PENDAHULUAN
1
mengalami penurunan dimana terjadi penurunan sebesar 12% terhadap
penggunaan posyandu dalam rentang tahun 1997-2007. Pemantauan
pertumbuhan balita dilakukan untuk melihat tingkat perkembangan dan
pertumbuhan balita.
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan suatu sarana
dengan pemberdayaan masyarakat lintas sektor untuk ikut aktif dalam
meningkatkan derajat kesehatan, juga merupakan salah satu bentuk upaya
Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) yang paling dikenal dengan
strata yaitu 1) Pratama, 2) Madya, 3) Purnama, dan 4) Mandri.
1.3. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana perkembangan balita yang dipantau tiap
bulan.
1.4. Manfaat
Sebagai tugas mata kuliah perkembangan peserta didik.
Sebagai bahan referensi untuk bahan ajar.
Sebagai bahan baca bagi ibu yang memiliki balita.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
perkembangan, baik perkembangan motorik halus dan kasar, gangguan
pendengaran, kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara.
Posyandu merupakan layanan kesehatan masyarakat, salah satu
indikator yang digunakan dalam pengukuran pelaksanaan posyandu ini
antara lain frekuensi kunjungan (penimbangan) setiap bulan yang bila
teratur akan ada 12 kali penimbangan balita setiap tahun. Tujuan
penimbangan balita tiap bulan yaitu untuk memantau pertumbuhan balita
sehingga dapat sedini mungkin diketahui penyimpangan pertumbuhan
balita. Akan tetapi saat ini keaktifan ibu dalam memonitoring pertumbuhan
anaknya mengalami penurunan, sehingga tidak semua posyandu dapat
berfungsi setiap bulannya dan kurang dari 12 kali kunjungan setiap
tahunnya. Adanya kasus penyimpangan pertumbuhan balita yaitu kejadian
gizi buruk yang bermunculan diseluruh wilayah Indonesia salah satunya
diakibatkannya penurunan pemantauan pertumbuhan di posyandu.
Upaya Pemerintah, dilakukan dengan pendekatan strategis maupun
pendekatan taktis.
a. Pendekatan strategis yaitu berupaya mengoptimalkan operasional
pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan pelayanan kesehatan balita.
b. Pendekatan taktis merupakan upaya antisipasi meningkatnya prevalensi
balita gizi buruk serta upaya penurunannya melalui berbagai kajian atau
penelitian yang berkaitan dengan gizi buruk.
Kebijakan dan strategi kesehatan di Indonesia difokuskan pada
intervensi-intervensi yang meliputi: imunisasi, manajemen terpadu balita
sakit (MTBS), intervensi gizi pada anak, penguatan peran keluarga, dan
peningkatan akses terhadap fasilitas kesehatan serta partisipasi masyarakat
melalui kegiatan posyandu yang meliputi pemantauan gizi bayi dan balita
setiap bulan melalui penimbangan berat badan, imunisasi dasar, yang
kemudian dicatat dalam KMS untuk balita (Depkes, 2010).
KMS merupakan program perbaikkan gizi, juga memuat informasi rinci
tentang pemberian makanan bayi, inisiasi menyusui dini, ASI eksklusif dan
pemberian makanan pendamping ASI, dan memuat mengenai informasi
deteksi dini adanya masalah kekurangan gizi. Menkes juga mengungkapkan,
bahwa untuk mewujudkan masyarakat sehat, mandiri dan berkeadilan sesuai
visi Depkes 2010-2014, salah satu strateginya adalah dengan meningkatkan
pemberdayaan masyarakat dan pihak swasta dalam pembangunan kesehatan
dalam tingkat nasional maupun global (Menkes RI, 2010).
Pendokumentasian KMS sangat penting baik bagi ibu balita maupun
petugas kesehatan karena sebagai media edukasi bagi orang tua balita
tentang kesehatan anak balitanya dan sebagai sarana komunikasi yang dapat
digunakan oleh petugas kesehatan untuk menentukan penyuluhan dan
4
tindakan pelayanan kesehatan gizi serta dapat membantu diteksi dini adanya
penyimpangan tumbuh kembang balita, selain dicatat dalam KMS, pencatan
juga dilakukan pada buku rekapitulasi pemantau status gizi balita (Depkes
RI, 2000).
5
e. Mengukur tinggi badan balita dengan menggunakan microtoise.
Hal yang dilakukan sebeblum mengukur tinggi badan adalah
mempersiapkan microtoise. Posisi balita berdiri tegak lurus dan bebas di
bawah microtoise membelakangi dinding dengan posisi bagian belakang
kepala, tulang belikat, pantat dan tumit menempel pada dinding dan
kedua tumit dan lutut rapat. Kemudian tarik kepala microtoise sampai
puncak kepala balita. Setelah itu kita dapat membaca angka pada jendela
baca dari angka kecil ke arah angka besar dan mata pembaca harus
sejajar dengan garis merah dan catat hasil pengukuran tinggi badan
balita pada kartu status gizi anak.
f. Menyelenggarakan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada balita.
g. Menyelenggarakan simulasi dini perkembangan balita.
h. Pencatatan tumbuh kembang balita pada buku KMS.
i. Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.
6
Pendekatan keluarga berupa:
Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya
promotif dan preventif.
Flyer tentang Pertumbuhan Balita.
Adanya pemantauan perkembangan balita yang dicatat di buku KMS.
Pemantauan perkembangan balita tidak hanya dilakukan di posyandu
saja tetapi para petugas posyandu mengunjungi keluarga yang memiliki
balita.
Faktor lingkungan
Faktor gizi
7
3. Sindrom down, individu yang dapat dikenal dari fenotipnya dan
mempunyai kecerdasan yang terbatas,
4. Parawakan pendek, penyebabnya dapat dikarenkan variasi normal,
ganggua gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik, atau karena
kelainan endokrin.
5. Gangguan social, marupakan gangguan perkembangan pada anak yang
gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun
6. Retardasi mental, merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh
intelegensia yang rendah ( IQ < 70 ) yang masyarakat atas kemampuan
yang dianggap normal.
7. Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas ( GPPH ), merupakan
gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk pemusatan perhatian
yang seringkali disertai hiperaktivitas.
8
Mendorong mainan Menggambar wajah
dengan kaki atau bentuk
Membuat berbagai
bentuk dari adonan
kue/lilin mainan
24-36 bulan
9
bergantian warna dengan cat air
Mengenal bentuk
dengan menempel
potongan bentuk
Belajar percobaan
ilmiah
Berkebun
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pemantauan tumbuh kembang balita harus dilaksanakan tiap bulan
untuk mencegah kemungkinan terjadinya kekurangan gizi.
10
Peningkatan pengetahuan bagi orang tua mengenai pentingnya
pemantauan perkembangan balita tiap bulan yang dilakukan di sarana
kesehatan seperti posyandu.
Pemantauan pertumbuhan balita dilakukan untuk melihat tingkat
perkembangan dan pertumbuhan balita.
3.2. Saran
Pemerintah maupun semua tenaga kesehatan harus saling berpartisipasi
dalam memberikan pengatahuan bagi orang tua akan pentingnya
pertumbuhan balita dengan memberikan penyuluhan baik ke rumah-rumah
maupun melalui adanya posyandu terutama bagi masyarakat desa yang
tingkat pengetauannya yang masih rendah untuk mencegah terjadinya gizi
buruk serta balita pendek yang dapat meningkatkan angka kematian balita.
11
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2000. Gizi dan Kesehatan Saluran Pencernaan pada Bayi dan Anak.
Jakarta : Nestle Nutrilon
Depkes RI, 2006, Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Depkes RI, Jakarta.
Sutomo B dan Anggraini DY. 2010. Menu Sehat Alami Untuk Balita & Batita.
Jakarta : PT. Agromedia Pustaka.
12