Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kreativitas

Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat sesuatu yang baru dan berbeda entah
sifatnya masih imajiner (gagasan) atau sudah diekspresikan dalam bentuk suatu karya. Karya di
sini tidak hanya bentuk suatu benda tapi dapat juga berupa berpaduan warna, detail.
Di samping itu pemikiran berbeda namun masih dapat diterangkan dengan penalaran atau logika
juga disebut Kreativitas. Ide-ide yang cemerlang atau kecerdasan yang tinggi disebut juga
sebagai kreativitas. Kreativitas sifatnya bawaan namun berkembangnya butuh adanya
kesempatan dari lingkungan atau butuh pengetahuan yang banyak tentang segala hal dari
lingkungan. Kreativitas adalah kegiatan otak yang teratur, komperehensif, dan imajinatif menuju
suatu hasil yang orisinil sehingga inovatif dari pada sekedar reproduktif. Kreativitas adalah
lawan dari tingkah laku conformitas.

2..2 Pengembangan Kreativitas


1. Dengan berkreasi, orang dapat mewujudkan dirinya, perwujudan diri tersebut termasuk
salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Menurut Maslow (Munandar, 1999)
kreativitas juga merupakan manifestasi dari seseorang yang berfungsi sepenuhnya dalam
perwujudan dirinya.
2. Kreativitas sebagai kemampuan untuk melihat kemungkinan-kemungkinan untuk
menyelesaikan suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang
mendapat perhatian dalam pendidikan formal. Siswa lebih dituntut untuk berpikir linier, logis,
penalaran, ingatan atau pengetahuan yang menuntut jawaban paling tepat terhadap permasalahan
yang diberikan.
3
4
Kreativitas yang menuntut sikap kreatif dari individu itu sendiri perlu dipupuk untuk melatih
anak berpikir luwes (flexibility), lancar (fluency), asli (originality), menguraikan (elaboration)
dan dirumuskan kembali (redefinition) yang merupakan ciri berpikir kreatif yang dikemukakan
oleh Guilford (Supriadi, 2001).
3. Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat, tetapi juga memberikan kepuasan
kepada individu.
4. Kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.
Mengingat pentingnya kreativitas siswa tersebut, maka di sekolah perlu disusun suatu
strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan kreativitas. Strategi tersebut diantaranya
meliputi pemilihan pendekatan, metode atau model pembelajaran. Salah satu pembelajaran yang
saat ini sedang berkembang ialah pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah
merupakan suatu pembelajaran yang menuntut aktivitas mental siswa untuk memahami suatu
konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan pada awal pembelajaran
(Ratnaningsih, 2003). Masalah yang disajikan pada siswa merupakan masalah kehidupan sehari-
hari (kontekstual).

2.3 Strategi 4P dalam Pengembangan Kreativitas


Setiap orang pada dasarnya memiliki potensi kreatif dan kemampuan mengungkapkan
dirinya secara kreatif dalam bidang dan kadar yang berbeda beda. Yang penting dalam
pendidikan adalah bahwa bakat kreatif dapat dan perlu ditingkatkan dan dikembangkan.

Pengembangan kreatifitas dengan pendekatan 4 P

1. Pribadi,
Kreatifitas adalah ungkapan keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungan. Dari
pribadi yang unik inilah diharapkan timbul ide ide baru dan produk produk yang inovatif.

2. Pendorong,
Untuk mewujudkan bakat kreatif siswa diperlukan dorongan dan dukungan dari
lingkungan (motivasi eksternal) yang berupa apresiasi, dukungan, pemberian penghargaan,
pujian, insentif, dan dorongan dari dalam diri siswa sendiri (motivasi internal) untuk
menghasilkan sesuatu. Bakat kreatif dapat berkembang dalam lingkungan yang mendukung,
tetapi dapat pula dihambat dalam lingkungan yang tidak mendukung. Banyak orang tua yang
kurang menghargai kegiatan kreatif anak mereka dan lebih memprioritaskan pencapaian prestasi
akademik yang tinggi dan memperoleh rangking tinggi dalam kelasnya. Demikian pula guru
meskipun menyadari pentingnya perkembangan kreatifitas tetapi dengan kurikulum yang ketat
dan kelas dengan jumlah murid yang banyak maka tidak ada waktu bagi pengembangan
kreativitas.

3. Proses,
Untuk mengembangkan kreativitas siswa, ia perlu diberi kesempatan untuk bersibuk
secara aktif. Pendidik hendaknya dapat merangsang siswa untuk melibatkan dirinya dalam
berbagai kegiatan kreatif. Untuk itu yang penting adalah memberi kebebasan kepada siswa untuk
mengekspresikan dirinya secara kreatif. Pertama tama yang perlu adalah proses bersibuk diri
secara kreatif tanpa perlu selalu atau terlalu cepat menuntut dihasilkan produk kreatif yang
bermakna.

4. Produk,
Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang bermakna
adalah kondisi pribadi dan lingkungan yaitu sejauh mana keduanya mendorong seseorang untuk
melibatkan dirinya dalam proses (kesibukan , kegiatan) kreatif. Yang tidak boleh dilupakan
adalah bahwa pendidik menghargai produk kreatifitas anak dan mengkomunikasikannya kepada
yang lain, misalnya dengan mempertunjukkan atau memamerkan hasil karya anak. Ini akan lebih
menggugah minat anak untuk berkreasi.

2.4 Tantangan dan Hambatan dalam Berpikir


Kreativitas merupakan kemampuan mental psikologis yang tidak tampak langsung
secara kasat mata. Kreativitas seringkali terbelenggu oleh pola berpikir yang kaku dan terikat
pada kaidah-kaidah baku atau alur sebab akibat secara konvensional. Disatu pihak, pola berpikir
demikian dapat memudahkan penentuan keputusan akhir dan mengkomunikasikannya kepada
pihak lain, namun di lain pihak malah akan mematikan timbulnya insiatif dan selanjutnya
membatasi berkembangnya kreativitas, sehingga inovasi sulit diperoleh.

Ada banyak tantangan yang dihadapi dalam proses berpikir kreatif, di antaranya adalah:

1. Ragu-ragu dan tidak ada keberanian dalam menyampaikan ide karena dihantui perasaan
takut salah, hawatir idenya akan dilecehkan orang lain, dan takut dikucilkan dari
lingkungan;

2. Sangat terikat pada mekanisme berpikir yang sudah terpola secara baku, sehingga
memandang tidak perlu direpotkan dengan mencari-cari sesuatu yang baru dan belum
tentu akan menjadi lebih baik;

3. Kondisi lingkungan yang bersifat status quo sehingga cenderung akan menolak
perubahan;

4. Proses berpikir yang lamban sehingga idenya keburu ditangkap pihak lain.

Lingkungan dan budaya tradisional seringkali menjadi penghambat utama bagi lahirnya
kreativitas. Misalnya: kurangnya wawasan dan penguasaan pengetahuan yang terbatas, tradisi
turun temurun yang mengajarkan bahwa seorang anak harus selalu patuh akan menghambat
kreativitas berpikir anak, pimpinan yang bersifat otoriter tidak memberi kesempatan kepada anak
buahnya untuk berbeda pendapat, penolakan lingkungan atas ide kreatif yang dimunculkan akan
mematikan semangat orang untuk menemukan terobosan baru, suasana hati yang sedang gundah
atau panas akan ikut menutup lahirnya ide baru, demikian pula ancaman atau tekanan (pressure)
dari pihak lain dapat membuyarkan gagasan-gagasan baru.

Proses berpikir kreatif akan menghasilkan ide-ide kreatif, yang selanjutnya dapat
dikembangkan menjadi model baru dalam menyelesaikan berbagai pekerjaan atau memecahkan
permasalahan. Namun demikian, ternyata tidaklah mudah untuk memunculkan ide sebagai
penyaluran hasil berpikir kreatif tersebut. Hal ini membutuhkan keberanian untuk
mengungkapkan gagasan baru, yang kemungkinan berbeda dari keyakinan dan kebiasaan
masyarakat. Sehubungan dengan hal itu, guru mempunyai kewajiban untuk mengangkat
kesadaran siswa akan pentingnya penguasaan kompetensi, dan menumbuhkan motivasi untuk
berani menampilkan kompetensinya.

Di antara sekian banyak kompetensi yang harus dikuasai siswa adalah kemampuan
menganalisis masalah. Hal ini tentu saja harus diawali oleh kemampuan berpikir logis, kritis,
kreatif, dan inovatif. Sehubungan dengan tuntutan di atas, maka harus diawali oleh semangat dan
motivasi guru untuk mengembangkan kreativitasnya, baik menyangkut perluasan wawasan
pengetahuan dan substansi keilmuan, maupun dalam hal memilih dan menetapkan strategi
pembelajaran yang dapat mendorong kreativitas siswanya. Namun, guru tidak boleh
mengesampingkan pemahamannya terhadap konsep-konsep dasar dalam pembelajaran.

2.5 Tahapan Proses Berpikir Kreatif

Menurut Veitzal Rivai dkk (2008: 767-769) ada empat tahap dalam proses berpikir kreatif,
yaitu: tahap persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Pada tahap persiapan dilakukan kajian
awal untuk mendalami fokus masalah yang dihadapi, kemudian dicari berbagai informasi dari
berbagai sumber sebagai bahan melakukan evaluasi atas rancangan analisis yang telah disiapkan.
Apabila masih dipandang perlu, kemudian dicari informasi tambahan untuk melengkapi bahan
analisis.

Pada tahap inkubasi, dilakukan relaksasi dan cooling down sambil mencari informasi
pelengkap. Seringkali ide cemerlang akan muncul pada tahap ini, yaitu ketika merenungkan
kembali hasil kajian yang terkonsentrasi penuh pada masalah yang dihadapi.

Tahap iluminasi merupakan tahap klimaks dari tahap inkubasi, yaitu dengan munculnya
gagasan cerdas untuk mengatasi persoalan. Selanjutnya pada tahap verifikasi, gagasan-gagasan
yang diperoleh melalui proses berpikir kreatif kemudian dianalisis dan diuji manfaat serta
kebermaknaannya.

Veitzal Rivai dkk (2008: 769-776) menjelaskan tentang lima teknik berpikir kreatif, yaitu:
merangsang ide, mendaftar sifat, hubungan yang dipaksakan, sumbang saran, dan prinsip
berselang seling.

Berdasarkan pandangan Veitzal Rivai di atas dapatlah disimpulkan sebagai berikut.

1. Merangsang ide (idea spurring) yaitu teknik berpikir kreatif yang menggunakan bantuan
daftar pertanyaan yang dapat merangsang terciptanya ide baru. Serangkaian pertanyaan
pemicu munculnya ide (gagasan) dari Alex F. Osborn dalam Veitzal Rivai terdiri dari:
Substitute?, Combine?, Adapt?, Magnify?, Modify?, Put to Other Use?, Eliminate?,
Reverse?

2. Mendaftar sifat (attribute listing) yaitu teknik berpikir kreatif yang menggunakan
elemen-elemen sifat dari suatu hal yang bersifat tangible (nyata).

3. Hubungan yang dipaksakan (forced relationship) yaitu teknik berpikir yang merangsang
kreativitas atas dasar asosiasi bebas yang dipaksakan. Misal dengan memaksanakan
untuk memadukan dua atau lebih gagasan lama yang independen.
4. Sumbang saran (brain storming) yaitu dengan mendapatkan banyak ide dari sekelompok
orang yang diperoleh dalam waktu singkat.

5. Prinsip berselang seling sebagai teknik berpikir kreatif sesungguhnya merupakan paduan
teknik yang dilakukan secara bergantian, yaitu: (1) Menghasilkan-Menilai Gagasan, (2)
Usaha Individu-Kelompok, (3) Bekerja-Beristirahat, (4) Usaha Terpusat-Meluas, dan (5)
Mengubah Sudut Pandang.

2.6 . Pengembangan Kreativitas Dalam Pembelajaran


Peran guru sebagai brain power menjadi motor penggerak untuk melahirkan karya-karya
kreatif anak bangsa. Kini sudah saatnya guru menjadi pelopor dan pengembang kreativitas siswa
melalui penyelenggaraan proses pembelajaran yang menumbuhkembangkan kemampuan kreatif.

Kreativitas tidak akan muncul secara instan, melainkan berproses dalam sebuah alur berpikir.
Berpikir kreatif awalnya dirangsang oleh munculnya berbagai kepenasaran dan keingintahuan
(curioucity), atau didorong oleh kebutuhan untuk memecahkan masalah yang rumit.

10

Bagaimanapun luasnya pengetahuan dan tingginya skill yang dimiliki guru, apabila tidak
disertai kemampuan transformasi secara baik, maka akan sulit bagi siswa untuk memahami
penjelasan gurunya. Sehubungan dengan hal itu, kemampuan pedagogic menjadi sangat penting
bagi seorang guru.

Pengembangan kreativitas dalam proses pembelajaran dapat dilakukan melalui tahapan


sebagai berikut:
1. Menyadari adanya masalah yang menarik perhatian dan penting untuk segera dicari
pemecahannya, atau menghadapi kebutuhan yang urgent, atau memiliki sebuah imajinasi
yang ingin diwujudkan untuk kemaslahatan umat;

2. Mengidentifikasi akar masalah, fokus kebutuhan, serta target produk imajinasi;

3. Mencari berbagai rujukan yang dapat memberi inspirasi bagi lahirnya ide-ide baru dalam
upaya memecahkan masalah atau mewujudkan keinginan di atas;

4. Merumuskan berbagai alternatif solusi atau produk yang belum pernah atau jarang
dilakukan orang lain;

5. Menilai setiap alternatif solusi melalui diskusi secara transparan agar dapat menemukan
alternatif terbaik;

6. Mengembangkan alternatif terpilih menjadi sebuah karya inovatif.

Dengan bergulirnya reformasi pendidikan telah memberi angin segar bagi perubahan
paradigma pembelajaran. Kegiatan belajar tidak hanya dimaknai sebagai proses transfer ilmu
pengetahuan dan keterampilan, melainkan berkembang menuju proses pendewasaan dan
kematangan intelektual, emosional, dan sosial. Pendidikan lebih diarahkan sebagai investasi
sumberdaya manusia, melalui upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam menyongsong masa
depan yang lebih baik.

11

Dengan demikian, dalam proses pembelajaran mengandung dua aktivitas penting, yaitu
belajar dan mengajar.

Hasil pembelajaran tidaklah bersifat instan, melainkan berproses secara sistematis untuk
membentuk makna bagi kedua belah pihak, baik siswa sebagai learner maupun guru sebagai
teacher. Keharmonisan interaksi di antara keduanya akan membangun suasana belajar yang
menyenangkan, sehingga pada saatnya akan menumbuh-suburkan semangat untuk berkarya
secara kreatif. Kehadiran guru professional yang kreatif akan memicu lahirnya inovasi proses
dan hasil pembelajaran yang bermutu tinggi.

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Untuk mengembangkan kreativitas anak dibutuhkan keharmonisan antara guru dan anak
dalam prose belajar mengajar dan tidak kalah pentingnya peran orang tua anak tersebut.
Kreativitas anak juga akan berkembang dengan hadirnya guru professional yang kreatif sebagai
pemicu lahirnya inovasi proses dan hasil pembelajaran yang bermutu tinggi.
3.2 Saran
1. Para tenaga pendidik,khususnya guru hendaknya terus mempelajari dan menerapkan
berbagai model dan strategi pembelajaran agar kreativitas anak meningkat.
2. Untuk mentransformasi dibutuhkan guru yang mempunyai kemampuan pedagogic yang
baik.
3. Adanya kerja sama orang tua anak dengan guru dan sekolah.

12

13

DAFTAR PUSTAKA

1. M.M Sutopo, Tjetjep.2005.Pengembangan Kreativitas Anak.Bandung:Depdiknas.


2. Salim,Sambas.2009.Pengembangan Kreativitas.Melalui (http://www.sambasalim.com)
3. S.pd,Trihardiyanti.2005.Perekembangan Aktivitas Anak Melalui Pembelajaran
BermasalahMelalui (http://binatalenta.com)
4. Basuki,Heru.2006.Pengembangan KreativitasMelalui
(http://www.heru.staff.gunadarma.ac.id)

Anda mungkin juga menyukai