HIDROLISIS PATI
Latar belakang
Enzim ptialin dihasilkan oleh kelenjar saliva yang berlokasi di sekitar mulut. Masuknya
makanan ke dalam mulut merupakan bentuk stimulasi bagi kelenjar saliva untuk memroduksi
saliva yang mengandung enzim ptialin. Enzim ptialin kemudian menghidrolisis pati yang
terkandung dalam makanan yang Kita makan hingga akhirnya menjadi maltose.
Enzyme ptyalin sanga t penting sekali, karena enzim ini mempunyai peran dan
fungsi sebagai katalisator atau produk yang dapat mempercepat proses hidrolisis
karbohidrat menjadi gula sederhana dalam sistem pencernaan makanan.
Saliva memainkan peran yang penting dalam berbagi proses biolis yamg
terjadi dalam rongga mulut , diantaranya sebagai pelumas, penguyahan dan
penelanan makanan, aksi dari pembersihan dan perlindungan dari karies gigi.
Selain itu fungsi saliva juga menjadi sangat penting karina saliva juga dapat
digunakan untuk mendiaknosa penyakit oral dan sistemik (Anonim; 2010).
Saliva memiliki tiga fungsi biologis Aktivitas enzim a-amilase diragukan lagi berperan
dalam pencernaan karbohidrat. Amilase dalam larutan mengikat dengan afinitas tinggi untuk
kelompok yang dipilih dari streptokokus lisan, fungsi yang dapat berkontribusi untuk
pembersihan bakteri dan gizi. Fakta bahwa a-amilase juga ditemukan dalam pelikel enamel
diperoleh menunjukkan peran dalam adhesi a-amilase mengikat bakteri. Semua aktivitas (Frank
A, 1993)
Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi manusia, selama ini
kebutuhan gula dipenuhi oleh industri gula (penggiling tebu). Industri kecil
seperti gula merah dan gula aren. Gula dapat berupa glukosa, sukrosa,
fraktosa, sakrosa dll. Glukosa dapat dibuat dengan jalan fermentasi dan
hidrolisa. Pada reaksi hidrolisa biasanya dilakukan dengan menggunakan
katalisator asam seperti HCl(asam sulfat) atau di lakukan secara enzimatis
yaitu dengan menggunakan enzim atau mikroorganisme penghasil enzim
yang dapat menghidrolisis polisakarida menjadi glukosa . Bahan yang
digunakan untuk proses hidrolisis adalah pati. (Fortuna, Juszczak, and
Palansinski, 2001).
Proses hidrolisis pati oleh ptialin sebenarnya hanya terjadi dalam jumlah yang
sedikit, karena proses sisanya (hidrolisis pati) akan dilanjutkan oleh enzim
pankreatik amilase. Meski begitu, Kita bisa memperlama waktu kontak ptialin
dengan pati dalam makanan dengan cara mengunyah makanan secara perlahan,
sehingga pati yang akan masuk ke dalam saluran pencernaan sebagian besar sudah
terhidrolisis menjadi molekul-molekul gula yang lebih sederhana. (trismilah, 2009).
Kadar jumlah enzim ptialin yang dihasilkan oleh kelenjar saliva manusia berbeda-beda
antara satu etnik dengan etnik yang lain. Utamanya, hal tersebut dipengaruhi oleh jenis
makanan yang biasa mereka konsumsi. Sebagai contoh, orang Jepang yang lebih
sering mengonsumsi nasi akan memroduksi enzim ptialin yang lebih banyak ketimbang
orang Eropa yang memiliki kebiasaan berbeda dalam mengonsumsi makanan.
Fungsi enzim ptyalin adalah untuk merombak atau mendegradasi zat tepung (pati) menjadi
struktur karbohidrat yang lebih sederhana seperti maltosa. Dengan perombakan pati yang
dilakukan enzim ptyalin inilah karbohidrat dapat diserap tubuh dan dialirkan oleh darah ke
seluruh tubuh menjadi energi yang dapat digunakan untuk melakukan aktivitas sehari-hari
(trismilah, 2009).
Dasar teori
Ptyalin adalah salah satu enzim spesifik yang ditemukan pada saliva. Secara aamiah,
ptyain adaah protein yang merupakan enzim amilase hidrolitik dan dapat mengalami
denaturasi. Dalam mencerna pati, ikatan alpha glikosida akan terputus dengan satu ara
h (poedjadji, 1994).
Poedjadi, 1994, Dasar-dasar Biokimia, Jakarta, UI Pres.
Enzim ptyalin dalam air liur merombak susunan karbohidrat menjadi glukosa (rantai
pendek) persis saat makanan mulai dikunyah. Proses perombakan memang berlangsung
cukup lama sehingga kadangkali sebelum enzim ptyalin menyelesaikan tugasnya, makanan
sudah kadung tertelan masuk22121 dalam tenggorokan. Akan tetapi, enzim ptyalin yang
terikut masuk dalam tenggorokan akan tetap dapat bekerja sebelum makanan memasuki
lambung
Winarno, F. G. 1986. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Di dalam pencernaan pati ini, kita akan menjumpai yang disebut dengan
bilangan ptyalin yaitu suatu ukuran kuantitatif untuk mengukur kapasitas sampel saiva
untuk mencerna pati. Bilangan ini besarnya berbeda dari satu dengan yang ainnya.
Secara ebih detai, biangan ptyalin adalah jumah miiliter 1% larutan pati yang dapat
dicerna oleh 1 mL saliva selama 30 menit pada suhu 37 derajat C (poedjadji, 1994)
.s
Pustaka :
Hardjasasmita, Panjita. 2000. Ikhtisar Biokimia Dasar B. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Pembahasan
Hidrolisis adalah mekanisme reaksi penguraian suatu senyawa oleh air atau asam dan
basa. Pati atau amilum tergolong ke dalam kelompok polisakarida sehingga pati atau amilum
tersebut bisa dihidrolisis menjadi glukosa yang merupakan monosakarida. Pertama-tama
amilum dihidrolisis menghasilkan maltosa kemudian maltosa dihidrolisis menghasilkan glukosa.
Pada hidrolisis ini memerukan katalisaator untuk memepercepaat jalannya reaksi. Katalisator
yang dipakai berupa enzim ptyalin (enzim amilase hidrolitik).
Enzim amilase yang diamati pada percobaan ini adalah enzim amilaseyang
terdapat dalam saliva atau air liur. Air liur mengandung musin
dan ptialin.musin berfungsi sebagai pelicin rongga mulut dan membasahi makanan
sewaktu makanan dikunyah sehingga makanan mudah ditelan. Ptialin adalahnama
lain dari amilase saliva yang akan menghidrolisis pati menjadi maltosa dandekstrin-
dekstrin. Amilase bekerja secara optimum pada suhu tubuh normal(sekitar 36oC)
dan pH sedikit asam, yaitu sekitar 6.80. air liur manusia kuat dalam hidrolisis
karbohidrat. Awalnya hidrolisis pati dimulai di mulut oleh SA-Liva, yang pertama dari
sekresi pencernaan dilakukan oleh makanan.
Hal yang pertama dilakukan yaitu membuat variasi konsentrasi larutan saliva
sengan persen saliva 100%,
Data yang di dapatkan saat percobaan yaitu saliva dengan kadar 100% di
dapatkan hasi tak berwarna hal ini menunjukan adanya acodextrin ataupun maltose
yang berarti kandungan salivanya tinggi. Unwarna yang dihasilkan untuk kadar
66,7 %; 33,35;10.05 yaitu berwarna kuning. Persen saliva 6.7% berwarna kuning
kebiruan. Sedangakan untuk saliva 3.3% menghasilkan warna merah pekat yang
menandakan terdapat eritrodextrin. Saat saliva 1,0 % an 0.7 % mengasilkna warna
ungu kebiruan dan saat saliva 0.3% berwana ungu. Saliva 0.0% menghasilkan
warna biru. Pati yang menghasilkan warna biru atau ungu karena amilum dan
dextrin yang masih besar molekulnya bereaksi dengan I2 pada saat uji iod.
dari data diatas dapat disimpulkan bahwa titik akromik terjadi pada saliva 100%.
Pada konsentrasi ini pati yang tertinggal masih sedikit karena sebagian pati sudah terhidrolisis
oleh enzim ptyalin yang telah mengalami proses hidrolisis menjadi maltose dan dextrin yang
tidak menimbulkan warna apabila ditambahkan iodine. sedangkan 1.0%-o.o% bukan titik
akromatik, hal ini terjadi karena Karena pati semakin banyak hal ini karena enzim pada
saliva semakin sedikit.pada dasarnya titik akromik adalah titik yang tidak menunjukan
perubahan warna atyau tidak berwarna biru maupun ungu.
Enzim yang dipakai adalah enzim ptyain atau amilase yang terdapat dalam saliva.
Sehingga dapat ditentukan bilangan ptyalinnya adalah 100% karena pada konsentrasi saiva
100% dengan suhu optimum yaitu 37 derajat C
Kesimpulan
Dalam percobaan ini untuk menghidrolisis pati dilakukan Reaksi enzimatik yang
menggunakan Enzim a- amylase (saliva) atau enzim ptyalin yang berperan sebagai
biokatalisator pada rekasi hidrolisis amilum menjadi maltosa dan dektrin
perubahan
warna. Enzim ini bekerja optimum pada suhu 37o C .
Dari percobaan ini di dapatkan bilangan ptyalin yaitu pada saliva 100%.... hal ini
karena kandungan salivanya masih banyak dan kandungan amilumnya sedikit yang
menandakan warna tidak biru/ungu.