Pola keterpaduan sains, teknologi, dan masyarakat, dan masyarakat ada beberapa
macam, yaitu keterpadanan proses dan produk, keterpaduan obyek, keterpaduan antar
bidang, dan keterpaduan berbasis masalah. Jenjang/tingkatan SD kelas tinggi
menggunakan pola keterpaduan berbasis masalah, sedangkan untuk kelas rendah
menggunakan keterpaduan antar bidang studi.
Keterpaduan dalam sains sebenarnya terdiri dari beberapa pola, antara lain keterpaduan
proses dan produk, keterpaduan berbaisis obyek, keterpaduan antar bidang, dan
keterpaduan berbasis persoalan. Bagi siswa SD, khususnya untuk kelas tinggi memiliki
kecenderungan pada keterpaduan berbasis persoalan, karena idealnya untuk
pembelajaran kelas tinggi sudah menggunakan sistem guru bidang studi. Sedangkan
untuk kelas rendah memiliki kencenderungan untuk mengikuti pola keterpaduan antar
bidang, karena biasanya masih menggunakan sistem guru kelas. Keterpaduan antar
bidang ini diwujudkan melalui tema tematik.
IPS merupakan hasil integrasi dari ilmu-ilmu sosial (sejarah, geografi, ekonomi,
sosiologi, antropologi) harus mampu mensintesiskan konsep yang relevan antara ilmu-
ilmu sosial tersebut. Selain itu kiranya perlu dimasukkan unsur-unsur pendidikan dan
masalah-masalah-masalah sosial dalam hidup bermasyarakat (M.Norman
Somantri.2001:198). Dengan demikian IPS dapat mengkounter berbagai permasalahan
sosial yang ditimbulkan oleh perkembangan sains dan teknologi. IPS dapat dijadikan
media dalam memberikan pemahaman tentang sains dan teknologi dalam kehidupan
manusia.
Sehubungan hal di atas menurut Pejiadi (2002), pendidikan sains yang pada mulanya
hanya menekankan pada pembelajaran konsep dan proses sains untuk meningkatkan
aspek kognitif saja. Tetapi dengan melihat kenyataan di atas perlu pula dikembangkan
aspek afektif yaitu nilai dalam bentuk kepedulian terhadap lingkungan, yaitu
kepedulian terhadap kemungkinan-kemungkinan dampak negatif dari perkembangan
sains dan teknologi. Dengan demikian jelas bahwa konsep-konsep pendidikan IPS telah
dimasukkan ke dalam pengkajian pendekatan STM. Artinya pendidikan IPS dan IPA
memang mempunyai kaitan yang sangat erat dan saling melengkapi.
Anda ingat bahwa tujuan penanganan dampak adalah memperbesar dampak positif
dan memperkecil dampak negatif. Dengan demikian manfaat yang didapat dari
perusahaan menjadi lebih diperbesar. Oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penanganan dampak lingkungan.
Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)
Perubahan lingkungan yang disebabkan oleh pembangunan, baik yang direncanakan
maupun tidak direncanakan, tidak akan menurunkan atau menghapus kemampuan
lingkungan untuk mendukung kehidupan kita pada tingkat kualitas hidup yang lebih
tinggi.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka hasil AMDAL harus berupa rencana
pengelolaan lingkungan. Rencana pengelolaan lingkungan terdiri dari: rencana
penanganan dampak dan rencana pemantauan dampak.
Antara rencana penanganan dampak dengan rencana pemantauan dampak
merupakan bagian integral dalam pengelolaan lingkungan. Adapun tujuan
penanganan adalah untuk memperbesar dampak positif dan memperkecil dampak
negatif. Dengan demikian manfaat yang didapat dari perusahaan menjadi lebih
diperbesar.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan dampak lingkungan:
1. Penanganan dampak harus mempertimbangkan lingkungan. Banyak orang tidak
menyadari bahwa suatu hal yang diperoleh secara gratis, melainkan selalu ada
biayanya.
Misalnya pemasangan alat pembersih belerang pada sebuah PLTU yang
menggunakan bahan bakar batu bara dapat menyebabkan pencemaran air,
apabila belerang yang menempel di alat pembersih tidak diperlakukan dengan
baik.
2. Beberapa jenis dampak hanya memerlukan cara penanganan yang sederhana dan
dampaknya sangatlah kecil terhadap lingkungan sehingga penanganannya dapat
diabaikan dan dapat dilakukan secara khusus.
Misalnya dampak debu terhadap kesehatan karyawan dapat ditangani dengan
menggunakan masker, begitu juga dampak konversi hutan menjadi lahan
pertanian terhadap erosi dapat dikurangi dengan membuat sengkedan dan
penanaman pohon dengan garis kontur.
Akan tetapi ada jenis dampak yang perlu penanganan khusus karena mempunyai
dampak yang lebih besar terhadap lingkungan dan bersifat lintas sektoral. Maka
penanganannya dalam konteks pengelolaan lingkungan daerah proyek, misalnya
pemukiman kembali orang yang tergusur oleh proyek pembangunan. Dengan
demikian penanganan dampak merupakan bagian integral rencana pengelolaan
lingkungan.
3. Penanganan dampak dimulai dari pemilihan alternatif proyek. Pemilihan alternatif
perlu juga memperhatikan ketidakpastian.
Pada umumnya preferensi penelitian diberikan pada alternatif yang tidak atau
sedikit mempunyai dampak negatif dengan tingkat tinggi. Pertimbangan lain
apakah tersedia teknologi untuk menangani dampak tersebut, jika belum tersedia
maka alternatif tersebut kita eliminasi.
4. Penanganari dampak memerlukan biaya, yang harus diperhitungkan dalam
anggaran belanja, sehingga hasil akhir perhitungan biaya/manfaat ekonomi masih
tetap menguntungkan.
5. Penanganan dampak positif.
Pemrakarsa sering tidak tertarik untuk memanfaatkan dampak positif. Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal antara lain:
a. terbatasnya anggaran belanja dan dampak poitif itu terletak di luar bidang
minat, usaha, atau tugas pemrakarsa; dan
b. dampak positif digunakan sebagai sarana untuk menangani dampak negatif
sehingga pemrakarsa akan berminat pada dampak positif tersebut.
Seperti yang dijelaskan Homer-Dixon, dkk (dalam Bruce Mitchell, dkk 2003), bahwa
kegiatan manusia dapat menyebabkan kerusakan lingkungan atau kelangkaan sumber
daya melalui tiga cara, yaitu:
1. Kegiatan manusia dapat menyebabkan penurunan jumlah dan kualitas sumber
daya, terutama jika sumber daya dicksploitasi dengan tingkat kccepatan yang
melebihi daya pulihnya.
Manusia hidup lebih banyak mengorbankan sumber daya alam dari pada untuk
kepentingan sumber daya alam. Seperti pemanfaatan sumber daya alam yang
tidak dapat diperbaharui (non-renewable) scperti, minyak, gas bumi, perak atau
logam. Sumber daya alam ini hanya terbaharui oleh proses geologi, bukan oleh
proses siklus manusia. Walaupun demikian sumber daya alam yang dapat
diperbaharui (renewable), seperti lapisan atas tanah, hutan, satwa liar dapat juga
mengalami penurunan balk kuantitas maupun kualitasnya jika digunakan pada
tingkat yang melebihi kapasitas pemul ihannya.
2. Penurunan atau kelangkaan sumber daya alam disebabkan olell pertambahan
penduduk.
Dengan bertambahnya penduduk, tanah dan air yang jutmlahnya tetap sama sudah
barang tentu akan dimanfaatkan oleh lebih banyak orang. Hal ini berarti jumlah
pemakaian tanah dan air per orang semakin berkurang.
3. Akses terhadap lingkungan dan sumber daya alam yang tidak scimbang juga akan
banyak menimbulkan permasalahan.
Akses yang tidak seimbang biasanya disebabkan oleh pranata hukum atau hak
kcpemilikan yang terkonsentrasi pada sekelompok kecil masyarakat, sehingga
menyebabkan kelangkaan hak kepemilikan bagi kelompok lain.
Ketiga faktor kegiatan manusia tersebut dapat terjadi secara sendiri-sendiri atau dalam
kombinasi. Penurunan jumlah dan kualitas sumber daya alam, pertumbuhan penduduk
serta ketidakseimbangan akses terhadap sumber daya alam menyebabkan kelangkaan
atau penurunan sumber daya alam tersebut, yang dapat menyebabkan manusia pindah
tempat atau sengaja dipindahkan dari satu daerah ke daerah lain. Kejadian tersebut
akan memicu tumbuhnya konflik etnis, ketika satu kelompok beranggapan bahwa
kelompok lain menongtrol pemakaian sumber daya secara tidak proposional.
Air, udara, dan tanah merupakan habitat dari kehidupan manusia, gangguan terhadap
salah satu unsur akan mengganggu kelangsungan hidup manusia, apalagi jika terjadi
kelebihan. Air merupakan permasalahan yang pertama kali nampak, mengingat badan
kita 67% terdiri dari air.
Air merupakan sumber kehidupan, namun pada saat ini masalah air merupakan
permasalahan rumit mulai dari peristiwa banjir sampai terjadinya kekeringan.
Mahalnya harga air bersih hasil olahan pabrik (aqua) per liter hampir sama dengan
harga 1 liter minyak tanah, ini menunjukkan bahwa kelangkaan air bersih sudah
dalam bahaya. Kira - kira 20 tahun yang lain manusia tidak merasa ragu-ragu untuk
meminum air yang belum diolah pabrik, bahkan air tersebut belum dimasak
sekalipun.
Pengambilan air di seluruh dunia diduga meningkat lebih dari 35 kali lipat
dibanding selama tiga abad yang lampau, dan masih terus meningkat dengan cepat.
Banyak daerah gersang dan separoh gersang sudah menderita kekurangan air yang
serius. Pemakaian air secara berlebihan oleh banyak orang sekaligus mengancam
keberlanjutan pembangunan yang sudah dicapai. Hal ini merupakan beban berat
bagi lembaga-lembaga yang menangani.
Kelangkaan air merupakan masalah, namun konsumsi air oleh manusia yang
cenderung meningkat merupakan ancaman yang perlu segera ditangani.
Menurut LIPI, wilayah Indonesia memiliki 6% dari persediaan air dunia atau 21%
persediaan air Asia Pasifik.
Namun demikian kelangkaan dan kesulitan untuk mendapatkan air bersih dan layak
pakai tnenjadi permasalahan yang mulai muncul di banyak tempat dan semakin
mendesak dari tahun ke tahun. Kecenderungan konsumsi air naik secara
eksponensial, sedangkan ketersediaan air bersih cenderung melambat akibat
kerusakan alam dan pencemaran, diperkirakan sebesar 15-35% per kapita per tahun.
Dengan demikian di Indonesia dengan jumlah penduduk yang mencapai lebih dari
200 juta, kebutuhan air bersih menjadi semakin mendesak. Sekalipun air merupakan
sumber daya yang dapat diperbaharui, namun sumber dayanya juga terbatas. Siklus
air membuat komoditi ini tersedia dalam jumlah tertentu setiap tahun di lokasi
tertentu.
Ini berarti bahwa cadangan perorang menurun manakala penduduk bertambah.
Selama bertahun-tahun air telah digunakan secara boros, dikelola dengan keliru.
Kekurangan air menjadi kendala hebat bagi produksi pangan, pertumbuhan
ekonomi, dan perlindungan sistem alam. Permasalahan yang dihadapi oleh negara-
negara yang masuk kategori langka air, biasanya pertumbuhan penduduknya cepat.
Untuk mendapatkan air orang harus memakai sumur bor, pada hal semakin dalam
pengeboran tanah ada kemungkinan air tersebut terasa asin. Pemompaan air secara
lebih cepat dari pada kemampuan alam untuk mengisinya akan menyebabakan
penurunan permukaan air tanah dan mampu memerosotkan bangunan. Seperti yang
telah terjadi di Beijing dan Mexiko.
Permasalahan air tidak terbatas pada kelangkaan saja, melainkan juga limbah
buangan yang dihasilkan. Pembuangan limbah air oleh pabrik-pabrik secara langsung
ke sungai tanpa melalui pemrosesan yang sempurna telah menyebabkan tanaman-
tanaman produksi milik petani menjadi layu, bahkan dapat mematikan.
Pembuangan limbah ke dalam tanah juga akan mencemari sumber air resapan.
Logam-logam berat yang dihasilkan oleh pabrik seperti cadmium, tembaga, nikel,
seng, dan logam berat lainnya mengumpul di tanah, merembes memasuki air tanah,
untuk kemudian mencemari cadangan air minum.
Berdasar sudut pandang toksikologi, logam berat terbagi ke dalam dua jenis, yaitu:
1) Logam berat esensial dimana keberadannya dalam jumlah tcrtentu sangat
dibutuhkan olch setiap organisme hidup. Misalnya:: seng (Zn), tembaga (Cu),
besi (Fe), kobait (Co), Mangaan (Mn), dan lain sebagainya.
2) Logam berat tidak csensial atau beracun, dimana keberadaannya dalam tubuh
organisme hidup hingga saat ini masih belum diketahui manfaatnya bahkan justru
bersifat racun. Misalnya: merkuri (Hg), cadmium (Cd), timbale (Pb), kromium
(Cr), dan lain-lain.
Walaupun logam berat esensial dibutuhkan oleh setiap organisme hidup, namun
dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun ( Rivai. 2007).