Anda di halaman 1dari 3

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes

aegepty dan Aedes albopictus dengan empat manifestasi klinis utama berupa demam tinggi,
fenomena perdarahan, hepatomegali, dan pada kasus yang berat ditandai dengan kegagalan
sirkulasi. Pasien dengan keadaan ini dapat berkembang menjadi syok hipovolemik karena adanya
kebocoran plasma, yang dikenal dengan Dengue Shock Syndrome (DSS) yang berakibat fatal.

Dampak Infeksi Virus Dengue Pada Kehamilan

Infeksi virus Dengue disebabkan oleh virus Dengue yang terdiri dari 4 serotipe yaitu :DEN-1,
DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Manifestasi klinis infeksi virus dengue
dapat berupa keadaan asimtomatis hingga menimbulkan kematian. Demam simptomatik dapat
berupa demam dengan tidak terdeferensiasikan, Demam Dengue (DD), dan DBD
yang dapat disertai syok (DSS) dan tanpa syok. DBD biasanya ditandai
oleh peningkatan permeabilitas kapiler, penurunan volume plasma, hipotensi, trombositopenia,
dan diatesis hemoragik. Penyakit ini sudah diketahui sejak beberapa dekade yang lalu, tetapi
patofisiologinya belum diketahui dengan pasti. Infeksi berat, ditandai oleh renjatan dan atau
pendarahan, merupakan penyebab utama kematian.

Transmisi virus Dengue dapat terjadi pada berbagai usia dan keadaan,
tidak terkecuali pada kehamilan. Belum ada laporan mengenai angka kejadian DBD
padakehamilan di Indonesia, namun beberapa laporan kasus dari berbagai negara
telahdipublikasikan. Penanganan DBD pada kehamilan mempunyai aspek khusus
karena berbagai perubahan fisiologis yang terjadi pada kehamilan menyebabkan perlunyamodifi
kasi khusus dalam terapi.

Wanita hamil harus berhati-hati pada infeksi virus dengue, karena infeksi yang terjadi mungkin
dapat mempengaruhi janin. Demam dengue pada wanita hamil tidak menyebabkan abnormalitas
pada janin tetapi dapat berisiko terjadi kematian janin. Janin yang dilahirkan dapat menderita
kegagalan multiorgan pada saat lahir.

Ada beberapa laporan kasus transmisi vertikal virus dengue. Salah satunya pada wanita Thailand
dengan sakit panas yang melahirkan bayinya melalui seksio sesarea. Meski virus dengue tidak
dapat diisolasi dari si ibu, namun data serologi menunjukkan dengue sebagai penyebab panas
pada ibu tersebut. Bayi yang dilahirkan menderita pireksia pada umur 6 hari dan hal ini mungkin
dikarenakan si bayi mendapat infeksi virus dengue dari ibunya, meskipun ada kemungkinan si
bayi digigit nyamuk pada umur 1 atau 2 hari. Selain itu, pada kasus yang lain dilaporkan bayi
yang dilahirkan dari seorang wanita yang menderita DBD pada waktu hamil menderita panas
pada umur 48 jam. Bayi ini menderita panas selama 2 hari, hepatomegali, trombositopenia, dan
efusi pleura. Dengan menggunakan PCR (polymerase chain reaction) terdeteksi virus dengue
tipe 1 di serumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Dengue Haemorrhagic Fever. Diakses dari:


http://www.who.int/csr/resources/publications/dengue/012-23.pdf

Satari HI. Demam Berdarah Dengue. Naskah Lengkap Pelatihan Bagi Dokter Spesialis Anak dan
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dalam Tatalaksana Kasus DBD. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Indonesia. Jakarta, 1999

Prawirohardjo S. Penyakit Menular. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo. Jakarta, 1999: 567-560

Sumarmo S.P.S. Infeksi Virus Dengue. Buku Ajar Infeksi dan Penyakit Tropis. Hipokrates.
Jakarta, 1999: 177-205

Prasetyo AA. Infeksi Virus Dengue. Infeksi Virus & Kehamilan. Penerbit Pustaka Cakra
Surakarta. Surakarta, 2005: 138-14

Anda mungkin juga menyukai