Penyususn
Tim Teaching
LABORATORIUM FARMAKOLOGI-TOKSIKOLOGI
JURUSAN FARMASI
2017
PERCOBAAN I
1. Setiap orang, baik praktikan maupun pengawas, yang bekerja di laboratorium dengan
menggunakan binatang percobaan sebaiknya membaca :
a) Petunjuk memelihara dan menggunakan binatang percobaan.
b) Dasar-dasar memelihara binatang percobaan.
Karakteristik mencit
Dalam laboratorium mencit mudah ditangani, ia bersifat penakut, fotofobik, cenderung
berkumpul sesamanya, mempunyai kecenderungan untuk bersembunyi dan lebih aktif
pada malam hari. Kehadiran manusia akan menghambat mencit. Suhu tubuh normal :
37,4C. Laju respirasi normal 163 tiap menit.
Karakteristik tikus
Relatif resisten terhadap infeksi dan sangat cerdas. Tikus putih pada umumnya tenang
dan mudah ditangani, tidak begitu bersifat fotofobik seperti halnya mencit serta
kecenderungan untuk berkumpul sesamanya juga tidak begitu besar. Aktifitas tidak begitu
terganggu dengan adanya manusia di sekitarnya. Suhu tubuh normal : 37,5 0C. Laju
respirasi normal 210 tiap menit. Bila diperlakukan kasar atau mengalami defisiensi
nutrisi, tikus menjadi galak dan sering menyerang si pemegang. Tabel 1.1. menunjukan
karakteristik secara umum mencit dan tikus
2. Perlakukan binatang percobaan dengan kasih sayang dan jangan disakiti.
3. Cara memperlakukan mencit dan tikus:
Mencit
Mencit diangkat dengan memegangnya pada ujung ekornya dengan tangan kanan dan
dibiarkan menjangkau kawat kandang dengan kaki depannya. Dengan tangan kiri kulit
tengkuknya dijepit diantara telunjuk dan ibu jari. Kemudian ekornya dipindahkan dari
tangan kanan ke antara jari manis dan jari kelingking tangan kiri, sehingga mencit cukup
erat dipegang. Pemberian obat kini dapat dimulai.
Tikus
Tikus dapat diperlakukan sama seperti mencit, hanya harus diperhatikan bahwa sebaiknya
bagian ekor yang dipegang adalah bagian pangkal ekor. Tikus dapat diangkat dengan
memegang perutnya ataupun dengan cara sebagai berikut : tikus diangkat dari
kandangnya dengan memegang tubuh/ekornya dari belakang kemudian letakan di atas
permukaan kasar. Tangan kiri diluncurkan dari belakang tubuhnya menuju kepala dan ibu
jari diselipkan ke depan untuk menjepit kaki kanan depan tikus antara jari ini dengan
telunjuk. Untuk melakukan pemberian obat secara i.p. i.m. tikus dipegang pada bagian
belakangnya. Hal ini hendaknya dilakukan dengan mulus tanpa ragu-ragu. Tikus tidak
mengelak bila dipegang dari atas, tapi bila dipojokan ke sudut ia akan menjadi panik dan
menggigit.
Catatan:
Adakalanya diperlukan kaos tangan dari kulit atau karet yang cukup tebal untuk
melindungi tangan dari gigitan binatang. Akan tetapi bagi yang sudah terbiasa lebih baik
tanpa kaos tangan sebab kontak langsung dengan binatang akan lebih mudah mengontrol
gerakan binatang.
4. Menggunakan kembali binatang yang telah dipakai.
Untuk menghemat biaya, bila memungkinkan diperbolehkan memakai binatang
percobaan lebih dari satu kali. Walaupun demikian jika binatang tersebut telah digunakan
dalam suatu periode dan obat yang digunakan pada percobaan sebelumnya masih berada
di dalam tubuh binatang, kemungkinan hasil percobaan berikutnya akan memberikan data
yang tidak benar. Hal ini terutama terdapat pada kasus pemberian inductor atau inhibitor
enxim. Dengan dalih ini maka binatang tersebut baru boleh digunakan untuk percobaan
berikutnya setelah selang waktu minimal 14 hari. Disamping itu, kelinci harus digunakan
sebagai alternatif untuk cara pemberian internal maupun eksternal, meskipun percobaan
menjadi tidak berurutan.
E. MEMUSNAKAN HEWAN
1. Cara terbaik untuk membunuh hewan ialah dengan memberikan suatu anastetik over
dosis. Injeksi barbiturat (Na. Pentobarbital 300 mg/ml) secara intravena untuk kelinci dan
anjing. Intraperitonial atau intrathoracical untuk marmut, tikus dan mencit, atau dengan
inhalasi menggunakan kloroform, karbon dioksida, nitrogen, dan lain-lain dalam wadah
tertutup untuk semua jenis hewan tersebut.
2. Hewan disembelih, kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik dan dibungkus lagi
dengan kertas diletakan di dalam tas plastik, ditutup dan disimpan dalam lemari
pendingin atau langsung diabukan.
1. Pemberian per-oral
Pemberian obat-obatan dalam bentuk suspensi, larutan atau emulsi, kepada tikus dan
mencit dilakukan dengan pertolongan jarum suntik yang ujungnya tumpul (bentuk
bola/kanulla). Kanulla ini dimasukan ke dalam mulut, kemudian perlahan-lahan
dimasukan melalui tepi langit-langit ke belakang sampai esotagus
Penyuntikan biasanya dilakukan di bawah kulit tengkuk atau abdomen; seluruh jarum
langsung ditusukan ke bawah kulit dan larutan obat didesak keluar dari alat suntik.
4. Intravena
5. Intramuskular
Larutan obat disuntikan ke dalam otot sekitar gluteus maximus atau ke dalam otot
paha lain dari kaki belakang; Kalau perlu di cek, apakah jarum tidak masuk ke dalam
vena dengan menarik kembali piston alat suntik.
Tabel I
Karakteristik Hewan Percobaan
Lama hamil 19-21 hari 21-23 hari 63 hari 28-36 hari 62-63 hari
Lama hidup 2-3 tahun 2-3 tahun 7-8 tahun 8 tahun 12-16 tahun
Masa tumbuh 6 bulan 4-5 bulan 15 bulan 4-6 bulan 12-15 bulan
Kecepatan
147/106 130/95 110/80 148/100
respirasi/menit
7,5 7,5 6 5 7,2-9,5
Tekanan darah
Luas
permukaan
tubuh Q = K3g2
Tabel II
Volume Maksimum Larutan Obat Yang di Berikan Pada Hewan
Keterangan :
BB = Bobot Badan
i.v = Intravena
i.m = Intramuskular
i.p = Intraperitonial
s.c = Subkutan
p.o = per oral
Tabel III
Perbandingan Luas Permuakaan Tubuh Hewan Percobaan
(Untuk Konversi Dosis)
Hewan dan Mencit Tikus Marmo Kelinci Kucing Kera Anjing Manusia
BB rata2x 20 g 200 g t 400 g 1,5 kg 2,0 kg 2,0 kg 12,0 kg 70,0 kg
Mencit
1,0 7,0 12,29 27,8 28,7 64,1 124,2 387,9
20 g
Tikus
0,14 1,0 1,74 3,9 4,2 9,2 17,8 61,5
200 g
Marmot
0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5
400 g
Kelinci
0,04 0,25 0,44 1,0 1,06 2,4 4,5 14,2
1,5 kg
Kucing
0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,0
2,0 kg
Kera
0,015 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1
2,0 kg
Anjing
0,008 0,06 0,10 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1
12,0 kg
Manusia
0,0026 0,018 0,031 0,07 0,76 0,16 0,32 10
70,0 kg
I. PENDAHULUAN
Sistem saraf otonom ialah system saraf yang tidak dapat dikendalikan oleh kemauan kita
melalui otak. Sistem saraf otonom mengendalikan beberapa organ tubuh, seperti jantung,
pembuluh darah, ginjal dan pupil mata, labung dan usus. Sistem saraf ini dipacu (induksi) atau
dihambat (inhibisi) oleh senyawa obat.
Sistem saraf otonom dibedakan menjadi dua yaitu sistem saraf parasimpatis dan simpatis.
Sistem saraf parasimpatis mekanisme kerjanya menggunakan suatu zat kimia
(neurotransmiter/neurohormon) adrenalin sehingga disebut saraf adrenergik. Sedangkan senyawa
yang dapat memacu saraf adrenergik disebut senyawa simpatomimetik atau senyawa adrenergik,
sedangkan yang menghambat disebut simpatolitik atau adrenergik.
1. Senyawa Parasimpatomimetik
a. Efek Farmakodinamik Parasimpatomimetik
Pemberian senyawa kolinergik atau induksi saraf parasimpatik akan menyebabkan
Pupil mata menyempit (miosis)
Peristalsis saluran cerna meningkat
Sekresi asam lambung meningkat
Tremor dan kejang otot (gejala parkinsonisme)
Bronkus kontriksi
Kontraksi jantung diperlambat
Pembuluh darah tepi melebar (vasodilatasi)
Kelenjar ludah, keringat, air mata bertambah
Kapasitas kandung kemih berkurang (diuresis)
Efek parasimpatis terhadap otot polos dan kelenjar disebut efek muskarinik (seperti efek
alkaloid muskarin), yaitu semua efek yang tersebut di atas dan biasanya disebut juga reseptor
muskarinik, obat yang mempunyai efek utama muskarinik yaitu alkaloid pilokarpin.
Sedangkan efek saraf parasimpatik pada otot rangka disebut efek nikotinik (seperti efek
alkaloid nikotin) (=resepetor nikotinik). Efek nikotinik efeknya berlawanan dengan efek
muskarinik, bahkan menyerupai efek adrenergik, yaitu vasokontriksi, tekanan darah naik,
pacu jantung dan perangsangan SSP, obat yang efek utamanya nikotinik ialah niostigmin dan
peridostigmin.
b. Pada mencit dan tikus putih, pemberian senyawa kolinergik akan nampak gejala sebagai
berikut :
1. Pupil menyempit (miosis), tidak terlalu tampak, hal ini akan nampak pada kelinci
2. Peningkatan peristalsis nampak pada fases yang cair (diare)
3. Sekresi asam lambung tidak tampak, harus menggunakan alat yang disebut kapsul
Heidelberg
4. Tremor dan kejang dapat diamati (gejala parkinsonisme)
5. Kontriksi bronchus dapat dilihat dari irama pernapasan walau tidak jelas
6. Kontriksi jantung diperlambat dan pelebaran pembuluh darah tepi menyebabkan
tekanan darah turun, hal ini nampak dengan warna ujung telinga (kuping) lebih merah
7. Bertambahnya air ludah dapat dideteksi dengan menotolkan mulut mencit pada kertas
saring, sedangkan keringat nampak dari bulu mencit basah dan kulit badan nampak
(seperti telanjang)
8. Diuresis nampak dilihat dari berkasnya pada papan platform
Senyawa kolinergik terbagi menjadi 4 golongan yaitu : 1. Ester kolin 2. Antikolinesterase 3.
Alkaloid tumbuhan 4. Struktur baru. Ester kolin dan alkaloid tumbuhan merupakan obat
kolinergik kerja langsung sedangkan antikolinesterase kerja tidak langsung.
c. Penggunaan Klinik :
1. Pengobatan Glaukoma, suatu penyakit mata yang ditandai dengan bengkaknya mata
bagian bawah karena ada cairan yang disebabkan oleh tingginya tekanan cairan mata.
Efek miosis dari obat kolinergik dapat digunakan untuk mengurangi tekanan cairan
mata tersebut.
2. Pengobatan Miastenia Gravis, penyakit kelemahan otot (myo = otot, asthenia =
kelemahan)
3. Penyakit Alzheimer yaitu penyakit defisiensi kolinergik
4. Pengobatan Atoni otot polos saluran cerna, antara lain sukar defekasi (buang air
besar) yang terjadi pasca bedah atau keadaan toksik,
2. Senyawa Parasimpatolitik
Obat parasimpatolitik atau obat antikolinergik dibedakan menjadi antimuskarinik dan
antinikotinik. Antimuskarinik yaitu obat yang menghambat efek saraf parasimpatis terhadap otot
polos dan kelenjar, sedangkan antinikotinik yaitu obat yang menghambat saraf parasimpatis
terhadap otot kerangka. Karena yang mempunyai efek farmakologik yang penting adalah efek
antimuskarinik, maka selanjutnya yang dibahas adalah obat antimuskarinik.
a. Efek farmakodinamik obat parasimpatolitik/antimuskarinik adalah :
SSP : merangsang sistem saraf pusat (SSP)
Saluran napas : mengurangi sekresi hidung dan mulut
Kardiovaskular : dosis kecil bradikardi, dosis besar takikardi
Saluran cerna : hambat peristalsis lambung dan usus (antispamodik)
Kelenjar eksokrin : hambat sekresi air liur, keringat dan air mata
Mata : pupil mata melebar (midriasis) dan air mata berkurang
Saluran kemih : sulit buang air kemih
b. Efek farmakodinamik antimuskarinik ini akan nampak pada mencit atau tikus putih
sebagai berikut :
1. Perangsangan SSP kemungkinan yang nampak adalah grooming atau straub
2. Efek terhadap saluran cerna juga sulit diamati dibanding efek kolinergik yang
menyebabkan diare, demikian pula efek terhadap kelenjar eksokrin lain seperti air
liur, air mata, dan keringat maupun air kemih. Peneliti haru lebih cermat
mengamatinya dengan membandingkan dengan kontrol
3. Efek terhadap saluran napas tidak begitu jelas dilihat, demikian pula
kardiovaskularnya.
4. Efek terhadap mata yaitu midriasis lebih mudah diamati pada hewan yang lebih besar.
Kelinci tidak memberikan efek midriasis bila diberikan atropin, karena diduga
mempunyai enzim atropinase.
Obat antikolinergik/antimuskarinik ini pertama kali ditemukan dari tanaman atropa
belladona yang dikenal dengan nama ekstrak belladon, kemudian tanaman Hyoscyamus
niger dengan ekstrak hiosiamin dan di Indonesia terdapat pada kecubung (datura metel.
Dari tanaman itu kemudian di isolasi alkaloidnya antara lain : antropin sulfat, kemudian
banyak obat sintetik yang dibuat.
c. Penggunaan Klinik :
1. Pengobatan parkinsonisme
2. Obat mabuk perjalanan
3. Midriasis pada pengobatan mata
4. Obat diare
5. Obat tukak lambung
3. Obat-obat simpatik/Adrenergik
Efek farmakodinamik atau efek obat adrenergik terhadap sistem saraf dan organ tubuh ada dua
macam tergantung reseptornya, efek ini dapat memacu atau menghambat. Reseptor adrenergik
dibagi dua yatiu reseptor dan reseptor . Reseptor ada dua yaitu 1 dan 2. Reseptor ada tiga
yaitu 1, 2, 3. Reseptor 1 pada umumnya memacu (menaikan efek, kontraksi, vasokontriksi)
dan 2 menghambat (vasodilatasi, menurunkan efek.
a. Efek obat adrenergik terhadap tubuh ialah :
Pupil mata diperbesar (midriasis)
Bronchus diperlebar (bronkodilatasi)
Kontraksi jantung dipercepat (takikardi)
Pembuluh darah tepi dipersempit (vasokontriksi)
Kelenjar ludah, keringat berkurang
Peristaltik otot usus dan lambung berkurang.
b. Efek farmakodinamik pada mencit / tikus adalah :
1. Telinga mencit pucat karena vasokontriksi
2. Eksoftalmus (bola mata mencit menonjol)
3. Fases kurang (sukar diamati)
4. Piloereksi
5. Grooming (mengusap-usap muka)
Obat atau senyawa agonis adrenergik cukup banyak, walaupun umumnya menyebabkan
vasokontriksi, tetapi ada juga yang dapat digunakan sebagai obat antihipertensi dan obat
asma.
c. Penggunaan Klinik
1. Pengobatan syok kardial dan syok anafilaktik
2. Hipotensi
3. Hipertensi
4. Vasokontriksi lokal (hidung, tenggorokan dan laring)
5. Dekongestan nasal
6. Asma bronchial
7. Obesitas
4. Obat simpatolitik/antiadrenergik
Obat-obat golongan ini dibedakan menjadi beberapa sub golongan berdasarkan
penghambatannya terhadap reseptor adrenergik. Subgolongan tersebut adalah : antagonis
adrenoresptor atau -bloker dan antagonis adrenoreseptor atau -bloker. Efek
farmakodinamik keduanya sama yaitu vasodilatasi yang menyebabkan tekanan darah turun
kecuali yohimbin yang merupakan antagonis 2 selektif. Pada mencit atau tikus putih nampak
perubahan warna ujung telinga menjadi lebih merah (pink).
Penggunaan Klinik :
1. Hipertensi
2. Impotensi
3. Gagal jatung kongestig
4. Angina pektoris
5. Aritmia jantung
6. Glaukoma
7. Tremor
Bahan
- Pilokarpin tetes mata
- Prostigmin ampul
- Atropin ampul / tetes mata
- Adrenalin ampul
- Propanolol ampul / tablet
- Air suling
Hewan
- Mencit jantan atau betina
Prosedur kerja :
1. Hewan coba dikelompokkan menjadi 5 kelompok
2. Kelompok I, mencit diberi pilokarpin 7,5 mg/70 kg BB per oral
3. Kelompok II, mencit diberi atropin sulfat 0,5 mg/70 kg BB per oral
4. Kelompok III, mencit diberi atropin sulfat 0,5 mg/70 kg BB per oral, kemudian mencit diberi
pilokarpin 7,5 mg/ kg BB per oral.
5. Kelompok IV, mencit diberi adrenalin 0,2 mg/kg BB secara ip
6. Kelompok V, mencit diberi propanolol 30 mg/kg BB per oral kemudian dilanjutkan dengan
pemberian adrenalin 0,2 mg/kg BB
7. Pengamatan dilakukan setelah mencit disuntik dengan obat-obat tersebut meliputi
pengamatan pupil mata, diare, tremor, warna daun teling, grooming dan sebagainya.
BAB III
PENGARUH OBAT DIURETIK
I. Pendahuluan
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis
mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang
diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air. Fungsi
utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem yang berarti mengubah keseimbangan
cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel menjadi normal. Proses diuresis
dimulai dengan mengalirnya darah ke dalam glomeruli (gumpalan kapiler) yang terletak di
bagian luar ginjal (cortex). Dinding glomeruli inilah yang bekerja sebagai saringan halus yang
secara pasif dapat dilintasi air,m garam dan glukosa.
Ultrafiltrat yang diperoleh dari filtrasi dan mengandung banyak air serta elektrolit
ditampung di wadah, yang mengelilingi setiap glomerulus seperti corong (kapsul Bowman) dan
kemudian disalurkan ke pipa kecil. Di sini terjadi penarikan kembali secara aktif dari air dan
komponen yang sangat penting bagi tubuh, seperti glukosa dan garam-garam antara lain ion Na+.
Zat-zat ini dikembalikan pada darah melalui kapiler yang mengelilingi tubuli.sisanya yang tak
berguna seperti sampah perombakan metabolisme-protein (ureum) untuk sebagian besar tidak
diserap kembali. Akhirnya filtrat dari semua tubuli ditampung di suatu saluran pengumpul
(ductus coligens), di mana terutama berlangsung penyerapan air kembali. Filtrat akhir disalurkan
ke kandung kemih dan ditimbun sebagai urin.
Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :
1. Inhibitor karbonik anhidrase (asetazolamid).
2. Loop diuretik (furosemid, as etakrinat, torsemid, bumetanid)
3. Tiazid (klorotiazid, hidroklorotiazid, klortalidon)
4. Hemat kalium (amilorid, spironolakton, triamteren)
5. Osmotik (manitol, urea)
2. Loop Diuretik
Termasuk dalam kelompok ini adalah asam etakrinat, furosemid dan bumetanid. Asam
etakrinat termasuk diuretik yang dapat diberikan secara oral maupun parenteral dengan hasil
yang memuaskan. Furosemid atau asam 4-kloro-N-furfuril-5-sulfomail antranilat masih
tergolong derivat sulfonamid. Diuretik loop bekerja dengan mencegah reabsorpsi natrium,
klorida, dan kalium pada segmen tebal ujung asenden ansa Henle (nefron) melalui inhibisi
pembawa klorida. Obat ini termasuk asam etakrinat, furosemid da bumetanid, dan digunakan
untuk pengobatan hipertensi, edema, serta oliguria yang disebabkan oleh gagal ginjal.
Pengobatan bersamaan dengan kalium diperlukan selama menggunakan obat ini.
3. Tiazid
Senyawa tiazid menunjukkan kurva dosis yang sejajar dan daya klouretik maksimal yang
sebanding. Merupakan Obat diuretik yang paling banyak digunakan. Diuretik tiazid, seperti
bendroflumetiazid, bekerja pada bagian awal tubulus distal (nefron). Obat ini menurunkan
reabsorpsi natrium dan klorida, yang meningkatkan ekskresi air, natrium, dan klorida. Selain itu,
kalium hilang dan kalsium ditahan. Obat ini digunakan dalam pengobatan hipertensi, gagal
jantung ringan, edema, dan pada diabetes insipidus nefrogenik. Obat-obat diuretik yang termsuk
golongan ini adalah ; klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid,
politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.
4. Hemat kalium
Diuretik yang mempertahankan kalium menyebabkan diuresis tanpa kehilangan kalium
dalam urine. Yang termasuk dalam klompok ini antara lain aldosteron, traimteren dan amilorid.
5. Diuretik osmotik
Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat
diekskresi oleh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isosorbid.
Suatu zat dapat bertindak sebagai diuretik osmotik apabila memenuhi 4 syarat :
1. Difiltasi secara bebas oleh glomerulus
2. Tidak atau hanya sedikit direabsorpsi sel tubuli ginjal
3. Secara farmakologis merupakan zat yang inert
4. Umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan metabolik.
Diuresis osmotik merupakan zat yang secara farmakologis lembam, seperti manitol (satu
gula). Diuresis osmotik diberikan secara intravena untuk menurunkan edema serebri atau
peningkatan tekanan intraoukular pada glaukoma serta menimbulkan diuresis setelah overdosis
obat. Diuresis terjadi melalui tarikan osmotik akibat gula yang lembam (yang difiltrasi oleh
ginjal, tetapi tidak direabsorpsi) saat ekskresi gula tersebut terjadi
II.PROSEDUR KERJA
Alat
- Spoit 3 ml dan 5 ml
- Kateter
- Labu ukur 50 ml
- Gelas piala 5 ml
Bahan
- Aquadest
- Furosemid
- Spironolakton
- HCT
- Na CMC
Hewan
- Kelinci
Prosedur kerja :
1. Hewan coba 1 diberi air suling pelan-pelan 50 ml/kg bb, kemudian diletakan dalam kandang
metabolisme, lalu catat volume urin selama 30 dan 60 menit.
2. Hewan coba 2 diberi suspensi Furosemid pelan-pelan dengan dosis yang sesuai bb, kemudian
diletakan dalam kandang metabolisme, lalu catat volume urin selama 30 dan 60 menit.
3. Hewan coba 3 diberi suspensi Spironolakton pelan-pelan dengan dosis yang sesuai bb,
kemudian diletakan dalam kandang metabolisme, lalu catat volume urin selama 30 dan 60
menit.
4. Hewan coba 4 diberi suspensi HCT pelan-pelan dengan dosis yang sesuai bb, kemudian
diletakan dalam kandang metabolisme, lalu catat volume urin selama 30 dan 60 menit.
BAB IV
PERCOBAAN OBAT ANALGETIK
I. Tujuan Percobaan
a). Mengenal berbagai cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek analgetik suatu
obat.
b). Memahami dasar dasar perbedaan efektivitas berbagai analgetika.
Bahan
- Asam asetat 0,7 % v/v
- Aspirin
- Parasetamol
- Asam mefenamat
- CMC
Hewan
- Mencit putih sekelamin
Prosedur Percobaan
Prosedur
Hewan dibagi menjadi 4 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3 ekor mencit
- Semua hewan dari setiap kelompok diberi perlakuan sesuai dengan kelompoknya
dengan rute oral
- Setelah 30 menit mencit diinduksi nyeri dengan menggunakan asam asetat (i.p)
- Hitunglah daya proteksi setiap sediaan uji terhadap rasa nyeri dengan persamaan
sebagai berikut :
Keterangan :
Hitunglah aktivitas analgetik, masing masing untuk parasetamol dan asam
mefenamat, dibandingkan terhadap aspirin dengan persamaan berikut :
Keterangan :
PA = proteksi aspirin
BAB V
PENGARUH OBAT KARDIOVASKULAR
I. Pendahuluan
Hipertensi adalah suatu keadaan medis dimana terjadi peningkatan tekanan darah
melebihi normal. Di seluruh dunia hipertensi telah menjadi suatu penyakit yang dihubungkan
dengan angka morbiditas, mortalitas serta biaya (cost) yang tinggi di masyarakat. Hipertensi juga
merupakan faktor risiko penting, yang dapat dimodifikasi, untuk penyakit jantung koroner,
stroke, gagal jantung kongestif, gagal ginjal dan penyakit arteri periferal. Untuk mempermudah
pembelajaran dan penanganan, hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan tingginya tekanan
darah dan etiologinya
Klasifikasi Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-90
Hipertensi tingkat 1 140-159 90-100
Hipertensi tingkat 2 >160 >100
(Klasifikasi tekanan darah untuk usia 18 tahun atau lebih berdasarkan JNC VII, 2003)
Diuretik bekerja dengan meningkatkan ekskresi natrium, air, dan klorida sehingga
menurunakn volume darah dan cairan ekstraseluler. Akibatnya terjadi penurunan curah jantung
dan tekanan darah. Beberapa diuretik juga bekerja dengan mennurunkan resistensi perifer
sehingga memperkuat efek hipotensinya.
3. ACE-inhibitor
Secara umum ACE-inhibitor dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu 1) yang bekerja
langsung, contohnya kaptopril dan lisinopril dan 2) prodrug, contohnya enalapril, kuinapril dan
perindopril. ACE-inhibitor efektif untuk hipertensi ringan hingga berat, hipertensi dengan gagal
jantung kongestif, hipertensi pada diabetes, dislipidemia, obesitas, hipertensi dengan penyakit
jantung koroner, hipertrofik ventrikel kiri dll. Untuk memperkuat efeknya ACE-inhibitor sering
dikombinasikan dengan diuretik, -blocker atau vasodilator. ACE-inhibitor dikontraindikasikan
pada stenosis arteri renalis bilateral atau unilateral pada ginjal tunggal serta pada ibu hamil. Efek
samping yang ditimbulkan antara lain hipotensi, batuk kering, hiperkalemia, rash kulit, edema
angioneurotik, gagal ginjal akut, dan proteinuria.
ARB bekerja dengan menghambat efek angiotensin II pada reseptor AT1 (yang terutama
terdapat di otot polos pembuluh darah dan otot jantung, selain itu terdapat juga di ginjal, otak,
dan kelenjar adrenal). Efek yang dihambat meliputi: vasokonstriksi, sekresi aldosteron,
rangsangan saraf simpatis, sekresi vasopresin, rangsangan haus, stimulasi jantung, serta efek
jangka panjang berupa hipertrofik otot polos pembuluh darah dan miokard. Efek yang
ditimbulkan ARB mirip dengan efek yang ditimbulkan ACE-inhibitor, namun ARB tidak
memiliki efek samping batuk kering dan angioedema. Losartan merupakan prototip dari
golongan ARB, selain itu ada juga valsartan, irbesartan, dll. Efek samping yang ditimbulkan
antara lain hipotensi dan hiperkalemia. Obat ini dikontraindikasikan pada ibu hamil dan
menyusui serta pada pasien dengan stenosis arteri renalis bilateral atau unilateral pada ginjal
tunggal.
Antagonis kalsium menghambat influks kalsium pada sel otot polos pembuluh darah dan
miokard, menimbulkan efek relaksasi arteriol dan penurunan resistensi perifer. Berbagai
antagonis kalsium antara lain nifedipin, verapamil, diltiazem, amlodipin, nikardipin, isradipin,
dan felodipin. Golongan dihidropiridin (seperti nifedipin, nikardipin, dll) bersifat
vaskuloselektif , menurunkan resistensi perifer tanpa penurunan fungsi jantung yang berarti (efek
pada nodus SA dan AV minimal). Nifedipin oral sangat bermanfaat untuk mengatasi hipertensi
darurat (dosis 10mg akan menurunkan tekanan darah dalam waktu 10 menit), namun tidak
dianjurkan untuk hiperensi dengan penyakit jantung koroner. Efek samping antagonis kalsium
antara lain iskemia miokard, hipotensi, edema perifer, bradiaritmia, dll.
Prosedur Kerja
Percobaan 1 :
a. Masing-masing mencit di induksi dengan adrenalin ampul secara ip
b. Mencit 1, di beri larutan Na. CMC secara ip
c. Mencit 2, diberi suspensi obat secara oral sesuai volume pemberiannya
d. Di amati kuping mencit pada menit 0, 15, 30, 45 dan 60
Percobaan 2 :
a. Probandus dibagi menjadi 4 kelompok
b. Dilakukan pengukuran tekanan darah awal
c. Kelompok 1 dan 2 diberi minum kopi
d. Kelompok 3 dan 4 melakukan aktivitas fisik
e. Dilakukan pengukuran tekanan darah pada menit 10, 20 dan 30