Jadi, tujuan utama perawatan paliatif bukan untuk menyembuhkan penyakit. Dan yang ditangani bukan
hanya penderita, tetapi juga keluarganya.
Dulu perawatan ini hanya diberikan kepada pasien kanker yang secara medis sudah tidak dapat
disembuhkan lagi, tetapi kini diberikan pada semua stadium kanker, bahkan juga pada penderita penyakit-
penyakit lain yang mengancam kehidupan seperti HIV/AIDS dan berbagai kelainan yang bersifat kronis.
Menurut dr. Maria A. Witjaksono, dokter Palliative Care Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta, prinsip-
prinsip perawatan paliatif adalah sebagai berikut:
Di Indonesia perawatan paliatif baru dimulai pada tanggal 19 Februari 1992 di RS Dr. Soetomo (Surabaya),
disusul RS Cipto Mangunkusumo (Jakarta), RS Kanker Dharmais (Jakarta), RS Wahidin Sudirohusodo
(Makassar), RS Dr. Sardjito (Yogyakarta), dan RS Sanglah (Denpasar).
Di RS Dr. Soetomo perawatan paliatif dilakukan oleh Pusat Pengembangan Paliatif dan Bebas Nyeri.
Pelayanan yang diberikan meliputi rawat jalan, rawat inap (konsultatif), rawat rumah, day care, danrespite
care.
Pengertian rawat jalan dan rawat inap sudah cukup jelas. Rawat rumah (home care) dilakukan dengan
melakukan kunjungan ke rumah-rumah penderita, terutama yang karena alasan-alasan tertentu tidak dapat
datang ke rumah sakit. Kunjungan dilakukan oleh tim yang terdiri atas dokter paliatif, psikiater, perawat, dan
relawan, untuk memantau dan memberikan solusi atas masalah-masalah yang dialami penderita kanker dan
keluarganya, bukan hanya menyangkut masalah medis/biologis, tetapi juga masalah psikis, sosial, dan
spiritual.
Day care merupakan layanan untuk tindakan medis yang tidak memerlukan rawat inap, misalnya perawatan
luka, kemoterapi, dsb. Sedang respite care merupakan layanan yang bersifat psikologis. Di sini penderita
maupun keluarganya dapat berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater, bersosialisasi dengan penderita
kanker lain, mengikuti terapi musik, atau sekedar bersantai dan beristirahat. Bisa juga menitipkan penderita
kanker (selama jam kerja), jika pendamping atau keluarga yang merawatnya ada keperluan lain.
Menurut Prof. R. Sunaryadi Tejawinata dr., SpTHT (K), FAAO, PGD.Pall.Med (ECU) Kepala Pusat
Pengembangan Paliatif & Bebas Nyeri RSU Dr. Soetomo periode 1992-2006 salah satu aspek penting dalam
perawatan paliatif adalah kasih, kepedulian, ketulusan, dan rasa syukur. Begitu pentingnya aspek ini, sampai
melebihi pentingnya penanganan nyeri yang mutlak harus dilakukan dalam perawatan paliatif.
Beliau juga menyatakan, pada penderita kanker yang tidak mungkin tersembuhkan lagi, perawatan paliatif
pada dasarnya adalah upaya untuk mempersiapkan awal kehidupan baru (akhirat) yang berkualitas. Tidak
ada bedanya dengan perawatan kandungan yang dilakukan seorang calon ibu, yang sejak awal
kehamilannya rutin memeriksakan diri untuk memastikan kesehatannya dan tumbuh kembang calon bayinya,
agar dapat melewati proses kelahiran dengan sehat dan selamat, selanjutnya dalam kehidupan barunya
sebagai manusia si bayi dapat tumbuh menjadi manusia yang sehat dan berkualitas.
Sedang bagi penderita kanker stadium dini, perawatan paliatif merupakan pendamping pengobatan medis.
Meningkatnya kualitas kehidupan pasien karena perawatan paliatif diharapkan akan membantu proses
penyembuhan kanker secara keseluruhan.
Beberapa fase psikologis pada pasien kanker menjadi sudut pandang tersendiri pada perawatan
paliatif. Pada umumnya pasien kanker akan mengalami beberapa fase psikologis, seperti di bawah
ini:
Penyangkalan. Biasanya seseorang yang telah divonis kanker, awalnya merasa tidak terima.
Berusaha menyangkal dengan vonis yang diberikan oleh dokter, bahkan pasien akan mendatangi
beberapa dokter sampai ada yang mengatakan bahwa dirinya bebas dari kanker.
Kemarahan. Setelah melalui tahap pertama, pasien mulai masuk pada tahap marah terhadap
kondisi yang saat ini terjadi pada dirinya.
Tawar-menawar. Pada fase ini pasien sudah mulai menerima dengan kondisi kanker yang
tumbuh di dalam tubuhnya, namun pasien tetap mencoba tawar-menawar dengan keadaan.
Misalnya, pasien berdoa dan meminta kepada Tuhan, jika memang dirinya mengidap kanker
jangan sampai kanker tersebut membunuhnya.
Depresi. Jika pada tahap tawar menawar tidak bisa membuat si pasien puas dengan kenyataan,
pasien mulai depresi dengan keadaan yang dialaminya karena merasa sudah tidak ada lagi yang
bisa ia perbuat untuk menghilangkan kanker dari tubuhnya.
Penerimaan. Fase terakhir yang terjadi adalah berusaha menerima vonis kanker yang
dideritanya.
Penanggulangan nyeri
Penanggulangan gejala fisik lain seperti gangguan saluran nafas, saluran cerna, saluran kemih,
beraktivitas, dan lain-lain
Kunjungan rumah secara berkala sesuai dengan kebutuhan pasien dan keluarga
Bimbingan perawatan
Asuhan keperawatan pada pasien dengan: luka, kateter, NGT, kolostomi, gastrostomi, nefrostomi, dan
lain-lain
Membantu penyediaan sarana / alat bantu kesehatan: tabung oksigen nebiliser suction, kursi roda,
walker, dan lain-lain
Layanan Paliatif dapat diperoleh dengan rujukan dokter RS. Kanker "Dharmais"
Permintaan Keluarga