Pendahuluan
1
1.2.5 Apa manifestasi klinis Tetanus Neonatorum?
1.2.6 Apa pemeriksaan penunjang Tetanus Neonatorum?
1.2.7 Apa saja komplikasi pada Tetanus Neonatorum?
1.2.8 Bagaimana pencegahan Tetanus Neonatorum?
1.2.9 Bagaimana penatalaksanaan dan pengobatan pada Tetanus Neonatorum?
1.2.10 Bagaimana Konsep Asuahan Keperawatan Tetanus Neonatorum?
Bab II
2.1 Pengertian
Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia di bawah 28 hari (Stoll, 2007).
Tetanus adalah suatu penyakit toksemik akut yang disebabkan oleh
Clostridium tetani, dengan tanda utama kekakuan otot(spasme),tanpadi
sertai gangguan kesadaran (Ismoedijanto, 2006).
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus
yang disebabkan oleh Clostridium tetani yaitu bakteria yang mengeluarkan
toksin (racun) yang menyerang sistem saraf pusat (Saifuddin, 2001).
2
2.2 Etiologi
Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang, berukuran 2-5 x 0,-0,5
milimikron yang hidup tanpa oksigen (anaerob), dan membentuk spora.
Spora dewasa mempunyai bagian yang berbentuk bulat yang letaknya
diujung, dan memberi gambaran penabuh genderang (drum stick). Spora ini
mampu bertahan hidup dalam lingkungan panas,antiseptik, dan di jaringan
tubuh.Spora ini juga bisa bertahan hidup beberapa bulan bahkan bertahun.
Bakteria yang berbentuk batang ini sering terdapat dalam kotoran hewan
dan manusia, dan bisa terkena luka melalui debu atau tanah yang
terkontaminasi. Clostridium tetani merupakan bakteria Gram positif dan
dapat menghasilkan eksotoksin yang bersifat neurotoksik. Toksin ini
(tetanospasmin) dapat menyebabkan kekejangan pada otot.
3
tidak benar ini akan meningkatkan lagi risiko terjadinya kejadian tetanus
neonatorum (Chin, 2000).
d. Faktor Kebersihan Tempat Pelayanan Persalinan
Kebersihan suatu tempat pelayanan persalinan adalah sangat penting.
Tempat pelayanan persalinan yang tidak bersih bukan sahaja berisiko
untuk menimbulkan penyakit pada bayi yang akan dilahirkan, malah
pada ibu yang melahirkan. Tempat pelayanan persalinan yang ideal
sebaiknya dalam keadaan bersih dan steril (Abrutyn, 2008)
e. Faktor Kekebalan Ibu Hamil
Ibu hamil yang mempunyai faktor kekebalan terhadap tetanus dapat
membantu mencegah kejadian tetanus neonatorum pada bayi baru lahir.
Antibodi terhadap tetanus dari ibu hamil dapat disalurkan pada bayi
melalui darah, seterusnya menurunkan risiko infeksi Clostridium tetani.
Sebagian besar bayi yang terkena tetanus neonatorum biasanya lahir dari
ibu yang tidak pernah mendapatkan imunisasi TT (Chin, 2000).
2.4 Patofisiologi
Pertolongan persalinan dan pemotongan tali pusat yang tidak steril akan
memudahkan spora Clostridium tetani masuk dari luka tali pusat dan
melepaskan tetanospamin. Tetanospamin akan berikatan dengan reseptor di
membran prasinaps pada motor neuron. Kemudian bergerak melalui sistem
transpor aksonal retrograd melalui sel-sel neuron hingga ke medula spinalis
dan batang otak, seterusnya menyebabkan gangguan sistim saraf pusat
(SSP) dan sistim saraf perifer (Arnon, 2007).
Gangguan tersebut berupa gangguan terhadap inhibisi presinaptik sehingga
mencegah keluarnya neurotransmiter inhibisi, yaitu asam aminobut irat
gama (GABA) dan glisin, sehingga terjadi epilepsi, yaitu lepasan
muatanlistrik yang berlebihan dan berterusan, sehingga penerimaan serta
pengiriman impuls dari otak ke bagian-bagian tubuh terganggu (Abrutyn,
2008). Ketegangan otot dapat bermula dari tempat masuk kuman atau pada
otot rahang dan leher. Pada saat toksin masuk ke sum-sum tulang belakang,
kekakuan otot yang lebih berat dapat terjadi. Dijumpai kekakuan
ekstremitas, otot-otot dada, perut dan mulai timbul kejang. Sebaik sahaja
toksin mencapai korteks serebri, penderita akanmengalami kejang spontan.
4
Pada sistim saraf otonom yang diserang tetanospasmin akan menyebabkan
gangguan proses pernafasan, metabolisme, hemodinamika, hormonal,
pencernaan, perkemihan, dan pergerakan otot. Kekakuan laring, hipertensi,
gangguan irama jantung, berkeringat secara berlebihan (hiperhidrosis)
merupakan penyulit akibat gangguan saraf otonom. Kejadian gejala penyulit
ini jarang dilaporkan karena penderita sudah meninggal sebelum gejala
tersebut timbul( Ismoedijanto, 2006).
WOC
5
2.5 Manifestasi klinis
6
Neonatus yang terinfeksi Clostridium tetani masih menunjukkan perilaku
seperti menangis dan menyusui seperti bayi yang normal pada dua hari yang
pertama. Pada hari ke-3, gejala-gejala tetanus mula kelihatan. Masa inkubasi
tetanus umumnya antara 3 12 hari, namun dapat mencapai 1 2 hari dan
kadang-kadang lama melebihi satu bulan; makin pendek masa inkubasi
makin buruk prognosis. Terdapat hubungan antara jarak tempat masuk
kuman Clostridium tetani dengan susunan saraf pusat, serta interval antara
terjadinya luka dengan permulaan penyakit; semakin jauh tempat invasi,
semakin panjang masa inkubasi. Gejala klinis yang sering dijumpai pada
tetanus neonatorum adalah:
a. Terjadinya kekakuan otot rahang sehingga penderita sukar membuka
mulut. Kekakuan otot pada leher lebih kuat akan menarik mulut ke
bawah, sehingga mulut sedikit ternganga. Kadang-kadang dapat
dijumpai mulut mecucu seperti mulut ikan dan kekakuan pada mulut
sehingga bayi tak dapat menetek (Chin, 2000).
b. Terjadi kekakuan otot mimik muka dimana dahi bayi kelihatan
mengerut, mata bayi agak tertutup dan sudut mulut bayi tertarik ke
samping dan ke bawah.
c. Kekakuan yang sangat berat menyebabkan tubuh melengkung seperti
busur, bertumpu pada tumit dan belakang kepala. Jika dibiarkan secara
berterusan tanpa rawatan, bisa terjadi fraktur tulang vertebra.
d. Kekakuan pada otot dinding perut menyebabkan dinding perut teraba
seperti papan. Selain otot dinding perut, otot penyangga rongga dada
(toraks) juga menjadi kaku sehingga penderita merasakan kesulitan
untuk bernafas atau batuk. Jika kekakuan otot toraks berlangsung lebih
dari 5 hari, perlu dicurigai risiko timbulnya perdarahan paru.
e. Pada tetanus yang beratakan terjadi gangguan pernafasan akibat
kekakuan yang terus-menerus dari otot faring yang bisa menimbulkan
sesak nafas. Efek tetanospamin dapat menyebabkan gangguan denyut
jantung seperti kadar denyut jantung menurun (bradikardia), atau kadar
denyut jantung meningkat (takikardia). Tetanospasmin juga dapat
menyebabkan demam dan hiperhidrosis. Kekakuan otot polos pula
dapat menyebabkan anak tidak bisa buang air kecil (retensi urin).
7
f. Bila kekakuan otot semakin berat, akan timbul kejang-kejang umum
yang terjadi setelah penderita menerima rangsangan misalnya dicubit,
digerakkan secara kasar, terpapar sinar yang kuat dan sebagainya.
Lambat laun, masa istirahat kejang semakin pendek sehingga
menyebabkan status epileptikus, yaitu bangkitan epilepsi berlangsung
terus menerus selama lebih dari tiga puluh menit tanpa diselangi oleh
masa sedar; seterusnya bisa menyebabkan kematian (Ningsih, 2007).
2.7 Komplikasi
a. Bronkopneumonia
b. Asfiksia akibat obstruksi sekret pada saluran pernafasan
c. Sepsis neonatorum.
8
Vaksinasi dasar dalam bentuk toksoid diberikan bersama vaksin pertusis
dan difteri ( vaksin DPT ). Kadar proteksi antibodi bertahan selama 5
10 tahun sesudah suntikan booster . Tetanus toksoid (TT) selanjunya
diberikan 10 tahun kecuali bila mengalami luka yang beresiko terinfeksi,
diberikan toksoid bila suntikan terakhir sudah lebih dari 5 tahun
sebelumnya atau bila belum pernah vaksinasi. Pada luka yang sangat
parah, suntikan toksoid diberikan bila vaksinasi terakhir sudah lebih dari
1 tahun.
Untuk mencegah tetanus neonatorum, diberikan TT pada semua wanita
usia subur atau wanita hamil trimester III, selain memberikan
penyuluhan dan bimbingan pada dukun beranak agar memotong dan
merawat tali pusat bayi dengan cara semestinya. Dapat terjadi
pembengkakan dan rasa sakit pada tempat suntikan sesudah pemberian
vaksin TT. (Maryunani, 2010)
b. Imunisasi pasif
Diberikan serum antitetanus (ATS Profilaksis) pada penderita luka yang
beresiko terjadi infeksi tetanus, bersama sama dengan TT. (Maryunani,
2010)
9
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
b. Riwayat Kesehatan
1) Kehamilan prenatal.
Ditanyakan apakah ibu sudah diimunisasi TT
2) Riwayat natal ditanyakan.
Siapa penolong persalinan karena data ini akan membantu
membedakan persalinan yang bersih/higienis atau tidak. Alat
pemotong tali pusat, tempat persalinan.
3) Riwayat postnatal.
Ditanyakan cara perawatan tali pusat, mulai kapan bayi tidak dapat
menetek (incubation period). Berapa lama selang waktu antara
gejala tidak dapat menetek dengan gejala kejang yang pertama
(period of onset).
4) Riwayat imunisasi pada tetanus anak.
Ditanyakan apakah sudah pernah imunisasi DPT/DT atau TT dan
kapan terakhir
c. Riwayat psiko sosial.
1) Kebiasaan anak bermain di mana
2) Hygiene sanitasi
d. Pemeriksaan fisik.
Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan gejala dari tetanus,
bayi normal dan bisa menetek dalam 3 hari pertama. Hari berikutnya bayi
10
sukar menetek, mulut mecucu seperti mulut ikan. Risus sardonikus dan
kekakuan otot ekstrimitas. Tanda-tanda infeksi tali pusat kotor. Hipoksia
dan sianosis.
Pada anak keluhan dimulai dengan kaku otot lokal disusul dengan
kesukaran untuk membuka mulut (trismus).
Pada wajah : Risus Sardonikus ekspresi muka yang khas akibat
kekakuan otot-otot mimik, dahi mengkerut, alis terangkat, mata
agak menyipit, sudut mulut keluar dan ke bawah.
Opisthotonus tubuh yang kaku akibat kekakuan otot leher, otot
punggung, otot pinggang, semua trunk muscle.
Pada perut : otot dinding perut seperti papan. Kejang umum, mula-
mula terjadi setelah dirangsang lambat laun anak jatuh dalam status
konvulsius.
Pada daerah ekstrimitas apakah ada luka tusuk, luka dengan nanah,
atau gigitan binatang.
2. Diagnosa
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan terkumpulnya
liur di dalam rongga mulut (adanya spasme pada otot faring)
b. Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat
spasme otot-otot pernafasan.
c. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, immobilitas
11
3. Perencanaan
12
Mampu melakukan merencanakan program terapi
aktivitas secara yang tepat
Bsntuk pasien untuk
mandiri
mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
Bantu pasien untuk membuat
jadwal latihan di waktu luang
Bantu pasien dan keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
Monitor respon fisik, emosi, sosial
dan spiritual
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia di bawah 28 hari (Stoll, 2007).
Tetanus adalah suatu penyakit toksemik akut yang disebabkan oleh
13
Clostridium tetani, dengan tanda utama kekakuan otot(spasme),tanpadi
sertai gangguan kesadaran (Ismoedijanto, 2006).
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus
yang disebabkan oleh Clostridium tetani yaitu bakteria yang mengeluarkan
toksin (racun) yang menyerang sistem saraf pusat (Saifuddin, 2001).
Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang, berukuran 2-5 x 0,-0,5
milimikron yang hidup tanpa oksigen (anaerob), dan membentuk spora.
Spora dewasa mempunyai bagian yang berbentuk bulat yang letaknya
diujung, dan memberi gambaran penabuh genderang (drum stick). Spora ini
mampu bertahan hidup dalam lingkungan panas,antiseptik, dan di jaringan
tubuh.Spora ini juga bisa bertahan hidup beberapa bulan bahkan
bertahun.Bakteria yang berbentuk batang ini sering terdapat dalam kotoran
hewan dan manusia, dan bisa terkena luka melalui debu atau tanah yang
terkontaminasi. Clostridium tetani merupakan bakteria Gram positif dan
dapat menghasilkan eksotoksin yang bersifat neurotoksik. Toksin ini
(tetanospasmin) dapat menyebabkan kekejangan pada otot.Terdapat 5 faktor
risiko utama terjadinya tetanus neonatorum, yaitu:
a. Faktor Risiko Pencemaran Lingkungan Fisik dan Biologik
b. Faktor Alat Pemotongan Tali Pusat
c. Faktor Cara Perawatan Tali Pusat
d. Faktor Kebersihan Tempat Pelayanan Persalinan
e. Faktor Kekebalan Ibu Hamil
4.2 Saran
Semoga makalah ini berguna bagi pembaca sehingga bisa menerapkan
tindakan-tindakan sederhana jika anak terkena tetanus neonatorum.
Daftar Pustaka
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic Noc. Jogjakarta : Mediaction
Jogjakarta
http://sustrimaylani.blogspot.co.id/2016/05/askep-tetanus-
neonatorium.html
https://www.academia.edu/10969371/askep_tetanus_neonatorum
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125373-S-5814-Gambaran
%20epidemiologi-Literatur.pdf
14
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21814/4/Chapter
%20II.pdf
https://www.scribd.com/doc/302125225/Askep-Tetanus-Neonatorum
15