Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kontrasepsi

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti

melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur

yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi, kontrasepsi

adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya

pertemuan antara sel telur dengan sel sperma (Suratun,dkk. 2008. hal.27).

Secara umum, menurut cara penatalaksanaannya kontrasepsi dibagi menjadi dua,

yaitu:

1. Cara temporer (spacing), yaitu menjarangkan kelahiran selama beberapa

tahun sebelum menjadi hamil lagi.

2. Cara permanen (kontrasepsi mantap), yaitu mengakhiri kesuburan dangan

cara mencegah kehamilan secara permanen.

Adapun syarat-syarat alat kontrasepsi yaitu:

a. Aman pemakaiannya dan dipercaya

b. Tidak ada efek samping yang merugikan

c. Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan

d. Tidak mengganggu hubungan persetubuhan

e. Tidak memerlukan bantuan medis atau kontrol yang ketat selama

pemakaiannya

f. Cara penggunaannya sederhana atau tidak rumit

g. Harga murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat

h. Dapat diterima oleh pasangan suami istri (Proverawati,dkk. 2010. hal.1-2).


B. Kontrasepsi Suntik

Terdapat dua jenis kontrasepsi hormon suntikan KB.

1. Suntikan progestin

Kontrasepsi suntikan berdaya kerja lama yang hanya mengandung progestin dan

banyak di pakai sekarang ini adalah:

a. DMPA (Depo Medroxyprogesterone Asetat) atau Depo provera, diberikan

sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg. Disuntikkan secara intramuscular

di daerah bokong.

b. NET-EN (Norethindrone enanthare) atau Noristerat: Diberikan dalam dosis

200 mg sekali setiap 8 minggu atau setiap 8 minggu untuk 6 bulan pertama (=

3 kali suntikan pertama), kemudian selanjutnya sekali setiap 12 minggu

(Pinem, 2009. hal.269).

a. Cara Kerja:

1. Mencegah ovulasi

2. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi

sperma.

3. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi sehingga kurang baik

untuk implantasi ovum yang telah dibuahi.

4. Menghambat transportasi gamet oleh tuba (Speroff & Darney, 2005. Hal.

184).

b. Keuntungan Kontrasepsi ini adalah :

1. Efektifitasnya tinggi.

2. Sederhana pemakaiannya.

3. Cukup menyenangkan bagi akseptor (injeksi hanya dilakukan 4x setahun).

4. Reversibel.
5. Cocok untuk ibu-ibu yang menyusui anaknya (Prawirohardjo, 2008.

hal.551).

c. Efek Samping :

1. Adanya gangguan haid, berupa:

a) Siklus haid memenjang atau memendek.

b) Perdarahan bayak atau sedikit.

c) Perdarahan tidak teratur ataupun perdarahan bercak.

d) Tidak haid sama sekali.

2. Pada penggunaan jangka panjang akan terjadi defisiensi estrogen sehingga

dapat menyebabkan kekeringan vagina, menurunkan libido, gangguan

emosi, sakit kepala, jerawat, dan meningkatnya resiko osteoporosis

(Meilani,dkk. 2010. hal.108).

3. Amenorea (tidak terjadi perdarahan), perdarahan/perdarahan bercak

(spotting), meningkat/menurunnya berat badan (Saifuddin, 2006).

d. Waktu Pemberian dan Dosis

Depo provera sangat cocok untuk program post partum oleh karena tidak

mengganggu laktasi, dan terjadinya amenorea setelah suntikan. Suntikan Depo

provera tidak akan mengganggu ibu-ibu yang menyusui anaknya dalam masa

post partum, karena dalam masa ini terjadi amenorea laktasi. Untuk program post

partum Depo proverawati disuntikkan sebelum ibu meninggalkan Rumah sakit;

sebaiknya sesudah air susu ibu terbentuk, yaitu kira-kira hari ke-3 s/d hari ke-5.

Depo proverawati disuntikkan dalam dosis 150 mg/cc sekali 3 bulan. Suntikan

harus intramuskular dalam (Proverawati, 2008. hal.37).


2. Suntikan Kombinasi

Suntikan kombinasi yang beredar di pasaran Indonesia adalah kombinasi antara

25 mg medroksiprogesteron asetat dan 5 mg estradiol sipinoat yang diberikan secara

injeksi intramuskular sebulan sekali (Cyclofem). Cara kerja kombinasi ini pada

prinsipnya sama dengan kerja pil kombinasi. Yang membedakan adalah lebih secara

teknis karena isi dari kontrasepsi suntik ini tidak mengandung etinilestradiol maka

resiko terhadap hipertensi dan vaskularisasi yang disebabkan oleh hormone ini

praktis tidak terjadi. Maka kontrasepsi suntik ini lebih aman di pakai untuk

perempuan yang hipertensi. Demikian juga pada perempuan yang mempunyai

migrain juga lebih aman menggunakan kontrasepsi ini (Meilani,dkk. 2010. hal.106).

a. Cara Kerja:

1. Menekan ovulasi.

2. Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma

terganggu.

3. Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu.

4. Menghambat transportasi gamet oleh tuba (Saifuddin, 2006).

b. Keuntungan Kontrasepsi:

1. Sangat efektif, (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun

pertama.

2. Resiko terhadap kesehatan kecil, efek samping sangat kecil.

3. Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri.

4. Tidak perlu dilakukan periksa dalam.

5. Jangka panjang.

6. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik (Pinem, 2009. hal.276).


c. Efek Samping Yang Sering Terjadi:

1. Efek samping yang timbul sama dengan efek samping kontrasepsi oral

kombinasi. Perdarahan tidak teratur, terjadi terutama selama tiga bulan

pertama, dan sebagian besar klien mengalami siklus menstruasi teratur

setelah tiga bulan.

2. Efek samping lain yang sering muncul adalah nyeri tekan payudara,

peningkatan tekanan darah, timbul jerawat, dan peningkatan berat badan

(Varney,dkk. 2007. hal.484).

3. Amenorea, mual/pusing/muntah, perdarahan/perdarahan bercak (spotting),

perubahan suasana hati, penurunan libido (Pinem, 2009. hal.280).

C. Kontrasepsi Pil

Pil KB memberikan keuntungan yaitu tetap membuat menstruasi teratur,

mengurangi kram atau sakit saat menstruasi. Kesuburan juga dapat kembali pulih

dengan cara menghentikan pemakaian pil ini. Cara kerja pil KB adalah dengan

mencegah pelepasan sel telur. Pil ini mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi

(99%) bila digunakan dengan tepat dan secara teratur.

1. Pil Kombinasi

Pil kombinasi atau combination oral contraceptive pil adalah pil KB yang

mengandung kombinasi derivate estrogen (contoh: etinil estradiol) dan derivate

progestin (contoh: levonorgestrel) dalam dosis kecil (Proverawati,dkk. 2010.

hal.40).
a. Jenis Pil Kombinasi:

1. Monofasik

Monofasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung

hormon aktif estrogen dan progestin dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet

tanpa hormon aktif.

2. Bifasik

Bifasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung

hormon aktif estrogen dan progestin dengan dua dosis yang berbeda, dengan

7 teblet tanpa hormon aktif.

3. Trifasik

Trifasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung

hormon aktif estrogen dan progestin dengan tiga dosis yang berbeda, dengan

7 tablet tanpa hormon aktif (Glasier & Geiebb, 2006. hal.38-39 ).

b. Cara Kerja:

1. Menekan ovulasi

2. Mencegah implantasi

3. Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma

4. Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya

akan terganggu pula (Saifuddin, 2006).

c. Keuntungan:

1. Efektivitasnya dapat dipercaya (daya guna teoritis hampir 100%, daya

guna pemakaian 95-98%.

2. Frekuensi koitus tidak perlu di atur.

3. Siklus haid jadi teratur.


4. Keluhan-keluhan disminorea yang primer menjadi berkurang atau hilang

sama sekali (Prawirohardjo, 2008. hal.549).

d. Kelemahan:

1. Pil harus diminum setiap hari

2. Dapat mengurangi produksi ASI (karena terdapat hormone estrogen)

3. Kenaikan metabolisme sehingga sebagian akseptor akan menjadi lebih

gemuk

4. Dapat meningkatkan tekanan darah (pada kontrasepsi yang menggunakan

turunan estrogen yang jenisnya etinilestradiol)

5. Tidak mencegah infeksi menular seksual (PMS) (Meilani,dkk. 2010.

hal.93).

c. Efek Samping:

Efek samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan pil kombinasi ini

antara lain :

1. Peningkatan resiko thrombosis vena, emboli paru, serangan jantung,

stroke dan kanker leher rahim.

2. Peningkatan tekanan darah dan retensi cairan.

3. Pada kasus-kasus tertentu dapat menimbulkan depresi, perubahan suasana

hati dan penurunan libido.

4. Mual (terjadi pada 3 bulan pertama).

5. Kembung.

6. Perdarahan bercak atau spotting (terjadi 3 bulan pertama).

7. Pusing.

8. Amenorea

9. Nyeri payudara.
10. Kenaikan berat badan (Proverawati,dkk. 2010. hal.44).

11. Perdarahan tidak teratur, mual, pusing, nyeri payudara, berat badan

sedikit naik, berhenti haid, jerawat, dapat meningkatkan tekanan darah,

Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi dan

perubahan suasana hati, sehingga keinginan untuk melakukan hubunagn

seksual berkurang (Sulistiawati, 2011. hal.69).

2. Mini Pil

Mini pil hanya mengandung progestin saja (contoh: nerotindron, norgestrel, atau

linestrenol) dalam dosis rendah. Oleh karena itu, mini pil cocok untuk ibu menyusui

karena tidak mengandung derivat estrogen sehingga tidak mempengaruhi produksi

ASI. Dosis progestin yang digunakan adalah 0,03-0,05 mg per tablet. Contoh mini

pil yang beredar di pasaran adalah exluton dan mini pil (Proverawati,dkk. 2010.

hal.48).

a. Ada 2 jenis mini pil, yaitu:

1. Kemasan dengan isi 35 pil. Pil ini mengandung 300 mg levonogestrel

atau 350 mg noretindron.

2. Kemasan dengan isi 28 pil. Pil ini mengandung 75 mg desogestrel

(Saifuddin, 2006).

b. Cara Kerja Mini Pil:

1. Mencegah terjadinya ovulasi pada beberapa siklus

2. Perubahan pada motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu

3. Perubahan dalam fungsi korpus luteum

4. Mengentalkan lender serviks yang mengganggu penetrasi atau daya hidup

spermatozoa
5. Endometrium berubah sehingga menghalangi implantasi ovum yang telah

dibuahi (Pinem, 2009. hal.263).

c. Keuntungan:

1. Cocok sebagai alat kontrasepsi untuk perempuan yang sedang menyusui.

2. Sangat efektif pada masa laktasi.

3. Dosis gestagen rendah.

4. Tidak menurunkan produksin ASI.

5. Tidak mengganggu hubungan seksual.

6. Kesuburan cepat kembali.

7. Tidak memberikan efek samping estrogen.

8. Tidak ada bukti peningkatan resiko penyakit kardiovaskuler, resiko

tromoemboli vena dan resiko hipertensi.

9. Cocok untuk perempuan yang menderita diabetes mellitus dan migraine.

10. Cocok untuk perempuan yang tidak bisa mengkonsumsi estrogen.

11. Dapat mengurangi disminorea (Meilani,dkk. 2010. hal.101)

d. Efek Samping:

1. Perdarahan tidak teratur/terganggunya pola haid (spotting, amenorhea).

2. Nyeri payudara.

3. Fluktuasi berat badan.

4. Mual.

5. Kembung.

6. Depresi (Meilani, 2010. hal.102)

Anda mungkin juga menyukai