Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pertumbuhan dan perkembangan balita apabila tidak dipantau dengan
baik dan mengalami gangguan tidak akan dapat diperbaiki pada periode
selanjutnya. Sehingga perlu dilakukan pemantauaan pertumbuhan rutin pada
pertumbuhan balita sehingga dapat terdeteksi apabila ada penyimpangan
pertumbuhan dan dapat dilakukan penanggulangan sedini mungkin sehingga
tidak terjadi gangguan pada proses tumbuh kembang balita. Menurut
Depkes RI, 2006 bahwa 16% balita Indonesia mengalami gangguan
perkembangan, baik perkembangan motorik halus dan kasar, gangguan
pendengaran, kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara.
Posyandu merupakan layanan kesehatan masyarakat, salah satu
indikator yang digunakan dalam pengukuran pelaksanaan posyandu ini
antara lain frekuensi kunjungan (penimbangan) setiap bulan yang bila
teratur akan ada 12 kali penimbangan balita setiap tahun. Tujuan
penimbangan balita tiap bulan yaitu untuk memantau pertumbuhan balita
sehingga dapat sedini mungkin diketahui penyimpangan pertumbuhan
balita. Akan tetapi saat ini keaktifan ibu dalam memonitoring pertumbuhan
anaknya mengalami penurunan, sehingga tidak semua posyandu dapat
berfungsi setiap bulannya dan kurang dari 12 kali kunjungan setiap
tahunnya. Adanya kasus penyimpangan pertumbuhan balita yaitu kejadian
gizi buruk yang bermunculan diseluruh wilayah Indonesia salah satunya
diakibatkannya penurunan pemantauan pertumbuhan di posyandu.
Salah satu faktor yang mendorong penurunan pemantauan pertumbuhan
balita di posyandu adalah karena ketidaktahuan ibu terhadap manfaat
menimbangkan anaknya di Posyandu. Oleh sebab itu pemerintah Republik
Indonesia menghimbau untuk segera menghidupkan posyandu kembali
sampai ke desa, karena posyandu merupakan garda terdepan dalam
memonitor pertumbuhan balita.
Keberhasilan posyandu tergambar melalui cakupan SKDN dimana (S)
merupakan seluruh jumlah balita di wilayah kerja posyandu, (K) jumlah
semua balita yang memiliki KMS, (D) balita yang ditimbang, (N) balita
yang berat badannya naik. Dari data D/S tergambar baik atau kurangnya
peran serta masyarakat dalam penggunaan posyandu.
Pertumbuhan balita yang baik apabila beratnya naik tiap bulan.
Menurut data dari Indonesian family life survey atau IFLS menunjukkan
keaktifan masyarakat dalam melakukan monitoring perkembangan balita

1
mengalami penurunan dimana terjadi penurunan sebesar 12% terhadap
penggunaan posyandu dalam rentang tahun 1997-2007. Pemantauan
pertumbuhan balita dilakukan untuk melihat tingkat perkembangan dan
pertumbuhan balita.
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan suatu sarana
dengan pemberdayaan masyarakat lintas sektor untuk ikut aktif dalam
meningkatkan derajat kesehatan, juga merupakan salah satu bentuk upaya
Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) yang paling dikenal dengan
strata yaitu 1) Pratama, 2) Madya, 3) Purnama, dan 4) Mandri.

1.2. Rumusan Masalah


1. Mengapa pemantauan balita tiap bulan harus dilakukan ?
2. Kegiatan apa saja yang dilaksanakan dalam pemantauan balita tiap
bulan ?
3. Strategi apa saja yang dilakukan dalam pemantauan balita tiap bulan ?
4. Bagaimana pendekatan orang tua dengan pemantauan balita tiap bulan ?

1.3. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana perkembangan balita yang dipantau tiap
bulan.

1.4. Manfaat
Sebagai tugas mata kuliah perkembangan peserta didik.
Sebagai bahan referensi untuk bahan ajar.
Sebagai bahan baca bagi ibu yang memiliki balita.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Gambaran Umum dan Permasalahan Pada Perkembangan Balita yang


Dipantau Tiap Bulan
Anak balita sebagai masa emas atau Golden age yaitu insan manusia
yang berusia 0-6 tahun (UU No.20 tahun 2003), meskipun sebagian pakar
menyebut anak balita adalah anak dalam rentang usia 0-8 tahun. Anak balita
adalah anak umur 12 bulan sampai dengan 59 bulan (Menkes No.25 tahun
2014). Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun
atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun
(Muaris.H, 2006).
Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah istilah
umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun).
Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk
melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.
Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun
kemampuan lain masih terbatas.
Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang
manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu
keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya.
Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat
dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau
masa keemasan.
Badan kesehatan dunia (WHO, 2011) memperkirakan bahwa 54%
kematian anak disebabkan oleh keadaan gizi yang buruk. Di Indonesia, saat
ini tercatat 4,5% dari 22 juta balita atau 900 ribu balita di Indonesia
mengalami gizi kurang atau gizi buruk dan mengakibatkan lebih dari 80%
kematian anak (Kemenkes, 2012). Hasil Riskesdas (2010), menunjukkan
pravelensi gizi kurang menjadi 17,9% dan gizi buruk menjadi 4,9%, artinya
kemungkinan besar sasaran pada tahun 2014 sebesar 15,0% untuk gizi
kurang dan 3,5% untuk gizi buruk dapat tercapai (Depkes RI, 2010).
Pertumbuhan dan perkembangan balita apabila tidak dipantau dengan
baik dan mengalami gangguan tidak akan dapat diperbaiki pada periode
selanjutnya. Sehingga perlu dilakukan pemantauaan pertumbuhan rutin pada
pertumbuhan balita sehingga dapat terdeteksi apabila ada penyimpangan
pertumbuhan dan dapat dilakukan penanggulangan sedini mungkin sehingga
tidak terjadi gangguan pada proses tumbuh kembang balita. Menurut
Depkes RI, 2006 bahwa 16% balita Indonesia mengalami gangguan

3
perkembangan, baik perkembangan motorik halus dan kasar, gangguan
pendengaran, kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara.
Posyandu merupakan layanan kesehatan masyarakat, salah satu
indikator yang digunakan dalam pengukuran pelaksanaan posyandu ini
antara lain frekuensi kunjungan (penimbangan) setiap bulan yang bila
teratur akan ada 12 kali penimbangan balita setiap tahun. Tujuan
penimbangan balita tiap bulan yaitu untuk memantau pertumbuhan balita
sehingga dapat sedini mungkin diketahui penyimpangan pertumbuhan
balita. Akan tetapi saat ini keaktifan ibu dalam memonitoring pertumbuhan
anaknya mengalami penurunan, sehingga tidak semua posyandu dapat
berfungsi setiap bulannya dan kurang dari 12 kali kunjungan setiap
tahunnya. Adanya kasus penyimpangan pertumbuhan balita yaitu kejadian
gizi buruk yang bermunculan diseluruh wilayah Indonesia salah satunya
diakibatkannya penurunan pemantauan pertumbuhan di posyandu.
Upaya Pemerintah, dilakukan dengan pendekatan strategis maupun
pendekatan taktis.
a. Pendekatan strategis yaitu berupaya mengoptimalkan operasional
pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan pelayanan kesehatan balita.
b. Pendekatan taktis merupakan upaya antisipasi meningkatnya prevalensi
balita gizi buruk serta upaya penurunannya melalui berbagai kajian atau
penelitian yang berkaitan dengan gizi buruk.
Kebijakan dan strategi kesehatan di Indonesia difokuskan pada
intervensi-intervensi yang meliputi: imunisasi, manajemen terpadu balita
sakit (MTBS), intervensi gizi pada anak, penguatan peran keluarga, dan
peningkatan akses terhadap fasilitas kesehatan serta partisipasi masyarakat
melalui kegiatan posyandu yang meliputi pemantauan gizi bayi dan balita
setiap bulan melalui penimbangan berat badan, imunisasi dasar, yang
kemudian dicatat dalam KMS untuk balita (Depkes, 2010).
KMS merupakan program perbaikkan gizi, juga memuat informasi rinci
tentang pemberian makanan bayi, inisiasi menyusui dini, ASI eksklusif dan
pemberian makanan pendamping ASI, dan memuat mengenai informasi
deteksi dini adanya masalah kekurangan gizi. Menkes juga mengungkapkan,
bahwa untuk mewujudkan masyarakat sehat, mandiri dan berkeadilan sesuai
visi Depkes 2010-2014, salah satu strateginya adalah dengan meningkatkan
pemberdayaan masyarakat dan pihak swasta dalam pembangunan kesehatan
dalam tingkat nasional maupun global (Menkes RI, 2010).
Pendokumentasian KMS sangat penting baik bagi ibu balita maupun
petugas kesehatan karena sebagai media edukasi bagi orang tua balita
tentang kesehatan anak balitanya dan sebagai sarana komunikasi yang dapat
digunakan oleh petugas kesehatan untuk menentukan penyuluhan dan

4
tindakan pelayanan kesehatan gizi serta dapat membantu diteksi dini adanya
penyimpangan tumbuh kembang balita, selain dicatat dalam KMS, pencatan
juga dilakukan pada buku rekapitulasi pemantau status gizi balita (Depkes
RI, 2000).

2.2. Kegiatan yang Dilakukan untuk Mencapai Perkembangan Balita Tiap


Bulan
Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai perkembangan balita tiap
bulan dapat dilakukan di Puskesmas. Balita termasuk kelompok yang rentan
gizi di suatu kelompok masyarakat dimana masa itu merupakan masa
peralihan antara saat disapih dan mulai mengikuti pola makan orang
dewasa. Kepedulian terhadap kesehatan balita, baik itu berupa penyuluhan
maupun pelayanan langsung kepada masyarakat adalah salah satu program
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu). Program posyandu merupakan
pelayanan berbasis masyarakat, dimana salah satu dari kegiatan posyandu
antara lain berupa kegiatan pemantauan status gizi balita, guna untuk
menurunkan angka penyakit bayi dan balita dengan memanfaatkan akses
pelayanan kesehatan secara benar dan tepat waktu. Pemantauan tumbuh
kembang balita sangat penting dilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan pertumbuhan balita sejak dini, dengan cara melakukan
pengukuran berat badan sebagai cara terbaik untuk menilai status gizi balita
tiap bulannya sehingga tumbuh kembang anak akan terpantau Penilaian
yang dilakukan yaitu berat badan balita dan tinggi badan balita. Adapun
prosedur pelaksanaan yang dilakukan yaitu :
a. Melakukan penyuluhan pentingnya pemantauan perkembangan balita
yang dilakukan tiap bulan.
b. Pemantauan status gizi balita.
c. Menurunkan prevalensi balita pendek.
d. Menimbang berat badan balita dengan menggunakan dacin.
Sebelum menimbang pastikan dacin telah disiapkan dengan baik
dan digantung pada tempat yang kokoh, tidak rapuh seta telah di
kalibrasi, pastikan jarum petunjuk berada pada angka NOL. Jika ibu
tidak membawa KMS, tanyakan berat badan balita 2 bulan dan 1 bulan
sebelumnya. Kemudian balita dimasukkan ke dalam sarung timbang
dengan pakaian seminimal mungkin, dan usahakan bayi dalam situasi
tenang sampai jarum petujuk angka timbangan berhenti bergerak.
Selanjutnya adalah membaca angka timbangan dengan posisi mata tegak
lurus dengan timbangan agar tidak terjadi kesalahan paralaks dan catat
hasil penimbangan dengan benar di kertas/buku bantu dalam kg dan ons.

5
e. Mengukur tinggi badan balita dengan menggunakan microtoise.
Hal yang dilakukan sebeblum mengukur tinggi badan adalah
mempersiapkan microtoise. Posisi balita berdiri tegak lurus dan bebas di
bawah microtoise membelakangi dinding dengan posisi bagian belakang
kepala, tulang belikat, pantat dan tumit menempel pada dinding dan
kedua tumit dan lutut rapat. Kemudian tarik kepala microtoise sampai
puncak kepala balita. Setelah itu kita dapat membaca angka pada jendela
baca dari angka kecil ke arah angka besar dan mata pembaca harus
sejajar dengan garis merah dan catat hasil pengukuran tinggi badan
balita pada kartu status gizi anak.
f. Menyelenggarakan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada balita.
g. Menyelenggarakan simulasi dini perkembangan balita.
h. Pencatatan tumbuh kembang balita pada buku KMS.
i. Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.

2.3. Strategi Pembangunan Kesehatan Untuk Mencapai Perkembangan Balita


yang Dipantau Tiap Bulan
Strategi yang dapat dilakukan yaitu:
a. Memberikan edukasi bagi orang tua balita tentang pentingnya kesehatan
anak balitanya.
b. Meningkatkan pendidikan gizi masyarakat melalui penyediaan materi
KIE dan edukasi.
c. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan petugas dalam pemantauan
pertumbuhan, tata laksana gizi buruk, surveilans dan program gizi.
d. Memenuhi kebutuhan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-
P) bagi balita menderita gizi kurang (kurus).
e. Melaksanakan surveilans gizi di seluruh kabupaten / kota, surveilans
khusus dan surveilans gizi darurat.
f. Memberikan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan gizi balita.

2.4. Pendekatan Keluarga Untuk Mencapai Perkembangan Balita yang


Dipantau Tiap Bulan
Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk
meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan / meningkatkan akses
pelayanan kesehatan diwilayah kerjanya dengan mendatangi keluarganya.
Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan didalam
gedung, melainka juga keluar gedung dengan mengunjungi keluarga
diwilayah kerjanya.

6
Pendekatan keluarga berupa:
Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya
promotif dan preventif.
Flyer tentang Pertumbuhan Balita.
Adanya pemantauan perkembangan balita yang dicatat di buku KMS.
Pemantauan perkembangan balita tidak hanya dilakukan di posyandu
saja tetapi para petugas posyandu mengunjungi keluarga yang memiliki
balita.

2.5. Faktor faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang pada balita

Faktor bawaan ( faktor genetik )

Faktor bawaan tidak dapat diubah tetapi dapat diupayakan dengan


penyediaan lingkungan yang baik.

Faktor lingkungan

Faktor yang bersal dari luar dirinya seperti, orangtua. Faktor


lingkungan mencakup aspek kebutuhan fisik, aspek asih ( kasih sayang)
dan aspek asuh (pendidikan dan pergaulan).

Faktor gizi

Pertumbuhan memerlukan makanan bergizi dalam jumlah yang


seimbang antara kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral, dan air.

2.6. Gangguan tumbuh kembang anak


7 gangguan tumbuh kembang anak yang perlu diketahui :
1. Gangguan bicara dan bahasa.
2. Cerebral palsy, merupkan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang
tidak progresif, yang disebabkan oleh kerusakan pada sel sel motorik
pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh.

7
3. Sindrom down, individu yang dapat dikenal dari fenotipnya dan
mempunyai kecerdasan yang terbatas,
4. Parawakan pendek, penyebabnya dapat dikarenkan variasi normal,
ganggua gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik, atau karena
kelainan endokrin.
5. Gangguan social, marupakan gangguan perkembangan pada anak yang
gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun
6. Retardasi mental, merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh
intelegensia yang rendah ( IQ < 70 ) yang masyarakat atas kemampuan
yang dianggap normal.
7. Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas ( GPPH ), merupakan
gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk pemusatan perhatian
yang seringkali disertai hiperaktivitas.

2.7. Kemampuan motorik yang dimiliki balita

Usia Motorik Kasar Motorik Halus

Berjalan tanpa Bermainan balok dan


pegangan sambil menyusun balok
menarik mainan yang
bersuara

Berjalan mundur, naik Memasukkan dan


12 15 bulan dan turun tangga mengeluarkan benda
kedalam wadah.

Berjalan berjinjit Memasukkan benda


yang satu ke benda
Menangkap dan lainnya.
melempar bola

Bermain di luar rumah Meniup


15-18 bulan
Bermain air Membuat untaian

18-24 bulan Melompat Mengenal berbagai


ukuran dan bentuk

Melatih keseimbangan Bermain puzzle


tubuh

8
Mendorong mainan Menggambar wajah
dengan kaki atau bentuk

Membuat berbagai
bentuk dari adonan
kue/lilin mainan

Latihan menghadapi Memilih dan


rintangan mengelompokkan
benda-benda menurut
jenisnya

Melompat jauh Mencocokan gambar


dan benda

Melempar dan Bermain/menyusun


menangkap bola besar balok-balok.

24-36 bulan

Menangkap bola kecil Memotong dengan


dan melemparkan menggunakan gunting
kembali

Berjalan mengikuti Menempel guntingan


garis lurus gambar sesuai dengan
cerita

Menempel gambar pada


karton
36-48 bulan
Melompat dengan satu Menggambar/menulis
kaki garis lurus, bulatan,segi
empat, huruf dan angka

Melempar benda-benda Menghitung lebih dari 2


kecil ke atas atau 3 angka

Menirukan binatang Menggambar dengan


berjalan jari, memakai cat

Berjalan jinjit secara Mengenal campuran

9
bergantian warna dengan cat air

Mengenal bentuk
dengan menempel
potongan bentuk

Menggambar dan atau


melengkapi gambar

Lomba karung Menghitung benda-


benda kecil dan
mencocokkan dengan
angka

Main engklek Menggunting kertas


(sudah dilipat) dengan
gunting tumpul
48-60 bulan
Melompat tali Membandingkan besar /
kecil, banyak / sedikit,
berat / ringan

Belajar percobaan
ilmiah

Berkebun

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pemantauan tumbuh kembang balita harus dilaksanakan tiap bulan
untuk mencegah kemungkinan terjadinya kekurangan gizi.

10
Peningkatan pengetahuan bagi orang tua mengenai pentingnya
pemantauan perkembangan balita tiap bulan yang dilakukan di sarana
kesehatan seperti posyandu.
Pemantauan pertumbuhan balita dilakukan untuk melihat tingkat
perkembangan dan pertumbuhan balita.

3.2. Saran
Pemerintah maupun semua tenaga kesehatan harus saling berpartisipasi
dalam memberikan pengatahuan bagi orang tua akan pentingnya
pertumbuhan balita dengan memberikan penyuluhan baik ke rumah-rumah
maupun melalui adanya posyandu terutama bagi masyarakat desa yang
tingkat pengetauannya yang masih rendah untuk mencegah terjadinya gizi
buruk serta balita pendek yang dapat meningkatkan angka kematian balita.

11
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.


2010. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003,


Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas.

Depkes RI, 2000. Gizi dan Kesehatan Saluran Pencernaan pada Bayi dan Anak.
Jakarta : Nestle Nutrilon

Depkes RI, 2005. Standar Pemantauan Pertumbuhan Balita. Jakarta : Dirjen


Kesmas.

Depkes RI, 2006, Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Depkes RI, Jakarta.

Depkes RI, 2010, Tumbuh Kembang Balita, Depkes RI, Jakarta.

Kementrian Kesehatan RI, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25


tahun 2014 Tentang Upaya Kesehatan Anak, Jakarta.

Muaris.H. (2006). Sarapan Sehat Untuk Anak Balita. Jakarta : PT Gramedia


Pustaka Utama.

Sutomo B dan Anggraini DY. 2010. Menu Sehat Alami Untuk Balita & Batita.
Jakarta : PT. Agromedia Pustaka.

12

Anda mungkin juga menyukai