Abstrak
The industrial development for textile in Indonesia has created environmental problem
caused by its untreated wastes due to limited inexpensive waste treatment technology
available. Chitosan is a chemical compound that can be obtained easily from chitin
made from crabs and shrimps shell with is abundantly available in Indonesia. One of
its superiority characteristic of chitosan is its capability in bonding colloidal solution
and heavy metals in textile waste. The aim of this research studies is assessing the
capability of chitosan to bond the colloidal solution in industrial waste treatment
process especially for textile industry.
*
Penulis adalah staf peneliti pada Kelompok Teknologi Produksi Bersih dan Pencemaran Udara
pada Direktorat Teknologi Lingkungan, Deputi Bidang Teknologi Informatika, Energi, Material dan
Lingkungan, Badang Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Chitosan Sebagai Bahan Koagulan Limbah (Teguh Prayudi dan Joko Prayitno Susanto) 121
akan menurunkan nilai-nilai polutan yang Cu, Cd, Hg, Pb, Cr, Ni, Mn, Co, Zn dan lain
terdapat pada limbah cair tekstil, sehingga air lain(4).
itu dapat dibuang keperairan umum tanpa Chitosan dapat larut dalam bermacam
mencemari lingkungan macam asam organik, asam klorida, dan asam
nitrat pada konsentrasi 0,15% s/d 1,1%.
3. TINJAUAN PUSTAKA Chitosan tidak larut dalam asam sulfat dan
sedikit larut dalam asam ortho pospat pada
3.1. Chitosan. konsentrasi 0,5%.
Kualitas chitosan tergantung pada
Chitosan merupakan polimer dengan beberapa parameter, misalnya untuk chitosan
nama kimia 2-amino-2-deoksi-D-glukosa, kualitas komersil disajikan pada tabel 1.
mengandung gugus amino bebas dalam rantai
karbonnya dan bermuatan positif sehingga Tabel 1. Standar Mutu Chitosan (5)
menyebabkan molekul tersebut bersifat resisten
terhadap stress mekanik. Gugus amino bebas Parameter Nilai
inilah yang banyak memberikan kegunaan bagi Ukuran partikel Dari bubuk sampai
chitosan(1). serpihan
Struktur kimia chitosan disajikan pada
gambar 1 Kadar air < 10 %
Kadar abu < 2%
CH2OH CH2OH
H H H
H
Warna larutan Jernih
O O
OH H H
OH
Derajat deasetilasi > 70
n
H NH2 H NH2 Viskositas:
- Rendah < 200 (cps)
Gambar 1. Struktur kimia chitosan
- Medium 200 s/d 799 (cps)
Chitosan diperoleh dari chitin melalui - Tinggi 800 s/d 2000 (cps)
proses deasetilasi. Sedangkan chitin - Ekstra tinggi > 2000 (cps)
merupakan bahan yang dapat diperoleh dari
proses pengolahan limbah industri perikanan,
3.2. Limbah Cair Industri (Tekstil).
seperti kulit udang, kulit dan kepala kepiting dll.
Semakin banyak gugus asetil yang hilang
Proses produksi suatu industri pasti akan
dari polimer chitin, semakin kuat interaksi ikatan
menghasilkan limbah, baik sebagai limbah cair,
hidrogen dan ion dari chitosan. Sehingga
padat dan gas serta dampak kebisingan
chitosan bermuatan positif, berlawanan dengan
terhadap lingkungan. Demikian pula dengan
polisakarida alam lainnya.
industri tekstil, dimana pada prosesnya
Chitosan mempunyai potensi untuk
membutuhkan jumlah air yang cukup banyak
digunakan dalam industri dan bidang
sebagai media untuk melarutkan bahan
kesehatan. Beberapa kegunaan chitosan
pewarna dan zat kimia lainnya, maupun
antara lain sebagai(2):
sebagai media untuk mencuci produk akhir
tekstil, sehingga menghasilkan limbah cair yang
1. Membran penukar ion
cukup banyak dengan kandungan sisa bahan
2. Bahan pemurni air
pewarna serta bahan kimia lainnya yang cukup
3. Bahan baku benang untuk operasi
tinggi.
plastik/bedah
Limbah cair tekstil umumnya bersifat
4. Bahan powder untuk sarung tangan
asam atau alkali dengan bahan organik tinggi.
pembedahan
Hal ini dapat dilihat dari tingginya nilai BOD,
5. Koagulan dan flokulan
COD, lemak dan minyak. Limbah cair tekstil
juga mengandung fenol dan logam berat seperti
Penggunaan chitosan tergantung dari
Cr, Br, Fe, Mn dan kadang-kadang Cu dan Cd.
kualitasnya. Sebagai contoh chitosan dengan
Untuk mencegah terjadinya pencemaran
kualitas rendah dapat digunakan pada
pada lingkungan, maka pembuangan limbah
pemrosesan limbah cair industri, sedang
cair dari industri tekstil harus memenuhi standar
chitosan dengan kemurnian tinggi dibutuhkan
baku mutu limbah sebagaimana yang telah
dalam bidang kesehatan, seperti bahan obat-
diatur dalam Keputusan Menteri Negara
obatan(3). Sebagai bahan pemrosesan limbah
Lingkungan Hidup RI Nomor 51 Tahun 1995
cair, chitosan mampu menurunkan kadar COD,
(tabel 2).
BOD, padatan tersuspensi, warna, kekeruhan
dan mampu mengikat logam berat seperti Fe,
Chitosan Sebagai Bahan Koagulan Limbah (Teguh Prayudi dan Joko Prayitno Susanto) 123
analisa parameter air limbah menunjukkan menggunakan chitosan, maka dapat dilihat
proses koagulasi maksimum. effektifitas chitosan sebagai koagulan. Selain
itu untuk mendapatkan hasil yang optimum,
4.3. Analisa Kualitas Air Limbah. juga dilakukan beberapa penelitian terhadap
perubahan variabel proses seperti konsentrasi
1. Analisa BOD, dilakukan dengan chitosan dan pH chitosan.
menggunakan alat DO meter untuk Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel
menghitung nilai oksigen yang terlarut 4. dan grafik 1.
dalam air limbah tersebut. Air limbah
sampel dan yang telah dikoagulasi diaerasi Tabel 4. Hasil analisa parameter limbah tekstil
selama 15 menit, kemudian ditambahkan setelah koagulasi
nutrisi yang mengandung nitrogen dan Koagulan, Parameter
pospor, selanjutnya masing-masing ppm (A) (B) (C) (D)
dimasukkan ke dalam 2 buah botol, dimana
Chitosan, 30 345,5 192,1 25,2 72,0
yang satu langsung diukur nilai oksigennya,
sedangkan yang lain di inkubasi selama 5 Chitosan, 40 304,6 161,4 20,0 54,2
hari pada suhu 20 C 1 C. Chitosan, 50 116,5 110,2 11,4 43,3
2. Analisa COD, dilakukan dengan Chitosan, 60 406,9 227,9 9,2 44,5
memasukkan 10 ml sampel air limbah ke Chitosan, 70 452,9 335,3 16,8 69,7
dalam erlenmeyer ukuran 125 ml,
FeSO4, 400 115,4 43,8 1,4 40,5
kemudian ditambahkan 5 ml larutan
K2Cr2O7 dan dikocok. Larutan yang terjadi Keterangan :
ditambahkan 15 ml asam sulfat dan diaduk, - (A) COD, (B) BOD, (C) Kekeruhan, (D)
selanjutnya erlemeyer ditutup dengan kaca Padatan tersuspensi.
penutup, mendiamkan selama 30 menit. - Data awal limbah cair industri tekstil
Campuran tersebut kemudian diencerkan sebelum proses koagulasi :COD (692,32
dengan menambahkan 7,5 ml aquades dan ppm), BOD (478,49 ppm), Kekeruhan
2~3 tetes indikator Ferroin. Pengukuran (54,39), Padatan tersuspensi (93,21
COD diperoleh dari hasil titrasi larutan ppm) dan pH (8).
tersebut dengan FAS (Ferrous Ammonium
Sulfat) sampai terjadi perubahan warna dari
kuning oranye / biru kehijauan menjadi 90
merah coklat. 80
3. Analisa padatan tersuspensi, dilakukan
dengan jalan menyaring sampel sebanyak 70
Penurunan (%)
Chitosan Sebagai Bahan Koagulan Limbah (Teguh Prayudi dan Joko Prayitno Susanto) 125