1. Tidak ada yang absolut dalam arsitektur, sehingga tidak ada satu langgam yang
dianggap terbaik sehingga semuanya memiliki kesempatan yang sama untuk
berkembang.
3. Dominasi pandangan dan nilai absolut dalam arsitektur harus diakhiri, sehingga
perkembangan arsitektur selanjutnya harus mengarah kepada keragaman
pandangan dan tata nilai.
Salah satu Arsitek terkenal yang menganut Arsitektur Dekontruksi adalah Frank O.
Gehry. Contoh karyanya adalah Weisman art museum dan Der Neue Zollhof. Weisman art
museum berlokasi di Minneapolis, Minnesota dekat dengan sungai missisipi. Ciri dari
Arsitektur Dekontruksi yang dapat jelas dilihat adalah Gehry menggunakan bentuk-bentuk
yang sangat tidak lazim pada bangunan ini. Dan dapat dilihat dengan kemampuan imajinasi,
Weisman art museum seakan-akan dapat berbicara dan mengungkapkan sesuatu kepada yang
melihatnya. Dengan bentuk yang tidak lazim dan gaya expressionist modern, frank gehry
telah menunjukkan sisi dekonstruksi dari Weisman art museum. Akan tetapi, esensi sebuah
karya arsitektur dekonstruksi bukanlah dari bentuk, akan tetapi lebih kepada makna
dibaliknya.Der Neue Zollhof berlokasi di tepi sungai Rheine di daerah publik yang berskala
urban, Dusseldorf, Germany. Unsur simpang siur yang menjadi salah satu ciri dari arsitektur
dekonstruksi masih nampak jelas . Penampilan bentukan 3 dimensi membuat eksistensi
bangunan ini sebagai bangunan yang berlanggam dekonstruksi tampak nyata. Permainan
bidang bidang menjadi salah satu pemicunya.
Arsitektur modern seringkali menyebut dirinya sebagai arsitektur yang paling rasional,
arsitektur yang paling memiliki teknologi tinggi, dan arsitektur yang memiliki sistem
fungional yang sempurna sehingga pada waktu itu tidak ada alternatif pemikiran lain di
dalam arsitektur selain berpikir monoton seperti halnya paham fungsional yang dimiliki
oleh arsitektur modern.
Pengaruh dari suatu fenomena dari fungsi-fungsi yang dijanjikan dapat dirasakan pada
bentukan yang terjadi, sehingga menghasilkan bentukan-bentukan yang tidak berkembang,
seperti desain yang penuh dengan kotak-kotak sederhana.
Makin lama keadaan ini menimbulkan kejenuhan, sehingga mulai timbul konflik
penyangkalan dan usaha-usaha untuk keluar dari jalur yang ada.
Dekonstruksi merupakan salah satu jalan keluar yang patut dipertimbangkan dari
permasalahan-permasalahan yang timbul dari kejenuhan akan arsitektur modern.
Pada arsitektur dekonstruksi yang ditonjolkan adalah geometri 3-D bukan dari hasil proyeksi
2-D sehingga muncul kesan miring dan semrawut yang menunjuk kepada kejujuran yang
sejujur-jujurnya.
Penggunakan warna sebagai aksen juga ditonjolkan dalam komposisi arsitektur dekonstruksi
sedangkan penggunaan tekstur kurang berperan.
a. unsur-unsur yang paling mendasar, essensial, substansial yang dimiliki oleh arsitektur.
Arsitektur dekonstruksi tidak mengikatkan diri kedalam salah satu dimensi Waktu
(Timelessness). Pandangan seperti ini mengakibatkan timbulnya pandangan terhadap
Dekonstruksi yang berbunyi "Ini merupakan kesombongan dekonstruksi."
Diantara dari mereka adalah Frank O. Gehry, Zaha Hadid, Morphosis, Bernard Tschumi,
Daniel Libeskind, Michael Soekin, Coop Himmelbau, Gunter Behnisch, Lebbeus Woods,
Kazuo Shinohara.
Beberapa karya besar dari arsitek-arsitek yang menjunjung langgam dekonstruksi dapat
dilihat pada uraian berikut.
Selain unsur unsur yang lepas dari keteraturan, masih dapat kita amati bagian
bagian yang tak lepas dari peninggalan pendahulunya, yaitu arsitektur modern.
Hal ini nampak pada hadirnya unsur unsur geometris yang terdapat pada sisi
podium.
Hal yang pertama kali nampak pada bangunan ini adalah proyeksi trimatra yang
nampak kontras namun menjadikan bangunan ini lebih berirama.
Bentukan yang penuh dengan bidang mencuat yang dikantilever menjadi daya
tarik utama dari bangunan ini. Penggunaan metal, kaca, titanium dan batu-batu
alam dianggap menambah sifat artistic dari bangunan ini.
Untuk dapat menghasilkan bentukan seperti ini tentunya juga mengandalkan
kemampuan teknologi dan pemilihan bahan yang tepat dan memiliki spesifikasi
yang tepat dan tentunya berkualitas tinggi.
Bangunan ini lebih cenderung mencerminkan massa daripada ruang yang ada
didalamnya.
Sehingga eksprisi sang arsitek dapat dituangkan secara lugas tanpa ada batasan
apapun.
Unsur penangkap lain dapat dihadirkan dari permainan penggunaan bahan pada
fasade eksterior bangunan. Nampak penggunaan metal dan permainan warna
menjadi daya tarik dari bangunan ini.
Buah karya Wolf D. Prix, Helmut Swiczinsky and partner ini dibuat untuk
keperluan The 6th Swiss National Exhibition tanggal 15 May 2002 hingga 20
October 2002. Dengan bentukan seperti ini nampak jelas bahwa bangunan ini
mampu menjadi landmark yang memancarkan power dan kebebasan penuh.
Dapat dilihat bahwa bangunan ini sangat berani dalam permainan olahan bentuk,
baik permainan bidang, garis dan massa. Permainan sense indera yang tidak
hanya terpaku pada segi visual juga berperan dalam peletakan massa dan
penggabungan massa menjadi nilai tambah yang pantas diperhitungkan.
Merupakan proyeksi karya 3 dimensi yang murni, tidak tampak seperti hanya
sebuah kotak persegi namun lebih terlihat hidup dan berirama.
Bangunan ini sepenuhnya merupakan penuangan dari kreativitas tim arsitek
sehingga nampak lepas tanpa adanya batasan.
Estetika arsitekturalnya nampak pada pemanfaatan kecanggihan teknologi dan
pemilihan bahan yang memiliki spesifikasi yang tepat sehingga dapat mendukung
tampilan fisik bangunan.
Ketepatan menggunakan baja sebagai rangka yang di tutup oleh kaca dan
terekspos pada malam hari akibat dari pendaran lampu makin menambah
eksistensi bangunan ini.
tampak bangunan
site plan
potongan
Letaknya yang berada di tepi dermaga sungai menjadi nilai tambah karena
memungkinkan terbentuknya open space di bagian muka kompleks bangunan
yang membuat perpaduan visualisasi bentuk bangunan terekam dengan komposisi
yang baik.
Desain ketiga bangunan ini nampak berorientasi kepada ruang didalamnya
mengingat fungsi bangunan.
Namun batasan tersebut tidak lantas membatasi bentukan yang terjadi. Unsur
simpang siur yang menjadi salah satu ciri dari arsitektur dekonstruksi masih
nampak jelas .
Ketiga bangunan ini memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lainnya ,
namun tetap memberikan kesan dinamis pada kesatuannya.
Penampilan bentukan 3 dimensi membuat eksistensi bangunan ini sebagai
bangunan yang berlanggam dekonstruksi tampak nyata. Permainan bidang
bidang menjadi salah satu pemicunya.
Selain permainan bidang bidang geometris , permainan kecangihan teknologi
konstruksi juga ditonjolkan dalam desain pada bangunan ini.
Hal ini ditunjang dengan pemanfaatan material yang tepat sehingga menunjang
kesan yang hadir .
PENUTUP
Setelah melihat pembahasan dari contoh diatas, jelas bahwa arsitektur dekonstruksi
menghembuskan kesegaran dengan menunjukkan eksistensinya sebagai alternatif pemikiran
lain .
Namun hal ini tidak berhenti sampai disini dan menganggap dekonstruksi sebagai puncak
dari kesempurnaan dalam desain arsitektur sehingga tidak menutup untuk munculnya
langgam langgam baru yang merupakan sanggahan , pembetulan , perkembangan , bahkan
penolakan dari arsitektur dekonstruksi.