Anda di halaman 1dari 5

CHITOSAN SEBAGAI BAHAN KOAGULAN

LIMBAH CAIR INDUSTRI TEKSTIL


Oleh : Teguh Prayudi dan Joko Prayitno Susanto *

Abstrak
The industrial development for textile in Indonesia has created environmental problem
caused by its untreated wastes due to limited inexpensive waste treatment technology
available. Chitosan is a chemical compound that can be obtained easily from chitin
made from crabs and shrimps shell with is abundantly available in Indonesia. One of
its superiority characteristic of chitosan is its capability in bonding colloidal solution
and heavy metals in textile waste. The aim of this research studies is assessing the
capability of chitosan to bond the colloidal solution in industrial waste treatment
process especially for textile industry.

Katakunci : limbah cair, chitosan, coagulan

1. PENDAHULUAN bahan organik yang tinggi serta mengandung


bahan sintetik yang sulit diuraikan oleh
Sampai saat ini industri tekstil masih
mikroba, sehingga mempunyai nilai COD
merupakan tulang punggung ekspor nasional,
tinggi. Buruknya kualitas limbah ini,
walaupun nilai ekspor tektil setelah krisis
mengharuskan adanya proses pengolahan
moneter sempat mengalami penurunan Namun
sebelum limbah dibuang ke perairan.
memasuki tahun 2000 sedikit demi sedikit
Pengolahan limbah tekstil pada umumnya
terjadi peningkatan eksport, baik dalam bentuk
menggunakan prinsip koagulasi dan flokulasi.
kain maupun bentuk jadi seperti garment.
Sebagai bahan koagulasi dan flokulasi banyak
Indikasi bangkitnya industri tekstil ini dapat
dipakai bahan kimia seperti ferri sulfat,
dilihat dari semakin ramainya aktifitas di Pasar
selulosa, protein dan senyawa polimer lainnya.
Tekstil Tanah Abang Jakarta yang makin
Meskipun penggunaan bahan-bahan
banyak dikunjungi oleh para pedagang dari luar
kimia dalam proses pengolahan limbah,
negeri, terutama yang berasal dari benua
meskipun dapat meningkatkan kualitas limbah,
Afrika.
yaitu dengan cara menghilangkan/mengurangi
Disamping memberikan nilai positif
polutan, tetapi penggunaan bahan kimia ini juga
terhadap pertumbuhan ekonomi nasional,
akan menghasilkan permasalahan baru
bangkitnya industri tektil juga memberikan
terhadap lingkungan yaitu membentuk limbah
kontribusi pada semakin buruknya kualitas
hasil pengolahan. Untuk itu, perlu dicari
lingkungan Indonesia. Industri tekstil
alternatif koagulasi dan flokulasi lain yang
merupakan industri yang banyak menggunakan
ramah lingkungan sebagai pengganti bahan
air dalam proses produksinya, sehingga
kimia pada proses pengolahan limbah industri
menghasilkan limbah cair yang cukup banyak.
tekstil tersebut.
Selain itu industri tekstil juga menggunakan
berbagai macam bahan kimia dalam proses
2. TUJUAN PENELITIAN
produksinya seperti bahan pewarna, naptol,
soda api dan bahan lainnya yang merupakan
Penelitian ini bertujuan untuk
bahan kimia pembantu. Bahan-bahan tersebut
mendapatkan manfaat chitosan yang berasal
merupakan sumber pencemar utama karena
dari kulit udang sebagai bahan koagulan limbah
hanya sebagian kecil yang terserap pada
cair industri tekstil, karena chitosan mempunyai
produk tekstil, sedangkan sebagian besar
gugus amino bebas yang dapat mengikat
terbuang bersama air buangan (limbah cair).
partikel-partikel koloid yang terkandung dalam
Limbah cair industri ini biasanya bersifat asam
limbah cair sehingga membentuk flok-flok yang
atau basa, berwarna tua dengan kandungan
dapat mengendap. Pengikatan partikel tersebut

*
Penulis adalah staf peneliti pada Kelompok Teknologi Produksi Bersih dan Pencemaran Udara
pada Direktorat Teknologi Lingkungan, Deputi Bidang Teknologi Informatika, Energi, Material dan
Lingkungan, Badang Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Chitosan Sebagai Bahan Koagulan Limbah (Teguh Prayudi dan Joko Prayitno Susanto) 121
akan menurunkan nilai-nilai polutan yang Cu, Cd, Hg, Pb, Cr, Ni, Mn, Co, Zn dan lain
terdapat pada limbah cair tekstil, sehingga air lain(4).
itu dapat dibuang keperairan umum tanpa Chitosan dapat larut dalam bermacam
mencemari lingkungan macam asam organik, asam klorida, dan asam
nitrat pada konsentrasi 0,15% s/d 1,1%.
3. TINJAUAN PUSTAKA Chitosan tidak larut dalam asam sulfat dan
sedikit larut dalam asam ortho pospat pada
3.1. Chitosan. konsentrasi 0,5%.
Kualitas chitosan tergantung pada
Chitosan merupakan polimer dengan beberapa parameter, misalnya untuk chitosan
nama kimia 2-amino-2-deoksi-D-glukosa, kualitas komersil disajikan pada tabel 1.
mengandung gugus amino bebas dalam rantai
karbonnya dan bermuatan positif sehingga Tabel 1. Standar Mutu Chitosan (5)
menyebabkan molekul tersebut bersifat resisten
terhadap stress mekanik. Gugus amino bebas Parameter Nilai
inilah yang banyak memberikan kegunaan bagi Ukuran partikel Dari bubuk sampai
chitosan(1). serpihan
Struktur kimia chitosan disajikan pada
gambar 1 Kadar air < 10 %
Kadar abu < 2%
CH2OH CH2OH
H H H
H
Warna larutan Jernih
O O
OH H H
OH
Derajat deasetilasi > 70
n
H NH2 H NH2 Viskositas:
- Rendah < 200 (cps)
Gambar 1. Struktur kimia chitosan
- Medium 200 s/d 799 (cps)
Chitosan diperoleh dari chitin melalui - Tinggi 800 s/d 2000 (cps)
proses deasetilasi. Sedangkan chitin - Ekstra tinggi > 2000 (cps)
merupakan bahan yang dapat diperoleh dari
proses pengolahan limbah industri perikanan,
3.2. Limbah Cair Industri (Tekstil).
seperti kulit udang, kulit dan kepala kepiting dll.
Semakin banyak gugus asetil yang hilang
Proses produksi suatu industri pasti akan
dari polimer chitin, semakin kuat interaksi ikatan
menghasilkan limbah, baik sebagai limbah cair,
hidrogen dan ion dari chitosan. Sehingga
padat dan gas serta dampak kebisingan
chitosan bermuatan positif, berlawanan dengan
terhadap lingkungan. Demikian pula dengan
polisakarida alam lainnya.
industri tekstil, dimana pada prosesnya
Chitosan mempunyai potensi untuk
membutuhkan jumlah air yang cukup banyak
digunakan dalam industri dan bidang
sebagai media untuk melarutkan bahan
kesehatan. Beberapa kegunaan chitosan
pewarna dan zat kimia lainnya, maupun
antara lain sebagai(2):
sebagai media untuk mencuci produk akhir
tekstil, sehingga menghasilkan limbah cair yang
1. Membran penukar ion
cukup banyak dengan kandungan sisa bahan
2. Bahan pemurni air
pewarna serta bahan kimia lainnya yang cukup
3. Bahan baku benang untuk operasi
tinggi.
plastik/bedah
Limbah cair tekstil umumnya bersifat
4. Bahan powder untuk sarung tangan
asam atau alkali dengan bahan organik tinggi.
pembedahan
Hal ini dapat dilihat dari tingginya nilai BOD,
5. Koagulan dan flokulan
COD, lemak dan minyak. Limbah cair tekstil
juga mengandung fenol dan logam berat seperti
Penggunaan chitosan tergantung dari
Cr, Br, Fe, Mn dan kadang-kadang Cu dan Cd.
kualitasnya. Sebagai contoh chitosan dengan
Untuk mencegah terjadinya pencemaran
kualitas rendah dapat digunakan pada
pada lingkungan, maka pembuangan limbah
pemrosesan limbah cair industri, sedang
cair dari industri tekstil harus memenuhi standar
chitosan dengan kemurnian tinggi dibutuhkan
baku mutu limbah sebagaimana yang telah
dalam bidang kesehatan, seperti bahan obat-
diatur dalam Keputusan Menteri Negara
obatan(3). Sebagai bahan pemrosesan limbah
Lingkungan Hidup RI Nomor 51 Tahun 1995
cair, chitosan mampu menurunkan kadar COD,
(tabel 2).
BOD, padatan tersuspensi, warna, kekeruhan
dan mampu mengikat logam berat seperti Fe,

122 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.1, No. 2, Januari 2000 : 121-125


Tabel 2. Bakumutu Limbah Cair Industri Pembuatan chitin maupun chitosan ini
Tekstil(6) dilakukan sendiri di laboratorium teknologi
lingkungan, Direktorat Teknologi Lingkungan,
Nilai Maksimum BPPT.
Parameter
A B Chitin sebagai bahan baku pembuatan
BOD 60,0 ppm 6,00 kg/ton chitosan diperoleh dari hasil isolasi kulit udang
COD 150,0 ppm 15,00 kg/ton melalui proses deproteinasi, demineralisasi dan
50,0 ppm 5,00 kg/ton pemutihan melalui prosedur yang telah
Padatan
tersuspensi dikembangkan sendiri di Laboratorium. Chitin
yang diperoleh, kemudian diproses lebih lanjut
Phenol total 0,5 ppm 0,05 kg/ton dengan proses deasetilisasi untuk
Krom total 1,0 ppm 0,10 kg/ton menghilangkan gugus asetil sehingga diperoleh
Amonia total 8,0 ppm 0,80 kg/ton polimer 2-amino-2-deaksi-D-glukosa (chitosan)
Sulfida 0,3 ppm 0,03 kg/ton yang mengandung gugus amino bebas pada
Minyak/lemak 3,0 ppm 0,30 kg/ton rantai karbonnya.
pH 6~9
Tabel 3. Hasil Analisa Kualitas Chitosan
A : Kadar Polutan; B : Beban Polutan
Parameter Nilai
3.3. Koagulasi
Randemen terhadap
18,78 %
Partikel-partikel dalam sistem koloid bahan baku chitin
mempunyai ukuran yang sangat kecil yaitu Kadar air 0,69 %
berkisar antara 10-7 cm sampai dengan 10-5 cm. Kadar protein 2,28 %
Sifat partikel selalu dalam keadaan stabil, hal Kadar mineral 0,55 %
ini disebabkan karena muatan antar patikel Derajat deasetilasi 75,45 %
sama sehingga terjadi gaya tolak menolak.
Karena sifatnya tersebut maka partikel koloid
akan selalu menyebabkan kekeruhan dan sulit 4.2. Proses Koagulasi Limbah Cair Industri
untuk dipisahkan dengan cara penyaringan Tekstil Menggunakan Chitosan
maupun pengendapan. Salah satu cara untuk
dapat memperbesar ukuran partikel tersebut Kemampuan chitosan sebgai bahan
koagulai limbah cair industri tekstil, diteliti
adalah dengan menetralkan muatan partikel
dengan jalan menambahkan larutan kimia dengan mengikuti tahap-tahap penelitian
sebagai berikut :
tertentu, sehingga partikel-partikel koloid akan
membentuk suatu gumpalan. Cara tersebut 1. Chitosan yang dihasilkan dari proses
dinamakan koagulasi(7). Ketidakstabilan pada pengolahan chitin, dijadikan bahan
koagulan dengan cara melarutkannya
sistim koloid akibat penetralan muatan akan
menurunkan besarnya gaya tolak menolak dalam asam asetat (CH3COOH) 2% sampai
antar partikel-partikel koloid tersebut. diperoleh larutan chitosan dengan kadar
1%.
Senyawa kimia yang dapat digunakan
sebagai bahan kogulan biasanya adalah 2. Limbah cair dari industri tekstil diambil
senyawa yang mempunyai molekul berukuran sebagai sampel, agar tidak terlalu pekat
limbah cair tersebut diencerkan terlebih
besar dan mempunyai gugus reaktif
disepanjang rantainya, misalnya selulosa, dahulu sebelum dilakukan proses koagulasi
protein dan senyawa polimer lainnya. Faktor dengan koagulan chitosan. Sebagai
pembanding digunakan bahan koagulan
faktor yang mempengaruhi koagulasi adalah
lamanya pengadukan, dosis koagulan yang FeSO4 400 ppm.
dipakai, temperatur proses, pH dan pengaruh 3. Optimalisasi proses koagulasi dipelajari
dengan melakukan perubahan variabel
faktor fisik lainnya. Faktor-faktor tersebut
sangat mempengaruhi efektifitas zat yang proses seperti konsentrasi chitosan dan pH
dipakai sebagai koagulan larutan. Variabel konsentrasi chitosan yang
dipelajari adalah 30 ppm, 40 ppm, 50 ppm,
60 ppm dan 70 ppm dengan waktu
4. METODE PENELITIAN
pengadukan konstan (15 menit) dan pH
juga tetap (pH=8). Sedangkan untuk
4.1. Pembuatan Chitosan
variabel pH dilakukan dengan membuat pH
larutan dari 5, 6, 7, 8 sampai 9 dengan
Bahan baku chitosan adalah chitin yang
merupakan hasil ekstraksi dari limbah kulit jalan menambahkan larutan NH4OH atau
udang yang diambil dari eksportir udang beku CH3COOH. Penurunan terbesar dari
PT Hotan Jaya, Muara Baru, Jakarta.

Chitosan Sebagai Bahan Koagulan Limbah (Teguh Prayudi dan Joko Prayitno Susanto) 123
analisa parameter air limbah menunjukkan menggunakan chitosan, maka dapat dilihat
proses koagulasi maksimum. effektifitas chitosan sebagai koagulan. Selain
itu untuk mendapatkan hasil yang optimum,
4.3. Analisa Kualitas Air Limbah. juga dilakukan beberapa penelitian terhadap
perubahan variabel proses seperti konsentrasi
1. Analisa BOD, dilakukan dengan chitosan dan pH chitosan.
menggunakan alat DO meter untuk Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel
menghitung nilai oksigen yang terlarut 4. dan grafik 1.
dalam air limbah tersebut. Air limbah
sampel dan yang telah dikoagulasi diaerasi Tabel 4. Hasil analisa parameter limbah tekstil
selama 15 menit, kemudian ditambahkan setelah koagulasi
nutrisi yang mengandung nitrogen dan Koagulan, Parameter
pospor, selanjutnya masing-masing ppm (A) (B) (C) (D)
dimasukkan ke dalam 2 buah botol, dimana
Chitosan, 30 345,5 192,1 25,2 72,0
yang satu langsung diukur nilai oksigennya,
sedangkan yang lain di inkubasi selama 5 Chitosan, 40 304,6 161,4 20,0 54,2
hari pada suhu 20 C 1 C. Chitosan, 50 116,5 110,2 11,4 43,3
2. Analisa COD, dilakukan dengan Chitosan, 60 406,9 227,9 9,2 44,5
memasukkan 10 ml sampel air limbah ke Chitosan, 70 452,9 335,3 16,8 69,7
dalam erlenmeyer ukuran 125 ml,
FeSO4, 400 115,4 43,8 1,4 40,5
kemudian ditambahkan 5 ml larutan
K2Cr2O7 dan dikocok. Larutan yang terjadi Keterangan :
ditambahkan 15 ml asam sulfat dan diaduk, - (A) COD, (B) BOD, (C) Kekeruhan, (D)
selanjutnya erlemeyer ditutup dengan kaca Padatan tersuspensi.
penutup, mendiamkan selama 30 menit. - Data awal limbah cair industri tekstil
Campuran tersebut kemudian diencerkan sebelum proses koagulasi :COD (692,32
dengan menambahkan 7,5 ml aquades dan ppm), BOD (478,49 ppm), Kekeruhan
2~3 tetes indikator Ferroin. Pengukuran (54,39), Padatan tersuspensi (93,21
COD diperoleh dari hasil titrasi larutan ppm) dan pH (8).
tersebut dengan FAS (Ferrous Ammonium
Sulfat) sampai terjadi perubahan warna dari
kuning oranye / biru kehijauan menjadi 90
merah coklat. 80
3. Analisa padatan tersuspensi, dilakukan
dengan jalan menyaring sampel sebanyak 70
Penurunan (%)

50 ml dengan kertas saring yang telah 60


ditimbang sebelumnya. Kertas saring
tersebut kemudian dikeringkan pada suhu 50
103~105 C selama 1 jam, lalu didinginkan
40
dalam desikator selama 1 jam. Setelah
dingin kertas saring tersebut di timbang 30
kembali.
4. Analisa pH, dilakukan dengan 20
menggunakan pH meter 4 5 6 7 8 9 10
5. Analisa kekeruhan, digunakan alat
pH larutan
turbidimeter.

6. HASIL DAN PEMBAHASAN A : COD, B : BOD, C : Kekeruhan,


D : Padatan Tersuspensi
Dari parameter yang di analisa maka
tampak bahwa kualitas chitosan yang Grafik 1. Pengaruh pH ChitosanTerhadap
dihasilkan dan digunakan dalam penelitian ini Penurunan Kadar Polutan Limbah
cukup memenuhi kualitas bakumutu chitosan
yang ditentukan. Dari tabel tersebut dapat di lihat bahwa
Pada percobaan ini koagulan yang chitosan dapat digunakan sebagai bahan
digunakan FeSO4 sebagai pembanding dengan koagulan untuk limbah cair industri tekstil,
alasan bahwa ferri sulfat adalah koagulan yang dengan hasil yang cukup memuaskan, karena
paling banyak digunakan dalam proses dapat menurunkan kandungan beberapa
pengolahan limbah secara koagulasi. Dari parameter dalam limbah sampai mendekati nilai
perbandingan hasil koagulan dengan yang diperoleh oleh koagulan FeSO4. Pada
konsentrasi 50 ppm, penggunaan chitosan

124 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.1, No. 2, Januari 2000 : 121-125


menunjukkan hasil optimal dimana nilai Disamping pada bidang pengolahan
parameter A & D tidak berbeda jauh dengan limbah, perlu aplikasi chitosan pada bidang-
hasil yang diperoleh bila menggunakan bidang yang lain seperti farmasi, kedokteran,
koagulan FeSO4. fotografi, dll.

Meskipun hasil dari koagulasi DAFTAR PUSTAKA


menggunakan chitosan ternyata masih sedikit
dibawah hasil dari koagulasi menggunakan 1. Knorr, Dietrich, 1982,. Functional
FeSO4, namun penggunaan chitosan sebagai Properties of Chitin and Chitosan, Journal
bahan koagulan mempunyai beberapa of Food Chemistry, Vol. 47.
keunggulan karena mudah diperoleh dari bahan 2. Muzzarelli, R.A.A., 1985,. New Derivative
yang berlimpah (limbah kullit udang), dan of Chitin and Chitosan : New Development
merupakan bahan tidak beracun (non-toxic) in Industrial Polysacharides, Gordan and
serta mudah terurai sehingga tidak Beach, Science Publishing, New York.
menghasilkan bahan pencemar baru setelah 3. Bastaman,S., 1989, Studies on
proses pengolahan limbah. Dengan Degradation and Extraction of Chitin and
pertimbangan hal-hal tersebut, maka alternatif Chitosan from Frawn Shells, The
penggunaan koagulan chitosan dipandang Department of Mechanical, Manufacturing,
sebagai alternatif yang cukup menggembirakan Aeronautical and Chemical Engineering,
karena sifatnya yang ramah terhadap The Queen's University Belfast.
lingkungan. 4. Bough, W.A., 1976, Chitosan a Polymer
Dari hasil analisa dapat dilihat bahwa from Seafood Wastes for Use in Treatment
pH chitosan mempunyai pengaruh terhadap of Food Processing waste and Activated
penurunan nilai parameter polutan limbah cair Sludge, Process Biochemical, Vo. 11 (1),
industri tekstil. Prosentase penurunan tertinggi pp. 3
diperoleh pada kondisi pH 8. Pada suasana 5. Anonymous, 1987, Cational Polymer for
alkali, gugus amino yang terdapat pada Recovering Valuable by Product from Food
chitosan lebih reaktif dibanding pada suasana Processing, Protan Laboratories, Burgess.
asam (pH rendah). Sehingga proses 6. Anonymous, 1995, Keputusan Menteri
pembentukan koagulan antara chitosan dengan Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 1995
koloid dalam limbah akan lebih kuat. tentang Baku Mutu Limbah Cair Industri,
Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup.
6. KESIMPULAN 7. Buchari, B, Bunjali, 1981, Perlakuan Air
dan Air Buangan Secara Koagulasi dari
1. Kondisi operasi untuk koagulasi chitosan Partikel Tersuspensi, ITB, Bandung.
yang optimum pada penelitian ini adalah
pada konsentrasi 50 ppm dalam suasana
RIWAYAT HIDUP
alkali ( pH = 8 )
2. Secara umum hasil koagulasi dengan
chitosan masih di bawah hasil FeSO4, Teguh Prayudi, lahir di Yogyakarta 30 Januari
tetapi penggunaan chitosan dalam proses 1962. Menyelesaikan pendidikan S1 di Jurusan
ini dipandang mempunyai keunggulan/ Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
prospek yang lebih baik karena chitosan Diponegoro tahun 1989 . Bekerja di Direktorat
merupakan senyawa biologis bipolimer Teknologi Lingkungan, Deputi Bidang TIEML,
yang mudah terurai dan tidak bersifat toxic. BPP Teknologi sejak tahun 1989 sampai
Sedangkan penggunaan FeSO4, meskipun sekarang.
dapat menurunkan bahan koagulasi lebih
baik, tetapi dipandang sebagai proses yang Joko Prayitno Susanto, lahir di Bojonegoro 14
kurang ramah terhadap lingkungan karena November 1960. Menyelesaikan pendidikan S1
masih menghasilkan limbah baru. di Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas
Gadjah Mada tahun 1984, pendidikan S2
7. SARAN jurusan Teknik Lingkungan, Kitami Institute of
Technology-Jepang tahun 1993, pendidikan S3
Perlu dilakukan penelitian yang lebih Jurusan Lingkungan - Okayama University
lanjut mengenai penggunaan chitosan, Jepang Tahun 1996. Bekerja di Direktorat
terutama pada polutan-polutan lain seperti Teknologi Lingkungan, Deputi Bidang TIEML,
penyerapan logam berat, protein, dll. BPP Teknologi sejak tahun 1985 sampai
sekarang.

Chitosan Sebagai Bahan Koagulan Limbah (Teguh Prayudi dan Joko Prayitno Susanto) 125

Anda mungkin juga menyukai