PENDAHULUAN
1.3.Tujuan penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
Page | 1
Bakteri, dari kata Latin bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok
terbanyak dari organisme hidup. Mereka sangatlah kecil (mikroskopik) dan
kebanyakan uniselular (bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif sederhana
tanpa nukleus/inti sel, cytoskeleton, dan organel lain seperti mitokondria dan
kloroplas. Struktur sel mereka dijelaskan lebih lanjut dalam artikel mengenai
prokariota, karena bakteri merupakan prokariota, untuk membedakan mereka
dengan organisme yang memiliki sel lebih kompleks, disebut eukariota. Istilah
bakteri telah diterapkan untuk semua prokariota atau untuk kelompok besar
mereka, tergantung pada gagasan mengenai hubungan mereka. Bakteri adalah
yang paling berkelimpahan dari semua organisme. Mereka tersebar (berada di
mana-mana) di tanah, air, dan sebagai simbiosis dari organisme lain. Banyak
patogen merupakan bakteri. Kebanyakan dari mereka kecil, biasanya hanya
berukuran 0,5-5 m, meski ada jenis dapat menjangkau 0,3 mm dalam diameter
(Thiomargarita). Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan
dan jamur, tetapi dengan komposisi sangat berbeda (peptidoglikan). Banyak yang
bergerak menggunakan flagela, yang berbeda dalam strukturnya dari flagela
kelompok lain.
Page | 2
dalam sel hospes. Hal ini dapat terjadi karena bakteri tidak dapat dijangkau oleh
antibodi dalam sirkulasi, sehingga mekanisme respons imun terhadap bakteri
intraseluler juga berbeda dibandingkan dengan bakteri ekstraseluler. Beberapa
jenis bakteri seperti basil tuberkel dan leprosi, dan organisme Listeria dan
Brucellamenghindari perlawanan sistem imun dengan cara hidup intraseluler
dalam makrofag, biasanya fagosit mononuklear, karena sel tersebut mempunyai
mobilitas tinggi dalam tubuh. Masuknya bakteri dimulai dengan ambilan fagosit
setelah bakteri mengalami opsonisasi. Namun setelah di dalam makrofag, bakteri
tersebut melakukan perubahan mekanisme pertahanan.
Page | 3
2.2 Sistem Imun
Page | 4
a. Pertahanan fisik dan kimiawi: kulit, sekresi asam lemak dan asam laktat
melalui kelenjar keringat dan sebasea, sekresi lendir, pergerakan silia, sekresi
air mata, air liur, urin, asam lambung serta lisosim dalam air mata.
b. Simbiosis dengan bakteri flora normal yang memproduksi zat yang dapat
mencegah invasi mikroorganisme seperti laktobasilus pada epitel organ.
c. Innate immunity.
Merupakan mekanisme pertahanan tubuh non-spesifik yang mencegah
masuknya dan menyebarnya mikroorganisme dalam tubuh serta mencegah
terjadinya kerusakan jaringan.
Page | 5
kerusakan jaringan terutama disebabkan oleh respons imun terhadap infeksi
bakteri intraseluler.
d. Imunitas spesifik yang didapat.
Bila mikroorganisme dapat melewati pertahanan nonspesifik/innate
immunity, maka tubuh akan membentuk mekanisme pertahanan yang lebih
kompleks dan spesifik. Mekanisme imunitas ini memerlukan pengenalan
terhadap antigen lebih dulu. Mekanisme imunitas spesifik ini terdiri dari:
1) Imunitas humoral
Produksi antibodi spesifik oleh sel limfosit B (T dependent dan non T
dependent).
2) Cell mediated immunity(CMI)
Sel limfosit T berperan pada mekanisme imunitas ini melalui:
a) Produksi sitokin serta jaringan interaksinya.
b) Sel sitotoksik matang di bawah pengaruh interleukin 2 (IL-2) dan
interleukin 6 (IL-6).
Sejumlah bakteri dan semua virus serta jamur dapat lolos dan mengadakan
replikasi di dalam sel pejamu. Yang paling patogen di antaranya adalah yang
resisten terhadap degradasi dalam makrofag. Sebagai contoh adalah mikrobakteria
serta Listeria monocytogenes. Respon imun terhadap bakteri intraseluler adalah
sebagai berikut.
Page | 6
diperankan oleh sel limfosit T tetapi fungsi efektornya untuk eliminasi bakteri
diperani oleh makrofag yang diaktivasi oleh sitokin yang diproduksi oleh sel T
terutama interferon (IFN ). Respons imun ini analog dengan reaksi
hipersensitivitas tipe lambat. Antigen protein intraselular merupakan stimulus
kuat sel limfosit T. Beberapa dinding sel bakteri mengaktivasi makrofag secara
langsung sehingga mempunyai fungsi sebagai ajuvan. Misalnya muramil
dipeptida pada dinding sel mikrobakteria. Telah disebutkan di atas bahwa
fungsi sel limfosit T pada CMI adalah produksi sitokin terutama IFN . Sitokin
INF ini akan mengaktivasi makrofag termasuk makrofag yang terinfeksi
untuk membunuh bakteri. Beberapa bakteri ada yang resisten sehingga
menimbulkan stimulasi antigen yang kronik. Keadaan ini akan menimbulkan
pengumpulan lokal makrofag yang teraktivasi yang membentuk granuloma
sekeliling mikroorganisme untuk mencegah penyebarannya. Reaksi inflamasi
seperti ini berhubungan dengan nekrosis jaringan serta fibrosis yang luas yang
menyebabkan gangguan fungsi yang berat. Jadi kerusakan jaringan ini
disebabkan terutama oleh respons imun terhadap infeksi oleh beberapa bakteri
intraselular. Contoh yang jelas dalam hal ini adalah infeksi mikobakterium.
Mikobakterium tidak memproduksi toksin atau enzim yang secara langsung
merusak jaringan yang terinfeksi. Paparan pertama terhadap Mycobacterium
tuberculosisakan merangsang inflamasi selular lokal dan bakteri mengadakan
proliferasi dalam sel fagosit. Sebagian ada yang mati dan sebagian ada yang
tinggal dormant. Pada saat yang sama, pada individu yang terinfeksi terbentuk
imunitas sel T yang spesifik. Setelah terbentuk imunitas, reaksi granulomatosa
dapat terjadi pada lokasi bakteri persisten atau pada paparan bakteri berikutnya.
Jadi imunitas perlindungan dan reaksi hipersensitif yang menyebabkan
kerusakan jaringan adalah manifestasi dalam respons imun spesifik yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Page | 7
Judarwanto, Widodo. 2012. Imunologi Dasar: Mekanisme Pertahanan Tubuh
Terhadap Bakteri. Children Allergy Online Clinic, Jakarta Indonesia.
Munasir, Zakiudin. 2001. Respons Imun Terhadap Infeksi Bakteri. Sari Pediatri.
Vol. 2. No. 4
Page | 8