TINJAUAN PUSTAKA
II.A.1.Definisi
Menurut World Health Organisation (WHO), usia lanjut adalah
seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun atau lebih. Kelompok yang
dikategorikan usia lanjut ini akan mengalami suatu proses yang disebut
Aging Process atau proses penuaan.22) Ada dua pandangan tentang definisi
usia lanjut, yaitu pandangan orang barat yang tergolong usia lanjut adalah
yang sudah berusia 65 tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan
Indonesia, usia lanjut adalah yang berusia lebih dari 60 tahun karena dipakai
tahun mencapai 841 juta orang dan diproyeksikan menjadi 2 milyar pada
Indonesia diramalkan beranjak dari urutan ke-10 pada tahun 1980 menjadi
urutan ke-5 atau 6 pada tahun 2020 sebagai negara yang banyak jumlah
7
8
(DEPKES RI) yang mencakup batasan usia lanjut adalah sebagai berikut :
masa senium.
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
Proses penuaan merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat dihindari
dan akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya
cedera, termasuk adanya infeksi. Proses penuaan sudah mulai berlangsung sejak
otot, susunan saraf dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit.29)
Terdapat dua jenis penuaan, antara lain penuaan primer merupakan proses
kemunduran tubuh secara bertahap, mulai pada masa awal kehidupan dan terus
f. Penglihatan
Sekresi lendir vagina dan produksi testis menurun pada usia lanjut
d. Teori stres
12
dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan
Dengan adanya penurunan fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi pula
sosial mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan
individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan.
II.C. Geriatri
II.C.1.Definisi
II.C.1.Definisi
Geriatric berasal dari kata geros (usia lanjut) dan eatriea (kesehatan).
Geriatri merupakan salah satu cabang dari gerontologi dan medis yang
dalam penegakan diagnosis sehingga terapi dan tindakan lain dapat dengan
aspek, yaitu:
a. Etiologi
mempengaruhi.
b. Diagnosis
daripada usia remaja dan dewasa, karena sering kali gejala yang
c. Perjalanan Penyakit
sistem tubuh. Puncak fungsi fisiologis alat tubuh terjadi pada umur
pola makan dan obesitas, aktivitas fisik yang kurang, stres, dan
tanggapan tubuh terhadap obat pada pasien geriatri. Berbagai perubahan tersebut
II.D.1.Perubahan Farmakokinetik
memulai terapi dengan dosis efektif yang rendah. Pemberian dosis yang
a. Absorpsi
secara oral maka F biasanya kurang dari 1.32) Absorpsi obat terjadi
b. Distribusi(32-36)
X Keterangan :
Vd =
C X : Jumlah obat dalam tubuh
C : Kadar obat dalam plasma
tubuh, ikatan plasma-protein dan aliran darah pada organ dan lebih
geriatri. Saat obat bebas berada dalam jumlah yang banyak maka
toksis minimum.
obat menurun.
c. Metabolisme hati(32-36)
hati konstan sesuai dengan berat badan (massa hati 2,5% dari berat
1
paruh eliminasi obat (t ) dalam plasma juga meningkatdan
2
d. Ekskresi Ginjal32)
pada usia 65 tahun dan tinggal 35% pada usia 90 tahun, dan
Cockroft-Gault, yaitu:
1f
G=
Keterangan :
oral.
a. Pengaturan Temperatur
geriatri.
e. Fungsi Kognitif
kritis. Ketepatan penggunaan obat sangat penting karena ADEs dan masalah
peristiwa atau keadaan yang melibatkan terapi obat yang benar-benar atau
optimal dari perawatan medis. DRP meliputi penggunaan obat tanpa indikasi,
15 - 25% dari pasien geriatri mengalami perawatan medis karena kejadian DRP.36)
risiko lebih besar mengalami ADR. Hal ini terjadi karena peningkatan frekuensi
obat. Pasien geriatri juga mengalami peningkatan sensitivitas terhadap efek obat
kejadian DRP terutama ADR. Risiko terjadinya DRP dapat meningkat seiring
27
II.F. Polifarmasi
paling tidak satu obat yang tidak perlu dan penggunaan empirik lima obat
atau lebih. Polifarmasi pada pasien geriatri sukar dihindari dengan beberapa
alasan, diantaranya :
yang diresepkan. Pasien dengan penyakit kritis dan pasien geriatri berisiko
interaksi obat dan biaya pelayanan kesehatan. Penambahan suatu obat baru
hidup (misalnya : harus ingat untuk memakan satu tablet pada pagi hari)
28
atau perubahan yang lebih penting (misalnya : harus ingat untuk memakan
enam atau delapan kapsul setiap hari, melakukan penyesuaian untuk diet,
jumlah obat yang diminum dengan kejadian ADEs. Artinya, makin banyak
jenis obat yang diresepkan, maka makin tinggi pula kemungkinan terjadi
setelah pemberian 1 jenis obat. Risiko ini meningkat mencapai 100% jika
jumlah obat yang diberikan mencapai 10 jenis atau lebih. Secara umum
kejadian ADEs pada pasien geriatri mencapai 2 kali lipat kelompok usia
a. Kesalahan peresepan43)
b. Kesalahan pasien43)
yang dijual bebas / tanpa resep dokter (Over The Counter / OTC).
Kandungan zat-zat aktif dalam satu obat OTC kadang belum jelas
penyakitnya semula.
antara lain :
30
tetapi peresepan pada usia ini relatif tinggi, yaitu mencapai 25%
mudah dibaca.
II.G. Masalah dalam Peresepan dan Penggunaan Obat pada Pasien Geriatri
geriatri meliputi penggunaan obat di mana masalah terkait obat lebih banyak
(ketidaktepatan dosis, frekuensi dan durasi) dan penggunaan obat yang tidak
yang tidak rasional pada pasien geriatri. Peresepan obat yang tidak rasional
sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari satu
obat dalam satu resep yang mengakibatkan terjadinya interaksi antar obat
kecil atau tidak ada sama sekali, sehingga tidak sebanding dengan
obat yang dikonsumsi. Banyaknya jenis obat dan rumitnya tata cara
dari obat tersebut, terutama bila tersedia alternatif lain dengan efektifitas
yang sama ataupun lebih serta lebih aman. Istilah potensial penting karena
alternatif tetapi alasan yang tidak diketahui peneliti sehingga dipilih untuk
PIMs merupakan aspek penting dari DRP yang dapat dicegah pada
potensi untuk dapat menyebabkan masalah pada pasien geriatri dan obat-
mempunyai risiko tinggi atau PIMs pada pasien geriatri tidak menimbulkan
peningkatan ADR pada pasien geriatri. Kebanyakan obat akan tepat untuk
pasien geriatri bila digunakan dalam dosis yang memadai, untuk diagnosis
yang benar dan jangka waktu tertentu. Pasien geriatri lebih rentan terhadap
gastrointestinal, gagal ginjal dan gagal jantung. Pasien geriatri lebih rentan
34
PIMs pada geriatri. Penelitian ulang daftar obat secara teratur dapat menjadi
salah satu cara untuk mencegah dan bertindak atas terjadinya PIMs.10)
obat untuk keadaan yang sama sekali tidak memerlukan terapi obat,
maupun masyarakat.
d. Dampak terhadap mutu ketersediaan obat
Ada dua masalah dalam ketersediaan obat yang dikarenakan
obat tidak memadai. Padahal yang terjadi obat telah dibagi rata ke
Alat skrining untuk menilai kelayakan resep berisi kriteria implisit atau
klinis dan tidak spesifik untuk setiap obat tertentu atau penyakit. Dokter
pasien geriatri.53) Kriteria implisit tidak fokus pada obat tetapi lebih fokus kepada
pasien. Kriteria implisit untuk peresepan yang berpotensi tidak tepat pada pasien
geriatri telah dikembangkan dan yang paling sering dikutip adalah Medication
dosis obat, administrasi, interaksi antar obat dan obat dengan penyakit, serta biaya
pengobatan.15) Sifat dari kriteria implisit memakan waktu dalam penilaian per
pasien hingga 30 menit, oleh karena itu kriteria ini tidak cocok sebagai alat
adalah metode validasi atau disebut juga dengan metode konsensus,55) teknik
Delphi dikembangkan pada tahun 1950 oleh RAND Corporation sebagai sarana
memperoleh informasi dari hasil konsensus para ahli.14) Teknik Delphi memiliki
paling sering disebutkan adalah kurangnya dominasi diskusi oleh salah satu
36
anggota panel, yang dapat terjadi selama pertemuan tatap muka konvensional
kriteria yang berdasarkan dan dikembangkan dari jurnal yang telah terbit, berasal
dari pedoman berbasis bukti, ulasan, pendapat ahli dengan teknik Delphi. Kriteria
dikembangkan untuk berbagai negara. Pengukuran ini terdiri dari obat yang harus
pertama kali disusun oleh McLeod et.al., 1997. Kriteria tersebut divalidasi oleh
panel ahli terdiri dari 32 farmakoterapi geriatri dari beragam daerah di Kanada
dan terdiri dari farmasi klinis, geriatricians, dokter dan apoteker. Hasil akhir
interaksi obat - penyakit dan 4 interaksi obat - obat yang harus dihindari pada
channel blockers (CCBs) untuk mengobati hipertensi pada pasien dengan riwayat
gagal jantung dianggap tidak tepat karena dapat memperburuk gagal jantung.
kriteria tersebut yaitu :1) Beers Criteria, 2) Screening Tool to Alert doctors to
adults, 11) IPET,53) 12) Rancourt, 13) Laroche, 14) Winit-Watjana, 15) ARMOR.51)
interaksi obat - penyakit pada pasien geriatri. Menurut sebuah studi observasional
yang dilakukan di Irlandia, IPET adalah alat yang mudah digunakan tetapi tidak
efektif dalam mengidentifikasi PIMs dibandingkan dengan Beers criteria. Hal ini
karena kriteria IPET terdiri dari kelas obat yang lebih sedikit daripada Beers
mengembangkannya.55)
Beers Criteria, merupakan kriteria eksplisit yang pertama pada tahun 1991
obat yang tidak sesuai di panti jompo. Kriteria ini dikembangkan untuk membantu
menilai kualitas resep pada pasien geriatri.15) Beers Criteria telah digunakan untuk
mengevaluasi hubungan antara ADR dan PIMs.9) Namun, Beers Criteria memiliki
sejumlah kekurangan dalam kaitannya dengan pola resep Eropa. Beers Criteria
berisi beberapa obat-obatan yang tidak baik ditentukan atau tidak tersedia di
sebagian besar negara-negara Eropa dan obat tersebut tidak dianggap ke dalam
38
memasukkan daftar PIMs (kriteria STOPP) dan PPO (kriteria START). 18) START /
dari Beers Criteria. START terdiri dari 22 indikator resep berbasis bukti untuk
penyakit yang biasa ditemui pada usia lanjut.16) START merupakan instrumen
mempertimbangkan manfaat dari mulai obat digunakan dalam situasi klinis yang
dipilih.58)
STOPP dikembangkan oleh tim multidisiplin dari Irlandia yang terdiri dari
pasien geriatri. STOPP berfokus pada obat-obatan yang biasa diresepkan pada
pasien geriatri dan masalah potensial yang terkait dengan resep tersebut.15)
mendeteksi PIMs pada pasien geriatri dan disusun berdasarkan sistem fisiologis
dengan obat, obat dengan penyakit, dosis obat dan durasi sebagai
pertimbangannya,17) serta obat yang mempengaruhi pasien yang berisiko jatuh dan
39
polifarmasi.59) Setiap kategori obat pada STOPP diikuti dengan penjelasan singkat
interaksi antar obat yang potensial karena telah tersedia pada formularium standar
yang berguna dan berlaku untuk praktik klinis sehari-hari. 15) Berdasarkan teori,
aplikasi klinis rutin dari kriteria STOPP ini dapat mewakili metode yang efisien
secara waktu yang cepat untuk mengidentifikasi PIMs dan tidak mahal untuk
tingkat kepercayaan yang baik dan menyantumkan pengobatan yang paling umum
diikuti dengan ADR dan ADEs pada pasien geriatri.59) Hasil penelitian
pasien rawat inap akibat ADEs yang berhubungan dengan PIMs dibanding
delapan anggota panel yang sudah ahli pada farmakoterapi untuk geriatri dari
Inggris dan Irlandia. Didapatkan tingkat kepercayaan yang tinggi pada STOPP.17)
Uji kepercayaan untuk STOPP menunjukkan hasil yang baik dengan koefisien
kepercayaan 0,97. Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hal tersebut adalah
STOPP merupakan alat skrining yang valid / benar, dapat dipercaya dan
Kejadian PIMs yang paling umum diidentifikasi oleh STOPP antara lain
penggunaan yang tidak tepat dari NSAID dan opiat, dan duplikasi resep pada
kelas obat seperti dua inhibitor enzim mengubah angiotensin, duplikasi NSAID
dan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) atau terapi antiplatelet ganda
tanpa indikasi.15) Kinerja STOPP telah dievaluasi untuk mendeteksi PIMs dan
ADR yang berkaitan pada resep 715 geriatri di rumah sakit pendidikan
jenis PIMs berdasarkan kriteria STOPP dan 11,5% dari temuan PIMs tersebut
diikuti dengan kejadian ADR. Dilakukan skrining pada populasi yang sama
25% dan hanya 6% dari temuan tersebut yang diikuti dengan kejadian ADR,
Pasien
geriatri
- Jenis Kelamin
- Usia
- Durasi rawat
Perubahan Penurunan
metabolisme fungsi
obat -Fisiologis
- Farmakokinetik -Biologis
- Farmakodinami -Psikologis
k -Sosial
- Spiritual
Penyakit
kronik
dan
Ya
Skrining Penggunaan
menggunakan obat- PIMs
kriteria STOPP obatan/polifar
Gambar II.3. Kerangka Teori Tidak