Anda di halaman 1dari 13

Pinjal

A. Pengertian Pinjal

Pinjal merupakan salah satu parasit yang paling sering ditemui pada hewan
kesayangan baik anjing maupun kucing. Meskipun ukurannya yang kecil dan kadang
tidak disadari pemilik hewan karena tidak menyebabkan gangguan kesehatan hewan
yang serius, namun perlu diperhatikan bahwa dalam jumlah besar kutu dapat
mengakibatkan kerusakan kulit yang parah bahkan menjadi vektor pembawa
penyakit tertentu.

Pinjal yang biasa dikenal kutu loncat atau fleas ada 2 jenis, yaitu kutu loncat pada
anjing dan kucing, namun di lapangan lebih sering ditemukan kutu loncat kucing
yang juga dapat berpindah dan berkembang biak pada anjing.

Pinjal diklasifikasikan ke dalam:


Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Klasis : Insecta
Ordo : Siphonoptera

B. Morfologi Pinjal

Pinjal berukuran kecil dengan panjang 1,5-3,3 mm dan bergerak cepat.


Biasanya berwarna gelap (misalnya, cokelat kemerahan untuk kutu kucing). Pinjal
merupakan serangga bersayap dengan bagian-bagian mulut seperti tabung yang
digunakan untuk menghisap darah host mereka. Kaki pinjal berukuran panjang,
sepasang kaki belakangnya digunakan untuk melompat (secara vertikal sampai 7
inch (18 cm); horizontal 13 inch (33 cm)). Pinjal merupakan kutu pelompat terbaik
diantara kelompoknya. Tubuh pinjal bersifat lateral dikompresi yang memudahkan
mereka untuk bergerak di antara rambut-rambut atau bulu di tubuh inang. Kulit
tubuhnya keras, ditutupi oleh banyak bulu dan duri pendek yang mengarah ke
belakang, dimana bulu dan duri ini memudahkan pergerakan mereka pada hostnya.

1
C. Jenis-jenis Pinjal

1. Pinjal Kucing (Ctenocephalides felis)

a. Klasifikasi:
a. Domain : Eukaryota
b. Kingdom : Animalia
c. Phylum : Arthropoda
d. Class : Insecta
e. Ordo : Siphonaptera
f. Family : Pulicidae
g. Genus : Ctenocephalides
h. Species : C. felis

b. Ciri-ciri pinjal kucing:


a. Tidak bersayap, memiliki tungkai panjang, dan koksa-koksa sangat
besar.
b. Tubuh gepeng di sebelah lateral dilengkapi banyak duri yang mengarah
ke belakang dan rambut keras.
c. Sungut pendek dan terletak dalam lekuk-lekuk di dalam kepala.
d. Bagian mulut tipe penghisap dengan 3 stilet penusuk.
e. Metamorfosis sempurna (telur-larva-pupa-imago).
f. Telur tidak berperekat, abdomen terdiri dari 10 ruas.
g. Larva tidak bertungkai kecil, dan keputihan.
h. Memiliki 2 ktinidia baik genal maupun pronatal.

2
Perbedaan jantan dan betina:
a. Jantan : tubuh punya ujung posterior seperti tombak yang mengarah ke
atas, antena lebih panjang dari betina.
b. Betina : tubuh berakhir bulat, antena lebih pendek dari jantan.

c. Daur Hidup

Pinjal termasuk serangga Holometabola atau metamorphosis sempurna karena


daur hidupnya melalui 4 stadium yaitu : telur-larva-pupa-dewasa. Pinjal betina
bertelur diantara rambut inang. Jumlah telur yang dikeluarkan pinjal betina berkisar
antara 3-18 butir. Pinjal betina dapat bertelur 2-6 kali sebanyak 400-500 butir selama
hidupnya (Soviana dan Upik, 2003).

1.Tahap Telur

Telur berukuran panjang 0,5 mm, oval dan berwarna keputih-putihan.


Perkembangan telur bervariasi tergantung suhu dan kelembaban. Pinjal betina
biasanya mengeluarkan telur sampai dua puluh butir setiap periode bertelurnya.Telur
menetas menjagi larva dalam waktu 2 hari atau lebih, dibawah kondisi yang optimum
yaitu suhu 27oC dengan kelembaban 75%.

2. Larva

Larva yang muncul bentuknya memanjang, langsing seperti ulat. Ruas


abdomen terakhir mempunyai dua tonjolan kait yang disebut anal struts, berfungsi
untuk memegang pada substrat atau untuk lokomosi. Larva berwarna kuning krem
dan sangat aktif, dan menghindari cahaya. Larva mempunyai mulut untuk menggigit
dan mengunyah makanan yang bisa berupa darah kering, feses dan bahan organik
lain yang jumlahnya cukup sedikit. Larva dewasa panjangnya sekitar 6 mm. Larva
berkembang terus menerus dalam satu sampai dua minggu.

3. Pupa

Stadium pupa mempunyai tahapan yang tidak aktif atau makan, dan berada
dalam kokon yang tertutupi debris dan debu sekeliling. Stadium ini sensitive
terhadap adanya perubahan konsentrasi CO2 di lingkungan sekitarnya juga terhadap

3
getaran. Adanya perubahan yang signifikan terhadap kedua factor ini, menyebabkan
keluarnya pinjal dewasa dari kepompong.

4. Dewasa

Pinjal dewasa keluar dari kepompongnya waktu mereka merasa hangat,


getaran dan karbon dioksida yang menandakan ada host di sekitarnya. Setelah
mereka loncat ke host, pinjal dewasa akan kawin dan memulai siklus baru.

d. Habitat

Kehidupan pinjal dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah :

1. Suhu dan Kelembaban

2. Cahaya

3. predator

Ctenocephalides felis pada kucing dapat dilakukan dengan melihat adanya


kotoran seperti butiran pasir diantara bulu kucing, dan biasanya Ctenocephalides
felis dapat ditemukan pada daerah yang berbulu lebat seperti pada bagian leher.

2. Pinjal anjing (Ctenocephalides canis)

a. Klasifikasi:
a. Domain : Eukaryota
b. Kingdom : Animalia
c. Phylum : Arthropoda
d. Class : Insecta
e. Ordo : Siphonaptera
f. Family : Pulicidae
g. Genus : Ctenocephalides
h. Species : C. canis

Pinjal pada anjing bersifat mengganggu karena dapat menyebarkan


Dipylidium caninum. Mereka biasanya ditemukan di Eropa. Meskipun mereka
memakan darah anjing dan kucing, mereka kadang-kadang menggigit manusia.
Mereka dapat hidup tanpa makanan selama beberapa bulan, tetapi spesies betina
harus memakan darah terlebih dahulu sebelum menghasilkan telur.

4
b. Morfologi
Sisir pronatal genal, bentuk kepala bundar, gigi satu dan dua tidak sama
panjang. Memiliki karakteristik kepala dengan anterior kuat-bulat, dan memiliki
tibiae belakang dengan delapan takik bantalan setae. karakteristik dahi melengkung
dan spina I pada genal ktenidia jauh lebih pendek dibandingkan spina II.
Tidak bersayap, memiliki tungkai panjang, dan koksa-koksa sangat besar,
Tubuh gepeng di sebelah lateral dilengkapi banyak duri yang mengarah ke belakang
dan rambut keras, Sungut pendek dan terletak dalam lekuk-lekuk di dalam kepala,
Bagian mulut tipe penghisap dengan 3 stilet penusuk, Metamorfosis sempurna (telur-
larva-pupa-imago), Telur tidak berperekat, abdomen terdiri dari 10 ruas, Larva tidak
bertungkai kecil, dan keputihan,. Perbedaan antara jantan dan betina dapat dilihat
dari struktur tubuhnya, yaitu jika jantan pada ujung posterior bentuknya seperti
tombak yang mengarah ke atas dan antenna lebih panjang, sedangkan tubuh betina
berakhir bulat dan antenna nya lebih pendek dari jantan. Kutu dewasa berwarna
hitam kecoklatan, tapi tampak hitam kemerahan setelah makan darah. Kutu dewasa
panjangnya 3-4mm. Memiliki baik ctenidia genal dan pronatal, memiliki mata, pada
koksa kaki ke-2 (mesopleuron) ditemukan batang pleural (batang meral).

c. Habitat
Kutu selalu ditemukan dekat host, baik dalam kontak langsung seperti di
antara bulu atau rambut atau dalam sarang mereka.

d. Siklus Hidup
Ada empat tahap utama dari siklus hidup kutu: telur, larva, pupa dan dewasa.
Dibutuhkan sekitar 30 sampai 40 hari untuk kutu anjing dalam mengerami telur
menjadi telur yang sempurna,meskipun ada beberapa kasus yang menunjukkan siklus
ini berlangsung selama satu tahun.
Kutu betina mulai bertelur dalam waktu 2 hari makan darah pertamanya.
Telur yang putih dan kecil (0.5mm) tetapi yang terlihat dengan mata telanjang. Telur
diletakkan pada rambut, bulu atau dalam habitat hospesnya, mereka kemudian jatuh
ke tempat-tempat seperti tempat tidur, karpet atau perabot. Beberapa kutu

5
memperbanyak telur hingga 500 telur selama beberapa bulan. Telur menetas dalam
1-12 hari setelah disimpan kemudian memproduksi larva seperti cacing yang tidak
memiliki kaki dan tidak ada mata.
Larva berwarna putih dan 1,5-5mm panjang dengan pelindung dari bulu tipis.
Mereka jarang tinggal di tubuh inang mereka, kemudian mereka segera mencari
daerah tertutup seperti tempat tidur hewan peliharaan , serat karpet dan retakan pada
lantai di mana mereka mencari makanan sementara menghindari cahaya. Larva
memakan berbagai bahan organik termasuk kulit-kulit yang terjatuh, kotoran hewan
dan kotoran dewasa (terdiri dari darah ). Larva memungkinkan untuk mengganti kulit
mereka untuk tumbuh dan berubah menjadi kepompong sutra selama 5-15 hari. Sisa
larva sebagai pre-pupa selama 3 hari sebelum molting lagi untuk membentuk pupa.
Pupa mengembangkan dalam kokon dari lima hari sampai lima minggu.
Dalam kondisi normal, bentuk dewasa siap untuk muncul setelah kira-kira 2 minggu
tetapi pada temperatur yang lebih tinggi perubahan akan lebih cepat. Mereka kadang-
kadang tetap tinggal di kokon sampai getaran atau kebisingan dirasakan (yang
mengindikasikan keberadaan manusia atau binatang) yang berarti - karena tidak ada
gerakan bentuk dewasa dapat tinggal di kokon sampai dengan 6 bulan.
Kutu dewasa, tidak bersayap, ukuran 2-8mm panjang dan lateral dikompresi.
Mereka tercakup dalam bulu dan sisir yang membantu mereka untuk menempel pada
host dan memiliki antena yang dapat mendeteksi dihembuskannya karbon dioksida
dari hewan. Antena mereka juga sensitif terhadap panas, getaran, bayangan dan
perubahan arus udara. Semua kutu bergantung pada darah untuk nutrisi mereka tetapi
mampu hidup dalam waktu yang lama tanpa makan, biasanya sekitar 2 bulan. Dalam
kondisi yang menguntungkan dan disertai dengan sumber t makanan (darah) yang
memadai, kutu dapat hidup sampai satu tahun.

3. Pinjal manusia (Pulex irritans)

Klasifikasi:
a. Kingdom : Animalia
b. Phylum : Arthropoda
c. Class : Insecta
d. Ordo : Siphonaptera
e. Family : Pulicidae

6
f. Subfamily : Pulicinae
g. Genus : Pulex
h. Species : P. irritans

Spesies ini banyak menggigit spesies mamalia dan burung, termasuk yang
jinak. Ini telah ditemukan pada anjing liar, monyet di penangkaran, kucing rumah,
ayam hitam dan tikus Norwegia, tikus liar, babi, kelelawar, dan spesies lainnya.
Pinjal spesies in ini juga dapat menjadi inang antara untuk cestode, Dipylidium
caninum.

4. Pinjal tikus utara (Nosopsyllus fasciatus)

Klasifikasi:
a. Domain : Eukaryota
b. Kingdom : Animalia
c. Phylum : Arthropoda
d. Class : Insecta
e. Ordo : Siphonaptera
f. Family : Ceratophyllidae
g. Genus : Nosopsyllus
h. Species : N. fasciatus

Fasciatus Nosopsyllus memiliki tubuh memanjang, panjangnya 3 hingga 4


mm. Memiliki pronotal ctenidium dengan 18-20 duri tapi tidak memiliki ctenidium
genal. Pinjal tikus utara memiliki mata dan sederet tiga setae di bawah kepala. Kedua
jenis kelamin memiliki tuberkulum menonjol di bagian depan kepala. Tulang paha
belakang memiliki 3-4 bulu pada permukaan bagian dalam.

7
5. Pinjal Tikus Oriental (Xenopsylla cheopis)

a. Klasifikasi:
a. Kingsdom : Animalia
b. Phylum : Arthropoda
c. Class : Insecta
d. Ordo : Siphonaptera
e. Family : Pulicidae
f. Genus : Xenopsylla
g. Species : X. cheopis

Xenopsylla cheopis adalah parasit dari hewan pengerat, terutama dari genus
Rattus, dan merupakan dasar vektor untuk penyakit pes dan murine tifus. Hal ini
terjadi ketika pinjal menggigit hewan pengerat yang terinfeksi, dan kemudian
menggigit manusia. Pinjal tikus oriental terkenal memberikan kontribusi bagi Black
Death.

b. Siklus hidup
Pinjal bertelur 300-400 butir selama hidupnya. Pinjal betina meletakkan telur
diantara rambut maupun di sarang tikus. Telur menetas dalam wak:tu 2 hari sarnpai
beberapa minggu, tergantung suhu dan kelembaban Telur mcnetas menjadi larva,
kadang-kadang larva terdapat dilantai, retak-retak pada dinding, permadani, sarang
tikus, dll. Larva-larva hidup dari segala macam sisa-sisa organik dan mengalami 3
kali pergantian kulit, berubah menjadi pupa (dibungkus dengan kokon pasir dan sisa-
sisa kotoran lain), lalu mcnjadi pinjal. Dalam waktu 24 jam pinjal sudah mulai
menggigit dan mengisap darah.

8
c. Distribusi
Xenopsylla cheopis sering dijurnpai pada tikus hidup di daerah tropis dan
dalam lingkungan yang hang at di seluruh dunia.

d. ldentiftkasi
Xenopsylla dapat di lihat dengan ciri-ciri sebagai berikut:

Kepala membulat dan tidak ada comb pada bag ian genal,pronatal
maupun abdominal.
TerdapatMesopleural rod.
Ocular bristle di dcpan oceli.

Penyakit yang disebabkan oleh pinjal

A. Penyakit Pes

1. Definisi Penyakit Pes (Sampar)


Penyakit pas atau disebut pula dengan Yeisiniosis pests maupun
Pasteurellosis peslis merupakan penyakit yang memiliki sejarah panjang di
Indonesia. Penyakit ini pertama kali diketahui pada tahun 1910 melalui pelabuhan
Tanjung Perak. Surabaya. Setelah itu. diketahui pula telah memasuki Tanjung Mas.
Semarang tahun 1916. Penyakit ini juga diketahui telah menyebar hingga Pelabuhan
Cirebon pada tahun 1923, dan sampai di Pelabuhan tegal pada tahun 1927.
Sekitar tahun-tahun tersebut yaitu antara tahun 1910 hingga tahun 1960
tercatat sejumleh 245.375 orang meninggal karena terjangkit penyakit pes. Angka
kematian tertinggi terjadi pada tahun 1934 yaitu korban yang meningkat tercatat
sebanyak 23.27$ orang. Panyakit pes ini begitu lama menjangkiti masyarakat
Indonesia. Bahkan tercatat hingga tahun 1999 masih terdapat sejurnlah korban di
sejumlah daerah di Selo dan Cepogo, Kabupaten Boyolali (Jawa Tengah). Kecamatan
Cangkringan (D.I. Yogyakarta), Kecamatan Tosari, Puspo, Nongkojaiar, dan
Pasrepan Kabupaten Pasuruan (Jawa Timur),
Penyakit pes juga menyerang hewan, misalnya pada unggas, Penyakit pes
yang menyerang unggas dikenal dengan Howl Plague Pada ternak sapi penyakit pes
dikenal dengan Rinderpest, sedang pada itik dikenal dengan Duck Plague.

2. Penyebab Penyakit Pes (Sampar)

9
Penyakit ini disebabkan den bakteri Yersinia pestis atau Patereurella pestis Oleh
karena itu, penyakit ini juga dikenal sebagai Yersiniosis atau Pasteurellosis.
Pasteurellosis pada sapi, domba, dan kelinci, yang menuniukkan gejala penyakit
pneumonia kadang-kadang jugs disebut pneumotic pateureliosis.
Pada dasarnya penyakit pes pada ternak baik unggas, maupun hewan-hewan
lain disebabkan oleh bakteri yang berbeda-beda. Akan tetapi, hewan-hewan tersebut
menunjukkan gejala yang hampir sama. Penyakit pes memang dapat menjangkiii
hampir semua hewan, namun hewan utama pembawa penyakit ini yaitu hewan-
hewan pengerat seperti kelinci, tupai, dan hamster terutama sekali tikus. Anjing
maupun kucing yang biasanya dijadikan hewan peliharaan maupun hewan
kesayangan dapat Pula menutarkan pes ke manusia.

Penularan dan penyebaran pes dari tikus ke manusia yang utama melalui
gigitan pinjal (flea) pada rambut-rambut tikus. Oleh karena itu pinjal disebut sebagai
vektor penyakit pes.

3. Gejala Penyakit Pes (Sampar)


Orang yang terinfeksi pes baru akan menderita sakit (masa inkubasi) setelah 2-6 hari
Akan tetapi, saat ini dikenal penyakit pes jenis baru yang masa inkubasinya 2-4 hari.
Manusia yang terserang penyakit ini akan menunjukkan gajala antara lain demam
tinggi secara tiba-tiba tanpa sebab yang jelas, sesak napas padahal orang yang
bersangkutan bukan penderita asma. Berta batuk kadang-kadang disertai darah.
Seperti pada penyakit infeksi lainnya penyakit ini juga disertai timbulnya
pembengkakan kelenjar getah Bening (limfe) di daerah ketiak, lipat paha, dan daerah
sekitar leher.

4. Pencegahan dan Pengobatan


Oleh karena penyakit pes dapat menular hampir pada semua hewan,
diperlukan sikap bijaksana agar dapat mernuluskan langkah yang tepat uniuk
menghindari penyakit ini. Cara yang paling mudah dan murah yaitu selalu menjaga
kebersihan din maupun lingkungan.
Kemungkinan pinjal-pinjal yang berasal dari tikus liar berpindah ke tikus-
tikus yang tinggal di pemukiman penduduk maupun tikus-tikus yang menjadi hams
pertanian warga, Melalui pinjal yang hidup pada tikus yang hidup di perumahan
inilah pes ditularkan kepada manusia, oleh karena itu, usahakan selalu menghidari
tempal-ternpat yang berpotensi sebagai sarang tikus, karena tikus liar dapat
membawa pinjal memasuki daerah pertanian rnaupun daerah pemukiman
Orang-orang yang perlu mewaspadai penyebaran pes ini yaitu para pekerja hutan,
para pecinta alam, maupun orang-orang yang mengadakan karya wisata di daerah
hutan. Meskipun demikian kita juga harus mewaspadai gigitan pinjal di lingkungan
pemukiman penduduk, siapa tahu bahwa pinjal itu membawa wabah pes,
Secara garis baser pes disebarkan dan ditularkan melalui tkus, pinjal, dan manusia.
Penularan ini dapat terjadi maialui kontak langsung dengan hewan-hewan maupun
penderita pes.

10
Pengobatan yang dilakukan terhadap panderita pes yaitu diberi antibiotik (pembunuh
kuman). Penggunaan antibiotik harus teratur dan terus manerus agar bakteri tidak
menjadi kebal,

b. Murine Typhus
Penyakit ini ditemukan urnumnya di kota pelabuhan laut dan didaerah
populasi padat tempat didapatkan tikus dan pinjal. Xenopsylla cheopis selain scbagai
vektor penyakit pes merupakan pinjal yang dapat bertindak sebagai vcktor penyakit
yang disebabkan oleh Rickettsia typhi disebut Murine Typhus. Rickettsia typhi
memperoleh bahan makanan dari darah yang diambil olch spcsics inang. Rickettsia
typhi masuk dan tumbuh di dalam sciepitel usus dari kutu dan keluar bersama dengan
tinja yang dikcluarkan pinjal. Rickettsia typhi yang berada pada tinja dari kutu
tersebut menjangkiti tikus dan manusia melalui inokulasi intrakutan dengan
penggarukan kulit, a tau perpindahan oleh jari ke dalam membran lendir. Selain itu
bakteri ini juga mampu menjangkiti manusia dan tikus melalui gigitan oleh kutu
tikus tersebut.

c.Leptospirosis
Leptospirosis disebabkan oleh infeksi bakteri leptospira yang dibawa oleh hewan-
hewan tertentu. Leptospira adalah organisme yang hidup di perairan air tawar, tanah basah,
lumpur, dan tumbuh-tumbuhan. Bakteri ini dapat dapat menyebar melalui banjir. Hewan
pembawa bakteri leptospira umumnya tidak memiliki tanda-tanda sedang mengidap
leptospirosis karena bakteri ini dapat keluar melalui urine mereka. Keluarnya bakteri melalui
urine hewan liar maupun hewan piaraan yang terinfeksi dapat berlangsung secara terus
menerus atau hanya sesekali selama beberapa bulan hingga beberapa tahun. Bakteri yang
kemudian masuk ke air atau tanah ini bisa bertahan hingga beberapa minggu hingga
berbulan-bulan.

Leptospirosis umumnya banyak ditemui di area tropis dan subtropis, di mana


udaranya panas dan lembap yang membuat bakteri ini dapat bertahan hidup lebih
lama, seperti Tiongkok, India, dan Asia Tenggara. Para pekerja yang sering berurusan
dengan hewan juga memiliki risiko lebih tinggi terkena infeksi leptospirosis,
misalnya seorang peternak, nelayan, pekerja di saluran pembuangan limbah, dan
dokter hewan.

11
Bakteri leptospira dapat masuk melalui mata, hidung, mulut, atau luka
terbuka pada kulit, terutama jika Anda sering menghabiskan waktu berada di area,
baik air maupun tanah, yang terkontaminasi bakteri ini. Waspadai juga infeksi bakteri
leptospira ketika Anda melakukan kegiatan di luar ruangan seperti berkemah dan
memancing atau berkunjung ke daerah yang sedang menghadapi epidemi
leptospirosis.

Bakteri ini juga dapat menyebar melalui gigitan hewan atau cairan tubuh lain
(kecuali ludah) dan ketika meminum air yang terkontaminasi, misalnya sehabis
banjir atau ketika melakukan olahraga yang berhubungan dengan air. Hewan piaraan
jarang menjadi penyebab menyebarnya leptospirosis walau terdapat juga kasus
leptospirosis yang disebarkan oleh tikus piaraan.

Kasus penyebaran leptospirosis juga jarang disebarkan oleh sesama manusia


walau masih mungkin terjadi melalui hubungan seksual atau melalui ASI dari ibu
yang terinfeksi bakteri ini kepada bayi.

Gejala:

Mual

Muntah

Meriang

Sakit kepala

Nyeri otot

Sakit perut

Diare

Kulit atau area putih pada mata yang menguning

12
Demam tinggi

Ruam

Iritasi atau kemerahan di area mata

Batuk

13

Anda mungkin juga menyukai