Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagaimana diketahui bahwa Negara Indonesia sedang dilanda krisis
ekonomi yang berlansung sejak beberapa tahun lalu. Tingginya krisis yang
dialami negeri kita ini diindikasikan dengan laju unflasi yang cukup tinggi.
Kondisi seperti ini tidak bisa dibiarkan untuk terus berlanjut dan memaksa
pemerintah untuk menentukan suatu kebijakan dalam mengatasinya.
Kebijakan moneter dengan menerapkan target inflasi yang diambil oleh
pemerintah mencerminkan arah kesistem pasar. Kebijakan moneter pada
dasarnya adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang
tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga.
Suatu otoritas moneter mempunyai pengaruh yang penting,walaupun
secara tak langsung, terhadap arah (trend) tingkat harga,output,dan nilai tukar
uang suatu negara. Otoritas moneter,Bank Sentral,melakukan hal tersebut
melalui kemampuannya dalam mengendalikan penawaran uang dan kredit
bank,serta melaui pengaruhnya terhadap tingkat suku bunga, arus kredit, dan
perkembangan sektor finansial pada sebuah perekonomian. Pengaruh spesifik
yang lain adalah kemampuan Bank Sentral untuk mengendalikan jumlah
maksimum suku bunga yang dapat dibayarkan terhadap jumlah simpanan
tertentu kepada bank-bank dan menentukan proporsi saham yang dapat dibeli
melalui kredit. Dalam hal-hal tertentu, Bank Sentral dapat mempunyai
kekuasaan temporer untuk mengendalikan kredit komersial, kredit
perumahan, dan kredit konstruksi lainnya.
Dalam menjalankan kebijakan moneter, Bank Indonesia (BI) dibebani
Multiple Objectives, yaitu selain menjaga stabilitas mata uang rupiah juga
sebagai bank sirkulasi yang memberi pinjaman uang muka kepada pemerintah
serta menyediakan kredit likuiditas dan kredit langsung kepada lembaga-
lembaga negara dan pengusaha. Kebijakan moneter merupakan instrumen
yang sangat diandalkan dalam mengatasi permasalahan ekonomi yang ada

1
pada suatu negara. Dengan demikian, kebijakan moneter sangatlah penting
dalam pembangunan dan pengembangan suatu negara.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian instrumen moneter?
2. Bagaimana instrumen moneter konvesional?
3. Bagaimana instrumen moneter islam?
4. Bagaimana aplikasi instrumen moneter?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana pengertian instrumen moneter
2. Untuk mengetahui bagaimana instrumen moneter konvesional
3. Untuk mengetahui bagaimana instrumen moneter islam
4. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi instrumen moneter

5.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Instrumen Moneter


Lembaga pemerintah yang berhak mengeluarkan kebijakan moneter
adalah bank sentral, dalam hal ini Bank Indonesia. Instrumen kebijakan
moneter dikeluarkan dengan harapan tujuan kebijakan moneter dapat
tercapai.
Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah menyangkut perilaku
bank sentral dalam penawaran uang dan pengaturan uang yang beredar pada
suatu negara. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan
yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, stabilitas harga serta pemerataan pembangunan) dan
keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) juga
tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang
dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca
pembayaran internasional yang seimbang.

B. Instrumen Moneter Konvesional


Suatu otoritas moneter mempunyai pengarug yang penting, walaupun
secara tak langsung, terhadap arah (trend) tingkat harga, output, dan nilai
tukar uang suatu negara. Otoritas moneter, Bank Sentral, melakukan hal
tersebut melalui kemampuannya dalam mengendalikan penawaran uang dan
kredit bank,serta melaui pengaruhnya terhadap tingkat suku bunga, arus
kredit, dan perkembangan sektor finansial pada sebuah perekonomian.
Pengaruh spesifik yang lain adalah kemampuan Bank Sentral untuk
mengendalikan jumlah maksimum suku bunga yang dapat dibayarkan
terhadap jumlah simpanan tertentu kepada bank-bank dan menentukan
proporsi saham yang dapat dibeli melalui kredit. Dalam hal-hal

3
tertentu,Bank Sentral dapat mempunyai kekuasaan temporer untuk
mengendalikan kredit komersial, kredit perumahan, dan kredit konstruksi
lainnya.
Tindakan-tindakan Bank Sentral dalam mengimplementasikan
kebijakan-kebijakannya tersebut telah mengalami evolusi yang panjang
sepanjang sejarah,begitu juga dengan bentuk kebijakan dari Bank Sentral itu
sendiri. Bank Sentral tersebut dalam melakukan implementasi kebijakannya
mempunyai empat macam instrumen (alat) utama yaitu :
1. Operasi pasar terbuka (Open Market Operation) atau OMO yang
mempengaruhi jumlah uang beredar.
2. Tingkat diskontro (Discount Rate) atau fasilitas diskonto yang
mempengaruhi biaya uang.
3. Ketentuan cadangan minimum (Reserve Requirement) atau RR yang
mempengaruhi jumlah kebijakan minimum dana pihak ketiga yang
harus dismpan (tidak boleh disalurkan sebagai kredit) oleh pihak.
4. Himbauan moral (Moral Suasion) yang mempengaruhi tindak-tanduk
para bankir manajer senior institusi-institusi finansial dalam kegiatan
operasional keseharian bisnisnya agar searah dengan kepentingan
publik/pemerintah.
Dikarenakan adanya jeda waktu (time lag) antar penerapan
(implementasi) kebijakan moneter dengan akibat pada tujuan akhir yang
ingin dicapai didalammenerapkan kebijakan moneter yang tepat untuk
tujuan ekonomi tertentu,maka harus digunakan suatu sasaran antara
(intermediate target) serta indikator antara. Oleh karena itu, pemakaian
sasaran-sasaran anatar dan indikator-indikator yang tepat adalah masalah
yang mendasar dalam implementasi kebijakan moneter sebagimana hal
tersebut juga adalah tuntunan bagi pembuat kebijakan dalam mencapai
tujuan akhir.
1. Open Market Operation
Definisi Open Market Operation (OMO) atau Operrasi Pasar
Terbuka adalah pembelian dan penjualan sekuritas pemerintahan
(goverment securities) yang dilakukan oleh Bank Sentral. Sekuritas

4
pemerintahan tersebut biasa berbentuk obligasi. Jika kita mengambil
contoh Amerika Serikat,maka kita akan melihat bentuk-bentuk sekuritas
yang dikeluarkan oleh pemerintah (dalam hal ini Departemen Keuangan
atau Treasury Departement) seperti Trasury Bill atau T-bill (jangka
pendek, <5 tahun), biasanya yang digunakan oleh Bank Sentral sebagai
objek OMO adalah sekuritas pemerintah jangka pendek saja.
Pada saat Bank Sentral melakukan kegiatan jual dan beli sekuritas
pementah tersebut, perekonomian akan terpengaruh dalam tiga hal yaitu:
a. Perubahan jumlah giro cadangan (reverse) institusi finansial. Jika
Bank Indonesia (BI) membeli Rp10 triliun obligasi pemerintah dari
institusi penyimpanan finansial, maka BI dianggap telah membayar
dengan meningkatkan jumlah cadangan giro institusi tersebut.
Artinya, institusi pemimpanan finansial tersebut telah mengubah
struktur aset dalam portofolionya, institusi tersebut sekarang
mempunyai kurang Rp10 triliun dalam bentuk obligasi pemerintah
dan Rp10 triliun lebih dalam bentuk giro cadangan pada BI. BI
sekarang mempunyai kenaikan Rp10 triliun dalam bentuk obligasi
pemerintah pada asetnya dan kewajibannya meningkat Rp10 triliun
dalam bentuk cadangan giro dari institusi penyimpanan finansial.
Giro cadangan institusi finansial juga dapat dikatakan bahwa apabila
BI membeli obligasi pemerintah,maka giro cadangan institusi
penyimpanan finansial akan meningkat sejumlah obligasi pemerintah
yang dibeli oleh BI tersebut. Lebih jauh dapat dikatakan bahwa jika
hal-hal lainnya tetap, maka jumlah penawaran uang akan meningkat
(mD) dalam jumlah tertentu dari pembelian yang dilakukan oleh BI
tersebut dimana tingkat kegiatan perekonomian akan meningkat
pula. Sebaliknya jika BI menjual obligasi pemerintah, maka akan
terjadi hal-hal yang sebaliknya dimana akan terjadi kontraksi pada
penawaran uang (mD) yang akan berakibat pada turunnya tingkat
kegiatan perekonomian.

5
b. Perubahan harga dan hasil (yield) dari sekuritas apabila terjadi
perubahan harga obligasi, maka akan terjadi perubahan dari hasil
(yield) dari obligasi tersebut. Peningkatan pemberian obligasi akan
mengakibatkan peningkatan harga obligasi yang akan meningkatkan
sejumlah penurunan dari yield obligasi tersebut, sebaliknya
penurunan pembelian obligasi akan menyebabkan turunnya harga
obligasi dan meningkatnya yield dari obligasi tersebut.karena Bank
Sental adalah pembeli/penjualbesar dari sekuritas pemerintah relatif
dibanding pembeli/penjual lainnya sehingga Bank Sentral dapat
secara langsung dapat memengaruhi tingkat harga obligasi
pemerintah tersebut,serta secara langsung memengaruhi tingkat
bunga yang kemudian akan memengaruhi tingkat suku bunga jangka
pendek lainnya. Pada prinsipnya, Bank Sentral dapat memengaruhi
tingka bunga jangka pendek,jangka menengah, maupun jangka
panjang dengan melakukan pembelian atau penjualan secara agresif
pada pasar-pasar tersebut. Untuk memelihara suatu tingkat harga
tertentu (sekaligus juga tingkat suku bunga tertentu) dari suatu
obligasi, Bank Sentral hanya perlu memiliki kesiapan untuk membeli
ataupun menjual sekuritas pemerintah dalam jumlah sebesar yang
para pedagang (trader) lainnya yang bersedia untuk menjual atau
membelinya pada harga tersebut. Suatu hal yang perlu diingat adalah
bahwa Bank Sentral tidak dpat memagu tingkat suku bunga serta
sekaligus memagu pertumbuhan penawaran uang pada tingkat yang
tidk konsisten dengan tingakat suku bunga yang tertentu tersebut.
c. Perubahan pikiran (expectation) dari keseluruhan perekonomian.
Terdapat suatu efek yang dinamakan announcement effect dari
kegiatan OMO yang dilakukan oleh Bank Sentral. Para ekonom dan
analisis moneter yang bekerja di Bank Sentral akan mengamati,
menelaah, dan kemudian membuat suatu prediksi tentang bagaimana
efek dari OMO yang akan terjadi terhadap variable-variable ekonomi
seperti tingkat suku bunga, tingkat inflasi, dan juga pada kehidupan

6
keseharian mereka sendiri. Sayangnya, tidak ada suatu kesepakatan
umum diantara para ekonom tentang bagaimana perkiraan perubahan
khususnya jika terjadi perubahan akibat OMO tertentu. Contohmya
adalah jika Bank Sentral melakukan pembelian sekuritas pemerintah
yang di satu pihak dapat dianggap sebagai kebijhakan moneter
ekspansioner yang mengakibatkan turunnya tingkat suku bunga,
meningkatnya produksi dan investasi bisnis, serta meningkatnya
tingkat pembelanjaan konsumen. Di lain pihak, suatu kebijakan
moneter yang ekspansioner akan mendorong timbulnya harapan
tentang akan tetap tingginya penawaran uang di masa depan dan
antisipasi terhadap inflasi. Perkiraan akan tingginya tingkat inflasi
akan mendorong kreditor untuk menambah premi inflasioner pada
suku bunga bunga rill yang akan mengakibatkan naiknya tingkat
suku bunga nominal. Lebih lanjut, perkiraan akan tingginya tingkat
inflasi akan menghambat terjadinya investasi bisnis dan
pembelanjaan konsumen.
Biasanya kebijakan OMO ini dikeluarkan dan ditentukan melalui
suatu komite operasi pasar terbuka. Jika mengambil contoh Amerika
Serikat, Federal Reverse System (Bank Sentral Amerika Serikat) atau
The Fed mempunyai suatu komite yang dikenal dengan nama FOMC
(Federal Open Market Committee). FOMC inilah yang memberikan
arahan (directive) kepada account managers dari badan pelaksana (New
York Fed). Arahan FOMC pada account managers tersebut terdiri dari
tiga bagian yaitu:
a. Bagian A: Pernyataan kualitatif dari tujuan stabilisasi. Contohnya
adalah, tingkat pengangguran yang rendah, tingkat inflasi yang
rendah, pertumbuhan output riil yang stabil, serta perbaikan neraca
pembayaran.
b. Bagian B: Rentang sasaran yang spesifik untuk tahun depan.
Sasaran-sasaran ini dapat berbeda-beda setiap tahunnya, tetapi

7
biasanya dinyatan sebagai kondisi kredit, tingkat suku bunga, dan
agregat moneter seperti M1 dan M2.
c. Bagian C: Daftar tujuan jangka pendek (2 bulanan) yang berkaitan
dengan hari-hari besar atau khusus tertentu, dimana kebocoran uang
(currency leakades) besar terjadi, yang konsisten dengan tujuan
dibagian B.
FOMC tidak menentukan tujuan tertentu untuk cadangan dalam
sistem. Adalah bergantung pada account managers untuk menentukan
nilai nominal uang dari sekuritas yang akan diperjualbelikan dpasar
terbuka dalam rangka mencapai tujuan yang dimandatkan dalam arahan.
Tentu saja kekuasaan darii aacount managers tersebut tidak terbatas,
apabila FOMC merasa arahannya tidak dilaksanakan, maka FOMC
dapat saja mengeluarkan instruksi verbal tambahan kepada account
managers tersebut sebelum pertemuan berkala FOMC (13 kali dalam
setahunnya) yang berikutnya.
Arahan FOMC tidak secara langsung dipublikasikan secar umum,
namun biasanya setelah 30 hari sejak tanggal dikerluarkan. Alasan dari
hal tersebut adalah karena sebagian orang dapat bertindak lebih cepat
dari sebagian orang yang lainnya dan mengambil keuntungan dari hal
tersebut sehingga terjadi kerugian pada pihak-pihak tertentu sehingga
FOMC perlu melakukan tindakan pencegahan.Pelaksanaa kebijakan
tersebut dengan kerahasiaan yang amat sangat dilakukan dengan cara
melakukan jual dan beli secara simultan melalui pedagang-pedagang
sekuritas agar net position The Fed tidak dapat dengan mudah diketahui.
Namun demikian, ada kritik yang menghendaki agar informasi tersebut
dipublikasikan secepatnya karena pada zaman globalisasi informasi ini
pembukaan informasi jarang menguntungkan sebagian orang dan
sekaligus merugikan sebagian orang. Yang jelas, menurut kritik tersebut,
kerahasiaan kebijakan hanya akan menciptakan keuntungan yang tinggi
(high premium) bagi orang-orang yang mendapatkan informasi dari
dalam (inside information).

8
Dalam operasinal kesehariannya, setelah account managers
tersebut menerima arahan dari FOMC, maka mereka akan mengarahkan
trading staff-nya dan kemudian terjadilah aksi-transaksi OMO. Dalam
pelaksanaannya, OMO terdiri dari dua jenis transaksi yaitu:
a. Pembelian dan penjualan lengkap dimana jika Bank Sentral menjual
suatu sekuritas, maka tidak ada kewajiban bagi Bank Sentral untuk
membelinya kembali. Bagitu juga sebaliknya bagi pembeli tidak ada
kewajiban menjualnya kembali kepada Bank Sentral.
b. Pembelian dibawah perjanjian pembelian kembali (REPO) dan
penjual yang sesuai dibawah sesuai perjanjian penjual kembali
(Revers REPO atau matched transaction). Dalam hal ini, Bank
Sentral membeli sekuritas dari dealer sepakat untuk membeli
kembali sekuritas tersebut dengan harga dan waktu n tingkat tertentu.
Dapat dikatakan bahwa transaksi tersebut adalah pinjaman kepada
dealer dan tingkat suku bunga ditentukan melalui pelelangan
diantara dealer. Reverse REPO adalah sebaliknya,The Fed menjual
sekuritas kepada dealer dan dealer menjual kembali sekuritas
tersebut kepada The Fed.
Awalnya REPO dan Reverse REPO, yang merupakan kontrak
jangka pendek (jangka 7-15 hari), ini digunakan terutama oleh bank-
bank komersial besar dan dealer sekuritas pemerintah untuk
pembiayaan alternatif dari simpanan sekuritas pemerintahannya.
Namun pada akhir-akhir ini, REPO dan Reverse REPO tersebut telah
digunakan secara rutin oleh berbagai institusi finansial baik bank
maupun non-bank dalam berbagai ukuran, sehingga New York Fed
cenderung menggunakan transaksi REPO dan Reverse REPO
tersebut untuk mengimplementasikan arahan kebijakan moneter dan
menjadikannya sebagai suatu alat investasi untuk institusi keuangan
asing serta juga bagi otoritas moneter asing.Melihat kepada rentang
waktunya, dapat diindikasikan bahwa penggunaan REPO dan
Reverse REPO dalam OMO ini hanya pada saat The Fed ingin
mengubah cadangan institusi penyimpanan finansial secara temporer.

9
Dynamic OMO didesain untuk mengubah tingkat cadangandari
institusi penyimpanan finansial melalui penjualan dan pembelian
sekuritas secara menyeluruh. Sebaliknya, defensive OMO penyusai
penyeimbang yang ditunjukan untuk memelihara tungkat keseluruhan
cadangan dari institusi penyimpanan. Dari waktu ke waktu
perekonomian menghadapi berbagai kejadian baik yang sudah
diperkirakan maupun yang tidak diperkirakan yang secara otomatis dan
temporer mengubah cadangan total dan atau penawaran uang.Dalam
rangka menjaga perekonomian pada tingkatan tertentu serta memelihara
cadangan keseluruhan, tindakan defensif jangka pendek yang sangat
dibutuhkan REPO dan Reverse REPO, karena sifat alamiahnya yang
berjangka pendek tersebut, dirancang untuk menjadi media defensif,
dimana REPO adalah untuk menyediakan cadangan temporer,
sedangkan Reverse REPO untuk mengurangi kelebihan cadangan
temporer (temporary reverse exsess).
2. Discount Rate
Instrumen kebijakan moneter ini berkaitan dengan fasilitas yang
dimiliki oleh bank-bank untuk meminjaman uang secara langsung
kepada bank sentral. Pinjaman tersebut berbentuk direct advance atau
over-draft yang disekuritisasi dengan aset-aset tertentu (biasanya
sekuritas pemerintah) pada saat sekarang. Biaya peminjaman (Bunga)
dari pinjaman itulah yang disebut sebagai Discount Rate atau Fasilitas
Diskontro.
Pada saat ini, hanya sebagian kecil dari cadangan yang dimiliki
oleh bank-bank yang dipinjam dari Bank Sentral. Kebanyakan
peminjaman yang dilakukan oleh bank-bank adalah untuk kepentingan
pemenuhan pembayaran dana pencairan simpanan yang dilakukan oleh
nasabah penyimpan atau deposen serta arus cadangan keluar (reverse
outflow), sehingga peminjaman tersebut biasanya dilakukan hanya
untuk penyesuain dan jangka waktu beberapa hari saja. Ketersediaan
dana kredit ini mengizinkan Bank Sentral untuk menarik cadangan dari

10
sistem perbankan melalui khawatir tentang adanya bank-bank yang
menghadapi kesulitan memenuhi ketentuan Reverse Requirement-nya.
Fasilitas diskonto ini juga membuat bank-bank yang kesulitan
dapat memenuhi kekurangan cadangan musimannya (seasonal reserve
deficiency) tanpa harus mengurangi portofolio peminjaman atau
melakukan penyesuain-penyesuain lainnya. Ketersediaan kredit ini juga
membebaskan bank-bank (terutama bank-bank kecil dan nasional) untuk
harus memegang portofolio aset likuid (seperti jangka pendek
pemerintah) yang mudah dijual untuk memenuhi kebutuhan peminjaman
musiman. Akibatnya, bank-bank tersebut dapat menggunakan bagian
yang lebih besar dana yang dapat diserapnya (giro-tabungan-deposito)
dari masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan dana kredit oleh
masyarakat dalam basis tahunan. Karena sifat alamiahdar peminjaman
musiman, kredit tersebut sering kali sangat besar pada bank-bank
tertentu secara berlangsung beberapa bulan lamanya.
Akses bank-bank terhadap sistem peminjaman tersebut tidaklah
otomatis karena adanya sistem yang mengendalikan besaran
penyimpanannya melalui suatu prosedur administratif serta peraturan
dan kondisi (yang mengevaluasi kelayakan alasan peminjaman tersebut)
Bank Sentral dan melalui penyesuaian dari tingkat diskonto.
Kadangkala, tingkat diskonto diubah untuk menciptakan sinyal yang
nyata tentang arah tingkat suku bunga yang diinginkan oleh Bank
Sentral. Lebih sering lagi adalah pergerakan tingkat diskonto
mereflesikan penyesuaian yang mencegahnya bias dari tingkat suku
bunga pasar.
Kredit yang diberikan oleh Bank Sentral tersebut biasanya terdiri
dari tiga kategori yaitu:
a. Kredit Penyesuain (Adjustment Credit), kredit jenis ini mengizinkan
institusi penyimpanan untuk menghadapi aktivitas peminjaman dan
kredit yang tidak terantisipasi.

11
b. Kredit musiman (Seasonal Credit), kredit jenis ini mengizinkan
institusi tertentu (seperti bank pertanian) untuk membiayai akses
khusus pada jendela diskonto (discount window) untuk membayai
aktivitas musiman seperti liburan,musiman tanam,dan musim panen.
Kredit musiman ini biasanya disediakan untuk institusi-institusi
peminjaman yang tidak mempunyai akses dan atau informasi ke
pasar uang nasional.
c. Kredit perpanjangan (Extented Credit), program ini dirancang untuk
memenuhi kebutuhan kredit jangka panjang dari institusi
peminjaman yang sedang menghadapi permasalahan yang
diakibatkan oleh masalah arus kas yang berlarut-larut.
Jika bank sentral mampu dan bersedia untuk menyediakan kredit
tingkat suku bunga tertentu dan dalam jumlah berapa pun, maka dapat
dikatakan bahwa dengan instrumen tingkat diskonto ini bank sentral
dapat mengendalikan tingkat bunga jangka pendek secara langsung.
3. Reserve Requirement
Industri perbankan adalah salah satu industri yang paling banyak
dibuat peraturan tentangnya (heavily regulated industry). Salah satu
bentuk pengaturan tersebut adalah Ketentuan Cadangan Minimum
(Reserve Requirement) atau RR yang biasanya ditetapkan berdasarkan
suatu undang-undang perbankan yang disahkan oleh Dewan Perwakilan
Rakyat.
Peraturan RR ini dirancang untuk menjamin pemilik uang atau
nasabah penyimpan (deposan) yang menyimpan uangnya dibank akan
mendapatkan uangnya jika ia menarik simpanannya (deposit). Walaupun
demikian, tidak semua dana simpanan tersebut dicadangkan karena bagi
bank sendiri sebenarnya RR ini merugikan karena idle cash yang diatur
oleh RR tersebut tidak menghasilkan pendapatan bagi bank. Peraturan
RR ini sendiri berubah-ubah besaran persentasenya untuk
mengakomodasi dan memfasilitasi peraturan moneter yang berlaku serta
untuk mencapai tujuan atau sasarannya bank sentral.

12
Dalam praktiknya RR ini menentukan berapa besar persentase
minimumdari dana simpanan deposan yang harus dicadangkan oleh
bank baik didalam kasnya maupun pada rekeningnya di Bank Sentral.
Pada waktu yang lalu dana cadangan tersebut lebih besar untuk demand
deposit (rekening giro) dibanding dengan cadangan untuk time deposit
(deposito berjangka), namun pada saat ini ketentuan RR ini dihitung
berdasarkan simpanan total deposan tanpa membedakan apakah itu giro,
tabungan, atupun deposito. Dibanyak negara ketentuan RR ini oleh bank
sentralnya diharuskan agar dihitung dalam jangka waktu mingguan dan
menjadi kewajiban bagi bank-bank untuk memenuhinya.
4. Moral Suasion
Bank sentral menggunakan pengaruhnya (kekuatan himbauan
moral) untuk mendorong institusi finansial agar cenderung berpihak
kepada kepentingan publik. Bank Sentral biasanya menggunakan
himbauan moral untuk meyakinkan para bankir dan manajer senior
institusi-institusi finansial agar lebih memperhatikan kepentingan jangka
panjang daripada kepentingan jangka pendek institusinya. Contohnya
adalah pada saat terjadi inflasi, bank sentral dapat menyarankan pada
institusi-institusi finansial agar mengurangi pemberian pinjaman (kredit)
yang sekaligus juga bersifat mendinginkan perekonomian yang sedang
panas (overheated).
Dalam praktiknya, himbauan moral dapat ditransformasikan
menjadi suatu instrumen yang sangat hebat yaitu apabila bank sentral
mengumumkan bahwa bank sentral akan mencatat institusi-institusi
mana saja yang bekerja sama dan mana yang tidak meminjamkan pada
discount window.
5. Aplikasi Instrumen Moneter Konvensional di Indonesia
Aplikasi Indonesia (BI) sebagai bank sentral di Indonesia, seperti
juga bank sentral lainnya di dunia, mempunyai beberapa instrumen
moneter yang antara lainnya sebagai berikut:

13
a. OMO melalui jual-beli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) di pasar uang
(saat ini tingkat suku bunga SBI adalah sebesar 17.58%).
b. RR yang ditentukan oleh Bank Indonesia (BI) (sebesar 5% pada saat
ini).
c. Rasio Kecukupan Modal atau Capital Adequancy Ratio (CAR) yang
ditentukan oleh Bank Indonesia (BI) (sebesar 8% pada saat ini).
d. Plafon kredit untuk sektor-sektor prioritas tertentu seperti sektor
usaha kecil dan menengah di daerah pedesaan.
e. Sistem pengawasan perbankan yang memakai sistem forward
looking risk-based supervision yang mengacu pada standar
internasional.
f. Fit and Proper Test yang ditujukan untuk orang-orang yang akan
menduduki posisi penting di bank-bank umum dimana orang-orang
tersebut harus lulus test sebelum menduduki jabatan tersebut.
g. BMPK (Batas Maksimum Pemberian Kredit) yang ditujukan untuk
membatasi pemberian kredit kepada kelompok usaha sendiri oleh
bank-bank.

C. Instrumen Moneter Islam


1. Mazhab Pertama (Istishaduna)
Pada masa awal islam dapat dikatakan bahwa tidak diperlukan
secara kebijaksan moneter dikarenakan hampir tidak adanya sistem
perbankan dan minimnya penggunaan uang. Jadi jika ada alasan yang
memadai untuk melakukan perubahan-perubahan terhadap penawaran
uang (M5) melalui kebijakan diskresioner. Selain itu, kredit tidak
memiliki peran dalam penciptaan uang, karena kredit hanya digunakan
diantara para pedagang saja serta peraturan pemerintah tentang surat
peminjaman (promissory notes) dan instrumen negosiasi (negotiable
instruments) dirancang sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan
sistem kredit tersebut menciptakan uang.
Promissory Notes atau Bill of Exchange dapat diterbitkan untuk
membeli untuk membeli barang dan jasa ataupun untuk mendapatkan
sejumlah dana segar, namun surat tersebut tidak dapat dimanfaatkan
untuk tujuan kredit. Kreditor dapat menjual surat tersebut akan tetapi

14
debitur tidak dapat menjual uang ataupun komoditi sebelum ia
menerima surat tersebut. Karena itulah tidak ada pasar untuk jual-beli
negotiable instruments, spekulasi dan penggunaan pasar uang menjadi
tidak ada,Jadi sistem kredit tidak menciptakan uang.
Aturan-aturan tesebut memengaruhi keseimbangan antara pasar
barang dan pasar uang berdasarkan transaksi tunai. Dalam nasia atau
aturan transaksi islami lainnya, pada saat komoditi dibeli saat ini
sedangkan pembayaran atau diterimanya untuk mendapatkan komoditas
atau jasa. Dengan kata lain, uang dipertukarkan dengan sesuatu yang
benar-benar memberikan nilai tambah bagi perekonomian. Transaksi
lainnya seperti judi, riba, jual-beli superficial promissory nites dilarang
dalam Islam sehingga keseimbangan antara arus uang dan barang atau
jasa dapat dipertahankan.
Jika diperhatikan dengan seksama, maka tampak bahwa perputaran
uang dalam priode tertentu sama dengan nilai barang dan jasa yang
diproduksi pada rentang waktu yang sama.
Instrumen lain yang digunakan pada saat ini untuk mengatur
jumlah peredaran uang serta mengatur tingkat suku bunga jangka
pendek yaitu OMO (melalui jual-beli surat berharga pemerintah) jelas
belum ada pada masa awal perkembangan islam. Selain itu, jelas
tindakan menaikan atau menurunkan tingkat suku bunga tersebut
bertentangan dengan ajaran islam karena adanya larangan yang
berkenaan dengan riba dalam islam itu sendiri.
Sistem yang diterapkan oleh pemerintah yang berhubungan dengan
konsumsi, tabungan, dan investasi, serta perdagangan telah menciptakan
instrumen otomatis untuk pelaksanaan kebijakan moneter. Pada suatu
sisi sistem ini menjamin keseimbangan uang dan barang/jasa dan pada
sisi lainnya mencegah penggunaan tabungan untuk tujuan selain
menciptakan kesetahteraan yang lebih nyata dimasyarakat. Tambahan
pula, adanya imbalan pahala dari Allah SWT. Untuk usaha dan bentuk
kegiatan perekonomian lainnya menambahkan nilai dari kegiatan ini
dimata kaum Muslimin. Al-quran menggambarkan perhatian kaum

15
Muslimin untuk penggunaan sumber daya yang telah disediakan oleh
Allah SWT. Sehingga memperluas pandangan kaum muslimin untuk
mempartisipasi dalam kegiatan investasi dan menyalurkan kekayaan
yang dimiliki untuk hal-hal yang tidak mendapatkan hak yang terlalu
istimewa melalui qard hasan, infaq, dan waqaf.
2. Mazhab Kedua (Mainstream)
Tujuan kebijakan moneter yang berlakukan oleh pemerintah adalah
maksi-misasi sumber daya (resources) yang ada agar dapat dialokasikan
kegiatan perekonomian yang produktif. Didalam Al-quran sudah jelas
bahwa kita dilarang untuk melalakukan penumpukan Uang (money
hoarding) yang pada akhirnya akan menjadikan uang tersebut tidak
memberikan manfaat terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat
secara keseluruhan. Kekayaan yang iddle tersebut akan menjadikan
sumber dana yang yang pada awalnya bersifat produktif menjadi tidak
produktif. Oleh sebab itu, mazhab kedua ini merancang sebuah
instrumen kebijakan yang ditunjukan untuk memengaruhi besar kecilnya
permintaan uang (MD) agar dapat dialokasikan pada peningkatan
produktifitas perekonomian secara keseluruhan.
Telah dijelaskan pada bagian-bagian sebelumnya bahwa
permintaan dalam Islam dikelompokan dalam dua motif, yaitu motif
transaksi (transaction motive) dan motif berjaga-jaga (precautionary
motive). Semakin banyak uang yang idle, maka berarti permintaan uang
untuk berjaga-jaga (MDpres) semakin besar, sedangkan semakin tinggi
pajak yang dikenakan terhadap uang yang idle berbanding terbalik
dengan permintaan uang untuk berjaga-jaga. Dues of idle fund adalah
instrumen kebijakan yang dikenakan pada semua aset produktif yang
idle.
Apabila permintaan uang yang ditujukan untuk berjaga-
jagameningkatkan (MDpres), maka usaha yang dilakukan pemerintah
untuk mengembalikan permintaan uang (MD) pada titik keseimbangan
(equilibrium) adalah dengan cara meningkatkan dues of idle fund.
Semakin tinggi dues of idle fund yang dikenakan terhadap uang yang

16
idle akan menyebabkan masyarakat enggan untuk tetap mempunyai
uang idle yang idle tersebut. Konsekuensinya masyarakat yang
mempunyai uang idle akan secara sukarela mengalokasikan
kekayaannya pada investasi yang sifatnya produktif.
Instrumen dues of idle fund juga dapat digunakan untuk
memengaruhi Permintaan Agregatif (AD). Kebijakan yang ditujukan
untuk meningkatkan Permintaan Agregatif (AD) atau untuk mendorong
laju pertumbuhan pendapatan nasional dapat dilakukan dengan cara
meningkatkan dues of idle fund.
Peningkatan dues of idle fund akan mengalihkan permintaan uang
yang sedianya ditujukan penimbunan uang/aset yang produktif kepada
tujuan penggunaan uang yang akan meningkatkan produktivitas uang
tersebut disektor riil, sehingga investasi akan meningkat. Peningkatan
investasi tentu saja berdampak pada peningkatan Permintaan Agregatif
(AD), sehingga kesimbangan umum yang baru akan berada pada tingkat
pendapatan nasional yang lebih tinggi.
3. Mazhab Ketiga (Alternatif)
Mazhab ketiga ini sangat banyak dipengaruhi oleh pemikiran-
pemikiran ilmiah dari Dr.M.A. Choudhury. Sistem yang kebijakan
moneter yang dianjurkan oleh mazhab ini adalah syuratiq process yaitu
dimana suatu kebijakan yang diambil oleh otoritas moneter adalah
berdasrkan musyawarah sebelumnya dengan otoritas sektor rill. Jadi
keputusan-keputusan kebijakan moneter yang dituangkan dalam bentuk
instrumen moneter biasanya adalah harmonisasi dengan kebijakan-
kebijakan di sektor rill.
Menurut pemikiran yang ada pada mazhab ini, kebijakan moneter
itu adalah repeat games in game theory dimana bentuk kurva penawaran
dan permintaan uang adalah seperti tambang yang melilit dan ber-slope
positif sebagai akibat dari know-ledge induced process dan informasion
sharing yang amat baik.

D. Aplikasi Instrumen Moneter


1. Sudan

17
Pada tahun 1984, setelah diperkenalkannya syariah islam di sudan,
BOS mengeluarkan arahan dan perintah kepada seluruh bank yang
beroprasi disudan agar menjalankan prinsip-prinsip perbankan yng
sesuai dengan syariah islam dalam aktivitas sehariannya. Akibatnya
BOS di hadapkam pada permasalahan subtitusi instrumen moneter
konvensional dengan instrumen moneter yang sesuai dengan syariah
islam untuk mempertahankan perannya sebagai pengawas dan pemberi
arahan bagi bank-bank.melakukan ekspansi atau kontraksi penawaran
uang atau kredit,dan mengimplementasikan kebikan moneter,serta
sekaligus menjaga kepentingan publik.
Berikut adalah instrumen-instrumen moneter yang digunakan oleh
BOS dalam oprasionalnya:
a. Reserve Requirement,setiap bank harus menyandangkan pada
simpanan BOS sedikitnya 20%(10% untuk simpanan dalam mata
uang asing) dari total dana simpanan masyarakat(dengan
pengecualian dana simpanan investasi) yang direfleksiakan pada
neraca akhir bulan bank tersebut.
b. Bank-bank komersial harus mencapai dan memelihara rasio
likuiditas sebesar 10% dari dana giro dan tabungan dalam bentuk
mata uang lokal.
c. Plavon kredit untuk sektor-sektor prioritas tertentu seperti:
1) Pertanian,
2) Eksport,
3) Perindustrian,
4) Pertambangan,
5) Energi,
6) Transportasi,
7) Pergudangan,
8) Pengrajin,
9) Perumahan rakyat,
10) Investasi pada pasar saham resmi.
d. Marjin keuntungan minimum untuk perjanjian murabaah(berkisar
antara 10%-50% tergantung pada sektor dan mata uang yang
digunakan).

18
e. Penyertaan minimum nasabah untuk perjanjian musyarakah sebagai
alat untuk mengatur jumlah ketersedian sumber daya untuk
kredit(sampai dengan 1998).
f. Jendela pembiayaan sebagai fasilitas siaga yang dapat di gunakan
oleh bank-bank jika mereka memintanya baik untuk keperluan
karena kekurangan likuiditas maupun pebiayaan investasi.
g. Aturan-aturan kualitatif dan kuantitatif seperti:
1) Ketentuan minimum 50% dari total kredit yang diberikan harus
untuk daerah rural.
2) Kelompok bank-bank dapat membentuk portopolio kredit untuk
sektor prioritas hanya jika mereka memberitahukan BOS
sebelumnya
3) Kredit tidak akan diberikan kepada orang yang gagal memenuhi
kwajibannya pada sistem perbankan kecuali jika di setujui
sebelumnya oleh BOS.
4) Presentase tertentu akan di ambil dari pendapatan bank yang
gagal didalam menyelesaikan keterlambatan pembayaran kredit
nasabahnya dimana jumlah nominalnya akan di tambahkan pada
bad debt provesion.
h. Foreign exchange operation sebagai alat BOS untuk menjaga
kestabilan nilai tukar uang (bukan untuk fungsi kontrol likuiditas).
i. Ijara certificate (sukuk) yaitu suatu sekuritas yang di maksutkan
untuk memobilisasi simpanan jangka pendek yang digunakan untuk
pembangunan proyek infrastruktur jangka panjang yang dilakukan
melalui sekuritasi aset pemerintah berujud seperti lapangan terbang
jalan raya,pabrik,sekolah rumah sakit dan lain-lain.
2. Iran
Iran adalah satu-satunya negara islam yang menerapkan sistem
perekonomian dengan mengacu pada pemikiran teori ekonomi islam
mazhab 1. Pada dasarnya instrumen-instrumen moneter yang ada
haruslah unsur yang dapat menjahui riba dan hal-hal yang
ketidakpastian. Ada banyak modifikasi yang dilakukan oleh otoritas
moneter di iran terhadap sistem perbankanya agar tetap bisa kompetitif
di era persaingan global ini.

19
Berikut adalah instrumen-instrumen moneter yang di pakai oleh
otoritas moneter iran:
a. Reserve Reqiurement Ratio.ketentuan rasio cadangan ini adalah
antara 10% sampai dengan 30% biasanya di gunakan untuk
menyerap kelebihan dana bank yang di anggurkan yang secara
potensial dapat di gunakan dalam peningkatan likuiditas.
b. Adjusted Open Market Oprations,Pada dasarnya OMO tidak dapat
efektiv digunakan pada negara yang pasar keuangannya atau
finansialnya belum berkembang.Oleh karena itu diperlukan
penyesuaian-penyesuaian agar dapat evektiv.Karena keharusan
menghindari suatu oprasi yang memakai intsrumen yang
berdasarkan suku bunga yang telah di tentukan.
c. Discounts Rates,Karena adanya pel;arangan terhadap riba ,maka
instrumen jenis ini tidak digunakan seluas seperti pada sistem
perbankan konvensional.Namun karena bank sentral adalah lender of
the last resort dan juga ultimate source of liquidity,maka bank sentral
seharusnya dapat menyediakan luikiditas pada saat dimana bank-
bank sangat mebutuhknya,sehingga menganggap bahwa discounting
sekuritas yang didasarkan pada transaksi rill.
d. Credit Ceiling,Instrumen ini di gunakan untuk mengendalikan
penciptaan uang,pertumbuhan luikuiditas oleh otoritas
moneter.Lebih lanjut instrumen ini juga di gunakan untuk
mengalosasikan dana dan fasilitas kredit terhadap sektor-sektor
tertentu dalam perekonomian yang di kehendaki.
3. Indonesia
Peraturan perbankaan syariah yang dikeluarkan pada tahun1998
yang menggantikan peraturan perbankan syariah 1992 telah
memungkinkan perkembangan perbankan syariah dengan sangat cepat.
Berkembangnya jumlah cabang bank syariah baik dari bank umum yang
berdasarkan syariah dari bank umum konvensional,serta meningkatkan
kemampuan dalam menyerap dana masyarakat yang terlihat dari dana
simpanan pihak ke tiga yang tertera di neraca bank-bank syariah
tersebut.

20
BI dalam menjalankan fungsi-fungsi bank sentralnya terhadap
bank-bank yang berdasarkan syariah mempunyai instrumen-instrumen
sebagai berikut:
a. Giro Wajib Minimum(GMW) yaitu simpanan minimum bank-bank
umum dalam bentuk giro pada BI yang besarnya di tetapkan oleh BI
berdasarkan presentase tertentu dari dana pihak ke tiga.GMW ini
adalah kewajiban bank dalam rangka mendukung pelaksanaan
prinsip-prinsip kehati-hatian perbankan serta juga mempunyi peran
sebagai instrumen moneter yang berfungsi mengendalikan jumlah
peredaran uang.
b. Sertifikat IMA, IMA adalah suatu instrumen yang digunakan oleh
bank-bank syariah yang kelebihan dana untuk mendapatkan
keuntungan dan di lain pihak sebagai sarana penyediaan dana jangka
pendek bagi bank-bank syariah yang kekurangan dana.Sertifikat ini
berjangka waktu 90 hari ,diterbitkan oleh kantor pusat
bankIndonesia. Pemindahtanganan sertifikat IMA hanya dapat
dilakukan oleh bank penanam dana pertama saja,sedangkan bank
penanam dana kedua tidak di perkenankan memindahtangankan
kepada pihak lain sampai berakhirnya jangka waktu.Pembayaran ini
dilakukan oleh bank syariah penerbit sebesar nilai nominal di
tambah imbalan bagi hasil.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Suatu otoritas moneter mempunyai pengarug yang penting,walaupun
secara tak langsung, terhadap arah (trend) tingkat harga,output,dan nilai tukar
uang suatu negara. Otoritas moneter,Bank Sentral,melakukan hal tersebut
melalui kemampuannya dalam mengendalikan penawaran uang dan kredit
bank,serta melaui pengaruhnya terhadap tingkat suku bunga, arus kredit, dan
perkembangan sektor finansial pada sebuah perekonomian. Pengaruh spesifik
yang lain adalah kemampuan Bank Sentral untuk mengendalikan jumlah
maksimum suku bunga yang dapat dibayarkan terhadap jumlah simpanan
tertentu kepada bank-bank dan menentukan proporsi saham yang dapat dibeli
melalui kredit. Dalam hal-hal tertentu,Bank Sentral dapat mempunyai
kekuasaan temporer untuk mengendalikan kredit komersial, kredit
perumahan, dan kredit konstruksi lainnya.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis sadar masih jauh dari
kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan, baik dalam materinya,

22
bahasa yang tidak baku maupun penyampaian isi makalah. Oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan dan menghargai kritik dan saran dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Karim, Adimawan. 2013. Ekonomi Makro Islam. Jakarta. Rajawali Pers

M.U.CHAPRA. 1997. Al Quran: Menuju sisitem moneter yang adil.

Yogyakarta:Dana Bhakti prima yasa.

MM. Metwally. 1995. Teori dan model ekonomi islam. Jakarta : Bakit Daya Insani

23
DAFTAR ISI

iii
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 2
C. Tujuan.................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Instrumen Moneter.........................................................
B. Instrumen Moneter Konvesional......................................................
C. Instrumen Moneter Islam.................................................................
D. Aplikasi Instrumen Moneter............................................................

24
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................... 1
B. Saran.................................................................................................... 1

DAFTAR PUSTAKA

MAKALAH
ii
EKONOMI MAKRO ISLAM
Instrumen Moneter

25
Oleh :
Liza Syamsiyah : 1416132123
Rina Ovtiandari : 1416133391

Dosen
Katra Pramerdeka, S.E.I.,M.E.I

PRODI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
IAIN (BENGKULU)
2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah
memberi motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.

26
Bengkulu,

Penulis

27

Anda mungkin juga menyukai