jangka tiroid x-ray thoraks Edukasi:
panjang : Pem. Jantung - Pengaturan makan 3 kali
gangguan pada retina, pembuluh Pem. Ekstrimitas atas dan bawah Konsensus Nasional makan utama dan 3 kali
darah, ginjal, saraf perifer. Pem. Kulit dan neurologis Pengelolaan DM pemberian makanan kecil.
1. Gejala klasik DM dg Komposisi kalori yg dianjurkan
Riwayat Penyakit Dahulu: GDS>200mg/dL 45-65%KH, 10-20% protein,
Hipertensi, obesitas, PJK 2. Gejala klasik DM dg 20-25% lemak
GDP>126mg/dL - Olahraga untuk
Riwayat Penyakit Keluarga : DM 3. Kadar gula plasma 2 jam mempertahankan BB ideal,
pada TTGO >200mg/dL sensitivitas thdp insulin
Riwayat Pribadi : merokok, kebutuhan insulin
kehidupan seksual, kontrasepsi, - Pemantauan mandiri kadar
kehamilan glukosa darah
- Tidak merokok dan minum
alkohol
3 Komplikasi DM akut
(3A)
Komplikasi DM Anamnesis: poliuria, polidipsia, General Survey: GDS > 200 mg/dL Tindakan: rujuk jika ada
kronik (3A) polifagia, berat badan turun. TB&BB GDP> 126 mg/dL komplikasi
HbA1c >7%
Riwayat Penyakit Sekarang: TTV: normal/HT Profil lipid Farmakologi :
lemah badan, kesemutan, gatal, Kreatinin serum Metformin (biguanid)
mata kabur, disfungsi ereksi Albiminuria 2x500 mg, diminum pd waktu
pada pria dan pruritus pada PF: Keton, sedimen, dan protein makan
wanita Pem. Funduskopi dalam urin Tolbutamid (Sulfonil urea) 1x2 g
kemungkinan komplikasi jangka Pem. Rongga mulut dan kelenjar Elektrokardiogram
panjang : tiroid x-ray thoraks Edukasi:
gangguan pada retina, pembuluh Pem. Jantung - Pengaturan makan 3 kali
darah, ginjal, saraf perifer. Pem. Ekstrimitas atas dan bawah Konsensus Nasional makan utama dan 3 kali
Pem. Kulit dan neurologis Pengelolaan DM pemberian makanan kecil.
Riwayat Penyakit Dahulu: 4. Gejala klasik DM dg Komposisi kalori yg dianjurkan
Hipertensi, obesitas, PJK GDS>200mg/dL 45-65%KH, 10-20% protein,
5. Gejala klasik DM dg 20-25% lemak
Riwayat Penyakit Keluarga : DM GDP>126mg/dL - Olahraga untuk
6. Kadar gula plasma 2 jam mempertahankan BB ideal,
48

Riwayat Pribadi : merokok, pada TTGO >200mg/dL sensitivitas thdp insulin


kehidupan seksual, kontrasepsi, kebutuhan insulin
kehamilan - Pemantauan mandiri kadar
glukosa darah
- Tidak merokok dan minum
alkohol
4 Hipoglikemi (3B) Anamnesis: General Survey: Kadar glukosa darah Tindakan:
Penurunan kesadaran sewaktu - Berikan gula murni 30g
Diagnosis klinis : Riwayat Penyakit Sekarang: TB&BB (2sdm)
Trias Whipple Rasa gemetar - Hentikan obat hipoglikemi
1. Gejala yg Perasaan lapar TTV: hipotensi, frekuensi denyut sementara
konsisten dg Pusing jantung - Pertahankan GD sekitar
hipoglikemia Keringat dingin 200mg/dL
2. Kadar glukosa Jantung berdebar Farmakologi :
plasma rendah Gelisah PF:
3. Gejala mereda stlh Penurunan kesadaran-koma - Pucat Edukasi:
glukosa plasma Riwayat obat DM - Keringat dingin - Membawa tablet glukosa
- Defisit neurologik fokal
Riwayat Penyakit Dahulu: (refleks patologis positif pd
Ddx: Syncope vagal, DM, Hipertensi satu sisi tubuh) sesaat
stroke/TIA
Riwayat Penyakit Keluarga :
DM, Hipertensi

Riwayat Pribadi :
Pola makan
Aktivitas fisik
5 Hipertiroidisme (3A) Anamnesis: General Survey: - EKG Tindakan:
TB&BB - Darah rutin, SGOT, SGPT, Farmakologi :
Riwayat Penyakit Sekarang: GDS Pemberian obat simptomatis
Berdebar-debar TTV: takikardia, demam Propanolol 40-80mg dlm 2-4dosis
Tremor
Iritabilitas Edukasi:
Intoleran thd panas PF: - Tidak merokok dan minum
Keringat berlebihan Benjolan di leher depan alkohol
Penurunan BB Exopthalmus
49

rasa lapar tremor


Diare
Gang. repro (amenore&libido)
Mudah lelah
Pembesaran kelenjar tiroid
Sukar tidur
Rambut rontok

Riwayat Penyakit Dahulu:


Faktor risiko: peny. Graves atau
Struma multinodular toksik

Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat Pribadi :
6 Adrenal Cortex
Failure (3B)
7 Marasmus (4) Anamnesis: General Survey: 1. Antropometri Tindakan:
Sangat kurus, cengeng, rewel, TB&BB 2. Lab : gula darah, Hb, Ht, Gizi buruk dg komplikasi rujuk
Ddx: Anoreksia, kulit keriput BB/TB < 70% atau <-3SD Preparat apusan darah,
Pneumonia berat, LILA<11,5 cm untuk 6-59bulan urin rutin, feses Farmakologi :
Anemia berat, Riwayat Penyakit Sekarang: 3. Foto thoraks Vit.A dosis tinggi
dehidrasi berat, TTV: normal/HT 4. Uji Tuberkulin
penurunan Riwayat Penyakit Dahulu: Edukasi:
kesadaran, -Faktor risiko - Makanan pemulih gizi
hipoglikemi, BBLR, HIV, TB, pola asuh yang PF: - Anjurna pemberian makan
gangguan elektrolit salah - Tanda Def Vit.A pada mata ; sesuai umur dan kondisi anak
Konjungtiva kering, ulkus
Riwayat Penyakit Keluarga : kornea, keratomalasia
- Ulkus pada mulut
Riwayat Pribadi : - Pucat
- Tanda Dehidrasi
- Baggy pants appearance
- Demam
8 Kwashiorkor (4) Anamnesis: General Survey: 1. Antropometri Tindakan:
Edema, wajah sembab, TB&BB 2. Lab : gula darah, Hb, Ht, Gizi buruk dg komplikasi rujuk
50

Ddx: Anoreksia, pandangan sayu, rambut tipis BB/TB >-3SD Preparat apusan darah,
Pneumonia berat, (kemerahan, rontok), anak LILA<11,5 cm untuk 6-59bulan urin rutin, feses Farmakologi :
Anemia berat, rewel, apatis 3. Foto thoraks Vit.A dosis tinggi
dehidrasi berat, TTV: normal/HT 4. Uji Tuberkulin
penurunan Riwayat Penyakit Sekarang: Edukasi:
kesadaran, - Makanan pemulih gizi
hipoglikemi, Riwayat Penyakit Dahulu: PF: - Anjurna pemberian makan
gangguan elektrolit -Faktor risiko - Edema pd kedua punggung sesuai umur dan kondisi anak
BBLR, HIV, TB, pola asuh yang kaki sampai slrh tubuh
salah - Tanda Def Vit.A pada mata ;
Konjungtiva kering, ulkus
Riwayat Penyakit Keluarga : kornea, keratomalasia
- Ulkus pada mulut
Riwayat Pribadi : - Pucat
- Tanda Dehidrasi
- Baggy pants appearance
- Demam
9 Defisiensi Vitamin (4) Anamnesis: General Survey: Tindakan:
TB&BB Farmakologi :
Riwayat Penyakit Sekarang:
TTV: normal/HT Edukasi:
Riwayat Penyakit Dahulu: -

Riwayat Penyakit Keluarga : PF:

Riwayat Pribadi :
10 Hiperpoliproteinemia Anamnesis: General Survey: Tindakan:
(4) TB&BB Farmakologi :
Riwayat Penyakit Sekarang:
TTV: normal/HT Edukasi:
Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat Penyakit Keluarga : PF:

Riwayat Pribadi :
11 Gout (3A) Anamnesis: Nyeri sendi General Survey: - X ray: tampak Tindakan:
51

KU, Kesadaran, TB&BB pembengkakan asimetris Farmakologi :


Ddx: Sepsis arthritis, Riwayat Penyakit Sekarang: pada sendi dan kista Serangan akut
Rheumatoid arthritis - Nyeri sendi yang mendadak, TTV: normal/HT subkortikal tanpa erosi Kolkisin 0,5-0,6 mg/hari max 6mg
biasanya timbul malam hari - Kadar asam urat dalam Prednisone 2-3x5mg/hari slm 3d
- Bengkak pada sendi disertai darah > 7mg/dL (pria), Natrium diklofenak 25-50mg slm
rasa panas dan kemerahan PF: >6mg/dL (wanita) 3-5d
- Demam, menggigil, dan nyeri - Arthritis monoartikuler - Kristal urat (MSU) dicairan Penurun kadar asam urat:
badan biasanya melibatkan sendi atau tofus allupurinol 100mg
metatarsophalang 1 atau
Riwayat Penyakit Dahulu: sendi tarsal lainnya. Edukasi:
-Faktor Risiko - Sendi yang inflam tampak - Minum cukup (8-10 gelas/hari)
Obesitas kemerahan dan bengkak - Mengelola obesitas dan
Hipertensi menjaga berat badan ideal
Gangguan fungsi ginjal - Hindari konsumsi alkohol
Penyakit-penyakit metabolik - Pola diet sehat (renda purin)
Riwayat obat: aspirin dosis
rendah, diuretik, obat TBC

Riwayat Penyakit Keluarga :


Hipertensi

Riwayat Pribadi : Alkohol


12 Obesity (4) Anamnesis: General Survey: Tindakan:
Keluhan BB dg gejala dari risiko TB&BB Terapi bedah (rujuk) jk gagal
kesehatna yang timbul IMT 23-24,9 kg/m2 overweight farmakoterapi
IMT 25-30 kg/m2 obesitas
Riwayat Penyakit Sekarang: Farmakologi :
Kemungkinan komplikasi TTV: normal/HT Sibutramine dan orlistat

Riwayat Penyakit Dahulu: Edukasi:


PF: - Terapi diet
Riwayat Penyakit Keluarga : - Tidak merokok dan minum
obesitas alkohol

Riwayat Pribadi :
52

BLOK KARDIO RESPIRASI


53

No Penyakit Manifestasi Klinik Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang Terapi


1 Syok Anamnesis: same with the others General Survey: a. Pulse oxymetri Tindakan:
Kesadaran menurun 1. Airway
Riwayat Penyakit Sekarang: b. EKG Bebaskan jalan nafas
Same with the others TTV: OPA
Td : hipotensi c. Radiologi toraks Airway definitif (contoh: ETT)
Hr : tekanannya menurun (lemah) 2. Breathing
Riwayat Penyakit Dahulu: dan cepat DD: - Pemberian oksigen
Untuk identifikasi penyebab, perlu Suhu: Hiperthermia, 3. Circulation
ditanyakan faktor predisposisi normothermia, atau hipothermia Pemasangan infus
seperti karena infark miokard dapat terjadi pada syok. 4. Pemasangan kateter
antara lain: umur, diabetes Hipothermia adalah tanda dari 5. menghilangkan penebab:
melitus, riwayat angina, gagal hipovolemia berat. neddle decompression, WSD
jantung kongestif, RR: frekuensinya meningkat 6. tinggikan posisi kaki pasien
infarkanterior.Riwayat trauma kecuali ada KI.
untuk syok karena perdarahan Lokalis:
atau syok neurogenic pada 1. pemeriksan CRP: >2 detik Farmakologi :
trauma servikal atau high 2. akral dingin da terjadi Syok hipovolemik: -
perubahan warna
thoracic spinal cord injury.
Syok kardiogenik:
Demam dan riwayat infeksi Syok kardiogenik: 1. inotropik sesuai keperluan,
untuk syok septik. Gejala klinis 1. pemeriksaan toraks dipakai dobutamin atau obat
yang timbul setelah kontak Auskutasi: disritmia, bising vasoaktif lain
dengan antigen pada syok jantung, gallop. 2. diuretic jika jantung
anafilaktik. dekompensasi
Syok anafilaktik:
Riwayat Penyakit Keluarga: 1. pemeriksaan toraks dan leher Syok sepsis:
Same with the others edem hipofaring dan laring, 1. Vasoaktif
konstriksi bronkus dan dopamin, nor-epinefrin
Riwayat Pribadi bronkiolus, disertai dan vasopresin
Same with the others hipersekresi mukus, dimana 2. AB sesuai kausa
semua keadaan ini
54

menyebabkan spasme dan Syok neurogenic:


obstruksi jalan nafas akut. 1. epinefrin (untuk
meningkatkan tonus
Syok neurologi: vaskuler). Dapat
1. pemeriksaan saraf ditambahkan dopamin dan
paralisis flasid, refleks efedrin. Agen
extremitas hilang dan antimuskarinikatropin dan
priapismus. glikopirolat juga dapat
untuk mengatasi
Syok obstruktif: bradikardi.
1. Pemeriksaan toraks dan jvp
Gejala klinis juga tergantung Edukasi:
etiologi penyebabnya, yang Keluarga perlu
sering terjadi adalah diberitahukan mengenai
tromboemboli paru, kemungkinan terburuk
tamponade jantung, obstruksi yang dapat terjadi pada
arterioventrikuler, tension pasien dan pencegahan
pneumothorax. Gejala ini akan terjadinya kondisi serupa.
berlanjut sebagai tanda-tanda
akut kor pulmonal dan payah Kriteria Rujukan:
jantung kanan: pulsasi vena Setelah kegawatan pasien
jugularis, gallop, bising ditangani, pasien dirujuk ke
pulmonal, aritmia. layanan sekunder.
Karakteristik manifestasi klinis
tamponade jantung: suara
jantung menjauh, pulsus
altemans, JVP selama inspirasi.
Sedangkan emboli pulmonal:
disritmia jantung, gagal
jantung kongesti.
55

2. Angina Pektoris Anamnesis: General Survey:- a. EKG Tindakan:


nyeri dada yang khas, yaitu Gambaran EKG saat 1. Pemberian Oksigen
seperti rasa ditekan atau TTV: istirahat dan bukan pada
terasa berat seperti ditimpa Td : hipertensi (Tidak selalu) saat serangan angina Farmakologi :
Hr : dbn a. Nitrat dikombinasikan
beban yang sangat berat. sering masih normal.
Suhu: dbn dengan -blocker atau
RR: dbn
Gambaran EKG dapat
Riwayat Penyakit Sekarang: menunjukkan bahwa Calcium Channel Blocker
pasien pernah mendapat (CCB) non dihidropiridin
Lokalis:
a. Letak infark miokard di masa yang tidak meningkatkan
1. pemeriksaan toraks
lampau. Kadang-kadang heart rate (misalnya
a. Sewaktu angina dapat tidak
Sering pasien merasakan nyeri menunjukkan pembesaran verapamil, diltiazem).
menunjukkan kelainan. Walau
dada di daerah sternum atau di ventrikel kiri pada pasien Pemberian dosis pada
jarang pada auskultasi dapat
bawah sternum (substernal), atau serangan akut :
terdengar derap atrial atau hipertensi dan angina;
dada sebelah kiri dan kadang-
kadang menjalar ke lengan kiri, ventrikel dan murmur sistolik dapat pula menunjukkan 1. Nitrat 10 mg sublingual
dapat menjalar ke punggung, di daerah apeks. Frekuensi perubahan segmen ST dapat dilanjutkan dengan 10
rahang, leher, atau ke lengan denyut jantung dapat atau gelombang T yang mg peroral sampai
kanan. Nyeri dada juga dapat menurun, menetap atau tidak khas. Pada saat mendapat pelayanan rawat
timbul di tempat lain seperti di meningkat pada waktu serangan angina, EKG lanjutan di Pelayanan
daerah epigastrium, leher, rahang, serangan angina. akan menunjukkan sekunder.
gigi, bahu. b. Dapat ditemukan depresi segmen ST dan
2. Beta bloker:
pembesaran jantung. gelombang T dapat
b. Kualitas menjadi negatif. Propanolol 20-80 mg
Gambaran EKG penderita dalamdosis terbagi atau
Pada angina, nyeri dada biasanya angina tak stabil/ATS
seperti tertekan benda berat, atau Bisoprolol 2,5-5 mg per 24
dapat berupa depresi
seperti diperas atau terasa panas, jam.
segmen ST, inversi
kadang-kadang hanya mengeluh
gelombang T, depresi 3. Calcium Channel Blocker
perasaan tidak enak di dada
segmen ST disertai inversi (CCB)
karena pasien tidak dapat
menjelaskan dengan baik, lebih- gelombang T, elevasi Dipakai bila Beta Blocker
lebih jika pendidikan pasien segmen ST, hambatan merupakan kontraindikasi.
kurang. cabang ikatan His dan bisa
tanpa perubahan segmen Verapamil 80 mg (2-3 kali
ST dan gelombang T. sehari)
56

c. Hubungan dengan aktivitas Perubahan EKG pada ATS Diltiazem 30 mg ( 3-4 kali
bersifat sementara dan sehari)
Nyeri dada pada angina pektoris masing-masing dapat
biasanya timbul pada saat b. Antipletelet:
terjadi sendiri-sendiri
melakukan aktivitas, misalnya ataupun bersamaan. Aspirin 160-320 mg sekali
sedang berjalan cepat, tergesa- minum pada akut.
Perubahan tersebut
gesa, atau sedangberjalan
timbul di saat serangan
mendaki atau naik tangga. Pada
kasus yang berat aktivitas ringan angina dan kembali ke Edukasi:
seperti mandi atau menggosok gambaran normal atau a. mengontrol emosi dan
gigi, makan terlalu kenyang, awal setelah keluhan mengurangi kerja yang berat
emosi, sudah dapat menimbulkan angina hilang dalam dimana membutuhkan
nyeri dada. Nyeri dada tersebut waktu 24 jam. Bila banyak oksigen dalam
segera hilang bila pasien perubahan tersebut aktivitasnya
menghentikan aktivitasnya. menetap setelah 24 jam b. mengurangi konsumsi
Serangan angina dapat timbul atau terjadi evolusi makanan berlemak
pada waktu istirahat atau pada
gelombang Q, maka c. menghentikan konsumsi
waktu tidur malam.
disebut sebagai IMA. rokok dan alkohol
d. Lamanya serangan d. menjaga berat badan
b. Foto toraks ideal
Foto rontgen dada sering e. mengatur pola makan
Lamanya nyeri dada biasanya
berlangsung 1-5 menit, kadang- menunjukkan bentuk f. melakukan olah raga
kadang perasaan tidak enak di jantung yang normal; ringan secara teratur
dada masih terasa setelah nyeri pada pasien hipertensi g. jika memiliki riwayat
hilang. Bila nyeri dada dapat terlihat jantung diabetes tetap melakukan
berlangsung lebih dari 20 menit, membesar dan kadang- pengobatan diabetes secara
mungkin pasien mendapat kadang tampak adanya teratur
serangan infark miokard akut dan kalsifikasi arkus aorta. h. melakukan kontrol
bukan angina pectoris biasa. Pada
terhadap kadar serum lipid.
angina pektoris dapat timbul
keluhan lain seperti sesak napas, DD: i. Mengontrol tekanan
perasaan lelah, kadang-kadang darah.
a. Gastroesofageal Refluks
nyeri dada disertai keringat
dingin. Disease (GERD)
b. Gastritis Akut Kriteria Rujukan:
57

e. Nyeri dada bisa disertai c. Infark Miokard Dilakukan rujukan ke


keringat dingin , mual, muntah, layanan sekunder (spesialis
sesak dan pucat. jantung/spesialis penyakit
dalam) untuk tatalaksana
lebih lanjut
Riwayat Penyakit Dahulu:
1. Peningkatan lipid serum
(Dislipidemia)
2. Hipertensi
3. Diabetes Melitus

Riwayat Penyakit Keluarga:


Riwayat anggota keluarga
sedarah yang mengalami
penyakit jantung koroner
sebelum usia 70 tahun
merupakan faktor risiko
terjadinya PJK.

Riwayat Pribadi
1. Merokok
2. Konsumsi alkohol
3. Diet tinggi lemak jenuh,
kolesterol dan kalori
4. Aktivitas fisik kurang
5. Stress psikologik
58

3. Infark miokard Anamnesis: General Survey: EKG: Tindakan:


a. Nyeri dada retrosternum Kesadaran menurun, gelisah dan a. Pada STEMI, terdapat 1. pemberian oksigen 2-4 L/m
seperti tertekan atau tertindih pucat elevasi segmen ST diikuti 2. infus line
benda berat. dengan perubahan sampai
b. Nyeri menjalar ke dagu, TTV: Farmakologi :
inversi gelombang T,
Td : hipertensi/hipotensi Segera rujuk setelah
leher, tangan, punggung, dan kemudian muncul
Hr : dbn pemberian MONACO:
epigastrium. Penjalaran ke Suhu: dbn peningkatan gelombang Q
tangan kiri lebih sering terjadi. M : Morfin, 2,5-5 mg IV - 193
RR: dbn minimal di dua sadapan.
-
c. Disertai gejala tambahan b. Pada NSTEMI, EKG yang
O : Oksigen 2-4 L/m
berupa sesak, mual muntah, Lokalis: ditemukan dapat berupa
1. pemeriksaan toraks dan JVP
N : Nitrat, bisa diberikan
nyeri epigastrium, keringat depresi segmen ST dan
a. Dapat terdengar suara nitrogliserin infus dengan
dingin, dan anxietas. inversi gelombang T, atau
murmur dan gallop S3 dosis mulai dari 5mcg/m
EKG yang normal.
Riwayat Penyakit Sekarang:- b. Ronki basah disertai (titrasi) atau ISDN 5-10 mg
peningkatan vena jugularis sublingual maksimal 3 kali
Laboratorium (dilakukan
Riwayat Penyakit Dahulu: dapat ditemukan pada AMI A : Aspirin, dosis awal 160-
di layanan rujukan):
1. Peningkatan lipid serum yang disertai edema paru 320 mg dilanjutkan dosis
Peningkatan kadar enzim
(Dislipidemia) c. Sering ditemukan aritmia pemeliharaan 1 x 160 mg
atau isoenzim merupakan
2. Hipertensi CO : Clopidogrel, dosis awal
indikator spesifik infark
3. Diabetes Melitus 300-600 mg, dilanjutkan
miokard akut, yaitu
dosis pemeliharaan 1 x 75
kreatinin fosfokinase
Riwayat Penyakit Keluarga: mg
(CPK.CK), troponin T, dan
Riwayat anggota keluarga
isoenzim CPK MP atau
sedarah yang mengalami Pengobatan Biomedis
CKMB.
penyakit jantung koroner (dilakukan di layanan
sebelum usia 70 tahun rujukan):
merupakan faktor risiko Kriteria diagnosis pasti jika 1. Antikoagulan: Heparin
terjadinya PJK. terdapat 2 dari 3 hal di 20.000-40.000 U/24 jam IV
bawah ini: tiap 4-6 jam
Riwayat Pribadi a. Klinis : nyeri dada khas 2. Streptokinase/trombolisis
1. Merokok angina. 3. PCI (Percutaneous
2. Konsumsi alkohol b. EKG : ST elevasi atau ST coronary intervention)
3. Diet tinggi lemak jenuh, depresi atau T inverted.
kolesterol dan kalori c. Laboratorium : Edukasi:
59

4. Aktivitas fisik kurang peningkatan enzim Modifikasi gaya hidup dalam


5. Stress psikologik jantung. hal pola makan, olah
raga/aktivitas fisik,
menghentikan rokok,
DD:
pengendalian stres, untuk
a. Angina pectoris
menurunkan risiko
prinzmetal
predisposisi.teratur kontrol
b. Unstable angina
ke dokter untuk terapi
pectoris
lanjutan.
c. Ansietas
d. Diseksi aorta
Kriteria Rujukan:
e. Dispepsia
Segera dirujuk setelah
f. Miokarditis
g. Pneumothoraks mendapatkan terapi
MONACO ke layanan
h. Emboli paru
sekunder dengan spesialis
jantung atau spesialis
penyakit dalam.
Dirujuk dengan terpasang
line infus dan oksigen
60

4. Takikardi Anamnesis: General Survey: EKG : Tindakan:


Gejala utama meliputi: Sering disertai gelisah a. SVT: kompleks QRS 1. Oksigen, diberikan dengan
a. Palpitasi hingga penurunan kesadaran sempit (< 0,12ms) dengan sungkup O2 10-15 lpm (bila
b. Sesak napas pada kondisi yang tidak frekuensi > 150 kali per hemodinamik tidak stabil) atau
c. Mudah lelah stabil. menit. Gelombang P bisa oksigen O2 nasal 4 l/m
d. Nyeri atau rasa tidak ada atau terkubur dalam (pada VT)
nyaman di dada TTV: kompleks QRS. 2. Pemasangan infus
Td : hipotensi 3. RJP (bila ada indikasi)
e. Denyut jantung istirahat b. VT: terdapat kompleks
Hr : Denyut jantung melebihi 4. Pada kondisi stabil, SVT
lebih dari 100bpm QRS lebar ( > 0,12ms), tiga dapat diatasi dengan dilakukan
f. Penurunan tekanan darah 100 kali per menit dan bisa kali atau lebih secara vagal manuver (memijat A.
dapat terjadi pada kondisi yang menjadi sangat cepat dengan berurutan. Frekuensi nadi Karotis atau bola mata selama
tidak stabil frekuensi > 150 kali per biasanya > 150 kali per 10-15 menit).
g. Pusing menit pada keadaan SVT menit
h. Sinkop dan VT Farmakologi :
i. Berkeringat Suhu: dbn DD: Aritmia jenis lain. Bila SVT belum dapat diatasi,
j. Penurunan kesadaran bila RR: takipnea pemberian adenosin 6 mg
terjadi gangguan hemodinamik bolus cepat. Bila tidak
Lokalis: respon boleh diulang
Riwayat Penyakit Sekarang:- 1. Pemeriksaan toraks
dengan 12 mg sebanyak
dua kali.
Riwayat Penyakit Dahulu:
a. Penyakit Jantung Koroner Edukasi:
b. Kelainan Jantung Edukasi kepada keluarga
c. Stress dan gangguan bahwa keadaan ini
kecemasan merupakan keadaan yang
d. Gangguan elektrolit mengancam jiwa.
e. Penyakit yang menyebabkan Persetujuan keluarga perlu
gangguan elektrolit seperti dilakukan karena
diare membutuhkan penanganan
f. Sindrom koroner akut yang cepat sampai ke
g. Gangguan cemas yang tempat rujukan.
berlebih pada SVT
h. Aritmia Modifikasi gaya hidup:
61

1. Mencegah faktor risiko


Riwayat Penyakit Keluarga: - 2. Modifikasi aktifitas fisik,
asupan makanan, dan
Riwayat Pribadi: - mengelola timbulnya gejala.

Kriteria Rujukan:
Segera rujuk setelah
pertolongan pertama
dengan pemasangan infus
dan oksigen.
62

5. Gagal Jantung Anamnesis: General Survey:- a. Rontgen thoraks Tindakan:


Akut dan kronik Keluhan (kardiomegali, gambaran Pada gagal jantung akut:
a. Sesak pada saat beraktifitas TTV: edema paru/alveolar 1. Terapi oksigen 2-4 ltr/mnt
(dyspneu deffort) Td : - edema/butterfly 2. Pemasangan iv line untuk
b. Gangguan napas pada Hr : takikardi >120 kali per appearance) akses dilanjutkan dengan
perubahan posisi (ortopneu) menit b. EKG (hipertrofi ventrikel pemberian furosemid injeksi
c. Sesak napas malam hari Suhu: - kiri, atrial fibrilasi, 20 s/d 40 mg bolus.
(paroxysmal nocturnal RR: frekuensinya meningkat 3. Cari pemicu gagal jantung
perubahan gelombang T,
dyspneu) dan gambaran abnormal akut.
Lokalis:
Keluhan tambahan: lemas, 1. Pemeriksaan toraks dan JVP lainnya. 4. Segera rujuk.
mual, muntah dan gangguan a. peningkatan JVP c. Darah perifer lengkap
mental pada orangtua Farmakologi:
b. Kardiomegali
Diagnosis ditegakkan Pada gagal jantung kronik:
c. Gangguan bunyi jantung
Riwayat Penyakit Sekarang: - berdasarkan kriteria 1. Diuretik: diutamakan Lup
(gallop)
Framingham: minimal 1 diuretik (furosemid) bila
d. Ronkhi pada pemeriksaan
Riwayat Penyakit Dahulu: kriteria mayor dan 2 perlu dapat dikombinasikan
paru
a. Hipertensi kriteria minor. Thiazid (HCT), bila dalam 24
b. Dislipidemia Kriteria Mayor: jam tidak ada respon rujuk
2. Pemerikaan Abdomen
c. Obesitas a. Sesak napas tiba-tiba ke Layanan Sekunder.
a. Hepatomegali
d. Diabetes melitus pada malam hari 2. ACE Inhibitor (ACE-I) atau
b. Asites
e. Riwayat gangguan jantung (paroxysmal nocturnal Angiotensine II receptor
sebelumnya dyspneu) blocker (ARB) mulai dari
3. Pemeriksaan Ekstremitas
f. Riwayat infark miokard b. Distensi vena-vena dosis terkecil dan titrasi
a. Edema perifer
leher dosis sampai tercapai dosis
Riwayat Penyakit Keluarga:- yang efektif dalam beberapa
c. Peningkatan tekanan
vena jugularis minggu. Bila pengobatan
Riwayat Pribadi: merokok
d. Ronkhi sudah mencapai dosis
e. Terdapat kardiomegali maksimal dan target tidak
f. Edema paru akut tercapai, dirujuk.
g. Gallop (S3) 3. Beta Blocker (BB):
h. Refluks hepatojugular mulai dari dosis terkecil
positif dan titrasi dosis sampai
Kriteria Minor: tercapai dosis yang efektif
63

a. Edema ekstremitas dalam beberapa minggu.


b. Batuk malam Bila pengobatan sudah
c. dyspneu deffort (sesak mencapai dosis maksimal
ketika beraktifitas) dan target tidak tercapai,
d. Hepatomegali dirujuk. Digoxin diberikan
e. Efusi pleura bila ditemukan fibrilasi
f. penurunan kapasitas atrial untuk menjaga
vital paru sepertiga dari denyut nadi tidak terlalu
normal cepat.
g. takikardi >120 kali per
menit Edukasi:
a. Modifikasi gaya hidup:
DD: 1. Pembatasan asupan
a. Penyakit paru: cairan maksimal 1,5 liter
obstruktif kronik (PPOK), (ringan), maksimal 1 liter
asma, pneumonia, infeksi (berat)
paru berat (ARDS), emboli 2. Pembatasan asupan
paru garam maksimal 2 gram/hari
b. Penyakit Ginjal: Gagal (ringan), 1 maksimal gram
ginjal kronik, sindrom (berat)
nefrotik 3. Berhenti merokok dan
c. Penyakit Hati: sirosis konsumsi alkohol
hepatik
b. Aktivitas fisik:
1. Pada kondisi akut berat:
tirah baring
2. Pada kondisi sedang atau
ringan: batasi beban kerja
sampai 70% sd 80% dari
denyut nadi maksimal (220/
umur)
64

a. Edukasi tentang penyebab


dan faktor risiko penyakit
gagal jantung kronik.
Penyebab gagal jantung
kronik yang paling sering
adalah tidak terkontrolnya
tekanan darah, kadar lemak
atau kadar gula darah.
b. Pasien dan keluarga perlu
diberitahu tanda-tanda
kegawatan kardiovaskular
dan pentingnya untuk
kontrol kembali setelah
pengobatan di rumah sakit.
c. Patuh dalam pengobatan
yang telah direncanakan.
d. Menjaga lingkungan
sekitar kondusif untuk
pasien beraktivitas dan
berinteraksi.
e. Melakukan konferensi
keluarga untuk
mengidentifikasi faktor-
faktor pendukung dan
penghambat
penatalaksanaan pasien,
serta menyepakati bersama
peran keluarga pada
masalah kesehatan pasien.

Kriteria Rujukan: Pasien


dengan gagal jantung harus
65

dirujuk ke fasilitas peayanan


kesehatan sekunder yang
memiliki dokter spesialis
jantung atau Sp. Penyakit
Dalam untuk perawatan
maupun pemeriksaan
lanjutan seperti
ekokardiografi.
Pada kondisi akut, dimana
kondisi klinis mengalami
perburukan dalam waktu
cepat harus segera dirujuk
Layanan Sekunder (Sp.
Jantung/Sp. Penyakit Dalam)
untuk dilakukan penanganan
lebih lanjut.
66

6. Cardiorespiratory Keluhan General Survey: EKG : Tindakan:


Arrest pasien tidak sadar Gambaran EKG biasanya 1. DRCAB (intubasi, oksigen)
Pasien dibawa karena pingsan menunjukkan gambaran 2. RJP
mendadak dengan henti TTV: VF (Ventricular 3. Monitor selalu kondisi
jantung dan paru. Sebelumnya, tidak ada nafas, tidak teraba Fibrillation). Selain itu pasien hingga dirujuk ke
dapat ditandai dengan fase nafas, tidak teraba denyut dapat pula terjadi asistol, spesialis.
prodromal berupa nyeri dada, nadi di arteri-arteri besar yang survival rate-nya
(karotis dan femoralis). Farmakologi :-
sesak, berdebar dan lemah lebih rendah daripada VF.
(detik 24 jam). Kemudian, Edukasi:
pada awal kejadian, pasien Lokalis:- Pemeriksaan darah rutin a. Memberitahu keluarga
mengeluh pusing dan diikuti dan kimia darah. mengenai kondisi pasien dan
dengan hilangnya sirkulasi dan tindak lanjut dari tindakan
kesadaran (henti jantung) yang DD: - yang telah dilakukan, serta
dapat terjadi segera sampai 1 meminta keluarga untuk
jam. Hal yang perlu ditanyakan tetap tenang dan tabah
kepada keluarga pasien adalah menemani pasien pada
untuk mencari penyebab kondisi tersebut.
terjadinya CRA antara lain b. Memberitahu keluarga
oleh: 5 H (hipovolemia, untuk melakukan pola hidup
hipoksia, hidrogen ion = sehat seperti mengurangi
asidosis, hiper atau konsumsi makanan
hypokalemia dan hipotermia) berlemak, menghentikan
dan 5 T (tension konsumsi rokok dan alkohol,
pneumothorax, tamponade, menjaga berat badan ideal,
tablet = overdosis obat, mengatur pola makan,
trombosis koroner, dan melakukan olah raga ringan
thrombosis pulmoner), secara teratur.
tersedak, tenggelam, gagal
jantung akut, emboli paru, Kriteria Rujukan:
atau keracunan karbon Pasien dirujuk ke spesialis
monoksida. berdasarkan kemungkinan
penyebab (SpPD, SpJP atau
SpB, dan seterusnya)
67

untuktatalaksana lebih
lanjut.
68

7. Hipertensi Anamnesis: General Survey: 1. Urinalisis (proteinuri Tindakan:-


essensial Keluhan Pasien tampak sehat, dapat atau albuminuria)
Mulai dari tidak bergejala terlihat sakit ringan-berat 2. tes gula darah Farmakologi :
sampai dengan bergejala. 3. tes kolesterol (profil Pemberian obat anti
Keluhan hipertensi antara lain: TTV: lipid) hipertensi merupakan
sakit/nyeri kepala, gelisah, Td : hipertensi 4. ureum kreatinin pengobatan jangka panjang.
jantung berdebardebar, Hr : tidak normal 5. funduskopi
Suhu: dbn Kontrol pengobatan
pusing, leher kaku, penglihatan 6. EKG
RR: dbn dilakukan setiap 2 minggu
kabur, dan rasa sakit di dada. 7. foto thoraks.
Keluhan tidak spesifik antara atau 1 bulan untuk
Lokalis:
lain tidak nyaman kepala, DD : mengoptimalkan hasil
1. pemeriksaan toraks dan jvp
mudah lelah dan impotensi. -dapat ditemukan kardiomegali a. Proses akibat white pengobatan.
jika sudah kronis coat hypertension.
Riwayat Penyakit Sekarang:- 2. pemeriksaan status neurologis b. Proses akibat obat. a. Hipertensi tanpa
3. Pemeriksaan akral c. Nyeri akibat tekanan compelling indication
Riwayat Penyakit Dahulu:
intraserebral.
f. Dislipidemia. 1. Hipertensi stage-1 dapat
d. Ensefalitis.
g. Diabetus Melitus. diberikan diuretik (HCT 12.5-
e. hiperteni sekunder
50 mg/hari, furosemid 2x20-
Riwayat Penyakit Keluarga: 80 mg/hari), atau pemberian
riwayat hipertensi dan penghambat ACE (captopril
penyakit kardiovaskular 2x25-100 mg/hari atau
dalam keluarga enalapril 1-2 x 2,5-40
mg/hari), penyekat reseptor
Riwayat Pribadi
beta (atenolol 25-
a. Riwayat pola makan
100mg/hari dosis tunggal),
(konsumsi garam berlebihan).
penghambat kalsium
b. Konsumsi alkohol
(diltiazem extended release
berlebihan.
1x180-420 mg/hari,
c. Aktivitas fisik kurang.
amlodipin 1x2,5-10 mg/hari,
d. Kebiasaan merokok.
atau nifedipin long acting
e. Obesitas.
30-60 mg/hari) atau
f. stress psikososial
kombinasi.
69

2. Hipertensi stage-2.

3. Bila target terapi tidak


tercapai setelah observasi
selama 2 minggu, dapat
diberikan kombinasi 2 obat,
biasanya golongan diuretik,
tiazid dan penghambat ACE
atau antagonis reseptor AII
(losartan 1-2 x 25-100
mg/hari) atau penyekat
reseptor beta atau
penghambat kalsium.

4. Pemilihan anti hipertensi


didasarkan ada tidaknya
kontraindikasi dari masing-
masing antihipertensi diatas.
Sebaiknya pilih obat
hipertensi yang diminum
sekali sehari atau maksimum
2 kali sehari.

b. Hipertensi compelling
indication (lihat tabel).

Bila target tidak tercapai


maka dilakukan optimalisasi
dosis atau ditambahkan
obat lain sampai target
tekanan darah tercapai
(kondisi untuk merujuk ke
Spesialis).
70

Edukasi: lihat tabel dibawah


+ stop merokok
+ kontrol teratur ke dokter

Kriteria Rujukan:
a. Hipertensi dengan
komplikasi.
b. Resistensi hipertensi.
c. Krisis hipertensi
(hipertensi emergensi dan
urgensi).
71

Modifikasi gaya hidup pasien hipertensi:

Modifikasi Gaya Hidup Rekomendasi Rerata penurunan TDS


Penurunan berat badan Jaga berat badan ideal (BMI: 5 20 mmHg/ 10 kg
18,5 - 24,9 kg/m2)
Dietary Approaches to Diet kaya buah, sayuran, produk 8 14 mmHg
Stop Hypertension (DASH) rendah lemak dengan jumlah
lemak total dan lemak jenuh
yang rendah
Pembatasan intake natrium Kurangi hingga <100 mmol per 2 8 mmHg
hari (2.0 g natrium atau 6 5 g
natrium klorida atau 1 sendok
teh garam perhari)
Aktivitas fisika erobic Aktivitas fisik aerobik yang 4 9 mmHg
teratur (mis: jalan cepat) 30
menit sehari, hampir setiap hari
dalam seminggu
Pembatasan konsumsi alcohol Laki-laki: dibatasi hingga < 2 kali 2 4 mmHg
per hari.
Wanita dan orang yang lebih
kurus: Dibatasi hingga <1 kali per
hari
72

Hipertensi compelling indication


73

PENYAKIT ANAMNESIS PF PENUNJANG TERAPI

TB Paru Gejala respiratorik I : tanda-tanda penarikan paru, Bakteriologi (BTA Kultur) R/ Rifampisin tab 150 mg No CLXXX
batuk 3 minggu diafragma & mediastinum Radiologi S 1 dd tab III
batuk darah P : jarang kelainan Tuberkulin R/ Isoniazid tab 75 mg No CLXXX
sesak napas P : Redup PCR, ELISA, BACTEC, S 1 dd tab III
nyeri dada A: suara napas bronkial, Mycodot R/ Pirazinamid tab 400mg No CLXXX
amforik, suara napas melemah, Darah S 1 dd tab III
Gejala sistemik ronki basah kasar dan nyaring HistoPA R/ Etambutol tab 275 mg No CLXXX
Demam . S 1 dd tab III
gejala sistemik lain: malaise,
keringat malam,anoreksia,
berat badan menurun
Limfadenitis
Pneumonia Demam mendadak, disertai TTV : Hiperpirexya, Hipotensi, Pemeriksaan dahak R/ Ceftriaxone vial inj 1 gr
menggigil takipneu Darah : Leukositosis S i.m.m
Batuk, mula-mula mukoid KU : sianosis, konfusi gangguan shift to left
lalu purulen,hemoptisis kesadaran Foto toraks PA / lateral :
Nyeri pleuritik, ringan Inspeksi hemitoraks yg sakit konsolidasi dan air
sampai berat tertinggal bronchogram
Tanda & gejala lain yang tidak Palpasi / Perkusi / Auskultasi Analisa gas darah
spesifik tanda-tanda KONSOLIDASI
mialgia, pusing, - Redup
anoreksia,malaise, diare, - Fremitus raba / suara
mual & muntah. meningkat -
Suara napas bronkovesikuler
bronchial, Suara bisik
74

PPOK Riwayat merokok Inspeksi Pemeriksaan rutin Edukasi


- Perokok aktif - Pursed - lips breathing Faal paru R/ salbutamol
- Perokok pasif (mulut setengah terkatup -Spirometri (VEP1, VEP1prediksi,
- Bekas perokok mencucu) KVP, VEP1/KVP
- Obstruksi ditentukan oleh nilai
Riwayat terpajan polusi - Barrel chest (diameter
VEP1 prediksi ( % ) dan atau
udara di lingkungan dan antero - posterior dan VEP1/KVP ( % ).
tempat kerja transversal sebanding) Obstruksi : % VEP1(VEP1/VEP1
Hipereaktiviti bronkus - Penggunaan otot bantu pred) < 80% VEP1% (VEP1/KVP) <
Riwayat infeksi saluran napas 75 %
napas bawah berulang - Hipertropi otot bantu - VEP1 merupakan parameter yang
Riwayat penyakit napas paling umum dipakai untuk menilai
- Pelebaran sela iga beratnya PPOK dan
emfisema pada keluarga
- Bila telah terjadi gagal memantau perjalanan penyakit.
Terdapat faktor -Apabila spirometri tidak tersedia
predisposisi pada masa jantung kanan terlihat
atau tidak mungkin dilakukan, APE
bayi/anak, mis berat denyut vena jugularis i
meter walaupun
badan lahir rendah leher dan edema tungkai kurang tepat, dapat dipakai sebagai
(BBLR), infeksi - Penampilan pink puffer alternatif dengan memantau
saluran napas berulang, atau blue bloater variabiliti harian pagi
lingkungan asap rokok Palpasi dan sore, tidak lebih dari 20%
dan polusi udara Pada emfisema fremitus Uji bronkodilator
melemah, sela iga - Dilakukan dengan menggunakan
Batuk berulang dengan spirometri, bila tidak ada gunakan
atau tanpa dahak melebar
Perkusi APE meter.
Sesak dengan atau tanpa -Setelah pemberian bronkodilator
bunyi mengi Pada emfisema
inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 -
hipersonor dan batas 20 menit kemudian
jantung mengecil, letak dilihat perubahan nilai VEP1 atau
diafragma rendah, hepar APE, perubahan VEP1 atau APE <
terdorong ke bawah 20% nilai awal dan
Auskultasi < 200 ml
- suara napas vesikuler - Uji bronkodilator dilakukan pada
normal, atau melemah PPOK stabil
- terdapat ronki dan atau
mengi pada waktu Darah rutin
Hb, Ht, leukosit
bernapas biasa atau pada
ekspirasi paksa Radiologi
75

- ekspirasi memanjang
- bunyi jantung terdengar Pada emfisema terlihat gambaran :
jauh - Hiperinflasi
- Hiperlusen
- Ruang retrosternal melebar
Pink puffer
- Diafragma mendatar6
- Gambaran yang khas pada - Jantung menggantung (jantung
emfisema, penderita kurus, pendulum / tear drop / eye drop
kulit kemerahan dan appearance)
pernapasan pursed -
lipsbreathing Pada bronkitis kronik :
Blue bloater Normal
- Gambaran khas pada Corakan bronkovaskuler
bronkitis kronik, penderita bertambah pada 21 % kasus
gemuk sianosis, terdapat
edema tungkai dan
ronkibasah di basal paru,
sianosis sentral dan perifer
Pursed - lips breathing
- Adalah sikap seseorang
yang bernapas dengan
mulut mencucu dan
ekspirasi yang memanjang.
ASMA Riwayat penyakit / gejala : I : sianosis, hiperventilasi, Spirometri
BRONKIAL Bersifat episodik, hiperinflasi dada, ICS melebar Obstruksi jalan napas
seringkali reversibel P : Ekspansi menurun, Fremitus diketahui dari nilai rasio
dengan atau tanpa tactil menurun VEP1/ KVP < 75% atau
pengobatan P : Hipersonor, diafragma menurun VEP1 < 80% nilai
Gejala berupa batuk , A: wheezing, ekspirasi memanjang prediksi
sesak napas, rasa berat APE
di dada dan berdahak
Gejala timbul/ memburuk Reversibiliti, yaitu
terutama malam/ dini hari perbaikan nilai APE
Diawali oleh faktor 15% setelah inhalasi
pencetus yang bersifat bronkodilator (uji
76

individu bronkodilator), atau


Respons terhadap bronkodilator oral 10-14
pemberian bronkodilator : hari, atau respons terapi
Riwayat keluarga (atopi) kortikosteroid (inhalasi/
Riwayat alergi / atopi oral , 2 minggu)
Uji provokasi bronkus
Penyakit lain yang
Uji status Alergi
memberatkan
Perkembangan penyakit
dan pengobatan

Tabel 5. Klasifikasi derajat berat asma berdasarkan gambaran klinis


(Sebelum Gejala Gejala Malam Faal paru
Pengobatan)
Derajat Asma
I. Intermiten Bulanan APE 80%
* Gejala < 1x/minggu * 2 kali sebulan * VEP1 80% nilai prediksi
* Tanpa gejala di luar APE 80% nilai terbaik
serangan * Variabiliti APE < 20%
* Serangan singkat
II. Persisten Ringan Mingguan APE > 80%
* Gejala > 1x/minggu, * > 2 kali sebulan * VEP1 80% nilai prediksi
tetapi < 1x/ hari APE 80% nilai terbaik
* Serangan dapat * Variabiliti APE 20-30%
mengganggu aktiviti
dan tidur
III. Persisten Sedang Harian APE 60 80%
* Gejala setiap hari * > 1x / seminggu * VEP1 60-80% nilai
* Serangan mengganggu prediksi
aktiviti dan tidur APE 60-80% nilai terbaik
*Membutuhkan * Variabiliti APE > 30%
bronkodilator
setiap hari
IV. Persisten Berat Kontinyu APE 60%
* Gejala terus menerus * Sering * VEP1 60% nilai prediksi
* Sering kambuh APE 60% nilai terbaik
* Aktiviti fisik terbatas * Variabiliti APE > 30%
77

SISTEM DERMATOMUSKULOSKELETAL
78

No Penyakit Manifestasi Klinik Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang Terapi


1 Morbili (4a) Anamnesis: General Survey: Pada pemeriksaan sitologi Tindakan:
1. Gejala prodromal berupa 1. Demam, konjungtivitis, dapat ditemukan sel datia
demam, malaise, gejala limfadenopati general. berinti banyak pada sekret. Farmakologi :
respirasi atas (pilek, batuk), 2. Pada orofaring ditemukan Pada kasus tertentu,
dan konjungtivitis. koplik spot sebelum mungkin diperlukan Terapi suportif diberikan 1.
2. Pada demam hari keempat, munculnya eksantem. pemeriksaan serologi IgM dengan menjaga cairan tubuh
biasanya muncul lesi makula 3. Gejala eksantem berupa lesi anti-Rubella untuk dan mengganti cairan yang
dan papula eritem, yang makula dan papula eritem, mengkonfirmasi diagnosis. hilang dari diare dan emesis.
dimulai pada kepala daerah dimulai pada kepala pada 2. Obat diberikan untuk
perbatasan dahi rambut, di daerah perbatasan dahi gejala simptomatis, demam
belakang telinga, dan rambut, di belakang telinga, dengan antipiretik. Jika
menyebar secara sentrifugal dan menyebar secara terjadi infeksi bakteri
ke bawah hingga muka, sentrifugal dan ke bawah sekunder, diberikan
badan, ekstremitas, dan hingga muka, badan, antibiotik
mencapai kaki pada hari ekstremitas, dan mencapai 3. Suplementasi vitamin A
ketiga kaki diberikan pada: a. Bayi usia
3. Masa inkubasi 10-15 hari. 4. Pada hari ketiga, lesi ini kurang dari 6 bulan 50.000
4. Belum mendapat imunisasi perlahan-lahan menghilang IU/hari PO diberi 2 dosis. b.
campak dengan urutan sesuai urutan Usia 6-11 bulan 100.000
muncul, dengan warna sisa IU/hari PO 2 dosis. c. Usia di
coklat kekuningan atau atas 1 tahun 200.000 IU/hari
deskuamasi ringan. PO 2 dosis. d. Anak dengan
Eksantem hilang dalam 4-6 tanda defisiensi vitamin A, 2
hari dosis pertama sesuai usia,
dilanjutkan dosis ketiga
sesuai usia yang diberikan 2-
4 minggu kemudian.

Edukasi:
Edukasi keluarga dan pasien
bahwa morbili merupakan
penyakit yang menular
Untuk anggota
79

keluarga/kontak yang rentan,


dapat diberikan vaksin
campak atau human
immunoglobulin untuk
pencegahan. Vaksin efektif
bila diberikan dalam 3 hari
terpapar dengan penderita.
Imunoglobulin dapat
diberikan pada individu
dengan gangguan imun, bayi
usia 6 bulan - 1 tahun, bayi
usia kurang dari 6 bulan yang
lahir dari ibu tanpa imunitas
campak, dan wanita hamil.
Diagnosis banding:
1. Erupsi obat
2. Eksantem virus yang lain
(rubella, eksantem
subitum)
3. Scarlet fever
4. Mononukleosis
infeksiosa
5. Infeksi Mycoplasma
pneumoniae

Komplikasi:
otitis media, pneumonia,
ensefalitis, trombositopenia.
2. Varisela Demam, malaise, dan nyeri Pemeriksaan Fisik dengan Bila diperlukan, Penatalaksanaan
(Chickenpox) kepala. Kemudian disusul Lup: pemeriksaan mikroskopis 1. Gesekan kulit perlu
oleh varisela timbulnya lesi kulit berupa Tanda Patognomonis Erupsi dengan menemukan sel dihindari agar tidak
zoster: 4A papul eritem yang dalam kulit berupa papul Tzanck yaitu sel datia mengakibatkan pecahnya
waktu beberapa jam berubah eritematosa yang dalam berinti banyak. vesikel. Selain itu,
menjadi vesikel. Biasanya waktu beberapa jam berubah dilakukan pemberian
80

disertai rasa gatal. Faktor menjadi vesikel. Bentuk nutrisi TKTP, istirahat dan
Risiko 1. Anak-anak. 2. vesikel ini khas berupa mencegah kontak dengan
Riwayat kontak dengan tetesan embun (tear 26 orang lain. 2. Gejala
penderita varisela. 3. drops). Vesikel akan menjadi prodromal diatasi sesuai
Keadaan imunodefisiensi. keruh dan kemudian menjadi dengan indikasi. Aspirin
krusta. Sementara proses ini dihindari karena dapat
berlangsung, timbul lagi menyebabkan Reyes
vesikel-vesikel baru yang syndrome. 3. Losio
menimbulkan gambaran kalamin dapat diberikan
polimorfik khas untuk untuk mengurangi gatal. 4.
varisela. Penyebaran terjadi Pengobatan antivirus oral,
secara sentrifugal, serta dapat antara lain: 27 a.
menyerang selaput lendir Asiklovir: dewasa 5 x 800
mata, mulut, dan saluran mg/hari, anak-anak 4 x 20
napas atas. Gambar 1.2 mg/kgBB (dosis maksimal
Varisela Pemeriksaan 800 mg), atau b.
Valasiklovir: dewasa 3 x
1000 mg/hari. Pemberian
obat tersebut selama 7-10
hari dan efektif diberikan
pada 24 jam pertama
setelah timbul lesi.
Diagnosis Banding
1. Variola
2. Herpes simpleks
disseminata
3. Coxsackievirus
4. Rickettsialpox

Komplikasi:
Pneumonia, ensefalitis,
hepatitis, terutama terjadi
81

pada pasien dengan


gangguan imun. Varisela
pada kehamilan berisiko
untuk menyebabkan
infeksi intrauterin pada
janin, menyebabkan
sindrom varisela
kongenital.

Edukasi:
Edukasi bahwa varisella
merupakan penyakit yang
self-limiting pada anak
yang imunokompeten.
Komplikasi yang ringan
dapat berupa infeksi
bakteri sekunder. Oleh
karena itu, pasien
sebaiknya menjaga
kebersihan tubuh.
Penderita sebaiknya
dikarantina untuk
mencegah penularan.
3. Veruka Vulgaris Keluhan Adanya kutil pada Pemeriksaan Fisik : Tidak diperlukan Tatalaksana:
(Viral warts): kulit dan mukosa. Faktor Tanda Patognomonis Papul 1. Pasien harus menjaga
4A Risiko berwarna kulit sampai kebersihan kulit.
1. Biasanya terjadi pada keabuan dengan permukaan 2. Pengobatan topikal
anak-anak dan orang dewasa verukosa. Papul ini dapat dilakukan dengan
sehat. 2. Pekerjaan yang dijumpai pada kulit, mukosa pemberian bahan kaustik,
berhubungan dengan daging dan kuku. Apabila misalnya dengan larutan
mentah. permukaannya rata, disebut AgNO3 25%, asam
3. Imunodefisiensi. dengan veruka Plana. Dengan trikloroasetat 50% atau
82

goresan dapat timbul asam salisilat 20% - 40%.


autoinokulasi sepanjang Edukasi:
goresan (fenomena Koebner). Edukasi pasien bahwa
penyakit ini seringkali
residif walaupun diberi
pengobatan yang adekuat.

Diagnosis Banding:
Kalus, Komedo, Liken
planus, Kondiloma
akuminatum, Karsinoma
sel skuamosa
4. Miliaria /Sweat Keluhan yang dirasakan Pemeriksaan Fisik Tanda Tidak diperlukan Penatalaksanaan
gland: 4A adalah gatal yang disertai patognomonis Tergantung Prinsipnya adalah
timbulnya vesikel atau bintil, pada jenis atau klasifikasi mengurangi pruritus,
terutama muncul saat miliaria. Klasifikasi miliaria : menekan inflamasi, dan
berkeringat, pada lokasi 1. Miliaria kristalina a. membuka retensi keringat.
predileksi, kecuali pada Terdiri atas vesikel miliar (1- Penatalaksanaan yang
miliaria profunda. 2 mm), sub korneal tanpa dapat dilakukan adalah: 1.
Faktor Risiko : tanda inflamasi, mudah pecah Melakukan modifikasi
1. Tinggal di lingkungan dengan garukan, dan gaya hidup, yaitu: a.
tropis, panas, kelembaban deskuamasi dalam beberapa Memakai pakaian yang
yang tinggi. hari. b. Predileksi pada badan tipis dan dapat menyerap
2. Pemakaian baju terlalu yang tertutup pakaian. c. keringat. b. Menghindari
ketat. Gejala subjektif ringan dan panas dan kelembaban
tidak memerlukan yang berlebihan c.
pengobatan. 2. Milaria rubra Menjaga kebersihan kulit
a. Jenis tersering, terdiri atas d. Mengusahakan ventilasi
vesikel miliar atau papulo yang baik 2. Memberikan
vesikel di atas dasar farmakoterapi, seperti: a.
eritematosa sekitar lubang Topikal Bedak kocok:
keringat, tersebar diskret. 424 likuor faberi atau bedak
83

b. Gejala subjektif gatal dan kocok yang mengandung


pedih pada di daerah kalamin dan antipruritus
predileksi. lain (mentol dan kamfora)
3. Miliaria profunda a. diberikan 2 kali sehari
Merupakan kelanjutan selama 1 minggu. Lanolin
miliaria rubra, berbentuk topikal atau bedak salisil
papul putih keras berukuran 2% dibubuhi mentol -2%
1-3 mm, mirip folikulitis, sekaligus diberikan 2 kali
dapat disertai pustul. b. sehari selama 1 minggu.
Predileksi pada badan dan Terapi berfungsi sebagai
ekstremitas antipruritus untuk
4. Miliaria pustulosa Berasal menghilangkan dan
dari miliaria rubra, dimana mencegah timbulnya
vesikelnya berubah menjadi miliaria profunda. b.
pustul. Sistemik (bila gatal dan
bila diperlukan)
Antihistamin sedatif:
klorfeniramin maleat 3 x 4
mg per hari selama 7 hari
atau setirizin 1 x 10 mg
per hari selama 7 hari
Antihistamin non sedatif:
loratadin 1 x 10 mg per
hari selama 7 hari.

Diagnosis Banding :
Campak / morbili,
Folikulitis, Varisela,
Kandidiasis kutis, Erupsi
obat morbiliformis
5. Herpes Zoster Nyeri radikular dan gatal Pemeriksaan Fisik: Pada umumnya tidak Penatalaksanaan 1. Terapi
(4A) terjadi sebelum erupsi. Sekelompok vesikel dengan diperlukan pemeriksaan suportif dilakukan dengan
84

Keluhan dapat disertai dasar eritem yang terletak penunjang. menghindari gesekan kulit
dengan gejala prodromal unilateral sepanjang distribusi yang mengakibatkan
sistemik berupa demam, saraf spinal atau kranial. Lesi pecahnya vesikel,
pusing, dan malaise. Setelah bilateral jarang ditemui, pemberian nutrisi TKTP,
itu timbul gejala kulit namun seringkali, erupsi juga istirahat dan mencegah
kemerahan yang dalam waktu terjadi pada dermatom di kontak dengan orang lain.
singkat menjadi vesikel dekatnya. 2. Gejala prodromal diatasi
berkelompok dengan dasar sesuai dengan indikasi.
eritem dan edema. Aspirin dihindari oleh
karena dapat menyebabkan
Reyes syndrome. 3.
Pengobatan topikal:
Stadium vesikel: bedak
salisil 2% atau bedak
kocok kalamin agar
vesikel tidak pecah.
Apabila erosif, diberikan
kompres terbuka. Apabila
terjadi ulserasi, dapat
dipertimbangkan
pemberian salep antibiotik.
4. Pengobatan antivirus
oral, antara lain dengan: a.
Asiklovir: dewasa 5 x 800
mg/hari, anak-anak 4 x 20
mg/kgBB (dosis maksimal
800 mg), selama 7 hari,
atau b. Valasiklovir:
dewasa 3 x 1000 mg/hari.
Pemberian obat tersebut
selama 7-10 hari dan
efektif diberikan pada 24
85

jam pertama setelah timbul


lesi. Konseling dan
Edukasi Konseling dan
edukasi dilakukan kepada
pasien mengenai:
1. Edukasi tentang
perjalanan penyakit
Herpes Zoster.
2. Edukasi bahwa lesi
biasanya membaik dalam
2-3 minggu pada individu
imunokompeten.
3. Edukasi mengenai
seringnya komplikasi
neuralgia pasca-herpetik.

Diagnosis Banding
1. Herpes simpleks
2. Dermatitis venenata
3. Pada saat nyeri
prodromal, diagnosis dapat
menyerupai migrain, nyeri
pleuritik, infark miokard,
atau apendisitis.

Komplikasi:
Komplikasi
1. Neuralgia pasca-
herpetik 430
2. Ramsay Hunt
Syndrome: herpes pada
ganglion genikulatum,
86

ditandai dengan gangguan


pendengaran,
keseimbangan dan
paralisis parsial.
3. Pada penderita dengan
imunodefisiensi (HIV,
keganasan, atau usia
lanjut), vesikel sering
menjadi ulkus dengan
jaringan nekrotik dapat
terjadi infeksi sistemik
4. Pada herpes zoster
oftalmikus dapat terjadi
ptosis paralitik, keratitis,
skleritis, uveitis,
korioretinitis, serta neuritis
optik
5. Paralisis motorik.
6. Herpes Simpleks Infeksi primer HSV-1 Pemeriksaan Fisik Papul Pada umumnya tidak Penatalaksanaan
tanpa biasanya terjadi pada anak eritema yang diikuti oleh diperlukan pemeriksaan 1. Terapi diberikan dengan
komplikasi (4A) dan subklinis pada 90% munculnya vesikel penunjang antiviral, antara lain: a.
kasus, biasanya ditemukan berkelompok dengan dasar Asiklovir, dosis 5 x 200
perioral. Pada 10% sisanya, eritem. Vesikel ini dapat mg/hari selama 5 hari, atau
dapat terjadi cepat menjadi keruh, yang b. Valasiklovir, dosis 2 x
gingivostomatitis akut. kemudian pecah, membasah, 500 mg/hari selama 7-10
Infeksi primer HSV-2 terjadi dan berkrusta. Kadang- hari.
setelah kontak seksual pada kadang timbul erosi/ulkus. 2. Pada herpes genitalis:
remaja dan dewasa, Tempat predileksi adalah di edukasi tentang
menyebabkan vulvovaginitis daerah pinggang ke atas pentingnya abstinensia
akut dan atau peradangan terutama daerah mulut dan pasien harus tidak
pada kulit batang penis. hidung untuk HSV-1, dan melakukan hubungan
Infeksi primer biasanya daerah pinggang ke bawah seksual ketika masih ada
87

disertai dengan gejala terutama daerah genital untuk lesi atau ada gejala
sistemik seperti demam, HSV-2. Untuk infeksi prodromal.
malaise, mialgia, nyeri sekunder, lesi dapat timbul 3. Gejala prodromal diatasi
kepala, dan adenopati pada tempat yang sama sesuai dengan indikasi.
regional. Infeksi HSV-2 dengan lokasi sebelumnya. Aspirin dihindari oleh
dapat juga mengenai bibir. karena dapat menyebabkan
432 Infeksi rekuren biasanya Reyes syndrome.
didahului gatal atau sensasi
terbakar setempat pada lokasi Edukasi:
yang sama dengan lokasi Untuk pasien dan
sebelumnya. Prodromal ini pasangannya, yaitu
biasanya terjadi mulai dari 24 berupa:
jam sebelum timbulnya 1. Informasi perjalanan
erupsi. alami penyakit ini,
Faktor Risiko termasuk informasi bahwa
1. Individu yang aktif secara penyakit ini menimbulkan
seksual. rekurensi.
2. Imunodefisiensi. 2. Tidak melakukan
hubungan seksual ketika
masih ada lesi atau gejala
prodromal.
3. Pasien sebaiknya
memberi informasi kepada
pasangannya bahwa ia
memiliki infeksi HSV.
4. Transmisi seksual dapat
terjadi pada masa
asimtomatik.

Diagnosis Banding:
1. Impetigo vesikobulosa.
2. Ulkus genitalis pada
88

penyakit menular seksual.


Komplikasi Dapat terjadi
pada individu dengan
gangguan imun, berupa:
1. Herpes simpleks
ulserativa kronik.
2. Herpes simpleks
mukokutaneus akut
generalisata.
3. Infeksi sistemik pada
hepar, paru, kelenjar
adrenal, dan sistem saraf
pusat.
4. Pada ibu hamil, infeksi
dapat menular pada janin,
dan menyebabkan neonatal
herpes yang sangat
berbahaya.

7. Moluskum Keluhan Adanya kelainan Pemeriksaan Fisik dengan: Bila diperlukan, Penatalaksanaan 1. Pasien
Kontagiosum kulit berupa papul miliar. 1. Lup melakukan tindakan perlu menjaga higiene
oleh virus pox : Masa inkubasi berlangsung 2. Ekstraktor komedo, jarum enukleasi pada papul kulit. 2. Pengobatan
4A satu sampai beberapa suntik atau alat kuret kulit untuk menemukan badan dilakukan dengan
minggu. Faktor Risiko 1. dpat terlihat: moluskum. mengeluarkan massa yang
Terutama menyerang anak mengandung badan
dan kadang-kadang juga Papul miliar, kadang-kadang moluskum dengan
orang dewasa. 2. lentikular dan berwarna putih menggunakan alat seperti
Imunodefisiensi. seperti lilin, berbentuk kubah ekstraktor komedo, jarum
yang kemudian di tengahnya suntik, atau alat kuret
terdapat lekukan (delle). Jika kulit. Konseling dan
dipijat akan tampak keluar Edukasi Penyebaran dalam
89

massa yang berwarna putih keluarga sangat jarang


seperti nasi. Lokasi predileksi terjadi. Dengan demikian,
adalah daerah muka, badan, anggota keluarga tidak
dan ekstremitas, sedangkan perlu terlalu khawatir
pada orang dewasa di daerah terhadap anak/individu
pubis dan genitalia eksterna. dengan penyakit ini.
Kadang-kadang dapat timbul Kriteria Rujukan 1. Tidak
infeksi sekunder sehingga ditemukan badan
timbul supurasi. moluskum. 2. Terdapat
penyakit komorbiditas
yang terkait dengan
kelainan hematologi. 3.
Pasien HIV/AIDS.

Diagnosis Banding:
Komedo, Miliaria,
Karsinoma sel basal
nodular
Komplikasi:
Lesi dapat mengalami
infeksi sekunder.
8. Reaksi Gigitan Pasien datang dengan Pemeriksaan Fisik Tanda Dalam kondisi stabil,
Serangga: 4A keluhan gatal, rasa tidak Patognomonis 1. Urtika dan terapi yang dapat
nyaman, nyeri, kemerahan, papul timbul secara simultan diberikan yaitu: a.
nyeri tekan, hangat atau di tempat gigitan, dikelilingi Sistemik Antihistamin
bengkak pada daerah tubuh zona eritematosa. 2. Di sedatif: klorfeniramin
yang digigit, umumnya tidak bagian tengah tampak titik maleat 3 x 4 mg per hari
tertutup pakaian. Kebanyakan (punctum) bekas selama 7 hari atau
penderita datang sesaat tusukan/gigitan, kadang setirizin 1 x 10 mg per hari
setelah merasa digigit hemoragik, atau menjadi selama 7 hari.
serangga, namun ada pula krusta kehitaman. 3. Bekas Antihistamin non sedatif:
yang datang dengan delayed garukan karena gatal. Dapat loratadin 1 x 10 mg per
90

reaction, misalnya 10-14 hari timbul gejala sistemik seperti hari selama 7 hari. b.
setelah gigitan berlangsung. takipneu, stridor, wheezing, Topikal Kortikosteroid
Keluhan kadang-kadang bronkospasme, hiperaktif topikal potensi sedang-
diikuti dengan reaksi sistemik peristaltic, dapat disertai kuat: misalnya krim
gatal seluruh tubuh, urtikaria, tanda-tanda hipotensi mometason furoat 0,1%
dan angioedema, serta dapat orthostatik 438 Pada reaksi atau krim betametason
berkembang menjadi suatu lokal yang parah dapat timbul valerat 0,5% diberikan
ansietas, disorientasi, eritema generalisata, selama 2 kali sehari
kelemahan, GI upset urtikaria, atau edema selama 7 hari. Konseling
(cramping, diarrhea, pruritus, sedangkan bila dan Edukasi Keluarga
vomiting), dizziness, sinkop terdapat reaksi sistemik diberikan penjelasan
bahkan hipotensi dan sesak menyeluruh dapat diikuti mengenai: 1. Minum obat
napas. Gejala dari delayed dengan reaksi anafilaksis. secara teratur. 2. Menjaga
reaction mirip seperti serum kebersihan lingkungan
sickness, yang meliputi tempat tinggal, memakai
demam, malaise, sakit kepala, baju berlengan panjang
urtikaria, limfadenopati dan dan celana panjang, pada
poliartritis. beberapa kasus boleh
memakai mosquito
repellent jika diperlukan,
dan lain-lain agar terhindar
dari gigitan serangga.

DD: prurigo
9. Skabies: 4A Pruritus nokturna, yaitu gatal Lesi kulit berupa terowongan Pemeriksaan Terdapat 4 tanda kardinal
yang hebat terutama pada (kanalikuli) berwarna putih mikroskopis dari kerokan untuk diagnosis skabies,
malam hari atau saat atau abu-abu dengan panjang kulit untuk menemukan yaitu: 1. Pruritus nokturna.
penderita berkeringat. 2. Lesi rata-rata 1 cm. Ujung tungau. 2. Penyakit menyerang
timbul di stratum korneum terowongan terdapat papul, manusia secara
yang tipis, seperti di sela jari, vesikel, dan bila terjadi berkelompok. 3. Adanya
pergelangan tangan dan kaki, infeksi sekunder, maka akan terowongan (kunikulus)
aksila, umbilikus, areola terbentuk pustul, ekskoriasi, pada tempat-tempat
91

mammae dan di bawah dan sebagainya.Pada anak- predileksi yang berwarna


payudara (pada wanita) serta anak, lesi lebih sering berupa putih atau keabu-abuan,
genital eksterna (pria). vesikel disertai infeksi berbentuk garis lurus atau
sekunder akibat garukan berkelok-kelok, rata-rata
sehingga lesi menjadi panjang 1 cm, pada ujung
bernanah terowongan ditemukan
papul atau vesikel. 4.
Ditemukannya tungau
dengan pemeriksaan
mikroskopis. Diagnosis
ditegakkan dengan
menemukan 2 dari 4 tanda
tersebut.

Penatalaksanaan 1.
Melakukan perbaikan
higiene diri dan
lingkungan, dengan: a.
Tidak menggunakan
peralatan pribadi secara
bersama-sama dan alas
tidur diganti bila ternyata
pernah digunakan oleh
penderita skabies. b.
Menghindari kontak
langsung dengan penderita
skabies. 2. Terapi tidak
dapat dilakukan secara
individual melainkan harus
serentak dan menyeluruh
pada seluruh kelompok
orang yang ada di sekitar
92

penderita skabies. Terapi


diberikan dengan salah
satu obat topikal (skabisid)
di bawah ini: a. Salep 2-4
dioleskan di seluruh tubuh,
selama 3 hari berturut-
turut, dipakai setiap habis
mandi. b. Krim permetrin
5%di seluruh tubuh.
Setelah 10 jam, krim
permetrin dibersihkan
dengan sabun. Terapi
skabies ini tidak
dianjurkan pada anak < 2
tahun.

Diagnosis Banding
Skabies adalah penyakit
kulit yang disebut dengan
the great imitator dari
kelainan kulit dengan
keluhan gatal. Diagnosis
bandingnya adalah:
Pioderma, Impetigo,
Dermatitis, Pedikulosis
korporis
10. Pedikulosis Gejala yang paling sering Lesi kulit terjadi karena Penatalaksanaan
Kapitis : 4A timbul adalah gatal di kepala bekas garukan, yaitu bentuk Pengobatan bertujuan
akibat reaksi hipersensitivitas erosi dan ekskoriasi. Bila untuk memusnahkan
terhadap saliva kutu saat terdapat infeksi sekunder semua kutu dan telur serta
makan maupun terhadap oleh bakteri, maka timbul pus mengobati infeksi
feses kutu. Gejala dapat pula dan krusta yang sekunder. 1. Sebaiknya
93

asimptomatik menyebabkan rambut rambut pasien dipotong


bergumpal, disertai dengan sependek mungkin,
pembesaran kelenjar getah kemudian disisir dengan
bening 444 regional. menggunakan sisir serit,
Ditemukan telur dan kutu menjaga kebersihan kulit
yang hidup pada kulit kepala kepala dan menghindari
dan rambut. Telur P. kontak erat dengan kepala
humanus var. capitis paling penderita. 2. Pengobatan
sering ditemukan pada topikal merupakan terapi
rambut di daerah oksipital terbaik, yaitu dengan
dan retroaurikular. pedikulosid dengan salah
satu pengobatan di bawah
ini: a. Malathion 0,5% atau
1% dalam bentuk losio
atau spray, dibiarkan 1
malam. b. Permetrin 1%
dalam bentuk cream rinse,
dibiarkan selama 2 jam c.
Gameksan 1%, dibiarkan
selama 12 jam.
Pedikulosid sebaiknya
tidak digunakan pada anak
usia kurang dari 2 tahun.

Diagnosis Banding Tinea


kapitis, Impetigo krustosa
(pioderma), Dermatitis
seboroik Komplikasi
Infeksi sekunder bila
pedikulosis berlangsung
kronis
11. Dermatofitosis Keluhan Pada sebagian besar Pemeriksaan Fisik Gambaran Bila diperlukan, dapat Penatalaksanaan 1.
94

No. ICPC-2 : infeksi dermatofita, pasien umum: Lesi berbentuk dilakukan pemeriksaan Higiene diri harus terjaga,
S74 datang dengan bercak merah infiltrat eritematosa, berbatas mikroskopis dengan dan pemakaian
Dermatophytosis bersisik yang gatal. Adanya tegas, dengan bagian tepi KOH, akan ditemukan handuk/pakaian secara
No. ICD-10 : riwayat kontak dengan orang yang lebih aktif daripada hifa panjang dan bersamaan harus dihindari.
B35 yang mengalami bagian tengah, dan artrospora. 2. Untuk lesi terbatas,
Dermatophytosis dermatofitosis. konfigurasi polisiklik. Lesi diberikan pengobatan
B35.0 Tinea dapat dijumpai di daerah kulit topikal, yaitu dengan:
barbae and tinea berambut terminal, berambut antifungal topikal seperti
capitis B35.1 velus (glabrosa) dan kuku. krim klotrimazol,
Tinea unguium mikonazol, atau terbinafin
B35.2 Tinea yang diberikan hingga lesi
manuum B35.3 hilang dan dilanjutkan 1-2
Tinea pedis minggu kemudian untuk
B35.4 Tinea mencegah rekurensi. 3.
corporis B35.5 Untuk penyakit yang
Tinea imbricate tersebar luas atau resisten
B35.6 Tinea terhadap terapi topikal,
cruris B35.8 dilakukan pengobatan
Other sistemik dengan: a.
dermatophytoses Griseofulvin dapat
Tingkat diberikan dengan dosis
Kemampuan : 0,5-1 g per hari untuk
4A orang dewasa dan 0,25
0,5 g per hari untuk anak-
anak atau 10-25
mg/kgBB/hari, terbagi
dalam 2 dosis. b.
Golongan azol, seperti
Ketokonazol: 200 mg/hari;
Itrakonazol: 100 mg/hari
atau Terbinafin: 250
mg/hari Pengobatan
95

diberikan selama 10-14


hari pada pagi hari setelah
makan.
12. Dermatitis Keluhan kelainan kulit Pemeriksaan Fisik Tanda Penatalaksanaan 1.
Kontak Alergik: berupa gatal. Kelainan kulit Patognomonis Tanda yang Keluhan diberikan
3A bergantung pada keparahan dapat diobservasi sama farmakoterapi berupa: a.
dermatitis. Keluhan dapat seperti dermatitis pada Topikal (2 kali sehari)
disertai timbulnya bercak umumnya tergantung pada Pelembab krim hidrofilik
kemerahan. Hal yang penting kondisi akut atau kronis. urea 10%.
ditanyakan adalah riwayat Lokasi dan pola kelainan Kortikosteroid: Desonid
kontak dengan bahan-bahan kulit penting diketahui untuk krim 0,05% (catatan: bila
yang berhubungan dengan mengidentifikasi tidak tersedia dapat
riwayat pekerjaan, hobi, obat kemungkinan penyebabnya, digunakan Fluosinolon
topikal yang pernah seperti di ketiak oleh asetonid krim 0,025%).
digunakan, obat sistemik, deodoran, di pergelangan Pada kasus dengan
kosmetik, bahan-bahan yang tangan oleh jam tangan, dan manifestasi klinis
dapat menimbulkan alergi, seterusnya. Faktor likenifikasi dan
serta riwayat alergi di Predisposisi Pekerjaan atau hiperpigmentasi, dapat
keluarga paparan seseorang terhadap diberikan golongan
suatu bahan yang bersifat Betametason valerat krim
alergen. 0,1% atau Mometason
furoat krim 0,1%). Pada
kasus infeksi sekunder,
perlu dipertimbangkan
pemberian antibiotik
topikal. b. Oral sistemik
Antihistamin hidroksisin 2
x 25 mg per hari selama
maksimal 2 minggu, atau
Loratadin 1x10 mg per
hari selama maksimal 2
minggu. 2. Pasien perlu
96

mengidentifikasi faktor
risiko, menghindari bahan-
bahan yang bersifat
alergen, baik yang bersifat
kimia, mekanis, dan fisis,
memakai sabun dengan pH
netral dan mengandung
pelembab serta memakai
alat pelindung diri untuk
menghindari kontak
alergen saat bekerja.
13. Skrofuloderma: Skrofuloderma biasanya Pemeriksaan Fisik Lokasi : 1. Pemeriksaan dahak Penatalaksanaan Sama
4A dimulai dengan pembesaran leher, ketiak, lipat paha 2. Pemeriksaan biakan dengan TB Paru
kelenjar getah bening tanpa Efloresensi : pembesaran Mycobacterium Pengobatan sistemik:
tanda-tanda radang akut. kelenjar getah bening tanpa tuberculosis Sama dengan TB Paru
Mula-mula hanya beberapa radang akut kecuali tumor
kelenjar diserang, lalu makin dengan konsistensi Laboratorium sederhana Diagnosis Banding
banyak sampai terjadi abses bermacam-macam, untuk pemeriksaan laju Limfosarkoma, Limfoma
memecah dan menjadi fistel periadenitis, abses dan fistel endap darah dan maligna, Hidradenitis
kemudian meluas menjadi multipel, ulkus-ulkus khas, pemeriksaan BTA 2. Tes supurativa,
ulkus. Jika penyakitnya telah sikatriks-sikatriks yang tuberkulin Limfogranuloma venerum
menahun, maka didapatkan memanjang dan tidak teratur Komplikasi :-
gambaran klinis yang serta jembatan kulit.
lengkap. Faktor Risiko Sama
dengan TB Paru
14. Akne Vulgaris: Keluhan berupa erupsi kulit Penatalaksanaan meliputi
4A polimorfi di lokasi predileksi, usaha untuk mencegah
disertai rasa nyeri atau gatal terjadinya erupsi
namun masalah estetika (preventif) dan usaha
umumnya merupakan untuk menghilangkan
keluhan utama. Pemeriksaan jerawat yang terjadi
Fisik Tanda patognomonis (kuratif). Pencegahan yang
97

Komedo berupa papul miliar dapat dilakukan : 1.


yang ditengahnya Menghindari terjadinya
mengandung sumbatan peningkatan jumlah lipid
sebum, bila berwarna hitam sebum dan perubahan isi
disebut komedo hitam (black sebum dengan cara : a.
comedo, open comedo) dan Diet rendah lemak dan
bila berwarna putih disebut karbohidrat. Meskipun hal
komedo putih atau komedo ini diperdebatkan
tertutup (white comedo, close efektivitasnya, namun bila
comedo). Erupsi kulit pada anamnesis
polimorfi dengan gejala menunjang, hal ini dapat
predominan salah satunya, dilakukan. b. Melakukan
komedo, papul yang tidak perawatan kulit dengan
beradang dan pustul, nodus membersihkan permukaan
dan kista yang beradang. kulit. 2. Menghindari
Tempat predileksi adalah di terjadinya faktor pemicu
muka, bahu, dada bagian terjadinya akne, misalnya :
atas, dan punggung bagian 498 a. Hidup teratur dan
atas. Lokasi kulit lain sehat, cukup istirahat,
misalnya di leher, lengan olahraga, sesuai kondisi
atas, dan kadang-kadang tubuh, hindari stress. b.
glutea. Gradasi yang Penggunaan kosmetika
menunjukan berat ringannya secukupnya, baik
penyakit diperlukan bagi banyaknya maupun
pilihan pengobatan. Gradasi lamanya. c. Menjauhi
akne vulgaris adalah sebagai terpacunya kelenjar
berikut: 1. Ringan, bila: a. minyak, misalnya
Beberapa lesi tak beradang minuman keras, makanan
pada satu predileksi b. pedas, rokok, lingkungan
Sedikit lesi tak beradang pada yang tidak sehat dan
beberapa tempat predileksi c. sebagainya. d.
Sedikit lesi beradang pada Menghindari polusi debu,
98

satu predileksi 2. Sedang, pemencetan lesi yang tidak


bila: a. Banyak lesi tak lege artis, yang dapat
beradang pada satu predileksi memperberat erupsi yang
b. Beberapa lesi tak beradang telah terjadi. Pengobatan
pada lebih dari satu predileksi akne vulgaris ringan dapat
c. Beberapa lesi beradang ada dilakukan dengan
satu predileksi d. Sedikit lesi memberikan farmakoterapi
beradang pada lebih dari satu seperti : 1. Topikal
predileksi 3. Berat, bila: a. Pengobatan topikal
Banyak lesi tak beradang dilakukan untuk mencegah
pada lebih dari satu predileksi pembentukan komedo,
b. Banyak lesi beradang pada menekan peradangan dan
satu atau lebih predileksi mempercepat
Keterangan: Sedikit bila penyembuhan lesi. Obat
kurang dari 5, beberapa bila topikal terdiri dari : a.
5-10, banyak bila lebih dari Retinoid Retinoidtopikal
10 lesi Tak beradang : merupakan obat andalan
komedo putih, komedo untuk
hitam, papul Beradang : pengobatanjerawatkarena
pustul, nodus, kista Pada dapat menghilangkan
pemeriksaan ekskohleasi komedo, mengurangi
sebum, yaitu pengeluaran pembentukan
sumbatan sebum dengan mikrokomedo, dan adanya
komedo ekstraktor (sendok efek antiinflamasi.
Unna) ditemukan sebum Kontraindikasi obat ini
yang menyumbat folikel yaitu pada wanita hamil,
tampak sebagai massa padat danwanita usia subur harus
seperti lilin atau massa lebih menggunakan kontrasepsi
lunak seperti nasi yang yang efektif. Kombinasi
ujungnya kadang berwarna retinoid topikal dan
hitam. antibiotik topikal
(klindamisin) atau benzoil
99

peroksida lebih ampuh


mengurangi jumlah
inflamasi dan lesi non-
inflamasi dibandingkan
dengan
retinoidmonoterapi. Pasien
yang memakai kombinasi
terapi juga menunjukkan
tanda-tanda perbaikan
yang lebih cepat. b. Bahan
iritan yang dapat
mengelupas kulit
(peeling), misalnya sulfur
(4-8%), resorsinol (1-5%),
asam salisilat (2-5%),
peroksida benzoil (2,5-
10%), asam vitamin A
(0,025-0,1%), asam azelat
(15-20%) atau asam alfa
hidroksi (AHA) misalnya
asma glikolat (3-8%). Efek
samping obat iritan dapat
dikurangi dengan cara
pemakaian berhati-hati
dimulai dengan
konsentrasi yang paling
rendah. c. Antibiotik
topikal: oksitetrasiklin 1%,
eritromisin 1%,
klindamisin fosfat 1%. d.
Antiperadangan topikal:
hidrokortison 1-2,5%. 2.
100

Sistemik Pengobatan
sistemik ditujukan untuk
menekan aktivitas jasad
renik disamping juga
mengurangi reaksi radang,
menekan produksi sebum.
Dapat diberikan
antibakteri sistemik,
misalnya tetrasiklin 250
mg-1g/hari, eritromisin
4x250 mg/hari.

Diagnosis Banding Erupsi


akneiformis, Akne
venenata, Rosasea,
Dermatitis perioral
101

SPECIAL SENSE SYSTEM


102

No Penyakit Manifestasi Klinik Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang Terapi


1 Otitis eksterna Keluhan General Survey: dbn - Tindakan:-

1. Rasa sakit pada telinga TTV: DD: Perikondritis yang Farmakologi :


(otalgia), yang bervariasi dari Td : dbn berulang, Kondritis, Salep antibiotik: Polymixin-B,
ringan hingga hebat, terutama Hr : dbn Otomikosis Basitrasin.
saat daun telinga disentuh dan Suhu: Hiperthermia (tidak selalu)
mengunyah RR: dbn Analgetik, seperti Paracetamol
atau Ibuprofen dapat diberikan.
2. Rasa penuh pada telinga Lokalis:

1. Nyeri tekan pada tragus Edukasi:


3. Pendengaran dapat berkurang

4. Terdengar suara mendengung 2. Nyeri tarik daun telinga 1. Tidak mengorek telinga
(tinnitus) baik dengan cotton bud
3. Otoskopi: atau alat lainnya
5. Keluhan biasanya dialami pada
satu telinga dan sangat jarang a. OE akut difus: liang telinga luar 2. Selama pengobatan
mengenai kedua telinga dalam sempit, kulit liang telinga luar pasien tidak boleh
waktu bersamaan hiperemis dan edem dengan
berenang
batas yang tidak jelas, dan dapat
6. Keluhan penyerta lain yang ditemukan sekret minimal.
3. Penyakit dapat berulang
dapat timbul: demam atau
meriang, telinga terasa basah b. OE akut sirkumskripta: furunkel sehingga harus menjaga
pada liang telinga luar liang telinga agar dalam
Faktor Risiko kondisi kering dan tidak
4. Tes garputala: Normal atau tuli lembab
1. Riwayat sering beraktifitas di konduktif
air, misalnya: berenang,
berselancar, mendayung.

2. Riwayat trauma yang


mendahului keluhan, misalnya:
membersihkan liang telinga
dengan alat tertentu,
103

memasukkan cotton bud,


memasukkan air ke dalam telinga.

3. Riwayat penyakit sistemik,


seperti: diabetes mellitus,
psoriasis, dermatitis atopik, SLE,
HIV.
104

2. Otitis Media Akut Keluhan (tergantung stadium General Survey: dbn - Tindakan: -
OMA yang sedang dialami)
TTV: DD: Farmakologi:
1. Stadium oklusi tuba Td : dbn Otitis media serosa akut,
Hr : dbn Otitis eksterna 1. Topikal
Telinga terasa penuh atau nyeri, Suhu: Hiperthermia (tidak selalu)
pendengaran dapat berkurang. RR: dbn Pada stadium oklusi, tujuan
terapi dikhususkan untuk
Lokalis: membuka kembali tuba
2. Stadium hiperemis
Otoskopi eustachius. Obat tetes hidung
Nyeri telinga makin intens, HCl efedrin 0,5% (atau
demam, rewel dan gelisah (pada oksimetazolin 0,025%)
bayi / anak), muntah, nafsu 1. Stadium oklusi tuba: Membran diberikan dalam larutan
timpani suram, retraksi, dan reflex fisiologik untuk anak kurang
makan hilang, anak biasanya
sering memegang telinga yang cahayanya hilang dari 12 tahun dan HCl efedrin
nyeri. 1% (atau oksimetazolin 0,05%)
2. Stadium hiperemis: Membran dalam larutan fisiologik untuk
timpani hiperemis dan edema anak yang berumur lebih dari
3. Stadium supurasi
12 tahun atau dewasa.
3. Stadium supurasi: Membran
Sama seperti stadium hiperemis
timpani menonjol ke arah luar Pada stadium perforasi,
(bulging) berwarna kekuningan diberikan obat cuci telinga
4. Stadium perforasi H2O2 3% selama 3-5 hari,
4. Stadium perforasi : Perforasi dilanjutkan antibiotik adekuat
Keluar sekret dari liang telinga membran timpani, Liang telinga yang tidak ototoksik seperti
luar basah atau dipenuhi sekret ofloxacin tetes telinga sampai 3
5. Stadium resolusi minggu.
5. Stadium resolusi: Membran
Setelah sekret keluar, intensitas timpani tetap perforasi atau utu, 2. Oral sistemik
keluhan berkurang (suhu turun, Sekret di liang telinga luar sudah
nyeri mereda, bayi / anak lebih berkurang atau mengering Dapat diberikan antihistamin
tenang. Bila perforasipermanen, bila ada tanda-tanda alergi.
pendengaran dapat tetap
berkurang. Antipiretik seperti
105

Faktor Risiko paracetamol sesuai dosis anak.

1. Bayi dan anak Antibiotik yang diberikan


pada stadium oklusi dan
2. Infeksi saluran napas atas hiperemis ialah penisilin atau
berulang eritromisin, selama 10-14 hari:

3. Menyusu dari botol dalam a) Ampisilin : Dewasa 500 mg 4


posisi berbaring telentang x sehari; Anak 25 mg/KgBB 4 x
sehari atau
4. Kelainan kongenital, misalnya:
sumbing langit-langit, sindrom b) Amoksisilin: Dewasa 500 mg
Down, 3 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 3
x sehari atau
5. Paparan asap rokok
c) Eritromisin : Dewasa 500 mg
6. Alergi 4 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 4
x sehari
7. Tingkat sosio-ekonomi yang
rendah d) Jika terdapat resistensi,
dapat diberikan kombinasi
dengan asam klavulanat atau
sefalosporin.

Pada stadium supurasi


dilakukan miringotomi (kasus
rujukan) dan pemberian
antibiotik. Antibiotik yang
diberikan:

a) Amoxyciline: Dewasa 3x500


mg/hari. Pada bayi/anak
50mg/kgBB/hari; atau

b) Erythromycine: Dewasa/
106

anak sama dengan dosis


amoxyciline;atau

c) Cotrimoxazole: (kombinasi
trimethroprim 80 mg dan
sulfamethoxazole 400 mg
tablet) untuk dewasa 2x2
tablet, anak (trimethroprim 40
mg dan sulfamethoxazole 200
mg) suspense 2x5 ml.

d) Jika kuman sudah resisten


(infeksi berulang): kombinasi
dan asam klavulanat, dewasa
3x625 mg/hari. Pada bayi/anak,
dosis disesuaikan dengan BB
dan usia.
107

3. Laringitis Keluhan General Survey: dbn Pemeriksaan Penunjang : bila Tindakan:-


diperlukan
Pasien datang dengan keluhan TTV: Farmakologi :
suara serak atau hilang suara Td : dbn a. Foto rontgen soft tissue
(afonia). Hr : dbn leher AP lateral: bisa tampak Pengobatan simptomatik
Suhu: Hiperthermia (tidak selalu) pembengkakan jaringan dapat diberikan dengan
Gejala lainnya (croup), antara RR: dbn subglotis (Steeple sign). parasetamol atau
lain: Tanda ini ditemukan pada ibuprofen sebagai
Lokalis: 50% kasus.
antipiretik jika pasien
a. Gejala lokal seperti suara demam. Bila ada gejala
parau, seperti suara yang kasar Pemeriksaan dengan laringoskopi b. Foto thorax AP.
indirek khusus untuk pasien nyeri tenggorokan dapat
atau suara yang susah keluar atau diberikan analgetik dan
suara dengan nada lebih rendah dewasa untuk melihat daerah c. Pemeriksaan laboratorium
laring dan sekitarnya. bila hidung tersumbat
dari suara yang biasa/normal darah lengkap.
bahkan sampai tidak bersuara
dapat diberikan
sama sekali (afoni). Hal ini terjadi a. Pada pemeriksaan fisik akan dekongestan nasal
Diagnosis Banding
karena gangguan getaran serta tampak mukosa laring yang seperti fenilpropanolamin
a. Benda asing pada
ketegangan dalam pendekatan hiperemis, membengkak (PPA), efedrin,
laring
kedua pita suara kiri dan kanan. terutama dibagian atas dan pseudoefedrin
b. Faringitis
bawah pita suara.
c. Bronkiolitis
b. Sesak nafas dan stridor. d. Bronkitis Pemberian antibiotik
b. Biasanya terdapat tanda radang dilakukan bila
akut di hidung atau sinus e. Pneumonia
c. Nyeri tenggorokan seperti nyeri f. Tumor pada laring peradangan dari paru
ketika menelan atau berbicara. paranasal dan bila penyebab
berupa streptokokus
d. Gejala radang umum seperti c. Obstruksi jalan nafas apabila grup A dapat ditemukan
demam, malaise. ada udem laring diikuti udem
melalui kultur. Pada
subglotis yang terjadi dalam
beberapa jam dan biasanya sering
kasus ini, antibiotik yang
e. Batuk kering yang lama dapat digunakan yaitu
terjadi pada anak berupa anak
kelamaan disertai dengan dahak penicillin
menjadi gelisah, stridor, air
kental. 1. Proton Pump Inhibitor
hunger, sesak semakin bertambah
berat dengan retraksi pada laringitis dengan
f. Gejala common cold seperti penyebab GERD
suprasternal dan epigastrium
bersin-bersin, nyeri tenggorok
yang dapat menyebabkan (Laringofaringeal
hingga sulit menelan, sumbatan keadaan darurat medik yang refluks).
108

hidung (nasal congestion), nyeri dapat mengancam jiwa anak. 2. Kortikosteroid dapat
kepala, batuk dan demam dengan diberikan jika laringitis
temperatur yang tidak mengalami d. Pada laringitis kronik, dapat berat.
peningkatan dari 38C. ditemukan nodul, ulkus dan
penebalan mukosa pita suara.
g. Obstruksi jalan nafas apabila Edukasi:
ada udem laring diikuti udem
subglotis yang terjadi dalam a. Istirahat yang cukup,
beberapa jam dan biasanya sering
terutama pada laringitis
terjadi pada anak berupa anak
menjadi gelisah, nafas berbunyi,
akibat virus. Istirahat ini
air hunger, sesak semakin juga meliputi
bertambah berat. pengistirahatan pita
suara.
h. Laringitis kronik ditandai b. Menghindari iritan
dengan afonia yang persisten. yang memicu nyeri
Pada pagi hari, biasanya tenggorokan atau batuk.
tenggorokan terasa sakit namun c. Menghindari udara
membaik pada suhu yang lebih kering.
hangat. Nyeri tenggorokan dan d. Minum cairan yang
batuk memburuk kembali banyak.
menjelang siang. Batuk ini dapat e. Berhenti merokok dan
juga dipicu oleh udara dingin atau konsumsi alkohol.
minuman dingin.

Faktor Risiko

a. Penggunaan suara yang


berlebihan.

b. Pajanan terhadap zat iritatif


seperti asap rokok dan minum-
minuman alkohol.

c. Adanya refluks gastroesofageal,


109

bronkitis, dan pneumonia.

d. Rhinitis alergi.

e. Perubahan suhu yang tiba-tiba.

f. Malnutrisi.

g. Keadaan menurunnya sistem


imun atau daya tahan tubuh.
110

No Penyakit Manifestasi Klinik Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Diagnosis Terapi


Penunjang
1 Mata kering Anamnesis: Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan Terapi:
Mata gatal, seperti 1. Visus normal Penunjang : Air mata buatan; tetes mata
berpasir. Keluhan dapat 2. Terdapat foamy tears Umumnya tidak karboksimetilselulosa atau
disertai sensasi terbakar, pada konjungtiva forniks diperlukan sodium hialuronat.
merah, perih dan silau. 3. Penilaian produksi air
Pasien seringkali menyadari mata dengan tes Schirmer
bahwa gejala terasa makin menunjukkan hasil <10 mm
berat di akhir hari (nilai normal 20 mm).
(sore/malam).
Faktor Risiko:
1. Usia > 40 tahun
2. Menopause
3. Penyakit sistemik,
seperti: sindrom Sjogren,
sklerosis sistemik progresif,
sarkoidosis, leukemia,
limfoma, amiloidosis, dan
hemokromatosis
4. Penggunaan lensa kontak
5. Penggunaan komputer
dalam waktu lama
2 Rabun senja Anamnesis: Pemeriksaan Fisik: Tidak diperlukan Farmakoterapi:
Penglihatan menurun pada 1. Kekeringan (xerosis) 1. Pada defisiensi vitamin A,
malam hari atau pada konjungtiva bilateral diberikan vitamin A dosis tinggi.
keadaan gelap, sulit 2. Terdapat bercak bitot 2. Lubrikasi kornea.
beradaptasi pada cahaya pada konjungtiva 3. Pencegahan terhadap infeksi
yang redup. Pada defisiensi 3. Xerosis kornea sekunder dengan tetes mata
vitamin A, buta senja antibiotik.
merupakan keluhan paling 4. Ulkus kornea dan
sikatriks kornea Edukasi:
awal. 1. Memberitahu keluarga
5. Kulit tampak xerosis dan
bersisik bahwa rabun senja disebabkan
oleh kelainan mendasar, yaitu
6. Nekrosis kornea difus
defisiensi vitamin A dan retinitis
atau keratomalasia
111

pigmentosa.
2. Pada kasus defisiensi vitamin
A, keluarga perlu diedukasi
untuk memberikan asupan
makanan bergizi seimbang dan
suplementasi vitamin A dosis
tinggi.
3 Hordeolum Anamnesis: Pemeriksaan Fisik: Tidak diperlukan Edukasi:
Kelopak yang bengkak Ditemukan kelopak mata 1. Mata dikompres hangat 4-6
dengan rasa sakit dan bengkak, merah, dan nyeri kali sehari selama 15 menit.
mengganjal, merah dan pada perabaan. Nanah Tindakan dilakukan dengan
nyeri bila ditekan, serta dapat keluar dari pangkal mata tertutup.
perasaan tidak nyaman dan rambut (hordeolum 2. Kelopak mata dibersihkan
sensasi terbakar pada eksternum). Apabila sudah
dengan air bersih atau pun
kelopak mata terjadi abses dapat timbul dengan sabun atau sampo yang
undulasi. tidak menimbulkan iritasi,
seperti sabun bayi. Tindakan
dilakukan dengan mata
tertutup.
3. Jangan menekan atau
menusuk hordeolum, hal ini
dapat menimbulkan infeksi yang
lebih serius.
4. Hindari pemakaian make-up
pada mata, karena
kemungkinan hal itu menjadi
penyebab infeksi.
5. Jangan memakai lensa kontak
karena dapat menyebarkan
infeksi ke kornea.
Farmakoterapi:
1. Oxytetrasiklin salep mata
atau kloramfenikol salep mata
setiap 8 jam. Apabila
menggunakan kloramfenikol
112

tetes mata sebanyak 1 tetes tiap


2 jam.
2. Pemberian terapi oral
sistemik dengan Eritromisin 500
mg pada dewasa dan anak
sesuai dengan berat badan atau
Dikloksasilin 4 kali sehari selama
3 hari.
4 Konjungtivitis Anamnesis: Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan Diagnosis: Farmakoterapi:
-Infeksi Mata merah, rasa 1. Visus normal Penunjang: 1. Konjungtivitis 1. Konjungtivitis bakteri:
-Alergi mengganjal, gatal dan 2. Injeksi konjungtival 1. Sediaan langsung bakterial: Kloramfenikol tetes 6 d.d 1 gtt
berair, kadang disertai 3. Dapat disertai edema swab konjungtiva hiperemis, sekret atau salep mata 3 d.d 1
sekret. Keluhan tidak kelopak, kemosis dengan perwarnaan purulen atau
selama 3 hari
disertai penurunan tajam Gram atau Giemsa mukopurulen dapat
4. Eksudasi; eksudat dapat 2. Konjungtivitis alergi:
penglihatan. 2. Pemeriksaan sekret disertai membran
serous, mukopurulen, atau Flumetolon tetes mata dua kali
dengan perwarnaan atau
purulen tergantung sehari selama 2 minggu.
Faktor Risiko: biru metilen pada pseudomembran di
penyebab 3. Konjungtivitis gonore:
1. Daya tahan tubuh yang kasus konjungtivitis konjungtiva tarsal.
menurun 5. Pada konjungtiva tarsal Curigai Kloramfenikol tetes mata 0,5-
gonore
dapat ditemukan folikel, konjungtivitis 1% sebanyak 1 tetes tiap jam
2. Adanya riwayat atopi
papil atau papil raksasa, gonore, terutama dan suntikan pada bayi
3. Penggunaan kontak lens
flikten, membrane, atau pada bayi baru diberikan 50.000 U/kgBB tiap
dengan perawatan yang
pseudomembran. lahir, jika ditemukan hari sampai tidak ditemukan
tidak baik
konjungtivitis pada kuman GO pada sediaan apus
4. Higiene personal yang
dua mata dengan selama 3 hari berturut-turut.
buruk
sekret purulen yang 4. Konjungtivitis viral: Salep
sangat banyak. Acyclovir 3%, 5 d.d 1
2. Konjungtivitis selama 10 hari
viral: hiperemis,
sekret umumnya Edukasi:
mukoserosa, dan 1. Konjungtivitis mudah
pembesaran menular, karena itu sebelum
kelenjar dan sesudah membersihkan
preaurikular atau mengoleskan obat,
3. Konjungtivitis penderita harus mencuci
alergi: hiperemis, tangannya bersih-bersih.
113

riwayat atopi atau 2. Jangan menggunakan handuk


alergi, dan keluhan atau lap bersama-sama dengan
gatal. penghuni rumah lainnya.
3. Menjaga kebersihan
lingkungan rumah dan sekitar.
5 Blefaritis Anamnesis: Pemeriksaan Fisik: Tidak diperlukan Non-farmakoterapi:
1. Gatal pada tepi kelopak 1. Skuama atau krusta pada a. Membersihkan kelopak mata
mata tepi kelopak. dengan lidi kapas yang dibasahi
2. Rasa panas pada tepi 2. Bulu mata rontok. air hangat
kelopak mata 3. Dapat ditemukan tukak b. Membersihkan dengan
3. Merah/hiperemia pada yang dangkal pada tepi sampo atau sabun
tepi kelopak mata kelopak mata. c. Kompres hangat selama 5-10
4. Terbentuk sisik yang 4. Dapat terjadi menit
keras dan krusta terutama pembengkakan dan merah
di sekitar dasar bulu mata pada kelopak mata. Farmakoterapi:
5. Kadang disertai 5. Dapat terbentuk krusta Apabila ditemukan ulkus pada
kerontokan bulu mata yang melekat erat pada tepi kelopak mata, dapat diberikan
(madarosis), putih pada kelopak mata. Jika krusta salep atau tetes mata antibiotik
bulu mata (poliosis), dan dilepaskan, bisa terjadi hingga gejala menghilang.
trikiasis perdarahan.
Edukasi:
6. Dapat keluar sekret yang
1. Memberikan informasi
mengering selama tidur,
kepada pasien dan keluarga
sehingga ketika bangun bahwa kulit kepala, alis mata,
kelopak mata sukar dibuka dan tepi palpebra harus selalu
dibersihkan terutama pada
Faktor Risiko:
pasien dengan dermatitis
1. Kelainan kulit, misalnya
seboroik.
dermatitis seboroik
2. Memberitahu pasien dan
2. Higiene personal dan
keluarga untuk menjaga higiene
lingkungan yang kurang
personal dan lingkungan.
baik
6 Perdarahan Anamnesis: Pemeriksaan Fisik: Tidak diperlukan Edukasi:
Subkonjungtiva 1. Keluhan adanya darah 1. Pemeriksaan status Perdarahan subkonjungtiva
pada sklera atau mata generalis akan hilang atau diabsorpsi
berwarna merah terang 2. Pemeriksaan oftalmologi: dalam 1-2 minggu tanpa diobati.
114

(tipis) atau merah tua a. Tampak adanya


(tebal). perdarahan di sklera Farmakoterapi:
2. Sebagian besar tidak ada dengan warna merah Pengobatan penyakit yang
gejala simptomatis yang terang (tipis) atau merah mendasari bila ada.
berhubungan dengan tua (tebal).
perdarahan subkonjungtiva b. Melakukan pemeriksaan
selain terlihat darah pada tajam penglihatan
bagian sklera. umumnya 6/6, jika visus
3. Perdarahan akan terlihat <6/6 maka dicurigai terjadi
meluas dalam 24 jam kerusakan selain di
pertama setelah itu konjungtiva
kemudian akan berkurang c. Pemeriksaan funduskopi
perlahan ukurannya karena adalah perlu pada setiap
diabsorpsi. penderita dengan
perdarahan subkonjungtiva
Faktor Risiko: akibat trauma.
1. Hipertensi atau
arterosklerosis
2. Trauma tumpul atau
tajam
3. Penggunaan obat,
terutama pengencer darah
4. Manuver valsava,
misalnya akibat batuk atau
muntah
5. Anemia
6. Benda asing
7. Konjungtivitis
7 Astigmatisme Anamnesis: Pemeriksaan Fisik: Tindakan: Tatalaksana:
Penglihatan kabur dan Snellen chart Pemeriksaan visus Penggunaan kacamata silindris
sedikit distorsi yang kadang dengan snellen chart dengan koreksi yang sesuai
juga menimbulkan sakit
kepala. Pasien
memicingkan mata, atau
head tilt untuk dapat
115

melihat lebih jelas.


8 Hipermetropi Anamnesis: Pemeriksaan Fisik: Tatalaksana:
1. Penglihatan kurang jelas PF Koreksi lensa sferis positif
untuk objek yang dekat. Pemeriksaan visus dengan terkuat
2. Sakit kepala terutama Snellen Chart
daerah frontal dan makin Pemeriksaan refraksi
kuat pada penggunaan dengan trial lens dan trial
mata yang lama dan frame
membaca dekat.
Penglihatan tidak enak
(asthenopia akomodatif =
eye strain) terutama bila
melihat pada jarak yang
tetap dan diperlukan
penglihatan jelas pada
jangka waktu yang lama,
misalnya menonton TV dan
lain-lain.
3. Mata sensitif terhadap
sinar.
4. Spasme akomodasi yang
dapat menimbulkan
pseudomiopia. Mata juling
dapat terjadi karena
akomodasi yang berlebihan
akan diikuti konvergensi
yang berlebihan pula.
9 Miopi Anamnesis: Pemeriksaan Fisik: Tatalaksana:
Penglihatan kabur bila PF Koreksi dengan kacamata lensa
melihat jauh, mata cepat Snellen chart sferis negatif terlemah yang
lelah, pusing dan menghasilkan tajam penglihatan
mengantuk, cenderung terbaik
memicingkan mata bila
melihat jauh. Tidak Edukasi:
terdapat riwayat kelainan 1. Membaca dalam cahaya yang
sistemik, seperti diabetes cukup dan tidak membaca
116

mellitus, hipertensi, serta dalam jarak terlalu dekat.


buta senja. 2. Kontrol setidaknya satu kali
Faktor Risiko dalam setahun untuk
Genetik dan faktor pemeriksaan refraksi, bila ada
lingkungan meliputi keluhan.
kebiasaan
melihat/membaca dekat,
kurangnya aktivitas luar
rumah, dan tingkat
pendidikan yang lebih
tinggi.
10 Presbiopi Anamnesis: Pemeriksaan Fisik: Tatalaksana:
1. Penglihatan kabur ketika 1. Pemeriksaan refraksi Koreksi kacamata lensa
melihat dekat. untuk penglihatan jarak positif
jauh dengan menggunakan Usia Koreksi Lensa
2. Gejala lainnya, setelah 40 tahun + 1,0D
Snellen Chart dilakukan
membaca mata terasa 45 tahun + 1,5 D
lelah, berair, dan sering terlebih dahulu.
50 tahun +2,0 D
terasa perih. 2. Dilakukan refraksi
55 tahun +2,5 D
3. Membaca dilakukan penglihatan jarak dekat 60 tahun +3,0 D
dengan menjauhkan kertas dengan menggunakan kartu
Jaeger. Lensa sferis positif
yang dibaca.
(disesuaikan usia)
4. Terdapat gangguan ditambahkan pada lensa
pekerjaan terutama pada koreksi penglihatan jauh,
malam hari dan perlu sinar lalu pasien diminta untuk
lebih terang untuk menyebutkan kalimat
membaca. hingga kalimat terkecil yang
Faktor Risiko:
terbaca pada kartu. Target
Usia lanjut umumnya lebih
koreksi sebesar 20/30.
dari 40 tahun.
11 Katarak Anamnesis: Pemeriksaan Fisik: Skill: Edukasi:
Penglihatan menurun 1. Visus menurun yang tidak 1. Senter 1. Memberitahu keluarga
secara perlahan seperti membaik dengan 2. Snellen chart bahwa katarak adalah gangguan
tertutup asap/kabut. pemberian pinhole 3. Tonometri Schiotz penglihatan yang dapat
Keluhan disertai ukuran 2. Pemeriksaan shadow test diperbaiki.
4. Oftalmoskop
kacamata semakin positif 2. Memberitahu keluarga untuk
bertambah, silau, dan sulit
117

membaca. 3. Terdapat kekeruhan kontrol teratur jika sudah


lensa yang dapat dengan didiagnosis katarak agar tidak
Faktor Risiko: jelas dilihat dengan teknik terjadi komplikasi.
1. Usia lebih dari 40 tahun pemeriksaan jauh (dari
2. Riwayat penyakit jarak 30 cm) menggunakan Tindakan:
sistemik, seperti diabetes oftalmoskop sehingga Rujuk.
mellitus didapatkan media yang Kriteria Rujukan
3. Pemakaian tetes mata keruh pada pupil. Teknik ini 1. Katarak matur
steroid secara rutin akan lebih mudah dilakukan 2. Jika pasien telah mengalami
setelah dilakukan dilatasi gangguan penglihatan yang
4. Kebiasaan merokok dan
pupil dengan tetes mata signifikan
pajanan sinar matahari
Tropikamid 0.5% atau 3. Jika timbul komplikasi
dengan cara memeriksa
pasien pada ruang gelap.
12 Glaukoma akut Anamnesis: Pemeriksaan Fisik: Non-Farmakoterapi:
1. Mata merah 1. Visus turun Pembatasan asupan cairan
2. Tajam penglihatan turun 2. Tekanan intra okular untuk menjaga agar tekanan
mendadak meningkat intra okular tidak semakin
3. Rasa sakit atau nyeri 3. Konjungtiva bulbi: meningkat
pada mata yang dapat hiperemia kongesti,
menjalar ke kepala Farmakoterapi
kemosis dengan injeksi
a. Asetazolamid HCl 500 mg,
4. Mual dan muntah (pada silier, injeksi konjungtiva
dilanjutkan 4 x 250 mg/hari.
tekanan bola mata yang 4. Edema kornea
sangat tinggi) b. KCl 0.5 gr 3 x/hari.
5. Bilik mata depan dangkal
c. Timolol 0.5%, 2 x 1 tetes/hari.
6. Pupil mid-dilatasi, refleks
Faktor Risiko: d. Tetes mata kombinasi
pupil negatif
Bilik mata depan yang kortikosteroid + antibiotik 4-6 x
dangkal 1 tetes sehari
e. Terapi simptomatik.

Edukasi:
Memberitahu keluarga bahwa
kondisi mata dengan glaukoma
akut tergolong kedaruratan
mata, dimana tekanan intra
okuler harus segera diturunkan
118

13 Glaukoma Anamnesis: Pemeriksaan Fisik: Farmakoterapi:


Kronis 1. Umumnya pada fase Trias glaukoma, yang terdiri Timolol 0.5%, 2 x 1 tetes/hari
awal, glaukoma kronis tidak dari:
menimbulkan keluhan, dan 1. Peningkatan tekanan
diketahui secara kebetulan intraokular
bila melakukan pengukuran 2. Perubahan patologis
TIO pada diskus optikus
2. Mata dapat terasa pegal, 3. Defek lapang pandang
kadang-kadang pusing yang khas.
3. Rasa tidak nyaman atau
mata cepat lelah Pemeriksaan Oftalmologis
4. Mungkin ada riwayat 1. Visus normal atau
penyakit mata, trauma, menurun
atau pemakaian obat 2. Lapang pandang
kortikosteroid menyempit pada tes
5. Kehilangan lapang konfrontasi
pandang perifer secara 3. Tekanan intra okular
bertahap pada kedua mata meningkat
4. Pada funduskopi, rasio
Faktor Risiko: cup / disc meningkat (rasio
1. Usia 40 tahun atau lebih cup / disc normal: 0.3)
2. Ada anggota keluarga
menderita glaukoma
3. Penderita miopia,
penyakit kardiovaskular,
hipertensi, hipotensi,
vasospasme, diabetes
mellitus, dan migrain
4. Pada glaukoma
sekunder, dapat ditemukan
riwayat pemakaian obat
steroid secara rutin, atau
riwayat trauma pada mata.
119

SISTEM GENITOURINARI
120

No Penyakit Manifestasi Klinik Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang Terapi


1 Infeksi saluran Anamnesis: General Survey: Pathogenomic : Tindakan:
kemih Terdapat keluhan seperti sistitis Sakit sedang, Compos mentis 1. Pemeriksaan pemasangan kateter untuk
akut : mikroskopis urin menghilangkan retensi urin
1. Demam TTV: (terdapat sedimen
2. Susah buang air kecil TTV semua normal kecuali suhu dan plasma) Farmakologi :
3. Nyeri saat buang air kecil menunjukkan suhu febris 2. Pemeriksaan kultur Ampisilin
4. Sering buang air kecil dengan metode pour Sefalosproin (ceftriaxone,
5. Nokturia Lokalis: plate method dan cefotaxim, ceflozidim,
6. Nyeri suprapubik Terdapat nyeri suprapubik, calibrated loop nilofosanloin)
7. Anyang-anyangan daerah suprapubik tegang atau 3. Kultur urin untuk
(polakisuria) kencang akibat vesica yang terisi penapisan dengan Edukasi:
8. Urin gelap, berbau, tidak penuh metode Dipslide Jangan suka menahan pipis
sedap (uricul-LED), dipstrip kembali, minum obat teratur
Riwayat Penyakit Sekarang: (microstix)
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Pribadi
- Kebiasaan menahan
kencing
2. Glomerulonefritis Anamnesis: General Survey: Pathogenomic : Tindakan:
akut 1. Terdapat edema Sakit sedang, Compos mentis 1. Urinalisis memakai urine
dependent (pagi didaerah yang mid stream. Farmakologi :
periorbital dan tubuh, TTV: Ditemukan hematuria
sore di daerah kaki, Tekanan darah tinggi mikroskopis dan Edukasi:
skrotum atau labia) makroskopis. Proteinuria
2. Hematuria Lokalis: menunjukkan derajat
3. Hipertensi Edema non pitting penyakit
4. albuminuria oligouria 2. Kompleks C3 mencolok
Riwayat Penyakit Sekarang: pada penderita GNAPS
1. sebelumnya ada riwayat kadar antara 20-40 mg/dL
batuk pilek (nilai normal 50-140
2. mengeluhkan urine mg/dL). Penurunan C3
berwanra kemerahan tidak berhubungan
seperti air cucian daging dengan derajat penyakit
3. mengeluhkan mata dan kesembuhan
121

bengkak di pagi hari 3. Peningkatan titer ASTO


Riwayat Penyakit Dahulu: (antibody streptolisin O)
1. 7-14 hari sebelumnya 10-14 hari setelah infeksi
terkena faringitis atau streptokokus
infeksi saluran nafas 4. Biakan tenggorokan dan
2. Atau 3-6 minggu kulit untuk mencari
sebelumnya terkena bakteri streptokokus
infeksi kulit (pioderm)
Foto thorax : adanya kongesti
Riwayat Penyakit Keluarga: vena sentral, efusi pleura
Riwayat Pribadi : (81.6%)

4. Glomerulonefritis Anamnesis: General Survey: Pemeriksaan penunjang


kronis 1. Lemah Sakit sedang, Compos mentis
2. Lesu Pada urin di temukan
3. Nyeri kepala TTV: 1. Albumin positif
4. Mual Suhu subfebris 2. Silinder
5. Anemia 3. Eritrosit
6. Suhu subfebris Lokalis: 4. Leukosit hilang
7. Hipertensi timbul
8. Kejang stadium akhir 5. BJ urin menetap
pada 1,008-1,012
Riwayat Penyakit Sekarang:
Riwayat Penyakit Dahulu: Pada darah ditemukan
Riwayat Penyakit Keluarga : 1. LED, ureum kreatinin
Riwayat Pribadi : dan fosfor serum
yang meningkat
2. Kalsium serum
menurun
3. Kalium meningkat

Uji fungsi ginjal menurun


122

5. Kista dan abses Anamnesis: General Survey: Kultur bakteri penyebab Tindakan:
kelenjar 5. Terdapat edema Sakit sedang, Compos mentis Jika kista dan keluhan kecil
Bartholini dependent (pagi didaerah sehingga tidak mengganggu,
periorbital dan tubuh, TTV: diobservasi saja
sore di daerah kaki, normal
skrotum atau labia) Jika besar dilakukan tindakan
6. Hematuria Lokalis: operatif dengan cara
7. Hipertensi Pf dengan posisi litotomi, bartholinectomy (eksisi) atau
8. albuminuria terdapat pembengkakan kista marsupialisasi (mengangkat
Riwayat Penyakit Sekarang: pada posisi jam 5 atau jam 7 pada kista bartholin secara utuh)
4. sebelumnya ada riwayat labium minor posterior
batuk pilek Farmakologi :
5. mengeluhkan urine
berwanra kemerahan Edukasi:
seperti air cucian daging
6. mengeluhkan mata
bengkak di pagi hari
Riwayat Penyakit Dahulu:
3. 7-14 hari sebelumnya
terkena faringitis atau
infeksi saluran nafas
4. Atau 3-6 minggu
sebelumnya terkena
infeksi kulit (pioderm)

Riwayat Penyakit Keluarga:


Riwayat Pribadi :

6. Prostatitis Anamnesis: General Survey: Tindakan:


Pada yang akut (kategori 1) Sakit sedang, Compos mentis Jika terdapat gangguan miksi
1. Demam pasang kateter suprapubik
2. Menggigil TTV:
3. Sakit di daerah perianal Menyesuaikan kategori Farmakologi :
4. Gangguan miksi Kategori 1
Lokalis: 1. Antibiotika golongan
Pada yang kronis (kategori 2) 1. Pemeriksaan colok dubur florokuinolon,
123

1. Dysuria prostat teraba membengkak trimetropim,


2. Urgensi hangat dan nyeri sulfometoksazolm gol.
3. Frekuensi Aminoglikosid. Awalnya
4. Nyeri perianal Pada prostatitis non bacterial diberi parenteral jika
5. Nyeri saat ejakulasi atau pemeriksaan uji tabung tidak ada membaik diberi peroral
hematospermia pertumbuhan kuman hanya selama 30 hari
terlihat banyak leukosit dan
Pada yang nonbacterial berbentuk oval fat body Kategori 2
kategori 3a 1. Antimikroba golongan
1. Inflamasi karen infeksi trimetropim sulfa
ureaplasma urealytium / doksisiklin, karbensilin,
chlamidia trachomatis aminosiklin,
Kategori 3b florokuinolon
1. Nyeri tidak berhubungan
dengan keluhan miksi, Kategori 3
akibat factor stress 3a
1. Antibiotic minosiklin,
Pada inflamasi asimtomatik doksisiklin,
1. Tidak ada keluhan eritromisin selama 2-
2. Inflamasi dari cairan 4 minggu
semen dan jaringan 3b
prostat 1. Obat simptomatik
berupa penghambat
adrenergic alfa yang
dapat menurunkan
keluhan miksi

Kategori 4
Sebagian besar tidak butuh
terapi tapi sel inflamasi semen
pria perlu terapi antibiotika

Edukasi:

7. Gagal ginjal Akut Anamnesis: General Survey: Pemeriksaan penunjang Tindakan:


124

Pada GGA pre renal


1. Hipoperfusi ginjal TTV: Pada GGA pre renal Farmakologi :
2. Hipovolemik Fraksi eksresi NA < 1%,
Lokalis: osmolarotas urine >500 Edukasi:
Pada GGA renal mOsm, sedimen urin lemak
1. Kelainan vascular
2. Hipertensi Pada GGA renal
3. Hipervolemik Eksresi Na> 3%, osmolaritas
urin 250-300 mOsm, sedimen
Pada GGA post renal urin aktif
1. Oligouri karena obstruksi
2. Mual muntah karena Pada GGA post renal
azotemia Anuria, hydronefrosis
3. Letargi, edem, kelebihan
cairan, tremor

Riwayat Penyakit Sekarang:

Riwayat Penyakit Dahulu:


1. Adanya riwayat operasi
kardiovaskuler
2. Angiografi
3. Riwayat infeksi
4. Penyakit kulit
5. ISK
6. Faringitis

Riwayat Penyakit Keluarga:


Riwayat Pribadi :

8. Gagal ginjal Anamnesis: General Survey: Pemeriksaan penunjang Tindakan:


kronik Anemia normokrom normositer 1. Faal ginjal (ureum,
Pleuritis / pericarditis TTV: kreatinin seru) Farmakologi :
Mual muntah 2. Analisis urin, kimia
125

Anemia, hipertensi, aterosklerosis Lokalis: darah Edukasi:


3. USG pielografi
Riwayat Penyakit Sekarang: retrograd
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat Pribadi :

9. Gonorhea Anamnesis General Survey: Pemeriksaan penunjang Tindakan:


Pria : Sakit sedang, Compos mentis
1. Disuria / polaksiuri 1. Pewarnaan gram Farmakologi :
2. Terminal hematuria TTV: Gonokokus gram negatif Ceftriaxone 500 mg IM single
3. Duh tubuh (intra atau ekstraseluler) dose + azithromycin 2 gr single
4. 95% resolusi spontan Lokalis: oral dose
5. Edema OUE (ektropion) 1. OUE hiperemis dan Untuk laki2 spesimen
6. Pembesaran KGB bengkak diambil dari fossa Alternative :
7. Gatal dan panas pada OUE 2. Discharge purulent naviculare - Cefixim 400 mg oral
berwarna kuning di OUE single dose +
Wanita : 3. Pmbesaran KGB di Untuk wanita diambil dari azithromycin 2 gr
1. Asimptomatis medial uretra, kelenjar bartholini, single oral dose
2. Rasa sakit / berbau serviks dan rectum - Ceftriaxone 500 mg
3. Flour albus yang massif IM single dose
2. Tes oksidasi - Spectinomycin 2 gr
Riwayat Penyakit Sekarang: 3. Koloni + sol tetrometil IM as single dose +
Riwayat Penyakit Dahulu: parapheni (diamine 1%). azithromycin 2gr as
Riwayat Penyakit Keluarga: Jika didapatkan koloni single oral dose
merah muda hitam (untuk pasien dengan
Riwayat Pribadi : (golongan neisseria, riwayat alergi
Suka bergonta ganti pasangan vibrio, brucellae) cephalosporin atau
Riwayat kontak seksual positif 4. Tes fermentasi (n. penicillin anaphylaxis)
Riwayat kontak seksual < 7 hari gonnorhea positif di
positif fermentasi glukosa saja)
5. Tes seroloogis : Edukasi:
complement fixation test.
Antigen gonokokus
(standar) uji antibody
126

reaksi sialng dengan


meningitidis
10. Batu saluran Anamnesis General Survey: Pemeriksaan penunjang
kemih Nyeri kolik TTV:
Demam 1. Pemeriksaan darah
Hematuria dan kristaluria Lokalis: dan urin rutin
Mual muntah Nyeri ketok dan terabanya 2. Radiologi rontgen
ballottement (IVP), USG, CT scan
Riwayat Penyakit Sekarang:
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat Penyakit Keluarga:

Riwayat Pribadi :
Suka mengkonsumsi makanan
tertentu yang tinggi asam urat
Suka menahan kencing
Duduk lama
127

SISTEM HEMATOIMUNOLOGI
128

No Penyakit Manifestasi Klinik Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Diagnosis Banding Terapi


Penunjang
1 Reaksi Keluhan General Survey: Diagnosis Klinis Beberapa kelainan Tindakan:
Anafilaktik Gambaran atau gejala klinik Berdasarkan World menyerupai 1. Posisi trendelenburg
(4A) suatu reaksi anafilakis Allergy Organization anafilaksis atau berbaring dengan
berbeda-beda gradasinya TTV: beberapa kriteria di a. Serangan asma kedua tungkai diangkat
sesuai berat ringannya Sesak, RR meningkat, mana reaksi anafilaktik akut (diganjal dengan kursi)
reaksi antigen-antibodi atau Hipotensi (menonjol), dinyatakan sangat b. Sinkop akan membantu
tingkat sensitivitas takikardia mungkin bila : menaikkan venous
seseorang, namun pada c. Gangguan cemas / return sehingga tekanan
tingkat yang berat barupa 1. Onset gejala akut serangan panik darah ikut meningkat.
syok anafilaktik gejala yang Lokalis: (beberapa menit hingga d. Urtikaria akut 2. Pemberian Oksigen 35
menonjol adalah gangguan beberapa jam) yang generalisata liter/menit harus
sirkulasi dan gangguan sianosis karena edema laring melibatkan kulit, e. Aspirasi benda dilakukan, pada keadaan
respirasi. Kedua gangguan dan bronkospasme. edema jaringan mukosa, atau asing yang sangat ekstrim
tersebut dapat timbul periorbital, mata berair, keduanya (misal: f. Kelainan tindakan trakeostomi
bersamaan atau berurutan hiperemi konjungtiva. Tanda urtikaria generalisata, kardiovaskuler akut atau krikotiroidektomi
yang kronologisnya sangat prodromal pruritus dengan (infark miokard, perlu dipertimbangkan
bervariasi dari beberapa kemerahan, emboli paru) 3. Pemasangan infus,
detik sampai beberapa jam. kulit: berupa urtikaria dan pembengkakan g. Kelainan cairan plasma expander
Pada dasarnya makin cepat eritema. bibir/lidah/uvula) dan (Dextran) merupakan
neurologis akut
reaksi timbul makin berat sedikitnya salah satu dari pilihan utama guna
(kejang, stroke)
keadaan penderita. Gastrointestinal :perut tanda berikut ini: dapat mengisi volume
Gejala respirasi dapat kram, mual, muntah sampai a. Gangguan respirasi intravaskuler
dimulai berupa bersin, diare (misal: sesak nafas, Sindrom flush secepatnya. Jika cairan
hidung tersumbat atau batuk wheezing akibat a. Perimenopause tersebut tak tersedia,
saja yang kemudian segera bronkospasme, stridor, b. Sindrom karsinoid Ringer Laktat atau NaCl
diikuti dengan sesak napas. penurunan arus puncak c. Epilepsi otonomik fisiologis dapat dipakai
Gejala pada kulit ekspirasi/APE, sebagai cairan
merupakan gejala klinik hipoksemia). d. Karsinoma tiroid pengganti. Pemberian
yang paling sering b. Penurunan tekanan meduler cairan infus sebaiknya
ditemukan pada reaksi darah atau gejala yang dipertahankan sampai
anafilaktik. Walaupun berkaitan dengan Sindrom pasca- tekanan darah kembali
gejala ini tidak mematikan kegagalan organ target prandial optimal dan stabil.
namun gejala ini amat (misal: hipotonia, kolaps a. Scombroidosis,
penting untuk diperhatikan vaskular, sinkop, yaitu keracunan Farmakologis
sebab ini mungkin inkontinensia). histamin dari ikan, 4. Adrenalin 0,3 0,5 ml
merupakan gejala misalnya tuna, yang dari larutan 1 : 1000
prodromal untuk timbulnya 2. Atau, dua atau lebih
129

gejala yang lebih berat tanda berikut yang disimpan pada suhu diberikan secara
berupa gangguan nafas dan muncul segera tinggi. intramuskuler yang
gangguan sirkulasi. Oleh (beberapa menit b. Sindrom alergi dapat diulangi 510
karena itu setiap gejala kulit hingga beberapa jam) makanan berpolen, menit. Dosis ulangan
berupa gatal, kulit setelah terpapar alergen umumnya buah atau umumnya diperlukan,
kemerahan harus yang mungkin (likely sayur yang mengingat lama kerja
diwaspadai untuk allergen), yaitu: mengandung protein adrenalin cukup singkat.
kemungkinan timbulnya a. Keterlibatan jaringan tanaman yang telah Jika respon pemberian
gejala yang lebih berat. mukosa dan kulit bereaksi silang secara intramuskuler
Manifestasi dari gangguan b. Gangguan respirasi dengan alergen di kurang efektif, dapat
gastrointestinal berupa c. Penurunan tekanan udara diberi secara
perut kram, mual, muntah darah atau gejala yang c. Monosodium intravenous setelah 0,1
sampai diare yang juga berkaitan dengan glutamat atau 0,2 ml adrenalin
dapat merupakan gejala kegagalan organ target Chinese restaurant dilarutkan dalam spuit
prodromal untuk timbulnya d. Gejala gastrointestinal syndrome 10 ml dengan NaCl
gejala gangguan nafas dan yang persisten (misal: fisiologis, diberikan
sirkulasi. d. Sulfit perlahan-lahan.
nyeri kram abdomen,
Faktor Risiko: muntah) e. Keracunan Pemberian subkutan,
Riwayat Alergi makanan sebaiknya dihindari
3. Atau, penurunan pada syok anafilaktik
tekanan darah segera Syok jenis lain karena efeknya lambat
(beberapa menit atau a. Hipovolemik bahkan mungkin tidak
jam) setelah terpapar ada akibat
b. Kardiogenik vasokonstriksi pada
alergen yang telah
diketahui (known c. Distributif kulit, sehingga absorbsi
allergen), sesuai kriteria d. Septik obat tidak terjadi.
berikut: 5. Aminofilin, dapat
a. Bayi dan anak: Kelainan non- diberikan dengan sangat
Tekanan darah sistolik hati-hati apabila
organik
rendah (menurut umur) bronkospasme belum
a. Disfungsi pita hilang dengan
atau terjadi penurunan > suara
30% dari tekanan darah pemberian adrenalin.
sistolik semula. b. hiperventilasi 250 mg aminofilin
b. Dewasa: Tekanan c. Episode diberikan perlahan-
darah sistolik <90 psikosomatis lahan selama 10 menit
mmHg atau terjadi intravena. Dapat
penurunan >30% dari dilanjutkan 250 mg lagi
Peningkatan
tekanan darah sistolik melalui drips infus bila
histamin endogen
dianggap perlu.
130

semula. a. Mastositosis / 6. Antihistamin dan


kelainan klonal sel kortikosteroid
mast merupakan pilihan
b. Leukemia kedua setelah adrenalin.
basofilik Kedua obat tersebut
kurang manfaatnya pada
Lainnya tingkat syok anafilaktik,
a. Angioedema non- dapat diberikan setelah
alergik, misal: gejala klinik mulai
angioedema herediter membaik guna
tipe I, II, atau III, mencegah komplikasi
angioedema terkait selanjutnya berupa
ACE-inhibitor) serum sickness atau
b. Systemic capillary prolonged effect.
leak syndrome Antihistamin yang biasa
c. Red man syndrome digunakan adalah
difenhidramin HCl 520
akibat vancomycin
mg IV dan untuk
d. Respon
golongan kortikosteroid
paradoksikal pada
dapat digunakan
feokromositoma
deksametason 510 mg
IV atau hidrokortison
100250 mg IV.
7. Resusitasi Kardio
Pulmoner (RKP),
seandainya terjadi henti
jantung (cardiac arrest)
maka prosedur resusitasi
kardiopulmoner segera
harus dilakukan sesuai
dengan falsafah ABC
dan seterusnya.
Mengingat
kemungkinan terjadinya
henti jantung pada suatu
syok anafilaktik selalu
ada, maka sewajarnya di
setiap ruang praktek
seorang dokter tersedia
131

selain obat-obat
emergency, perangkat
infus dan cairannya juga
perangkat resusitasi
(Resuscitation kit) untuk
memudahkan tindakan
secepatnya.

Rencana Tindak Lanjut


Mencari penyebab reaksi
anafilaktik dan
mencatatnya di rekam
medis serta
memberitahukan kepada
pasien dan keluarga.

Konseling dan Edukasi


Keluarga diberitahukan
mengenai penyuntikan
apapun bentuknya
terutama obat-obat yang
telah dilaporkan bersifat
antigen (serum, penisillin,
anestesi lokal, dll)
Penderita yang tergolong
risiko tinggi (ada riwayat
asma, rinitis, eksim, atau
penyakit-penyakit alergi
lainnya) harus lebih
diwaspadai lagi. Jangan
mencoba menyuntikkan
obat yang sama bila
sebelumnya pernah ada
riwayat alergi betapapun
kecilnya. Sebaiknya
mengganti dengan
preparat lain yang lebih
aman.
2. Anemia Pasien datang ke dokter Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan Penunjang Diagnosis Banding Penatalaksanaan
132

Defisiensi Besi dengan keluhan: 1. Pemeriksaan darah: 1. Anemia defisiensi Prinsip penatalaksanaan
(4A) 1. Lemah 1. Gejala umum hemoglobin (Hb), vitamin B12 anemia harus berdasarkan
2. Lesu hematokrit (Ht), 2. Anemia aplastik diagnosis definitif yang
3. Letih Pucat dapat terlihat pada: leukosit, trombosit, 3. Anemia hemolitik telah ditegakkan. Setelah
konjungtiva, mukosa mulut, jumlah eritrosit, penegakan diagnosis dapat
4. Lelah telapak tangan, dan jaringan morfologi darah tepi 4. Anemia pada diberikan sulfas ferrosus 3
5. Penglihatan berkunang- di bawah kuku. (apusan darah tepi), penyakit kronik x 200 mg (200 mg
kunang MCV, MCH, MCHC, mengandung 66 mg besi
6. Pusing feses rutin, dan urin elemental).
7. Telinga berdenging 2. Gejala anemia defisiensi rutin. Rencana Tindak Lanjut
besi 2. Pemeriksaan Khusus Untuk penegakan
8. Penurunan konsentrasi
a. Disfagia (dilakukan di layanan diagnosis definitif anemia
9. Sesak nafas defisiensi besi
b. Atrofi papil lidah sekunder) .Serum iron,
TIBC, saturasi memerlukan pemeriksaan
c. Stomatitis angularis laboratorium di layananan
transferin, dan feritin
d. Koilonikia serum. sekunder dan
penatalaksanaan
Diagnosis Klinis selanjutnya dapat
dilakukan di layanan
Anemia adalah suatu primer.
sindrom yang dapat
disebabkan oleh Konseling dan Edukasi
penyakit dasar sehingga 1. Memberikan pengertian
penting menentukan kepada pasien dan
penyakit dasar yang keluarga tentang
menyebabkan anemia. perjalanan penyakit dan
Diagnosis ditegakkan tata laksananya, sehingga
berdasarkan anamnesis, meningkatkan kesadaran
pemeriksaan fisik dan dan kepatuhan dalam
hasil pemeriksaan darah berobat serta
dengan kriteria Hb darah meningkatkan kualitas
kurang dari kadar Hb hidup pasien.
normal. 2. Pasien diinformasikan
mengenai efek samping
Nilai rujukan kadar obat berupa mual, muntah,
hemoglobin normal heartburn, konstipasi,
menurut WHO: diare, serta BAB
1. Laki-laki: >13 g/dL kehitaman.
133

2. Perempuan: >12 3. Bila terdapat efek


g/dL samping obat maka segera
3. Perempuan hamil: ke pelayanan kesehatan.
>11 g/dL
Kriteria Rujukan
1. Anemia tanpa gejala
dengan kadar Hb <8 g/dL.
2. Anemia dengan gejala
tanpa melihat kadar Hb
segera dirujuk.
3. Anemia berat dengan
indikasi transfusi (Hb <7
g/dL).
4. Anemia karena
penyebab yang tidak
termasuk kompetensi
dokter layanan primer
misalnya anemia aplastik,
anemia hemolitik dan
anemia megaloblastik.
5. Jika didapatkan
kegawatan (misal
perdarahan aktif atau
distres pernafasan) pasien
segera dirujuk.

3. Limfadenitis Keluhan: Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang Diagnosis Banding Penatalaksanaan


(4A) - Pembengkakan kelenjar - Pembesaran kelenjar getah Pemeriksaan skrining 1. Mumps 1. Pencegahan dengan
getah bening bening (KGB) leher bagian TB: BTA Sputum, LED, 2. Kista Duktus menjaga kesehatan dan
- Demam posterior (belakang) terdapat Mantoux Test. Tiroglosus kebersihan badan bisa
- Kehilangan nafsu makan pada infeksi rubela dan Laboratorium: Darah 3. Kista Dermoid membantu mencegah
mononukleosis. Sedangkan perifer lengkap terjadinya berbagai
- Keringat berlebihan, pada pembesaran KGB oleh Penegakan Diagnostik 4. Hemangioma infeksi.
- Nadi cepat infeksi virus, umumnya (Assessment) 2. Untuk membantu
- Kelemahan bilateral (dua sisi-kiri/kiri Diagnosis Klinis mengurangi rasa sakit,
- Nyeri tenggorok dan batuk dan kanan) dengan ukuran Limfadenititis kelenjar getah bening
bila disebabkan oleh infeksi normal bila diameter 0,5 cm, ditegakkan berdasarkan yang terkena bisa
saluran pernapasan bagian dan lipat paha bila anamnesis dan
134

atas. diameternya >1,5 cm pemeriksaan fisik. dikompres hangat.


- Nyeri sendi bila dikatakan abnormal). 3. Tata laksana
disebabkan oleh penyakit - Nyeri tekan bila disebabkan pembesaran KGB leher
kolagen atau penyakit oleh infeksi bakteri didasarkan kepada
serum (serum sickness) - Kemerahan dan hangat penyebabnya.
pada perabaan mengarah
Faktor Risiko: kepada infeksi bakteri - Penyebab oleh virus
- Riwayat penyakit seperti sebagai penyebabnya dapat sembuh sendiri dan
tonsilitis yang disebabkan - Fluktuasi menandakan tidak membutuhkan
oleh bakteri streptokokus, terjadinya abses pengobatan apa pun selain
infeksi gigi dan gusi yang dari observasi.
disebabkan oleh bakteri - Pengobatan pada infeksi
anaerob. - Bila disebabkan keganasan KGB oleh bakteri
- Riwayat perjalanan dan tidak ditemukan tanda-tanda (limfadenitis) adalah
pekerjaan ke daerah peradangan tetapi teraba antibiotik oral 10 hari
endemis penyakit tertentu, keras dan tidak dapat dengan pemantauan dalam
misalnya perjalanan ke digerakkan dari jaringan 2 hari pertama
daerah-daerah Afrika dapat sekitarnya. flucloxacillin 25 mg/kgBB
menunjukkan penyebab - Pada infeksi oleh empat kali sehari. Bila ada
limfadenitis adalah penyakit mikobakterium pembesaran reaksi alergi terhadap
Tripanosomiasis. kelenjar berjalan mingguan- antibiotik golongan
Sedangkan pada orang yang bulanan, walaupun dapat penisilin dapat diberikan
bekerja di hutan mendadak, KGB menjadi cephalexin 25 mg/kg
Limfadenitis dapat terkena fluktuatif dan kulit diatasnya (sampai dengan 500 mg)
Tularemia. menjadi tipis, dan dapat tiga kali sehari atau
- Paparan terhadap pecah. eritromisin 15 mg/kg
infeksi/kontak sebelumnya (sampai 500 mg) tiga kali
- Adanya tenggorokan yang sehari.
kepada orang dengan merah, bercak-bercak putih
infeksi saluran nafas atas, pada tonsil, bintik-bintik - Bila penyebabnya adalah
faringitis oleh merah pada langit-langit Mycobacterium
Streptococcus, atau mengarahkan infeksi oleh tuberculosis maka
Tuberkulosis turut bakteri streptokokus. diberikan obat anti
membantu mengarahkan tuberculosis.
penyebab limfadenopati. - Adanya selaput pada
dinding tenggorok, tonsil, - Biasanya jika infeksi
langit-langit yang sulit telah diobati, kelenjar
dilepas dan bila dilepas akan mengecil secara
berdarah, pembengkakan perlahan dan rasa sakit
akan hilang. Kadang-
135

pada jaringan lunak leher kadang kelenjar yang


(bull neck) mengarahkan membesar tetap keras dan
kepada infeksi oleh bakteri tidak lagi terasa lunak
Difteri. pada perabaan.
- Faringitis, ruam-ruam dan
pembesaran limpa Konseling dan Edukasi
mengarahkan kepada infeksi 1. Keluarga turut menjaga
Epstein Barr Virus. kesehatan dan kebersihan
- Adanya radang pada sehingga mencegah
selaput mata dan bercak terjadinya berbagai infeksi
koplik mengarahkan kepada dan penularan.
Campak. 2. Keluarga turut
- Adanya bintik-bintik mendukung dengan
perdarahan (bintik merah memotivasi pasien dalam
yang tidak hilang dengan pengobatan.
penekanan), pucat, memar
yang tidak jelas Rencana follow up:
penyebabnya, disertai Pasien kontrol untuk
pembesaran hati dan limpa mengevaluasi KGB dan
mengarahkan kepada terapi yang diberikan.
leukemia. Kriteria rujukan
1. Kegagalan untuk
mengecil setelah 4-6
minggu dirujuk untuk
mencari penyebabnya
(indikasi untuk
dilaksanakan biopsi
kelenjar getah bening).
2. Biopsi dilakukan bila
terdapat tanda dan gejala
yang mengarahkan kepada
keganasan, KGB yang
menetap atau bertambah
besar dengan pengobatan
yang tepat, atau diagnosis
belum dapat ditegakkan.

5. SLE (3A) Manifestasi klinik LES Pemeriksaan Fisik 1. Laboratorium Diagnosis Banding Penatalaksanaan
136

sangat beragam dan Hampir seluruh sistem organ a. Pemeriksaan DPL Penatalaksanaan berupa
seringkali tidak terjadi saat dapat terlibat dalam LES. (darah perifer lengkap) 1. Mixed connective terapi konservatif
bersamaan. Keluhan awal Manifestasi yang umum dengan hitung tissue disease Pemberian analgetik
dapat berupa: didapatkan antara lain: diferensial dapat 2. Sindrom vaskulitis sederhana atau obat
1. Kelelahan menunjukkan leukopeni, antiinflamasi non steroid,
2. Nyeri sendi yang 1. Gejala konstitusional, trombositopeni, dan misalnya parasetamol 3-4
berpindah-pindah misalnya: kelelahan, demam anemia. x 500-1000 mg, atau
3. Rambut rontok (biasanya tidak disertai b. Pemeriksaan serum ibuprofen 400-800 mg 3-4
menggigil), penurunan berat kreatinin menunjukkan kali perhari, natrium
4. Ruam pada wajah badan, rambut rontok, diklofenak 2-3 x 25-50
peningkatan serum
5. Sakit kepala bengkak, dan sakit kepala. kreatinin. mg/hari pada keluhan
6. Demam 2. Manifestasi c. Urinalisis artritis, artralgia dan
7. Ruam kulit setelah muskuloskeletal dijumpai menunjukkan adanya mialgia.
terpapar sinar matahari lebih dari 90%, misalnya: eritrosit dan proteinuria.
8. Gangguan kesadaran mialgia, artralgia atau artritis Rencana Tindak Lanjut
(tanpa bukti jelas inflamasi 2. Radiologi 1. Segera dirujuk ke
9. Sesak layanan sekunder untuk
sendi). X-ray Thoraks dapat
10. Edema anasarka penegakan diagnosis pasti
menunjukkan adanya
3. Manifestasi efusi pleura. kecuali pada lupus berat
Keluhan-keluhan tersebut mukokutaneus, misalnya misalnya yang
akhirnya akan berkembang ruam malar/ruam kupu-kupu, mengancam nyawa dapat
sesuai manifestasi organ Diagnosis:
fotosensitifitas, alopecia, dan dirujuk ke layanan tersier
yang terlibat pada LES. ruam diskoid. terdekat.
Diagnosis LES dapat
4. Manifestasi paru, ditegakkan berdasarkan 2. Pemeriksaan
Riwayat Keluarga: laboratorium dan follow-
Riwayat keluarga autoimun misalnya pneumonitis gambaran klinik dan
(sesak, batuk kering, ronkhi laboratorium. up secara berkelanjutan
di basal), emboli paru, Berdasarkan American diperlukan untuk
hipertensi pulmonum, dan College of memonitor respon atau
efusi pleura. Rheumatology (ACR) efek samping terapi serta
5. Manifestasi kardiologi, tahun 1982, LES dapat keterlibatan organ baru.
misalnya Pleuropericardial ditegakkan bila 3. Keterlibatan berbagai
friction rubs, takipneu, didapatkan 4 dari 11 organ pada LES
murmur sistolik, gambaran kriteria yang terjadi memerlukan penanganan
perikarditis, miokarditis dan secara bersamaan atau dari berbagai bidang
penyakit jantung koroner. dengan tenggang waktu. misalnya spesialis
reumatologi, neurologi,
6. Manifestasi renal dijumpai
nefrologi, pulmonologi,
pada 40-75% penderita
kardiologi, dermatologi,
setelah 5 tahun menderita
137

lupus, misalnya hipertensi, serta hematologi.


hematuria, edema perifer,
dan edema anasarka. Konseling dan Edukasi
Konseling dan edukasi
7. Manifestasi diberikan oleh dokter
gastrointestinal umumnya setelah menerima rujukan
merupakan keterlibatan balik dari layanan
sekunder
berbagai organ dan akibat
1. Intervensi psikososial
pengobatan, misalnya mual,
dan penyuluhan langsung
dispepsia, nyeri perut, dan
pada pasien dan
disfagi.
keluarganya.
8. Manifestasi
2. Menyarankan pasien
neuropsikiatrik misalnya
untuk bergabung dalam
kejang dan psikosis.
kelompok penyandang
9. Manifestasi hematologi, lupus
misalnya leukopeni,
3. Pasien disarankan untuk
lymphopenia, anemia atau
tidak terlalu banyak
trombositopenia.
terpapar sinar matahari
dan selalu menggunakan
krem pelindung sinar
matahari, baju lengan
panjang serta
menggunakan payung.
4. Pemantauan dan
penjelasan mengenai efek
penggunaan steroid jangka
panjang terhadap pasien.
5. Pasien diberi edukasi
agar berobat teratur dan
bila ada keluhan baru
untuk segera berobat.

Kriteria Rujukan
1. Setiap pasien yang di
diagnosis sebagai LES
atau curiga LES harus
dirujuk ke dokter spesialis
138

penyakit dalam atau


spesialis anak untuk
memastikan diagnosis
2. Pada pasien LES
manifestasi berat atau
mengancam nyawa perlu
segera dirujuk ke
pelayanan kesehatan
tersier bila
memungkinkan.

Artritis Keluhan Hasil Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan laju endap Penyebab arthritis Penatalaksanaan
Reumatoid Gejala pada awal onset dan penunjang sederhana darah (LED) lainnya, 1. Pasien diberikan
Gejala prodromal: lelah (Objective) Spondiloartropati informasi untuk
(malaise), anoreksia, Pemeriksaan di seronegatif, Lupus memproteksi sendi,
seluruh tubuh terasa lemah Pemeriksaan Fisik pelayanan kesehatan eritematosus istemik, terutama pada stadium
yang berlangsung Manifestasi artikular: sekunder atau rujukan Sindrom Sjogren akut dengan menggunakan
berminggu-minggu atau Bengkak/efusi sendi, nyeri horizontal: decker.
berbulan-bulan. tekan sendi, sendi teraba 1. Faktor reumatoid (RF) 2. Pemberian obat anti
Gejala spesifik pada banyak hangat, deformotas (swan serum. inflamasi non-steroid,
sendi (poliartrikular) secara neck, boutonniere, deviasi 2. Radiologi tangan dan seperti: diklofenak 50-100
simetris, dapat mengenai ulnar) kaki. Gambaran dini mg 2x/hari, meloksikam
seluruh sendi terutama Manifestasi ekstraartikular: berupa pembengkakan 7,515 mg/hari, celecoxib
sendi PIP (proximal 1. Kulit: terdapat nodul jaringan lunak, diikuti 200-400 mg/sehari.
interphalangeal), sendi rheumatoid pada daerah yg oleh osteoporosis juxta- 3. Pemberian golongan
MCP banyak menerima articular dan erosi pada steroid, seperti: prednison
(metacarpophalangeal) atau penekanan, vaskulitis. bare area tulang. atau metil prednisolon
MTP 2. Soft tissue rheumatism, Keadaan lanjut terlihat dosis rendah (sebagai
(metatarsophalangeal), seperti carpal tunnel penyempitan celah bridging therapy).
pergelangan tangan, bahu, syndrome atau frozen sendi, osteoporosis
lutut, dan kaki. Sendi DIP 4. Fisioterapi, tatalaksana
shoulder. difus, erosi meluas okupasi, bila perlu dapat
(distal interphalangeal) 3. Mata dapat ditemukan sampai daerah
umumnya tidak terkena. diberikan ortosis.
kerato-konjungtivitis sicca subkondral.
yang merupakan manifestasi Kriteria rujukan
Gejala sinovitis pada sendi sindrom Sjorgen, 3. ACPA (anti-cyclic
yang terkena: bengkak, 1. Tidak membaik dengan
episkleritis/ skleritis. citrullinated peptide pemberian obat anti
nyeri yang diperburuk Konjungtiva tampak anemia antibody) / anti-CCP
dengan gerakan sehingga inflamasi dan steroid dosis
akibat penyakit kronik. 4. CRP rendah.
139

gerakan menjadi terbatas, 4. Sistem respiratorik dapat 5. Analisis cairan sendi 2. RA dengan komplikasi.
kekakuan pada pagi hari > 1 ditemukan adanya radang 6. Biopsi sinovium/ 3. Rujukan pembedahan
jam. sendi krikoaritenoid, nodul rheumatoid jika terjadi deformitas.
Gejala ekstraartikular: mata pneumonitis interstitial, efusi
(episkleritis), pleura, atau fibrosis paru
kardiovaskular (nyeri dada luas.
pada perikarditis), 5. Sistem kardiovaskuler
hematologi (anemia). dapat ditemukan perikarditis
konstriktif, disfungsi katup,
Faktor Risiko fenomena embolisasi,
1. Wanita, gangguan konduksi, aortritis,
2. Faktor genetik. kardiomiopati.
3. Hormon seks.
4. Infeksi
5. Merokok
140
141

SELAMAT BELAJAR SEMOGA KITA SEMUA LULUS


OSCE KOMPRE DAN CBT KOMPRE

Anda mungkin juga menyukai