Anda di halaman 1dari 3

Analisis Standar Belanja (ASB) muncul dalam ranah perundangan

Pemerintah Daerah pada tahun 2004 ketika terbit Undang-Undang No. 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah. Peraturan ini merupakan pengganti dari

peraturan lawas yaitu Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah. Dalam UU no.32 tersebut ASB dijelaskan sebagai penilaian atas kewajaran

atas beban kerja dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan .

Berikutnya turunan dari UU no. 32 merupakan Peraturan Pemerintah no. 58 tahun


2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang khusus mengatur pengelolaan
keuangan pada tingkat pemerintah daerah. Pedoman lebih rinci untuk melaksanakan
Peraturan Pemerintah tersebut dijabarkan lebih mendalam oleh Peraturan Menteri
Dalam Negeri (Permendagri) No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah. Pada tahun 2007 Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia

menerbitkan Permendagri No. 59 tahun 2007 sebagai penyempurnaan dari

Permendagri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah .


ASB diterangkan dalam regulasi-regulasi tersebut sebagai salah satu instrumen
pokok dalam penganggaran berbasis kinerja.

Sebelumnya ASB lebih dikenal dengan istilah Standar Analisa Belanja (SAB) yang
bermakna penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya terhadap suatu kegiatan.

Pengertian ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah no . 105 tahun 2000 tentang

Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah . Kemudian dikeluarkan

pedoman operasional dalam bentuk Kepmendagri no.29 tahun 2002 tentang


Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta
Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata
Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah. Bahkan lebih jauh sebelumnya penyusunan anggaran daerah

mengacu pada PP no. 6 tahun 1975 tentang Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah, dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan
Belanja. Perubahan regulasi-regulasi yang menyangkut kebijakan penganggaran
merupakan implikasi dari perubahan kebijakan pengelolaan keuangan negara.
Namun dari peraturan tahun 2000 tersebut sampai peraturan perundang-undangan
terbaru masih belum menunjukkan secara riil dan operasional bagaimana penerapan
ASB.

Tujuan pemerintah adalah memberi pelayanan yang optimum (memuaskan


dengan biaya tertentu sesuai dengan kapasitas yang dimiliki pemerintah) kepada
masyarakat. Sektor swasta mengenalnya dengan konsep memeroleh laba . Dengan

memproduksi produk untuk dijual. Sektor publik mengistilahkan proses produksi


dengan membuat program dan menentukan jumlah biaya yang dibutuhkan oleh
program tersebut. Untuk melaksanakan program tersebut dibuat beberapa jenis
kegiatan, kegiatan ini akan dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia yang nantinya mampu memberikan manfaat bagi masyarakat yang
merupakan sasaran dari program. Jadi suatu pelayanan optimum diperoleh dari
pemanfaatan sumber daya manusia yang dimiliki dikurangi dengan semua
pengeluaran yang digunakan untuk meningkatkan sumber daya manusia.

ASB sebagai suatu alat penentu kewajaran memiliki peran penting dalam beberapa
tahapan pada pengelolaan keuangan daerah yaitu:

a. Tahap Perencanaan
ASB dapat digunakan pada saat perencanaan keuangan daerah . ASB dapat
dipergunakan pada saat musrenbang, rencana jangka panjang (renja), dan
pada saat penentuan prioritas. Pada tahap-tahap tersebut ASB digunakan
untuk menentukan pagu indikatif dari kegiatan-kegiatan yang diusulkan oleh
masyarakat.
b. Tahap Penganggaran
ASB digunakan pada saat proses perencanaan anggaran . ASB merupakan
pendekatan yang digunakan oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah untuk
mengevaluasi usulan program, kegiatan, dan anggaran setiap satuan kerja
dengan cara menganalisis beban kerja dan biaya dari usulan program atau
kegiatan yang bersangkutan.
ASB digunakan pada saat mengkuantitatifkan program dan kegiatan setiap
SKPDmenjadi RKA-SKPD. RKA-SKPD berisi rencana program dan
kegiatan yang akan dilaksanakan beserta usulan anggaran yang akan
digunakan. Untuk mengetahui beban kerja dan beban biaya yang optimal dari
setiap usulan program atau kegiatan yang diusulkan, langkah yang dilakukan
adalah dengan menggunakan formula perhitungan ASB yang terdapat pada
masing-masing jenis ASB.
c. Tahap Pengawasan/Pemeriksaan
Pada tahap pengawasan/pemeriksaan, pengawas/pemeriksa dapat
menggunakan ASB untuk menentukan batasan mengenai pemborosan /
kerugian negara. Apabila penganggaran belanja melebihi ASB maka disebut

pemborosan .

Manfaat yang dapat diperoleh dari Pemerintah Daerah ketika menggunakan Analisis
Standar Belanja adalah sebagai berikut :

a. Penetapan plafon anggaran pada saat Prioritas dan Plafon Anggaran


Sementara (PPAS) menjadi lebih obyektif
b. Dapat menentukan kewajaran biaya untuk melaksanakan suatu kegiatan.
c. Meminimalisir terjadinya pengeluaran yang kurang jelas yang menyebabkan
inefisiensi anggaran.
d. Penentuan anggaran berdasarkan pada tolok ukur kinerja yang jelas.
e. Penentuan besaran alokasi setiap kegiatan menjadi objektif.
f. Penyusunan anggaran menjadi lebih tepat waktu.

Anda mungkin juga menyukai