Anda di halaman 1dari 18

BAB V

KONSEP

5.1 Kota Berkelanjutan

Tema yang dipakai adalah tema sustained city atau Kota berkelanjutan adalah
kota yang dirancang dengan mempertimbangkan dampak yang terjadi pada lingkungan.
Dengan tujuan mengurangi input seperti kebutuhan energi biasa dan menggantinya
dengan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan, Yang berarti kota berkelanjutan
bertujuan membangun kota untuk masa depan yang sehat. Kota yang memperhatikan
antara keseimbangan pertumbuhan ekonomi dengan keseimbangan alamnya.

5.2 Konsep Struktur Peruntukan Lahan

Konsep peruntukan lahan yang akan direncanakan tidak jauh dari peruntukan
lahan eksisting dan sesuai RTRW, ada beberapa lokasi yang dirubah fungsi dan
dilakukan pembebasan lahan yang sesuai dengan RTRW dan Peraturan intensitas lahan
seperti Garis Sempadan Pantai dan Garis Sempadan Sungai, banyak bangunan yang
melanggar aturan Garis Sempadan Pantai dan Garis Sempadan Sungai, seperti hotel
dan bangunan ruko. Peluasan kaveling pada pelabuhan dan memusatkan satu fungsi
kegiatan di satu tempat seperti pendidikan, pemerintahan dan blok kawasan Pelabuhan
Perikanan Samudra yang di dalamnya terdiri dari beberapa cluster yang memiliki fungsi
masing-masing dan saling berkaitan.
PERKEBUNAN

PEMUKIM
AN
PERKEBUNAN

TPU
HOTEL
PEMUKIM
AN

TERMINA
L ruko
PEMUKIM PEMERINTAH
AN AN

perdagan
gan
PELABUH
AN PENDIDIK
PERIKAN PEMERINTAH
AN
AN
PEMUKIM
AN
PEMUKIM
AN
PESAWAHA
N

Gambar 5.1 Delineasi kawasan


RTH & Runag Publik

Terminal

Pemukiman Eksisting

Kawasan Pelabuhan
Perikanan Samudera
Palabuhanratu

Pesawahan Eksisting

Gambar 5.1 Struktur Peruntukan lahan


5.3 Intensitas Pemanfaatan Lahan
Konsep Intensitas Pemanfaatan Lahan akan disesuaikan dengan RTRW yang
ada, di antaranya seperti pembebasan lahan yang masuk kedalam garis sempadan
pantai dan garis sempadan sungai, lahan yang sebelumnya digunakan sebagai kegiatan
perdagangan dan jasa akan di rubah menjadi ruang terbuka hijau dan ruang publik.
Lokasi tersebut berada di sepanjang pesisir pantai teluk palabuhanratu dan sepanjang
sungai cimandiri.

Bangunan Deret KDB = 60 KLB =

Pusat Pemerintahan KDB

Pusat Jasa & Kuliner KDB = 60 KLB = 3

Pendidikan KDB = 80

Kawasan Pelabuhan KDB = 80 KLB=2


Gambar 5.2 Intensitas pemanfaatan lahan
Perkampungan Nelayan KDB = 80
Memperbanyak ruang terbuka hijau bertujuan untuk menyeimbangkan ekologi
pada kawasan ini. Warga palabuhanraru selain menjadi seorang nelayan diantaranya
adalah seorang petani, pesawahan di kawasan ini dikelola secara individu,
mempertahankan tanah pesawahan untuk mempertahankan kegiatan ekonomi para
warga Palabuhanratu.

5.4 Konsep Tata Bangunan


Penataan bangunan dibagi dalam beberapa jenis, bangunan pada kawasan
pelabuhan berbentuk kavling dimana setiap kavling memiliki fungsinya masing-masing
dan penataan bangunan pada ruas jalan nasional yang berupa koridor dengan membuat
bangunan deret yang diperuntukan bagi perdagangan dan jasa. Design bangunan akan
mengikuti sebuah bangunan green building, dimana semua bangunan akan lebih hemat
dan menggunakan sumberdaya alternatif. Setiap bangunan pada kavling akan
dipisahkan oleh ruang terbuka hijau dan ruang publik.

Semua sistem struktur yang ada di kawasan ini akan mengikuti bangunan tahan
Gambar 5.3 contoh penataan bangunan
gempa yang berada di jepang, Bangunan-bangunan yang berada di kawasan pelabuhan
Perikanan Samudra akan di desain sederhana namun kokoh. Bangunan terdiri dari 2
lantai dengan rooftop yang difungsikan sebagai penempatan panel surya sebagai
sumber daya listrik untuk kawasan ini. Setiap bangunan akan memiliki plaza tersendiri
yang difungsikan sebagai ruang publik.
Gambar 5.3 contoh bangunan palabuhan

Gambar 5.3 pemasangan solar cell pada rooftop

Penataan bangunan deret pada koridor akan dibuat sepanjang jalan Nasional III,
setiap blok bangunan deret akan memiliki panjang 60 meter, setiap blok akan memiliki
lahan parkir yang akan digunakan oleh pengunjung.
Gambar 5.3 penataan bangunan pada koridor

5.5 Konsep Ruang Terbuga Hijau


Penataan konsep Ruang Terbuka Hijau dikembangkan dibeberapa lokasi yang
masuk area pembebasan lahan yang terkena dampak Garis sempadan sungai dan Garis
sempada pantai, salah satunya di sepanjang bibir pantai teluk palabuhanratu, pesisir ini
sekarang terbangun sebuah hotel namun sesuai dengan peraturan, hotel tersebut masuk
ke dalam kawasan garis sempadan pantai yaitu 100 meter dari gari pasang tertinggi.
Konsep yang digunakan adalah Plaza dengan fungsi sebagai tempat olah raga
dan wisata bagi wisatawan dan warga sekitar, sehingga diharapkan mampu
meningkatkan pariwisata setempat.

Pembebasan
Gambar 5.3 lahan
contoh RTH pada juga
pesisir dilakukan
pantai disepanjang sisi sungai, terdapat 2 aliran
sungai yang melewati kawasan ini. Konsep yang diterapkan adalah mengubah area
yang masuk kedalam garis sempadan sungai menjadi ruang terbuka yang bisa
dimanfaaatkan sebagai ruang publik.
Gambar 5.3 contoh RTH pada GSS
Konsep tata hijau juga diterapkan pada persimpangan-persimpangan jalan yang
telah diganti dengan menggunakan roundabout.

Penanaman pohon penyerap bau di tanam disepanjang blok pelabuhan


perikanan karena ciri khas sebuah pelabuhan
Gambar adalah bau amis yang dihasilkan dari ikan-
5.3 design roundabout

ikan yang di tangkap. Setiap bangunan yang memiliki kegiatan yang berhubungan
dengan pengolahan dan perdagangan ikan, akan di batasi oleh buffer agar bau amis
tidak menyebar.

Gambar 5.3 Tanaman sebagai buffer

5.6 Konsep Tata Kualitas Lingkungan


Perubahan persimpangan menjadi roundabout juga akan difungsikan sebagai
Landmark pada kawasan ini, posisi yang berada di pintu masuk kawasan akan emjadi
aksen jelas bahwa kasan ini merupakan kawasan minapolitan dengan menggunakan
patung ikan, mengingat kembali Landmark yang pernah ada, yaitu patung ikan jangilus
yang akan di bangun kembali.

Selain landmark pada roundabout, pembuatan gerbang kawasan sebagai batas


Gambar 5.3 Landmark pada roundabout
bahwa kawasan ini sudah termasuk kawasan minapolitan.

Sistem tata kualitas lingkungan akan dilengkapi dengan pemasangan signage di


beberapa lokasi, signage ini berfungsi sebagai petunjuk arah dan posisi keberadaan.
Signage berisi sebuah peta kawasa, lokasi fasilitas dan penunjuk arah.
Gambar 5.3 Signage
Perbaikan kualitas pedestrian ditingkatkan dengan penambahan pohon,
pelebaran jalur pedestrian dan pemasangan guide blok bagi penyandang cacat dan jalur
khusus sepeda. Perbaikan pedestrian bertujuan untuk memfasilitasi warga agar tidak
selalu menggunakan sepeda motor untuk mengurangi polusi.

Fasade bangunan pada kawasan ini akan mengadopsi rumah adat sunda
Gambar 5.3 desain pedestrian
dengan konsep rumah panggungnya dengan penyelarasan dengan sistem modern,
selain berbahan ramah lingkungan, bangunan rumah adat sunda juga tahan terhadap
guncangan gempa bumi.
Sumber ; http://rumah.mylandsshore.com/rumah-panggung-sunda-modern/

5.7 Konsep Prasaran dan Utilitas Lingkungan


Sistem air bersih akan menggunakan sistem Reverse
osmosis (Osmosis terbalik) atau RO adalah suatu metode penyaringan yang dapat
menyaring berbagai molekul besar dan ion-ion dari suatu larutan dengan cara memberi
tekanan pada larutan ketika larutan itu berada di salah satu sisi membran seleksi
(lapisan penyaring), sederhananya adalah proses pengubahan air laut menjadi air siap
pakai melalui suatu pengolahan di suatu tempat yang kemudian di salurkan reservoir
yang berada ditempat yang lebih tinggi menggunakan pompa berkekuatan tinggi yang
kemudian di alirkan ke setiap bangunan menggunan gaya gravitasi. Fungsi dari sistem
RO ini adalah untuk mengurangi penggunaan air tanah karena kondisi air tanah di
kawasan ini termasuk air payau.
Gambar 5.3 proses reverse osmosis

Penanggulana bencana tsunami akan dicegah melalui proses evakuasi dengan


sistem yang telah dipersiapkan dengan perhitungan waktu yang telah di akumulasi,
perhitungan waktu proses evakuasi diasumsikan dengan target tujuan bukit terdekat
dengan syarata ketinggian tertentu, namun jika waktu tidak memungkinkan, Bangunan
Evakuasi Vertikal akan disediakan untuk menunjang proses evakuasi .
Pada penanggulangan bencana Tsunami akan dibuatnya suatu bangunan tinggi yang
berfungsi sebagai shelter Evakuasi Sementara. Ada beberapa kriteria lokasi untuk
shelter evakuasi vertikal tsunami di wilayah Indonesia:
1. Berada pada jangkauan penduduk yang akan dilayani selama waktu evakuasi
2. Berada pada zona aman dari breaking wave , yaitu minimal 200 meter dari tepi
pantai
3. Berada pada jalurr utama evakuasi, yaitu jalan utama di wilayah agar mudah
ditemukan Mempertimbangkan perilaku pengungsi yang akan bergerak menjauhi
pantai (arah pergerakan menuju ke luar kota)
4. Lahan lokasi shelter evakuasi tsunami dapat berupa lahan milik pemerintah
ataupun swasta.
Perbaikan ruas jalan dan pedestrian juga akan membantu melancarkan saat
proses evakuasi, lebar jalan yang mencukupi akan menghindari kondisi macet pada saat
proses evakuasi.
Gambar 5.3 perbaikan ruas jalan

Gambar 5.3 bangunan evakuasi tsunami sementara


Sistem persamapahan yang akan diperbaiki dimulai dengan penyedian tong
sampah yang kuat dan tahan lama. Serta sistem yang akan diperbaiki.

Sistem pengolahan sampah di TPA akan menggunakan sistem daur ulang dan
pemisahan jenis sampah, sehingga akan memaksimalakan proses pengolahan sampah
menjadi barang daur ulang, pupuk kompos dan penanganan limbah cair agar tidak
merusak lingkungan.
Perbaikan gorong-gorong pada pedestrian juga akan diperbaiki dengan
membesarkan ukuran gorong-gorong, menempatkan ducting kabel, pembuatan pulau-
pulau tanaman yang berfungsi sebagai resapan serta pembuatan biopori pada badan
jalan.

Anda mungkin juga menyukai