Anda di halaman 1dari 3

VIRUS

NAMA : SHAFIRA AZZAHARAWANI


NPM : 1625010186

A. Definisi Virus
Pada zaman Romawi, virus berarti racun (poison) dan selama abd ke-18,virus dalam
amus bahasa inggris diartikan sebagai: a poisson, venom, also a rammish smell as of the
armpits, also kind of watery mattes, whitish, yellowish, and greenish at the same time, which
issue out o ucers, and stinks very much;being include with eating and malignant qualities.
Pada abad ke-19, virus diartikan sebagai the poisonous element by which infection is
communicated atau secara sederhana diartikan sebagai mikropatogen.
Pada tahun 1950, Bawden sudah lebih khas lagi mendefinisikan virus, yaitu suatu parisit
obligat yang ukurannya lebih kecil dari 200nm. Definisi berdasarkan ukuran tersebut tidak
dapat membedakan patogen lain, seperti mikopasma dan ricketsia yang juga dapat melewati
saringan yang tidak dapat dilewati bakteri. Pengetahuan tentang virus menyebabkan definisi
itu makin tidak memuaskan.
Gibbs dan Harrison (1976) mendefinisikan virus sebgai suatu parasit yang dapat menular,
mempunyai genom dengan bobot molekul lebih kecil dari 3x 10 dalton, dan membutuhkan
komponen lain dari sel inang untuk memperbanyak diri. Definisi ini juga tidak memuaskan
karena termasuk ke dalamnya viroid yang mempunyai genom lebih kecil dari 10 dalton.
Definisi virus yang lebih lengkap diajukan oleh Matthews (1992) , yaitu virus adalah satu
set atau lebih molekul genom berupa molekul RNA atau DNA, biasanya dibungkus oleh
selubung pengaman berupa protein selubung (coat protein) atau lipoprotein dan hanya dapat
memperbanyak diri dalam sel inang yang sesuai dengan memanfaatkan metaboisme, materi,
dan energi dari sel inang.
B. Sejarah dan Perkembangan Virologi Tumbuhan
Virus tumbuhan pertama kali ditemukan pada tahun 1576, sebagai patogen yang
menimbulkan gejala perubahan warna pada bunga tulip, yang semula berwarna polos menjadi
bergejala setrip (bercak garis) (GAMBAR TULIP BERGARIS). Saat itu, bunga tulip
bergejala setrip tersebut justru mempunyai harga jual yang lebih tinggi. Dengan cara
menempelkan umbi tulip bersetrip pada umbi tulip lain yang akan dijadikan sebagai bibit
tanaman, petani dapat menghasilkan tulip-tulip lain yang bersetrip, walaupun patogennya
belum diketahui. Namun, mekanisme penularan virus tersebut belum dapat dijelaskan secara
ilmiah oleh para pakar biologi hingga tahun 1886, yaitu pada percobaan penularan virus
tumbuhan yang dilakukan oleh Prof. Adolf Meyer di Wageningen Agricultural University.
Mayer melakukan percobaan untuk mempelajari etiologi penyakit tanamn yang
disebabkan oleh virus pada tanaman tembakau bergejala mosaik (tobacco mosaic
virus/TMV). Mayer merupakan ilmuwan yang pertama kali dapat mengimbas gejala mosaik
pada tembakau dengan menginjeksikan ekstrak tanaman yang begejala mosaik ke tulang daun
tanaman sehat. Mayer juga memnuktkan bahwa ekstrak tersebut menjadi tidak efektif lagi
apabila dipanaskan sampai mendidih. Dari percobaan tersebut, Mayer hanya menyimpulkan
bahwa gejala mosaik virus pada daun tembakau disebabkan oleh bakteri. Meyer belum
sampai menyimpulkan bahwa penyakit itu disebabkan oleh virus.
Pervobaan selanjutnya tentang penyebaran virus tumbuhan dilakukan oleh Dimitrii
Ivanowsk, seorang ilmuwan yang berasal dari Rusia dan bekerja di Crimea. Pada tahun 1892,
ia mengulangi percobaan Mayer untuk membuktikan apakah patogen mosaik tembakau itu
adalah bakteri. Hasil percobaannya menunjukkan bahwa patogen mosaik tembakau dapat
melewati saringan yang tidak dapat dilewati oleh bakteri. Martinus Beijerinck pada tahun
1898 juag mengulangi percobaan Mayer dan melaporkan bahwa patogen mosaik tembakau
dapat melewati saringan (fillter) yang tidak dapat dilewati oleh bakteri. Ia juga menunjukkan
bahwa patogen tersebut dapt berdifusi melalui gel agar. Bukti lain juga menunjukkan bahwa
patogen itu tidak mati bila dimasukkan ke dalam alkohol (berbeda dengan bakteri yang mati
apabila dimasukkan ke dalam alkohol). Dari percobaan tersebut dan percobaan yang lain
dapat disimpulkan, patogen mosaik tembakau bukanlah bakteri tetapi merupakan contagium
vivum fluidum yaitu sejenis cairan hidup pembawa penyakit.
Hasil penelitian Beijerinck telah membuka jalan pada perkembangan virologi selanjutnya,
sehingga ia disebut Bapak Virologi (GAMBAR 2). Pada tahun yang sama, Loeffler dan
Frosch (1898) melaporkan bahwa penyebab penyakit mulut dan kaki sapi dapat melewati
filter yang tidak dapt dilewati oleh bakteri, tetapi mereka menyimpulan bahwa patogennya
adalah bakteri yang sangat kecil.
C. Sifat Khas Infeksi Virus Tumbuhan
Black dan Brakke, pada tahun 1952, melaporkan CWTV (clover wound tumor virus)
tidak hanya dapat memperbanyak diri dalam tanaman inang, tetapi juag di dalam serangga
vektor (Agallia constricta(. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa virus tumbuhan juga
dapat menginfeksi hewan, namun kejadian tersebut jarang teradi karena bebrapa penelitian
menunjukkan bahwa virus tumbuhan tidak dapat menyelesaikan daur hidupnya hanya pada
salah satu inang tersebut.
Virus tumbuhan dapat masuk ke dalam sel tumbuhan melalui luka yang terjadi secara
mekanis atau yang disebabkan oleh serangga vektor. Hal ini disebabkan virus tumbuhan tidak
mempunyai alat penetrasi untuk menembus dinding sel tumbuhan. Sebaliknya, sebagian besar
virus yang menyerang sel hewan dan baketri dapat melakukan penetrasi langsung melalui
selaput sel, seperti bakteriofage (virus yang menyerang bakteri) mempunyai alat penetrasi
yang dapat menmbus selaput sel bakteri.
Di laboratorium, virus tumbuhan dapat ditularkan melalui beberapa cara, yaitu melalui
penyambungan (grafting) tanaman sehat dengan bagian tanaman sakit dan melalui biakan
jaringan dari eksplan yang terinfeksi virus. Penularan virus tumbuhan di lapangan terjadi
melalui vektor (serangga, nematoda, dan jamur). Beberapa virus tumbuhan juga disebarkan
melalui biji yang berasal dari tanaman induk yang terinfeksi virus.
Berbeda dengan sistem pertahanan pada hewan yang dapat membentuk antibodi untuk
menghindari infeksi virus, tumbuhan yang sakit akan selalu mengandung virus selama
hidupnya, sehingga akan selalu terbawa pada tanaman hasil pembiakan terutama pembiakan
vegetatif.
D. Komposisi Makromolekul Penyusun Virus Tumbuhan
Virion disusun oleh asam nukleat (RNA atau DNA) yang juga berfungsi sebagai genom
virus. Genom virus itu dibungkus oleh protein selubung atau dikenal juga dengan istilah
kapsid (GAMBAR 4). Beberapa jenis virus juga diselubungi molekul gabungan antara lemak
dan protein yang disebut molekul lipoptrotein sebagi mantel (evenlop). Genom virus terdiri
atas satu atau lebih molekul asam nukleat yang dibungkus protein selubung. Gabungan antara
asam nukleat dan protein selubung disebut virion atau dikenal juga dengan istilah
nukleokapsid.
Virus yang berbentuk simetri kubik (isocahendron), mempunyai kandungan asam nuklat
yang berkisar antara 15%-45%; sebaliknya, virus yang berbentuk tongkat, mempunyai
kandungan asma nukelat yang lebih kecil yaitu sekitar 5% dari bobot molekul virion. Virus
yang berbentuk basilus atau bermantel mempunyai kandungan lemak sekitar 1% dari bobot
molekul virion.

Mat Akin, Hasriadi. 2006. Virologi Tumbuhan. Yogyakarta. Penerbit Kanisus

Anda mungkin juga menyukai