1 2 5 - Bab 6 PDF
1 2 5 - Bab 6 PDF
Bab- 6
EVALUASI DAMPAK PENTING
Pada uraian Bab V Prakiraan Dampak Penting, telah dijelaskan dampak-dampak yang
mungkin terjadi akibat adanya pengembangan lapangan PPGM, baik bagian hulu maupun
bagian hilir di wilayah Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Masing-masing dampak
dimungkinkan terjadi pada ke-4 (empat) tahapan kegiatan, yaitu tahap prakonstruksi, tahap
konstruksi, tahap operasi dan tahap pasca operasi terhadap komponen lingkungan geofisik-
kimia, biologi, sosial dan kesehatan masyarakat.
Di dalam KA-ANDAL telah disampaikan cara pengambilan keputusan suatu dampak lingkungan
mana yang dikelola dan yang tidak dikelola melalui evaluasi dampak penting. Penetapan
pengambilan keputusan tersebut menggunakan parameter besaran dampak dan tingkat
kepentingan dampak hasil prakiraan dampak penting sesuai dengan Peraturan Pemerintah
No. 79 Tahun 1999. Adapun kriteria pengambilan keputusan untuk menetapkan suatu dampak
harus dikelola atau tidak dikelola disajikan berikut ini.
Keputusan tentang jenis dampak hipotetik yang akan dikelola adalah jenis dampak yang
termasuk kategori dampak penting yang dikelola (PK) atau tidak dikelola (TPK) ditetapkan
berdasarkan tiga kriteria sederhana berikut:
a) Pada parameter lingkungan yang memiliki Baku Mutu Lingkungan tertentu: apabila tingkat
kepentingan dampaknya (P) 3 dan dampak negatif yang diprakirakan akan
menyebabkan perubahan nilai pada parameter tertentu sehingga nilai itu akan melebihi
baku mutu yang berlaku, maka kesimpulan dampaknya termasuk kategori dampak penting
yang dikelola (PK).
b) Pada parameter lingkungan yang tidak memiliki Baku Mutu Lingkungan: apabila (P) 3
dan besaran angka prakiraan dampak (+/-) 2, maka kesimpulan dampaknya masuk
kategori dampak penting yang dikelola (PK).
c) Diluar kedua kriteria tersebut di atas masuk dalam kategori dampak tidak penting dan tidak
dikelola (TPK).
Berdasarkan pada kriteria tersebut, Tabel 6.1 menyajikan rekapitulasi besaran dampak dan
tingkat kepentingan dampak, serta keputusan dampak-dampak apa saja yang dikelola dan yang
tidak dikelola. Dampak-dampak lingkungan yang dikelola ditandai dengan singkatan PK
(Penting dan Dikelola), sedangkan yang tidak dikelola dibri kode TPK (Dampak Tidak
Penting dan Tidak Dikelola). Berikut ini disajikan dampak penting dari berbagai kegiatan
baik yang ada di bagian hulu maupun di bagian hilir.
Rekapitulasi Derajat Besaran dan Tingkat Sifat Kepentingan Dampak Kegiatan Proyek
Pengembangan Gas Matindok Bagian Hulu di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah disajikan
pada Tabel 6.1.
Tabel 6.1. Rekapitulasi Derajat Besaran dan Tingkat Sifat Kepentingan Dampak
Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Bagian Hulu
di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah
KONSTRUKSI GEOFISIK-KIMIA
1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan 2 3 50,00 PK
tenaga kerja
2. Pembukaan dan pematangan lahan 1 1 16,67 TPK
Penurunan kualitas udara ambien
3. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS dan GPF 2 2 33,33 PK
4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-1) 1 3 50,00 TPK
5. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-2) 1 2 33,33 TPK
6. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-3) 1 2 33,33 TPK
1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan 1 2 33,33 TPK
tenaga kerja
2. Pembukaan dan pematangan lahan 1 1 16,67 TPK
Terjadi kebisingan 3. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS dan GPF 2 4 66,67 PK
4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-1) 1 3 50,00 TPK
5. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-2) 1 1 16,67 TPK
6. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-3) 1 2 33,33 TPK
Terjadi erosi tanah Pembukaan dan pematangan lahan 2 4 66,67 PK
Gangguan sistem irigasi dan Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas 2 3 50,00 PK
drainase
Pada dasarnya setiap tahap kegiatan atau rencana kegiatan pengembangan proyek
pengembangan lapangan gas, baik pada tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi maupun pasca
operasi akan menimbulkan dampak terhadap komponen lingkungan, baik bersifat negatif
maupun positif. Rencana kegiatan yang merupakan sumber dampak dan banyak menimbulkan
dampak penting terhadap komponen lingkungan yaitu:
1. Tahap Prakonstruksi adalah pembebasan lahan dan tanam tumbuh;
2. Tahap Konstruksi adalah mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja,
pembukaan dan pematangan lahan, konstruksi BS dan GPF dan pemasangan pipa penyalur
gas;
3. Tahap Operasi adalah penerimaan tenaga kerja, pemboran sumur pengembangan,
operasi produksi di GPF, pengangkutan kondensat dan sulfur melalui transportasi darat;
4. Tahap Pasca Operasi adalah pembongkaran dan demobilisasi peralatan, revegetasi dan
penglepasan tenaga kerja.
Pada kegiatan prakonstruksi, dampak penting yang muncul adalah perubahan pola kepemilikan
lahan akibat adanya kegiatan pembebasan lahan dan tanam tumbuh. Disamping pola
kepemilikan lahan yang berubah, nantinya status kepemilikan dan pemanfaatan lahan juga
berubah dari penggunaan semula, sehingga akan berpengaruh pula pada revisi terhadap tata
ruang yang telah ada.
Kegiatan penyiapan lahan untuk pemasangan pipa akan mengganggu alur-alur sungai,
walaupun akan dipasang gorong-gorong tetapi bila ukurannya tidak mempertimbangkan
kapasitas alur-alur sungai akan menyebabkan timbulnya dampak penting berupa penggenangan
di jalan karena aliran yang tidak tertampung oleh gorong-gorong. Di samping terjadinya
penggenangan, aliran yang deras tidak tertampung gorong-gorong sehingga mengikis tanah
yang menimbun gorong-gorong yang mengakibatkan kerusakan jalan (jalan terputus aliran).
Pembuatan jalan kerja tanpa adanya saluran drainase di tepi jalan akan mengakibatkan aliran
terkonsentrasi pada badan jalan. Aliran permukan yang terkonsentrasi tersebut menuju alur
sungai akan mempercepat proses erosi di badan jalan dan semakin banyak air yang tidak
tertampung oleh gorong-gorong. Curah hujan yang cukup tinggi akan meningkatkan resiko
penggenangan dan dapat luber, sehingga mengakibatkan kerusakan jalan dan terganggunya
aksesibilitas lokasi sekitarnya. Bila kegiatan penyiapan lahan dilakukan pada musim penghujan
akan meningkatkan intensitas maupun variasi tipe erosi yaitu tipe erosi alur (rill erosion) dan
erosi parit (gulley erosion). Erosi yang terjadi pada jalur-jalur pipa yang baru maupun pada tepi-
tepi jalan akan menyebabkan peningkatan sedimentasi di sungai-sungai sekitarnya. Kegiatan
penyiapan lahan untuk keperluan pemasangan pipa di beberapa lokasi akan memotong tebing
sehingga menyebabkan terjadinya ketidakstabilan lereng sehingga meningkatkan resiko
terjadinya longsoran tanah. Namun daerah yang terpengaruh longsoran relatif kecil dan
material yang mengalami longsoran pada dasarnya berupa tanah, material batuan lapuk,
maupun campuran antara tanah dan material batuan lapuk. Longsoran tanah ini terutama akan
menyebabkan gangguan aksesibilitas jalan.
Kegiatan pembersihan lahan, konsolidasi lahan, pembangunan jalan kerja untuk konstruksi
pemasangan pipa dari sumur-sumur ke BS (di lapangan Donggi, Sukamaju dan Matindok-
Maleoraja) dan konstruksi BS dan jalur trunkline BS Donggi-LNG Plant akan menyebabkan
dampak negatif penting berupa penurunan populasi dan jenis tumbuhan. Pemasangan pipa itu
sebagian besar melewati lahan perkebunan (karet dan kelapa sawit). Pada segmen yang melalui
SM Bakiriang, pemasangan pipa direncanakan menggunakan 3 alternatif. Rencana jalur
alternatif-1 melewati SM Bakiriang yang kondisi faktual saat ini telah digarap masyarakat untuk
kebun campuran dan kelapa sawit, dan sebagian kecil lainnya merupakan hutan sekunder yang
ditumbuhi sisa-sisa pohon alam. Lahan hutan SM Bakiriang ini dipertahankan sebagai habitat
burung Maleo, namun kondisinya makin memprihatinkan karena jenis pepohonan alam yang
menjadi sumber makanan burung Maleo semakin berkurang karena oleh masyarakat digantikan
dengan jenis pepohonan budidaya untuk perkebunan seperti karet, kakao dan bahkan untuk
perkebunan sawit oleh perusahaan swasta. Jadi kegiatan pemasangan pipa jalur alternatif-1
dan alternatif-2 secara emperik tidak akan mengurangi komunitas vegetasi alam secara
signifikan dan pemasangan pipa dalam tanah juga tidak akan mempengaruhi jalur migrasi
burung Maleo ke pantai untuk bertelur, karena migrasinya dilakukan dengan terbang dari dalam
kawasan hutan di bagian utara menuju pantai yang berada di bagian selatan. Walaupun
demikian beberapa jenis hewan dilindungi di SM Bakiriang yang masih dijumpai antara lain babi
rusa dan burung rangkong, maka keberadaannya di sekitar lokasi proyek perlu mendapat
perhatian. Beberapa jenis satwa sensitif dan bersifat shy, sehingga menjauhi keramaian
misalnya lalulalang kendaraan untuk konstruksi, sedangkan jenis-jenis toleran akan bertahan di
sekitar proyek. Jalan inspeksi untuk pemeriksaan sarana pipa sering digunakan oleh masyarakat
(walaupun ilegal) untuk jalan dan lebih-lebih di lokasi pengembangan lapangan dan konstruksi
BS Sukamaju yang berbatasan langsung dengan SM Bakiriang akan memicu kegiatan penduduk
di sekitar hutan atau bahkan masuk dalam hutan dan pemburu juga menggunakan jalan itu
untuk memasuki hutan yang dapat mempercepat pengurangan satwa di SM Bakiriang.
Sementara itu pemasangan pipa jalur alternatif 3 yang dilakukan melalui pantai akan
mempengaruhi keberadaan dan kelestarian burung Maleo. Jenis burung yang dilindungi ini
melakukan migrasi dari SM Bakiriang ke pantai untuk bertelur, sehingga kegiatan ini dapat
mengganggu kehidupan burung Maleo. Pemasangan jalur pipa alternatif-3 ini juga akan
menyebabkan kerusakan terumbu karang di perairan tersebut.
Kegiatan mobilisasi peralatan dan material sebagian besar bebannya dirasakan bagi lingkungan
di sekitar lokasi pengembangan. Kegiatan mobilisasi material dan pekerja dari pelabuhan atau
lokasi tempat hunian sementara pekerja ke lokasi kerja sebagian besar akan menggunakan ruas
jalan Provinsi dan di pola konsentrasi pemukiman di Kabupaten Banggai memanjang di kanan
kiri jalan raya itu, akan menganggu lalulintas warga dan juga menyebabkan penurunan kualitas
udara akibat meningkatnya konsentrasi debu. Akibat lebih lanjut adalah timbulnya persepsi
negatif masyarakat terhadap PPGM, karena kenyamanan mereka terganggu.
Di sisi lain, kegiatan-kegiatan pada tahap konstruksi ini akan memberikan manfaat bagi
masyarakat karena terbukanya kesempatan kerja/berusaha, sehingga akan terjadi peningkatan
pendapatan bagi masyarakat yang dapat secara langsung dan tidak langsung terlibat dalam
kegiatan tersebut. Namun demikian, tingkat pengangguran yang tinggi dan latar pendidikan
yang kurang sesuai menyebabkan tidak semua angkatan kerja dapat tertampung dalam
kegiatan tahap konstruksi sehingga menimbulkan kekecewaan bagi mereka yang berharap
dapat terlibat namun tidak tertampung. Kekecewaan ini akan menimbulkan sikap dan persepsi
negatif terhadap PPGM.
Kegiatan-kegiatan pada tahap konstruksi ini akan mempengaruhi semua aspek lingkungan.
Beberapa parameter lingkungan berpotensi akan melebihi baku mutu seperti kadar debu di
lokasi-lokasi pemasangan pipa dan sarana produksi. Bila kegiatan ini berlangsung pada musim
hujan tentu hasil itu tidak akan terjadi, namun sebaliknya tingkat erosinya dan sedimentasi
meningkat. Sementara ini kegiatan land clearing, khususnya untuk BS di Sukamaju dan
pemasangan pipa jalur alternatif-1 dan alternatif-2 terjadi pada lahan yang terbatas, namun bila
tidak ditangani dengan baik dampaknya justru terjadi pada tahap selanjutnya karena akan
memicu kegiatan masyarakat untuk berusaha atau memanfaatkannya sehingga burung Maleo
akan menjadi terganggu dan akan menempati habitat lebih masuk ke dalam hutan. Pemasangan
pipa jalur alternatif-3 yaitu mengikuti jalur pantai SM Bakiriang menuju laut justru akan
menganggu ekosistem terumbu karang yang ada, dan pada kegiatan konstruksi disamping
mengakibatkan turunnya kualitas air laut, juga akan mengganggu lingkungan pantai yang
menjadi habitat bertelur burung Maleo. Apabila dibandingkan dengan jalur alternatif lain, jalur
pipa melalui pantai justru berdampak pada lingkungan biotik relatif lebih besar.
Tahap konstruksi ini tidak akan berpengaruh secara signifikan pada penurunan fungsi ekologis
lingkungan, karena area dampak yang terjadi relatif kecil dan lokasi kegiatan yang terpencar-
pencar. Sementara itu kemungkinan adanya sebagian kecil masyarakat yang berharap terlalu
tinggi akan terlibat dan mendapatkan manfaat langsung dari kegiatan-kegiatan tahap konstruksi
namun tidak terealisasi akan kecewa dan persepsinya menjadi negatif terhadap keberadaan
PPGM, apabila dampak tidak ditangani dengan baik dampaknya akan berlanjut dan
mempengaruhi tahapan selanjutnya yaitu kegiatan-kegiatan pada tahap operasi.
Kegiatan pemboran sumur pengembangan akan berdampak positif pada munculnya kesempatan
berusaha bagi penduduk sekitar atau sepanjang jalan menuju ke lokasi pemboran (multiplier
effects) sehingga dapat membantu dalam peningkatan pendapatan masyarakat setempat.
Namun pada sisi yang lain kegiatan pemboran sumur akan menimbulkan dampak negatif akibat
kemungkinan adanya lumpur pemboran yang tercecer dan masuk ke perairan bebas sehingga
akan berdampak terhadap menurunnya kemelimpahan biota air tawar.
Adanya pipa yang dialiri gas melintasi lahan-lahan milik penduduk akan menyebabkan timbulnya
kekhawatiran penduduk, karena penduduk takut terjadi kebocoran atau sesuatu yang tidak
diharapkan akan mungkin terjadi seperti kasus Lapindo. Walaupun alasan ini tidak akurat,
namun pemahaman masyarakat yang beragam, menyebabkan persepsi yang negatif bagi
sebagian masyarakat terhadap PPGM.
Kegiatan operasi sangat didambakan oleh sebagian besar masyarakat di Kecamatan Toili Barat,
Toili, Batui dan Kintom atau bahkan Kabupatan Banggai secara umum karena mereka berharap
mendapat kesempatan untuk bekerja/ atau mendapatkan kesempatan untuk berusaha. Jumlah
tenaga kerja yang diperlukan pada tahap operasi lebih dari 430 karyawan dan masa operasi
yang panjang yaitu lebih dari 20 tahun akan menyebabkan peningkatan pendapatan masyarakat
yang dapat terserap langsung (menjadi karyawan) atau melalui beberapa kontraktor yang
menjadi rekanan kerja atau mereka yang menangkap peluang usaha akibat keberadaan PPGM.
Dampak langsung akan dirasakan penduduk sekitar proyek yang mempunyai akses sebagai
buruh atau tenaga kerja tidak terampil pada setiap kegiatan proyek, sedangkan secara tidak
langsung adalah terciptanya sektor-sektor informal untuk penyediaan kebutuhan karyawan
perusahaan. Bila pendapatan karyawan mencukupi maka timbullah kegiatan ekonomi dan
pembangunan lain seperti untuk perumahan sehingga diperlukan berbagai material seperti pasir,
batukali, semen, tanah dan lainnya, disamping itu juga akan tumbuh kesempatan kerja bagi
sebagian masyarakat lainnya. Keterlibatan penduduk lokal dalam peluang usaha diduga mampu
meningkatkan pendapatan rumah tangga penduduk lokal, serta dapat memberikan
kesejahteraan pendapatan bagi penduduk. Namun pertumbuhan ekonomi lokal tidak akan
mungkin merata karena warga yang mempunyai lahan luas, pendidikan yang baik dan modal
besar akan lebih mampu menangkap peluang yang ada. Kenyataan ini akan dapat menyebabkan
terjadinya gesekan sosial dan munculnya stratifikasi atau kelas-kelas sosial yang baru dalam
masyarakat, yang pada akhirnya akan memunculkan sikap dan persepsi negatgif masyarakat.
Kegiatan-kegiatan pada tahap operasi ini akan mempengaruhi semua aspek lingkungan.
Beberapa parameter lingkungan berpotensi akan melebihi baku mutu bila tidak ditangani atau
dikelola dengan baik, seperti beberapa parameter kimia udara dan kimia air di lokasi-lokasi
operasi produksi di Donggi, Sukamaju, Matindok. Kegiatan operasional ini berlangsung relatif
lama sekitar 20 tahun. Limbah cair ini perlu dikelola dengan baik karena akan menyebabkan
dampak turunan berupa penurunan komunitas biota air tawar dan biota air laut. Selain itu
komponen lain yang akan terkena dampak adalah masyarakat, apabila badan air digunakan
untuk aktivitas masyarakat dan beresiko terhadap penurunan kesehatan masyarakat
penggunanya. Sementara itu kemungkinan adanya sebagian kecil masyarakat yang berharap
terlalu tinggi akan dapat terlibat dan mendapatkan manfaat langsung dari kegiatan-kegiatan
tahap operasi namun ternyata tidak terealisasi akan kecewa dan persepsinya menjadi negatif
terhadap keberadaan PPGM, sehingga dampak terhadap komponen fisik (udara dan air) perlu
ditangani dengan baik agar persepsi negatif masyarakat yang mungkin akan berkembang dapat
dicegah.
Kegiatan penutupan sumur dan berhentinya operasi produksi akan memberikan dampak positif
pada komponen udara, air dan vegetasi serta satwa liar sebagai akiba tidak adanya lagi sumber
pencemaran air dan udara. Sementara itu dengan terbengkelainya sarana dan prasarana
produksi serta tidak adanya kegiatan pemeliharaan akan menyebabkan vegetasi liar tumbuh
dengan cepat sehingga lingkungan hijau bertambah. Namun demikian perubahan ini akan
terjadi secara alami, sehingga tidak dapat dicegah atau dikembangkan. Sebaliknya akan terjadi
dampak negatif terhadap kesempatan kerja dan berusaha, sehingga akan berpengaruh terhadap
pendapatan masyarakat. Masyarakat, terutama para eks pekerja, tentu akan gelisah karena
walaupun mereka tahu akan ada proses penghentian kontrak kerja, namun belum tentu semua
orang siap untuk menghadapinya atau menyesuaikan diri terhadap pola pengeluaran rumah
tangganya dengan mudah. Tahap pasca operasi ini mulai terjadi bila gas dan gas cair tidak
ekonomis diproduksi.
Untuk dapat melihat secara holistik keterkaitan semua kegiatan yang telah diuraikan dengan
dampak-dampak penting yang akan dikelola, secara lebih rinci hal tersebut dituangkan secara
skematis masing-masing keterkaitan antara kegiatan dengan dampak lingkungan (primer,
sekunder, tersier dan kuarter) yang akan dikelola seperti pada Gambar 6.1.
Berdasarkan telaahan tersebut diperoleh jenis-jenis dampak penting yang perlu mendapatkan
prioritas untuk dikelola, seperti disajikan pada Tabel 6.2.
Gambar 6.1.
Keputusan/
Tahap Kegiatan Jenis Dampak Hipotetik Sumber Dampak Kesimpulan Hasil
Evaluasi (PK/TPK)
PRA
SOSIAL
KONSTRUKSI
Perubahan pola kepemilikan lahan Pembebasan lahan dan tanam tumbuh PK
Gangguan proses sosial Pembebasan lahan dan tanam tumbuh PK
Perubahan sikap dan persepsi
Pembebasan lahan dan tanam tumbuh PK
masyarakat
KONSTRUKSI GEOFISIK-KIMIA
1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan,
Penurunan kualitas udara ambien PK
material dan tenaga kerja
2. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi
PK
BS dan GPF
Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS
Peningkatan kebisingan PK
dan GPF
Terjadi erosi tanah Pembukaan dan pematangan lahan PK
Gangguan sistem irigasi dan drainase Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas PK
Penurunan kualitas air permukaan Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS PK
dan GPF
Penurunan kualitas air laut Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas PK
melalui laut (alt-3)
Transportasi darat (gangguan
Pemasangan pipa penyalur gas PK
kelancaran lalulintas)
1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan,
Transportasi darat (gangguan PK
material dan tenaga kerja
keselamatan berlalulintas)
2. Pemasangan pipa penyalur gas PK
Mobilisasi dan demobilisasi peralatan,
Kerusakan jalan PK
material dan tenaga kerja
BIOLOGI
Penurunan kelimpahan dan
Pembukaan dan pematangan lahan PK
keanekaragaman vegetasi
1. Pembukaan dan pematangan lahan PK
2. Pemasangan pipa penyalur gas (alt-1) PK
Gangguan satwa
3. Pemasangan pipa penyalur gas (alt-2) PK
4. Pemasangan pipa penyalur gas (alt-3) PK
1. Konstruksi Block Station (BS) dan GPF PK
Gangguan biota air tawar 2. Kegiatan pemasangan pipa penyalur
PK
gas
Gangguan Biota air laut (plankton,
Pemasangan pipa penyalur gas (alt-3) PK
benthos, terumbu karang, ikan)
SOSIAL
1. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi
PK
BS dan GPF
Gangguan proses sosial 2. Kegiatan pemasangan pipa penyalur
PK
gas (alt-1)
3. Kegiatan pemasangan pipa penyalur
PK
gas (alt-2)
4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur
PK
gas (alt-3)
Tabel 6.3. Ringkasan Arahan Pengelolan Lingkungan Kegiatan Proyek PPGM Bagian Hulu
Komponen
Tahap Komponen Lingkungan
Kegiatan Penyebab Arahan Pengelolaan Lingkungan
Kegiatan yang Terkena Dampak
Dampak
PRA- Melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat tentang pembebasan lahan dan tanam tumbuh
Pembebasan lahan dan tanam
KONSTRUKSI Pola kepemilikan lahan Mendata hak kepemilikan lahan yang akan dibebaskan
tumbuh
Koordinasi dengan instansi terkait
Melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat tentang pembebasan lahan dan tanam tumbuh
Proses sosial Menetapkan harga penggantian lahan sesuai kesepakatan dengan pemilik lahan beserta proses
Sikap dan persepsi pembayarannya
masyarakat Koordinasi dengan instansi terkait
Melibatkan Tim 9 dan BPN dalam proses pembebasan lahan
KONSTRUKSI Mobilisasi dan demobilisasi Mesin diesel generator dan lain-lain dilengkapi pengendali emisi standar
peralatan, material dan tenaga Kualitas udara Melakukan penyiraman di sepanjang jalur yang dilalui kendaraan mobilisasi, khususnya yang
kerja berdekatan dengan permukiman pada musim kemarau
Penggunaan pengendali emisi standar pada mesin diesel generator dan BBM berkadar sulfur
rendah
Konstruksi fasilitas produksi Kualitas udara
Penggunaan dust suspresion control
Melengkapi pekerja dengan saerana K3 (mis, masker)
Aktivitas pembangunan yang menimbulkan kebisingan dilakukan pada siang hari
Kebisingan
Penggunaan earplug atau earmuff
Melakukan pengelolaan terhadap semua buangan air uji hidrostatik sebelum dibuang ke
Kualitas air permukaan
lingkungan
Pengaturan jadwal pengangkutan yang tidak bersamaan dengan jam sibuk pagi dan siang
Kegiatan mobilisasi peralatan
Penyuluhan kepada sopir angkutan untuk berhati-hati dan tetap menjaga kewaspadaan selama
dan demobilisasi peralatan, Kelancaran lalulintas
mengemudikan angkutan di jalan raya, khususnya bila melintasi daerah pemukiman dan kawasan
material, dan tenaga kerja
perkotaan (Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat).
Rekapitulasi besaran dan tingkat kepentingan dampak kegiatan Proyek Pengembangan Gas
Matindok Bagian Hilir di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah disajikan pada Tabel 6.4.
Tabel 6.4. Rekapitulasi Derajat Besaran dan Tingkat Kepentingan Dampak Bagian Hilir
Besaran Tingkat Kepentingan
Tahap Keputusan/Kesimpulan
Jenis Dampak Hipotetik Sumber Dampak Dampak Dampak
Kegiatan Hasil Evaluasi (PK/TPK)
(+/) Jumlah P % Bobot
PRA
SOSIAL
KONSTRUKSI
Perubahan pola kepemilikan Pembebasan lahan dan tanam tumbuh 2 4 66,67 PK
lahan
Gangguan proses sosial 1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh 2 4 66,67 PK
2. Penerimaan tenaga kerja 2 3 50,00 PK
1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh 2 4 66,67 PK
Sikap dan persepsi masyarakat
2. Penerimaan tenaga kerja 2 3 50,00 PK
KONSTRUKSI GEOFISIK-KIMIA
1. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan 2 4 66,67 PK
Penurunan kualitas udara ambien Khusus di Padang
2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan 2 66,67 PK
Khusus di Uso
1. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan 2 4 66,67 PK
Khusus di Padang
Peningkatan kebisingan
2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan 2 4 66,67 PK
Khusus di Uso
Penurunan kualitas air 1. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan 2 4 66,67 PK
permukaan Khusus di Padang
2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan 2 4 66,67 PK
Khusus di Uso
1. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan 2 3 50,00 PK
Khusus di Padang
Penurunan kualitas air laut
2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan 2 3 50,00 PK
Khusus di Uso
Seperti halnya pada Bagian Hulu, berbagai jenis kegiatan baik pada tahap prakonstruksi,
konstruksi, operasi maupun pasca operasi akan menimbulkan dampak terhadap komponen
lingkungan, baik bersifat negatif maupun positif. Rencana kegiatan yang merupakan sumber
dampak dan banyak menimbulkan dampak penting terhadap komponen lingkungan yaitu:
1. Tahap Prakonstruksi adalah pembebasan lahan dan tanam tumbuh serta penerimaan
tenaga kerja.
2. Tahap Konstruksi adalah mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja,
pembukaan dan pematangan lahan, konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus;
3. Tahap Operasi adalah penerimaan tenaga kerja, operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus
dan fasilitas pendukungnya.
4. Tahap Pasca Operasi adalah pembongkaran dan demobilisasi peralatan (kilang dan
Pelabuhan Khusus), revegetasi dan penglepasan tenaga kerja.
Adapun telaahan dampak positif maupun negatif dari berbagai kegiatan di bagian hilir adalah
sebagai berikut.
Pembebasan lahan dan tanam tumbuh untuk lokasi pembangunan kilang LNG, Pelabuhan
Khusus dan fasilitas pendukungnya akan berdampak terhadap terjadinya perubahan pola
kepemilikan lahan yang semula dimiliki masyarakat menjadi milik pemrakarsa. Dalam hal ini
berarti pula nantinya akan terjadi perubahan fungsi dan pemanfaatan lahan. Kegiatan
penerimaan tenaga kerja disamping berdampak positif terhadap kesempatan kerja/berusaha
dan pendapatan masyarakat, diprakirakan juga akan menyebabkan terjadinya gangguan proses
sosial dalam masyarakat. Hal ini antara lain dipicu dengan adanya tenaga kerja dari luar daerah
yang cukup banyak direkrut di sini. Tenaga kerja luar daerah yang umumnya merupakan tenaga
kerja dengan keahlian khusus (skill) dan mempunyai tingkat penghasilan lebih tinggi serta
pola/gaya hidup berbeda akan menyebabkan terjadinya kecemburuan penduduk lokal sehingga
proses hubungan sosial menjadi terganggu dan pada akhirnya memunculkan sikap dan persepsi
negatif masyarakat.
Kegiatan-kegiatan pada tahap prakonstruksi ini akan sangat berpengaruh pada komponen
lingkungan sosial-ekonomi dan budaya, khususnya pada aspek ekonomi-sosial. Walapun
kegiatan ini berlangsung relatif singkat namun apabila dampak tidak ditangani dengan baik
dampaknya akan berlanjut dan mempengaruhi tahapan selanjutnya yaitu kegiatan-kegiatan
pada tahap konstruksi dan operasi.
Kegiatan mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja yang diantaranya
menggunakan jalur darat akan menggunakan kendaraan dengan tonase besar dan intensitas
kegiatannya cukup tinggi. Hal ini akan berdampak terhadap terjadinya gangguan keselamatan
berlalulintas dan kerusakan jalan dan jembatan. Pada kegiatan pembangunan kompleks kilang
LNG dan Pelabuhan Khusus yang skala kegiatannya cukup besar akan menyebabkan penurunan
kualitas udara, peningkatan kebisingan, penurunan kualitas air permukaan, penurunan kualitas
air laut dan rawan terhadap terjadinya gangguan kelancaran dan keselamatan berlalulintas
akibat tingginya frekuensi kendaraan mobilisasi yang keluar-masuk area tapak proyek. Kondisi
lingkungan yang buruk akibat adanya tumpukan material, peralatan dan pola pengelolaan
limbah para pekerja konstruksi, akan berdampak terhadap turunnya sanitasi lingkungan di tapak
proyek dan sekitarnya.
Parameter komponen biologi yang terpengaruh adanya kegiatan pembukaan dan pematangan
lahan adalah vegetasi karena pada kegiatan ini akan dilakukan penebangan terhadap pohon-
pohon di lokasi rencana pembangunan berbagai kilang LNG dan Pelabuhan Khusus.
Berkurangnya populasi pepohonan akan menyebabkan terganggunya satwa yang menjadikan
lokasi tersebut sebagai habitat hidupnya. Konstruksi kompleks kilang dan Pelabuhan Khusus
yang berlokasi di tepi pantai (alternatif 1 dan 2) potensial menyebabkan penurunan kualitas air
laut yang pada gilirannya akan menyebabkan turunnya keanekaragaman dan kelimpahan biota
air laut.
Selain dampak-dampak tersebut, juga terdapat dampak terhadap komponen lingkungan sosial
yakni adanya gesekan sosial khususnya antara tenaga kerja lokal yang terekrut proyek dengan
penduduk lokal yang tidak terekrut proyek dan antara tenaga kerja lokal dengan tenaga kerja
luar daerah. Hal ini terjadi akibat adanya rasa iri dan cemburu para pencari kerja serta adanya
ketidakpuasan dalam proses penerimaan tenaga kerja, sementara kecemburuan terhadap
tenaga kerja luar daerah lebih disebabkan karena adanya perbedaan tingkat pendidikan dan
ketrampilan serta penghasilan yang jauh berbeda dengan penduduk lokal. Namun pada sisi lain,
kegiatan konstruksi yang melibatkan cukup banyak tenaga kerja yakni sekitar 3000 orang
memberikan peluang kepada penduduk lokal untuk dapat membuka atau mengembangkan
usaha guna memenuhi keperluan barang dan jasa baik proyek maupun para tenaga kerja.
Peluang ini akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar tapak kegiatan.
Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya yang direncanakan akan
berlangsung minimal hingga 20 tahun akan menyebabkan terjadinya penurunan kualitas udara,
peningkatan kebisingan dan penurunan kualitas air laut yang selanjutnya akan berdampak
terhadap turunnya keanekaragaman dan kelimpahan biota laut. Perairan Banggai relatif cukup
ramai dengan adanya lalulintas barang dan manusia antar pulau di sekitarnya, sehingga dengan
beroperasinya Pelabuhan Khusus khusus untuk mengangkut LNG ini dikhawatirkan akan dapat
mempengaruhi keselamatan pelayaran di perairan tersebut.
Kegiatan operasional kilang LNG dan Pelabuhan Khusus ini sangat didambakan oleh sebagian
besar masyarakat di kecamatan-kecamatan wilayah studi atau bahkan Kabupatan Banggai
secara umum karena mereka berharap mendapat kesempatan untuk bekerja/ atau
mendapatkan kesempatan untuk berusaha. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan pada masa
operasi cukup besar yakni sekitar 600-an karyawan dan masa operasi yang panjang yaitu lebih
dari 20 tahun akan menyebabkan peningkatan pendapatan masyarakat yang dapat terserap
langsung (menjadi karyawan) atau melalui beberapa kontraktor yang menjadi rekanan kerja
atau mereka yang menangkap peluang usaha akibat keberadaan PPGM.
Dampak langsung akan dirasakan penduduk sekitar proyek yang mempunyai akses sebagai
buruh atau tenaga kerja tidak terampil pada setiap kegiatan proyek, sedangkan secara tidak
langsung adalah terciptanya sektor-sektor informal untuk penyediaan kebutuhan karyawan
perusahaan. Bila pendapatan karyawan mencukupi maka timbullah kegiatan ekonomi dan
pembangunan lain seperti untuk perumahan sehingga diperlukan berbagai material seperti pasir,
batukali, semen, tanah dan lainnya, disamping itu juga akan tumbuh kesempatan kerja bagi
sebagian masyarakat lainnya. Keterlibatan penduduk lokal dalam peluang usaha diduga mampu
meningkatkan pendapatan rumah tangga penduduk lokal, serta dapat memberikan
kesejahteraan pendapatan bagi penduduk. Namun pertumbuhan ekonomi lokal tidak akan
mungkin merata karena warga yang mempunyai lahan luas, pendidikan yang baik dan modal
besar akan mampu menangkap peluang lebih baik.
Sementara itu kemungkinan adanya sebagian warga masyarakat yang berharap terlalu tinggi
akan terlibat dan mendapatkan manfaat langsung dari kegiatan-kegiatan tahap operasi namun
tidak terealisasi akan kecewa dan persepsinya menjadi negatif terhadap keberadaan PPGM.
Dampak negatif lain yang muncul adalah terdapatnya struktur atau kelas-kelas sosial yang baru
dalam masyarakat. Hal ini dapat terjadi karena penduduk lokal yang umumnya petani dengan
tingkat penghasilan relatif rendah rata-rata mempunyai kelas sosial yang sama sehingga dengan
masuknya para pendatang yang mempunyai tingkat pendidikan, ketrampilan dan penghasilan
serta gaya hidup yang jauh berbeda dengan penduduk lokal, telah menempatkan para
pendatang ke dalam struktur/kelas sosial yang lebih tinggi. Dampak-dampak sosial ini perlu
ditangani dengan baik agar persepsi negatif masyarakat yang mungkin akan berkembang dapat
dicegah.
Kegiatan pembongkaran dan demobilisasi peralatan kilang dan Pelabuhan Khusus akan
berdampak terhadap munculnya gangguan keselamatan berlalulintas (kecelakaan) dan
kerusakan jalan. Pembongkaran terhadap berbagai fasilitas operasional ini juga berdampak
terhadap munculnya kekumuhan dan kotornya lokasi bekas pembongkaran sehingga akan
menurunkan kondisi sanitasi lingkungan di sekitarnya.
Setelah kegiatan pembongkaran akan dilakukan revegetasi pada lokasi-lokasi bekas kompleks
kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas lainnya. Diprakirakan dengan kembali ditumbuhinya
kawasan tersebut dengan vegetasi akan terjadi peningkatan keanekaragaman vegetasi dan
kelimpahan satwa, yang dalam hal ini juga akan berpengaruh terhadap membaiknya kualitas
udara ambien.
Berhentinya operasional kilang LNG dan Pelabuhan Khusus akan menyebabkan terjadinya
penglepasan tenaga kerja sehingga muncul dampak negatif terhadap kesempatan kerja dan
berusaha yang akan berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat. Meskipun para tenaga
kerja yang terlibat dalam kegiatan pengembangan gas ini sejak awal telah diikat dengan kontrak
kerja dan mengetahui akan adanya penghentian kontrak kerja, namun belum tentu semua
orang siap untuk menghadapinya atau menyesuaikan diri pola pengeluaran rumah tangganya
dengan mudah. Sehingga kegiatan-kegiatan pada tahap ini, khususnya kegiatan penglepasan
tenaga kerja akan memunculkan sikap dan persepsi negatif masyarakat.
Untuk dapat melihat secara holistik keterkaitan semua kegiatan dengan dampak-dampak
penting yang akan dikelola baik berupa dampak primer, sekunder, tersier maupun kuarter,
selengkapnya hal tersebut dituangkan secara skematis seperti pada Gambar 6.2.
Berdasarkan telaahan tersebut diperoleh jenis-jenis dampak penting yang perlu mendapatkan
prioritas untuk dikelola, seperti disajikan pada Tabel 6.5.
Gambar 6.2.
Berdasarkan hasiltelahaan secara holistik di atas maka dihasilkan jenis-jenis dampak yang
mendapatkan prioritas untuk dikelola. Dalam Tabel 6.6 disajikan arahan pengelolaan setiap
jenis dampak yang mendapat prioritas untuk dikelola pada setiap tahap kegiatan.
Tabel 6.6. Ringkasan Arahan Pengelolan Lingkungan Kegiatan Proyek PPGM di Bagian Hilir
Komponen
Tahap Komponen Lingkungan
Kegiatan Penyebab Arahan Pengelolaan Lingkungan
Kegiatan yang Terkena Dampak
Dampak
PRA- Pembebasan lahan dan tanam Pola kepemilikan lahan Melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat tentang pembebasan lahan dan tanam tumbuh
KONSTRUKSI tumbuh Mendata hak kepemilikan lahan yang akan dibebaskan
Koordinasi dengan instansi terkait
Pembebasan lahan dan tanam Proses sosial a. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh
tumbuh Sikap dan persepsi Melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat tentang pembebasan lahan dan tanam tumbuh
Penerimaan tenaga kerja masyarakat Menetapkan harga penggantian lahan sesuai kesepakatan dengan pemilik lahan beserta
proses pembayarannya
Koordinasi dengan instansi terkait
Melibatkan Tim 9 dan BPN dalam proses pembebasan lahan
b. Penerimaan tenaga kerja
Memberikan informasi tentang peluang kerja secara transparan, meliputi jumlah tenaga kerja
dan kualifikasi yang dibutuhkan serta proses seleksinya
Memprioritaskan penerimaan tenaga kerja khususnya unskill dari penduduk lokal sesuai
kebutuhan
Tenaga kerja skill diseleksi sesuai kualifikasi skill yang dibutuhkan
Proses seleksi tenaga unskill dengan melibatkan lembaga setempat yang berbadan hukum,
dan untuk yang skill melibatkan institusi rekrutmen ketenagakerjaan berskala
regional/nasional
KONSTRUKSI Konstruksi kompleks kilang LNG Kualitas udara Mesin diesel generator dilengkapi pengendali emisi standar dan menggunakan BBM berkadar
dan Pelabuhan Khusus sulfur rendah
Menggunakan dust supression control
Melengkapi pekerja dengan sarana K3
Kebisingan Aktivitas pembangunan yang menimbulkan kebisingan dilakukan siang hari
Penggunaan earplug atau earmuff
Kualitas air laut Penggunaan oilboom atau oil dispersant untuk mencegah ceceran oli dan minyak dari peralatan
konstruksi
Pengerukan dilakukan secara hati-hati untuk meminimalkan peningkatan kekeruhan
Perawatan kebersihan dari kamar mesin, alat pengeruk dan kapak pengangkut material dan alat
konstruksi dari ceceran minyak dan oli
Kualitas air permukaan Pengefektifan effluent treatment unit atau waste water management atau IPAL
Komponen
Tahap Komponen Lingkungan
Kegiatan Penyebab Arahan Pengelolaan Lingkungan
Kegiatan yang Terkena Dampak
Dampak
OPERASI Operasional kilang LNG, Kualitas udara Pengefektifan fasilitas Acid Gas Removal Unit (AGRU), Sulfur Recovery Unit (SRU) dan MRU
Pelabuhan Khusus dan fasilitas Melengkapi pekerja dengan sarana K3
pendukungnya Kebisingan Penggunaan peredam suara atau lapisan disain akustik khusus
Penggunaan earplug atau earmuff
Kualitas air laut Mengolah air limbah sebelum dibuang ke lingkungan
Menggunakan oil boom untuk mencegah persebaran ceceran oli/minyak dari kendaraan/peralatan
operasional
Keselamatan pelayaran Pemasangan rambu-rambu navigasi dan keselamatan pelayaran
Pemasangan lampu penerangan pada batas tapak kegiatan dan kapal LNG
Kelancaran lalulintas Adanya petugas yang mengatur arus lalulintas menerus selama jalan tersebut belum dipindahkan
Membuat jalur baru terlebih dahulu yang setara dengan kualifikasi jalan lama
Biota air laut Limbah cair diolah sesuai ketentuan yang berlaku
Rehabilitasi terumbu karang di sekitar kegiatan
Kesempatan berusaha Melakukan proses lelang untuk subkontraktor lokal agar dapat terlibat dalam berbagai kegiatan
operasional pengembangan gas Matindok
Memberikan kemudahan dan atau bantuan fasilitas bagi penduduk lokal yang akan berpartisipasi
dalam peluang usaha yang ada
Pendapatan masyarakat Mengutamakan/memprioritaskan kesempatan kerja bagi penduduk lokal sesuai kualifikasi dan
kebutuhan
Memberikan kemudahan/bantuan fasilitas bagi penduduk lokal yang akan membuka/mengem-
bangkan usaha
Berdasarkan hasil evaluasi dampak yang dilakukan secara holistik dengan menggabungkan
antara prakiraan besaran dampak dengan sifat kepentingan dampak yang ditimbulkan untuk
masing-masing komponen lingkungan hidup terhadap komponen kegiatan diketahui bahwa
rencana Proyek Pengembangan Gas Matindok potensial menimbulkan dampak penting, baik
positif maupun negatif.
Dampak positif penting diprakirakan akan muncul pada tahap konstruksi, operasi dan pasca
operasi. Dampak positif penting yang muncul tersebut adalah: peningkatan kesempatan
berusaha, peningkatan persentase penutupan lahan oleh flora darat dan peningkatan komunitas
fauna darat. Dengan terbukanya kesempatan kerja dan berusaha sekecil apapun akan
memberikan harapan bagi penduduk sekitar lokasi untuk dapat meningkatkan pendapatan
sehingga sikap dan persepsi masyakat menjadi positif.
Namun beberapa dampak negatif penting yang diprakirakan muncul tersebut pada dasarnya
dapat dikelola melalui beberapa pendekatan pengelolaan lingkungan yang diusulkan. Dengan
adanya pengelolaan lingkungan diharapkan dampak negatif tersebut dapat diminimalisasi,
ditanggulangi dan bahkan dicegah. Untuk dampak positif semaksimal mungkin dapat
Mendasarkan pada hal tersebut maka rencana kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok
masih dinyatakan layak lingkungan serta daya dukung kawasan sekitar pengeboran sumur ini
masih memadai, walaupun tetap harus melakukan beberapa upaya pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup.
Berdasarkan hasil evaluasi dampak yang dilakukan secara holistik dengan menggabungkan
antara prakiraan besaran dampak dengan sifat kepentingan dampak yang ditimbulkan untuk
masing-masing komponen lingkungan hidup terhadap komponen kegiatan diketahui bahwa
kegiatan pengembangan gas Matindok potensial menimbulkan dampak penting, baik positif
maupun negatif.
Dampak positif penting diprakirakan akan muncul pada tahap kontruksi, operasi dan pasca
operasi. Dampak positif penting yang muncul tersebut adalah: peningkatan kesempatan
berusaha, peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan persentase penutupan lahan oleh
vegetasi dan peningkatan komunitas satwa. Terbukanya kesempatan kerja dan berusaha
meskipun kecil akan memberikan harapan bagi penduduk sekitar lokasi kegiatan untuk dapat
meningkatkan pendapatan sehingga sikap dan persepsi masyakat menjadi positif.
Namun beberapa dampak negatif penting yang diprakirakan muncul tersebut pada dasarnya
dapat dikelola melalui beberapa pendekatan pengelolaan lingkungan yang diusulkan. Dengan
adanya pengelolaan lingkungan diharapkan dampak negatif tersebut dapat diminimalisasi,
ditanggulangi dan bahkan dicegah. Untuk dampak positif semaksimal mungkin dapat
dikembangkan lagi, sehingga dengan demikian kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok
yang tujuan utamanya untuk mensejahterakan seluruh lapisan masyarakat dapat terus
berlangsung tanpa mengabaikan kualitas lingkungan hidup.
Mendasarkan pada hal tersebut maka rencana kegiatan PPGM masih dinyatakan layak
lingkungan dengan daya dukung kawasan di sekitarnya masih memadai, walaupun tetap harus
melakukan beberapa upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
Pemasangan pipa gas yang melalui SM Bakiriang direncanakan menggunakan 3 alternatif yaitu:
a) Rencana jalur alternatif-1 sejajar jalan kabupaten dengan pemasangan secara normal
drilling.
b) Rencana jalur alternatif-2 sejajar jalan kabupaten dengan pemasangan secara Horizontal
Directional Drilling (HDD) atau pemboran horisontal di bawah tanah.
c) Rencana jalur alternatif-3 melalui dasar laut dangkal Pantai Bakiriang.
Kondisi faktual SM Bakiriang saat ini terutama yang berdekatan dengan jalan raya menuju Batui,
sebagian besar telah digarap masyarakat untuk kebun campuran dan kelapa sawit, dan
sebagian kecil lainnya merupakan hutan sekunder yang ditumbuhi sisa-sisa pohon alam. Lahan
hutan SM Bakiriang ini dipertahankan sebagai habitat burung Maleo, namun kondisinya makin
memprihatinkan karena jenis pepohonan alam yang menjadi sumber makanan burung Maleo
semakin berkurang karena oleh masyarakat digantikan dengan jenis pepohonan budidaya untuk
perkebunan seperti: karet, cokelat/kakao dan bahkan untuk perkebunan sawit oleh perusahaan
swasta.
Beberapa jenis hewan dilindungi yang ada SM Bakiriang yang masih dijumpai antara lain babi
rusa dan burung rangkong, maka keberadaannya di sekitar lokasi proyek perlu mendapat
perhatian. Beberapa jenis satwa ada yang sensitif dan bersifat shy, sehingga menjauhi
keramaian akibat suara dari lalulalang kendaraan untuk konstruksi, sedangkan jenis-jenis hewan
yang toleran akan bertahan di sekitar proyek.
Jalan provinsi sudah ada sebelum ditetapkannya SM Bakiriang (1998), jalan tersebut merupakan
jalur perekonomian yang strategis dan tidak mungkin dilakukan pemindahan jalur ke lokasi lain
karena akan mematikan aktivitas perekonomian masyarakat. Dalam hal ini mestinya aspek
hukum tentang SM Bakiriang sebagai kawasan konservasi tidak dapat diterapkan terhadap
keberadaan jalan tersebut. Namun dalam usaha PT Pertamina EP untuk memanfaatkan row
jalan tersebut terbentur pada permasalahan hukum yang dikenakan oleh Departemen
Kehutanan Republik Indonesia, karena kawasan SM Bakiriang yang berada di kedua sisi jalan
tersebut. Jalur pemasangan pipa alternatif 1 dan 2 akan mengikuti jalan provinsi tersebut dan
tidak akan membuka jalur di lokasi lain dengan harapan kerusakan terhadap lingkungan dapat
diminimalisir. Kajian lingkungan terhadap ketiga alternatif jalur pipa penyalur gas pada masing-
masing parameter lingkungan terkena dampak disajikan pada tabel berikut.
Tabel 6.7. Kajian Kelayakan Lingkungan terhadap Alternatif Jalur Pipa Penyalur Gas
Jalur Pipa Melewati Kawasan SM Bakiriang
Alternatif-2
Parameter Lingkungan Alternatif-1 Alternatif-3
No. (Horizontal
yang Terkena Dampak (Normal) (Laut)
Drilling)
1. Kualitas udara (1) (1) (1)
2. Kebisingan (1) (1) (1)
3. Kualitas air laut (1)
4. Vegetasi (3)
5. Satwa liar (2) (2) (3)
6. Biota air laut (1)
7. Pendapatan masyarakat (+1) (+1) (+1)
8. Kesempatan berusaha (+1) (+1) (+1)
9. Proses sosial (2) (2) (2)
10. Sikap dan persepsi masyarakat (1) (1) (1)
11. Sanitasi lingkungan (2) (2)
Dari tabel tersebut di atas, dapat dijelaskan bahwa dampak tersebut bersifat sementara yakni
pada saat tahap pemasangan pipa penyalur gas. Memang pada alternatif-3 (laut) terjadi
penurunan kualitas air laut dan biota air luat. Tetapi sifat dampak adalah bersifat sementara,
apabila selesai pemasangan pipa penyalur gas dilaksanakan, maka kualitas air laut dan biota air
laut akan pulih kembali seperti pada rona awalnya dikarenakan terjadinya purifikasi yang
dipercepat oleh adanya gelombang dan arus laut yang selalu dinamis.
Kerusakan terumbu karang akan terjadi sepanjang jalur pemasangan pipa yang dipasang di laut,
kerusakan ini hanya bersifat sementara. Teknis pemasangan pipa mengacu pada Keputusan
Menteri Pertambangan dan Energi No 300.K/38/M.PE/1997 tertanggal 28 April 1997 tentang
Keselamatan Kerja Pipa Penyalur Minyak dan Gas Bumi. Pada saat konstruksi pemasangan pipa
yang melintas di laut, tidak menggunakan Pantai Bakiriang sebagai lokasi pemasangan, namun
menggunakan akses pantai di luar area SM Bakiriang, termasuk akses mobilisasi dan
demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja.
Berdasarkan kajian lingkungan, ternyata dampak lingkungan yang akan terjadi pada jalur
alternatif-3 paling besar. Resiko dampak pada komponen geo-fisik-kimia dan sosial-ekonomi-
budaya relatif sama untuk ketiga jalur alternatif. Sementara itu, dampak lingkungan pada
komponen botik sangat bervariasi. Dampak pada parameter vegetasi hanya terjadi pada jalur
alternatif 1, sementara jalur alternatif-2 dengan horizontal drilling pembukaan lahan relatif kecil
dan tidak terjadi pembukaan lahan pada jalur alternatif-3. Sebaliknya, dampak pada satwa liar
yang paling beresiko adalah jalur alternatif-3, karena pada waktu pemasangan di lepas pantai
tentu akan mengganggu pantai yang menjadi tempat bertelur burung Maleo, burung yang
dilindungi dan menjadi alasan mengapa kawasan Bakiriang ditetapkan sebagai suaka
margasatwa. Jalur alternatif-3 juga akan berpotensi menimbulkan dampak besar dan penting
pada biota ar laut, terutama terumbu karang. Sebaliknya, pada aspek kesehatan masyarakat,
jalur alternatif-3 tidak akan menimbulkan dampak yang signifikan terhadap sanitasi lingkungan
karena relatif jauh dari pemukiman penduduk. Berdasarkan hal tersebut di atas jelaslah bahwa
ditinjau dari kajian kelayakan lingkungan maka jalur alternatif-3 akan berpontensi menimbulkan
dampak relatif terbesar bila dibandingkan dengan kedua jalur alternatif lain.
Tabel 6.8. Ringkasan Kajian Kelayakan Alternatif Jalur Pipa Penyalur Gas
Pemasangan Jalur Pipa yang Melewati Kawasan
No. Kajian Kelayakan/ SM Bakiriang
Kendala Jalur Jalur Jalur
Alternatif-1 Alternatif-2 Alternatif-3
1. Kendala lingkungan rendah rendah tinggi
2. Kendala ekonomi rendah tinggi sangat tinggi
3. Kendala teknis rendah tinggi sedang
4. Kendala peraturan tinggi tinggi tidak ada
5. Kondisi eksisting jalan provinsi jalan provinsi pantai/laut
Tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa dari segi lingkungan, ekonomi dan teknis maka
alternatif-1 adalah yang paling rendah kendalanya di antara kedua alternatif lainnya. Alternatif-2
adalah pada aspek teknis dan ekonomi yang menggambarkan tingkat kesulitan pelaksanaan dan
biaya. Tetapi alternatif-3 adalah alternatif yang paling tinggi kendalanya di antara kedua
alternatif lainnya dalam aspek lingkungan, ekonomi dan teknis. Akan tetapi meskipun dalam
kajian kelayakan proyek yang dipertimbangkan adalah kelayakan lingkungan, ekonomi dan
teknis, ada satu aspek di luar ketiga aspek tersebut adalah aspek hukum/legal.
Kawasan SM Bakiriang di sebelah tenggara memotong jalan provinsi sampai mencapai pantai
dan dalam mengimplementasikan SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 398/KPTS-II/1998
tanggal 12 April 1998 tentang Penetapan Bakiriang sebagai Suaka Margasatwa, termasuk
sempadan jalan di kiri kanan jalan propinsi tersebut. Dengan demikian hal tersebut menjadi
kendala hukum yang tinggi terhadap pemanfaatan sempadan jalan propinsi tersebut dalam hal
ini bagi alternatif-1 dan alternatif-2 pemasangan pipa penyalur gas. Bagi alternatif-3 karena
sudah diluar kawasan SM Bakiriang dan kepatuhan PT Pertamina EP terhadap SK MenHut
tersebut di atas, maka pelaksanaan proyek pengembangan gas ini khususnya untuk
pemasangan pipa penyalur gas ditetapkan alternatif-3 karena tidak ada lagi kendala
hukum.
Akan tetapi, apabila di kemudian hari terjadi perubahan atas status jalan propinsi yang
melintasi SM Bakiriang oleh Departemen Kehutanan yang memungkinkan untuk memanfaatkan
sempadan jalan sebagai jalur pipa, maka PT Pertamina EP akan berkoordinasi dengan instansi
terkait untuk kemungkinan menetapkan alternatif-1 sebagai jalur pemasangan pipa penyalur gas
dengan memenuhi semua persyaratan menurut peraturan perundangan yang berlaku.
Alternatif calon lokasi kilang LNG dan Pelabuhan Khusus ditetapkan di 2 lokasi yaitu di Desa Uso,
Kecamatan Batui dan di Desa Padang, Kecamatan Kintom; keduanya terletak secara
berdampingan. Secara umum kondisi lingkungan di kedua lokasi tersebut relatif hampir sama,
baik ditinjau dari aspek gao-fisik-kimia, biologi, sosial dan kesehatan masyarakat. Kajian
kelayakan lingkungan terhadap kedua calon lokasi kilang dan Pelabuhan Khusus adalah sebagai
berikut.
Dari hasil kajian secara holistik terhadap berbagai dampak penting yang ditimbulkan dari
berbagai kegiatan pada tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi maupun pasca operasi
menunjukkan bahwa dari 2 alternatif calon lokasi tersebut tidak menunjukkan adanya beda
nyata dari dampak yang muncul, baik besaran dampak maupun sifat penting dampak. Oleh
karena itu penetapan calon lokasi kilang LNG dan Pelabuhan Khusus di kedua lokasi mempunyai
kelayakan lingkungan yang relatif sama. Selain itu ditinjau dari aspek ekonomi dan teknologi
juga mempunyai kelayakan yang sama sehingga penetapan calon lokasi kilang LNG pada
akhirnya lebih didasarkan pada aspek kestrategisan dan aksesibilitas calon lokasi yang dikaitkan
dengan berbagai kemudahan dalam proses konstruksi maupun operasional kilang LNG dan
Pelabuhan Khusus.