Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri lazim disebut sebagai
antibiotika atau lebih luas lagi, antimikroba. Antibiotika merupakan substansi
kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme untuk menekan pertumbuhan
mikroorganisme yang lain. Sedangkan antimikroba memiliki arti yang lebih luas
lagi karena juga mencakup substansi kimia yang dihasilkan melalui proses sintesis
di laboratorium. Sebagian besar antimikroba yang digunakan pada saat ini
diproduksi melalui sintesis kimiawi, oleh sebab itu biasa disebut sebagai
antibiotika sintetik. Dengan demikiian maka perbedaan arti antara antibiotika dan
antimikroba pada saat ini sudah tidak diperdebatkan lagi, karena yang dimaksud
adalah substansi kimiawi yang dapat digunakan untuk mengatasi infeksi bakterial.
Dalam tulisan ini akan dibahas mekanisme utama, jenis dan golongan obat
antimikroba, hingga penggunaan antibiotika atau antimikroba dalam praktek.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari obat antimikroba?
2. Bagaiamana penggolongan obat antimikroba?
3. Bagaiamana penggunaan obat antimikroba?
4. Apa efek samping dari penggunaan obat antimikroba?
5. Apa saja jenis-jenis obat antimikroba?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui definisi, penggolongan obat, penggunaan obat, serta efek
sampingnya dan jenis-jenis obat antimikroba.

1
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Obat Antimikroba


Antimikroba (AM) adalah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang
merugikan manusia (kesehatan). Mikroba yang dimaksud di sini adalah jasad
renik dan tidak termasuk kelompok parasit. Antibiotik adalah zat yang dihasilkan
oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau dapat mikroba
jenis lain. Obat antimikroba harus memiliki toksisitas AM yang selektif tinggi,
artinya obat tersebut bersifat sangat toksis untuk mikroba, tetapi relatif tidak
toksis terhadap hospes.
Berdasarkan sifat toksik selektif, ada antimikroba yang bersifat menghambat
pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktifitas bakteriostatik dan ada yang
bersifat membunuh mikroba, dikenal sebagai aktifitas bakterisid. Antimikroba
tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi bakterisid bila
kadar antimikrobanya ditingkatkan melebihi KHM.
Suatu zat antimikroba yang ideal memiliki toksisitas selektif. Istilah ini
berarti bahwa suatu obat berbahaya bagi parasit tetapi tidak membahayakan inang.
Seringkali, toksisitas selektif lebih bersifat relatif dan bukan absolut, ini berarti
bahwa suatu obat yang pada konsentrasi tertentu dapat ditoleransi oleh inang dan
dapat merusak parasit. Antibiotik yang ideal sebagai obat harus memenuhi syarat-
syarat :
1. Mempunyai kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme yang luas (broad spectrum antibiotic).
2. Tidak menimbulkan terjadinya resistensi dari mikroorganisme pathogen.
3. Tidak menimbulkan pengaruh samping (side effect) yang buruk pada host,
seperti reaksi alergi, kerusakan syaraf, iritasi lambung, dan sebagainya.
4. Tidak mengganggu keseimbangan flora yang normal dari host seperti flora
usus atau flora kulit.

2
2.2 Penggolongan Obat Antimikroba

Berdasarkan mekanisme kerja


1. Bersifat sebagai antimetabolit / penghambatan metabolisme sel
Koenzim asam folat di perlukan untuk sintesis purin dan pirimidin
(prekursor DNA dan RNA) dan senyawa-senyawa lain yang dipelukan untuk
pertumbuhan seluler dan replikasi. Untuk banyak mikroorganisme, asam p-
amino benzoate (PABA) merupakan metabolit utama. Antimikroba seperti
sulfonamide secara struktur mirip dengan PABA, asam folat, dan akan
berkompetisi dengan PABA untuk membentuk asam folat, Jika senyawa
antimikroba yang menang bersaing dengan PABA maka akan terbentuk asam
folat non fungsional yang akan mengganggu kehidupan mikroorganisme.
Contoh obat : Sulfonamid, trimetoprim, asam p-aminosalisilat.

2. Penghambatan sintesis dinding sel


Antimikroba golongan ini dapat menghambat biosintesis peptidoglikan,
sintesis mukopeptida atau menghambat sintesis peptide dinding sel, sehingga
dinding sel menjadi lemah dank arena tekanan turgor dari dalam, dinding sel
akan pecah atau lisis sehingga bakteri akan mati.
Contoh obat : penisilin, sefalosforin, sikloserin, vankomisin, basitrasin, dan
antifungi gol.Azol.
3. Pengehambatan fungsi permeabilitas membran sel
Antimikroba bekerja secara langsung pada membran sel yang
mempengaruhi permeabilitas dan menyebabkan keluarnya senyawa
intraseluler mikroorganisme, sehingga sel mengalami kerusakan bahkan mati.
Contoh obat : polimiksin, nistatin, dan amfoteresin B.
4. Penghambatan sintesis nrotein yang reversible
Mempengaruhi fungsi sub unit 50S dan 30S. Antimikroba akan
menghambat reaksi transfer antara donor dengan aseptor atau menghambat
translokasi t-RNA peptidil dari situs aseptor kesitus donor yang menyebabkan
sitesis nrotein terhenti. Contoh obat : kloramfenikol, gol. Tetrasiklin,
eritromisin, klindamisin, dan pristinamisin.
5. Pengubahan sintesis nrotein
Berikatan dengan subunit ribosom 30S dan mengubah sintesis nrotein,
yang pada akhirnya akan melibatkan kematian sel.
Contoh obat : aminoglikosida
6. Penghambatan asam nukleat

3
Antimikroba mempengaruhi metabolis asam nukleat bakteri, yang
menghambat RNA polimerase, dan yang menghambat topoisomerase . contoh
obat : golongan kuinolon.
7. Senyawa Antivirus yang terdiri beberapa golongan :
Analog asam nukleat, secara selektif menghambat DNA polimerase
virus (asiklovir ), menghambat transkriptase balik (zidovudin).
Inhibitor transkriptase balik non-nukleosida (nevirapin).
Inhibitor enzim-enzim esensial virus lainnya, misal inhibitor
nrotease HIV atau neuranidase influenza.
Berdasarkan spektrumnya
1. Antibiotik dengan spektrum sempit, efektif terhadap satu jenis mikroba.

2. Antibiotik dengan spektrum luas, efektif baik terhadap gram positif


maupun gram negatif. Contoh obat : tetrasiklin, amfenikol, aminoglikosida,
makrolida, rifampisin, turunan penisilin (ampisilin, amoksisilin, bakampisilin,
karbanesilin, hetasilin, pivampisilin, sulbenisilin, dan tirkasilin), dan sebagian
besar turunan sefalosporin.

3. Antibiotik yang aktivitasnya lebih dominan terhadap gram positif. Contoh


obat : basitrasin, eritromisin, sebagian besar turunan penisilin seperti
benzilpenisilin, penisilin G nrokain, penisilin V, fenetilisin K, metisilin Na,
turunan linkosamida, asam fusidat, dan beberapa turunan sefalosporin.

4. Antibiotik yang aktivitasnya lebih dominan terhadap bakteri gram negatif.


Contoh obat : kolkistin, polimiksin B sulfat, dan sulfomisin.

5. Antibiotik yang aktivitasnya lebih dominan thdp Mycobacteriae


(antituberkulosis). Contoh obat : streptomisin, kanamisin, sikloserin, rifampisin,
viomisin, dan kapreomisin.

6. Antibiotik yang aktif terhadap jamur (antijamur). Contoh obat :


griseofulvin, dan antibiotik polien seperti nistatin, amfoterisin B, dan kandisidin.

7. Antibiotik yang aktif terhadap neoplasma (antikanker). Contoh obat :


aktinomisin, bleomisin, daunorubisin, mitomisin, dan mitramisin.
Berdasarkan struktur kimianya

4
1. Antibiotik -laktam 6. Polipeptida
2. Turunan amfnikol 7. Linkosamida
3. Turunan tetrasklin 8. Polien
4. Aminoglikosida 9. Ansamisin
5. Makrolida 10. Antrasiklin

Berdasarkan aksi utamanya


1. Bakteriostatik : menghambat pertumbuhan mikroba. Contoh obat :
Penisilin, Aminoglikosid, Sefalosporin, Kotrimoksasol, Isoniasid,
Eritromisin (kadar tinggi), Vankomisin.
2. Bakterisida: membunuh / memusnahkan mikroba. Contoh obat :
Tetrasiklin, Asam fusidat, Kloramfenikol, PAS, Linkomisin, Eritromisin
kadar rendah), klindamisin.
Berdasarkan tempat kerjanya
1. Dinding sel, menghambat biosintesis peptidoglikan, Contoh obat :
penisilin, sefalosporin, basitrasin, vankomisin, sikloserin.
2. Membran sel, fungsi dan integritas membran sel, Contoh obat : nistatin,
amfoteresin, polimiksin B.

3. Asam nukleat, menghambat biosintesis DNA, mRNA, biosintesis DNA


dan mRNA Contoh obat : mitomisin C, rifampisin, griseofilvin.
4. Ribosom, menghambat biosintesis protein (subunit 30S nrokariotik
contoh : aminosiklitol, tetrasiklin, subunit 50S nrokariotik contoh:
amfenicol, makrolida, linkosamida.
Berdasarkan Penyakitnya
1. Golongan penisilin
Golongan ini menghambat pembentukan mukopeptida yang
sensitif dan mengahasilkan efek baterisid ( membunuh kuman) pada
mikroba yang sedang aktif membelah. Contoh obat :
Amoksisilin
Nama dagang : Ammoxillin, Amosine
Indikasi : Infeksi pada saluran napas, saluran genito-
urinaria, Gonnorhea.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap penisilin, gangguan
ginjal, leukimia limfatik.
Efek samping : Gangguan ginjal, reaksi hipersensitif.

5
Dosis : Dewasa 250-500 mg 3x sehari, anak-anak (7-12
thn) 10 ml sirup 125 mg/5ml.
Ampisilin
Nama dagang : Ambiopi, Ampisilin
Indikasi : ISK, saluran pernapasan, dan pencernaan
Kontraindikasi : Hipersensitif
Efek samping : Mual, muntah, diare, hipersensitif.
2. Golongan sefalosporin
Golongan ini menghambat sintesis dinding sel mikroba. Yang
dihambat adalah reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam rangakaian
reaksi pembentukan dinding sel. Contoh obat :
Sefadroksil
Nama k : Biodroxil
Indikasi : ISP, kulit, jaringan artikulasi dan tulang.
Kontraindikasi : Hipersensitif
Efek samping : Gejala ruam kulit.
Dosis : Dewasa 1-2 g/hari.
Sefoperazon
Nama dagang : Biofotik, Cefobid
Indikasi : ISP, saluran kemih, meningitis.
Kontra indikasi : Hipersensitif
Efek samping : Ruam makulopapula, urtikaria.
Dosis : Dewasa 2-4 g/hari dalam dosis terbagi setiap 12
jam.
3. Golongan tetracycline
Golongan ini mengganggu sintesis protein kuman Spektrum
kerjanya luas kecuali terhadap Psudomonas dan Proteus. Juga aktif
terhadap Chlamydia trachomatis (penyebab penyakit mata), leptospirae,
beberapa protozoa. Contoh obat :
Tetrasiklin
Nama dagang : Bimatra, Tetrasanbe
Indikasi : Infeksi bakteri positif dan negatif, infeksi
ricketssia
Kontraindikasi : Gangguan ginjal
Efek samping : Gangguan saluran cerna, anoreksia,
dermatitis, urtikaria, anafilaksis
Dosis : Dewasa 500 mg 4 x sehari, anak : 25-50 mg
/kg/BB /hari terbagi menjadi 4 dosis.
Doksisiklin

6
Nama dagang : Doxin, Doxicor
Indikasi : Infeksi saluran nafas,saluran pencernaan, saluran
individu, saaluran kemih dan kelamin
Kontraindikasi : Kerusakan hati, diskrasia darah,
hipersensitifitas
Efek samping : Gangguan saluran pencernaan, kerusakan
hati.
Dosis : Dewasa hari I 200 mg, dilanjutkan dengan 100 mg 1
x sehari pada hari berikutnya.
Golongan Kloramfenikol
Kloramfenikol bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein
kuman. Yang dihambat adalah enzim peptidil transferase yang berperan
sebagai katalisator untuk membentuk ikatan-ikatan peptida pada proses
sintesis protein kuman. Contoh obat :
Kloramfenikol / Tiamfenikol
Nama Dagang : Colme, Anicol, Biothicol.
Kontraindikasi : Hipersensitif, penderita gangguan fungsi
hati dan ginjal.
Dosis : Dewasa 4 x sehari 250-500 mg, anak-anak 25-50
mg /kg dalam dosis terbagi 3-4 x sehari
Efek samping : Kloramfenikol dapat menimbulkan
kemerahan kulit, angioudem, urtikaria dan anafilaksis.
Golongan Makrolid
Golongan Makrolida bersifat bakteriostatik atau bakterisid
tergantung dari jenis kuman dan kadar obat Makrolida. Contoh obat :
Klaritromisin
Nama Dagang : Abbotic, Binoklar
Indikasi : Infeksi saluran pernapasan,otitis media akut,
infeksi saluran kulit
Kontraindikasi : Hipersensitivitas, gagal jantung, ibu hamil
dan menyusui.
Efek samping : Diare, mual, pengecapan yang abnormal,
ketidaknyamanan pada perut.
Dosis : dewasa 250-500 mg 2 x sehari selama 7-14 hari.
Eritromisin
Nama dagang : Bannthrocin, Duramycin

7
Indikasi : Infeksi Streptokokus, Mycoplasma
pneumoniae,Treponema pallidum, Clostridium
Kontraindikasi : Gangguan fungsi hati.
Efek samping : Kejang perut, mual, muntah, diare.
Dosis:250-500 mg 4 x sehari.
Azitromisin
Nama dagang : Mezatrin, Zithromax
Indikasi : Infeksi saluran nafas atas dan bawah, penyakit
yang ditularkan melalui hubungan seks.
Kontraindikasi : Hipersensitif, pemberian bersama dengan
derivat ergot.
Efek samping : Mual, muntah, diare, nyeri perut dan dada,
palpitasi,vertigo.
Dosis : 500 mg (hari I) dilanjutkan 250 mg (hari II-V)
6.Golongan Kuinolon
Golongan antibiotika Kuinolon umumnya dapat ditoleransi dengan
baik. Contoh obat :
Siprofloksasin
Nama Dagang : Bactiprox,Baquinor
Indikasi : ISP, infeksi kulit, jaringan lunak, saluran
kemih dan pencernaan
Kontraindikasi : Hipersensitif, hamil dan menyusui, anak-
anak dan remaja
Dosis : Dewasa 200 mg setiap 12 jam (infeksi saluran
kemih ringan), 400 mg setiap 12 jam, (infeksi berat).
Ofloksasin
Nama dagang : Akilen, Danoflok
Indikasi : ISK, uretritis, servistis, saluran nafas bawah,
enteritis bakterial.
Kontraindikasi: Hipersensitivitas, hamil dan menyusui,
anak-anak sebelum pubertas
Dosis : Dewasa 100-400 mg 1-2 x sehari selama 10 hari.
Levofloksasin
Nama dagang : Cravit, Difloxin
Indikasi : Pnemonia, bronkitis akut

8
Kontraindikasi: Hipersensitif, epilepsi, anak, remaja, hamil
dan menyusui
Dosis : Oral, parenteral 250-500 mg 1 x sehari.
Golongan Aminoglikosida
Dihasilkan oleh fungi Streptomyces & micromonospora.
Contoh obat :
Amikasina
Nama dagang : Alostil, Amikin
Indikasi : Jaringan lemak, combustio, saluran
nafas bawah, saluran kemih.
Efek samping : Ototoksis, nefrotoksik
Dosis : 15 mg/kg/BB/hari terbagi dalam 2 dosis
(im).
Gentamisin
Nama dagang : Ethigent, Gentamerck
Indikasi : ISK, saluran napas, saluran cerna.
Kontra indikasi : Hipersensesitif
Efek samping : Telinga berdengung, vertigo, tinitus, pusing.
Dosis : Dewasa 3 mg/kg dalam dosis terbagi tiap 8 jam
(im).
Kanamisin
Nama dagang : Kanarco, Kanoxin
Indikasi : Infeksi saluran napas, bronkitis, GO, ISK,
uretritis.
Kontraindikasi : Hipersensitif
Efek samping : Ototoksisitas, hipersensitif, avitaminosis,
gangguan ginjal.
Dosis : 15 mg/kg/BB/hari terbagi dalam 2-4 dosis.
Spektinomisin
Nama dagang : Trobicin
Indikasi : Uretritis dan proktitis gonokokus akut
Kontra indikasi : Hipersensitif
Dosis : Dewasa suntik 5 ml larutan yang mengandung 2 g
Spektinomisin (im).

9
Resistensi
Resistensi sel mikroba adalah suatu sifat tidak terganggunya
kehidupan sel mikroba oleh antimikroba. Sifat ini merupakan suatu mekanisme
alamiah untuk bertahan hidup. Pembagian resistensi :
Resistensi genetic
1. Mutasi spontan
- gen mikroba berubah karena pengaruh AM.
- terjadi seleksi, galur resisten bermultiplikasi, yang peka terbasmi,
populasi resisten
2. Resistensi dipindahkan
- Transformasi
- Transduksi
- Konjugasi
Resistensi`silang
Keadaan resistensi terhadap Antimikroba tertentu yang juga
memperlihatkan resistensi terhadap Antimikroba yang lain, terjadi :
1.antara Antimikroba dengan struktur kimia yang mirip
2.antara Antimikroba beda struktur tapi mekanisme kerja mirip
Mekanisme resistensi
1.Perubahan tempat kerja (target site) obat antimikroba
2.Mikroba menurunkan permeabilitasnya sehingga obat sulit masuk
kedalam sel.
3.Inaktivasi obat oleh mikroba
4.Mikroba membentuk jalan pintas untuk menghindari tahap yang
dihambat mikroba.
5. Meningkatkan produksi enzim yang dihambat oleh antimikroba.

2.3 Penggunaan Obat Antimikroba


Antimikroba dapat dikatakan obat penyembuh penyakit infeksi,
tetapi AM hanya menyingkatkan waktu yang diperlukan tubuh hopes
untuk sembuh dari suatu penyakit infeksi. Dengan adanya infasi mikroba,
tubuh hopes akan bereaksi dengan mengaktifkan mekanisme daya tahan
tubuhnya. Sebagian besar infeksi terjadi pada hospes dapat sembuh dengan
sendirinya tanpa memerlukan AM.

10
Gangguan klinis infeksi terjadi akibat gangguan langsung oleh
mikroba maupun oleh berbagai zat toksis yang dihasilkan mikroba. Nilai
mekanisme pertahanan tubuh berhasil, mikroba dan zat toksis yang
dihasilkan akan dapat disingkirkan. Dalam hal ini tidak perlukan
pemberian AM untuk penyembuhan penyakit infeksi.
Gejala demam yang merupakan salah satu gejala sistemik penyakit
infeksi, tidak merupakan indikator yang kuat untuk pemberian
antimikroba, karena demam dapat disebabkan oleh penyakit infeksi dari
virus atau nonifeksi, dengan sendirinya bukan indikasi pemberian
antimikroba.

2.4 Efek samping dari penggunaan Antimikroba


1. Reaksi Alergi : reaksi ini dapat ditimbukan oleh semua antibiotik dengan
melibatkan sistem imun tubuh hospes.
2. Reaksi idiosinkrasi : gejala ini merupakan reaksi abnormal yang
diturunkan secara genetic terhadap pemberian antimikroba tertentu.
3. Reaksi toksik : AM pada umumnya bersifat toksik selektif, tetapi sifat ini
relative. Selain itu yang turut menentukan terjadinya reaksi toksik yaitu
fungsi organ / system tertentu sehubungan dengan biotransformasi dan
eksresi obat.
4. Perubahan biologik dan metabolik : penggunaan AM, terutama yang
bersepektrum luas dapat mengganggu keseimbangan ekologik mikroflora
sehingga jenis mikroba yang meningkat jumlah populasinya dapat menjadi
patogen. Gangguan keseimbangan ekologik mikroflora normal tubuh dapat
terjadi di saluran cerna, nafas kulit dan kelamin.
2.5 Jenis-jenis Obat Antumikroba
1. Sulfonamid dan kotrimoksazon
a. Sulfonamide
Sulfanomid adalah kemoterapeutik yang pertama digunakan secara
sisitemik digunakan untuk pengobatan dan pencegahan penyakit infeksi pada
manusia. Contohnya seperti sulfonamide.
b. kotrimoksazon
Trimetropin dan sulfametoksazon menghambat reaksi enzimatik obligat
pada dua tahap yang berurutan pada mikroba, sehingga kombinasi kedua obat
memberikan efek sinergik. Kombinasi ini dikenal denga nama
kotrimoksazon.

11
2. Antiseptik saluran kemih
a. Metenamin
Metenamin aktif terhadap berbagai jenis mikroba seperti kuman gram
negative kecuali proteus karena kuman dapat mengubah urea menjadi
ammonium hidroksida yang menaikkan ph sehingga menghambat perubahan
metenamin menjadi formal dehid.
b. Asam Nalidiksat
asam Nalidiksat bekerja dengan menghambat enzim DNA girase bakteri
dan biasanya bersifat bakterisid terhadap kebanyakan kuman pathogen
penyebab infeksi saluran kemih. Obat ini menghambat E.coli, proteus spp dan
kuman Coloform lainnya.
c. Nitrofurantoin
Nitrofurantoin adalah antiseptic saluran kemih derivat furan. Obat ini
efektif untuk kebanyakan kuman penyebab infeksi saluran kemih seperti
Ecoli, Proteus sp, Entero bakter dan B. sutilis.
d. Fosfomisin Trometamin
obat ini bekerja dengan menghambat tahap awal sintesis dinding sel
kuman. Fosfomisin aktif terhadap kuman gram positif maupun gram negative.
3. Tuberculostatik
Obat yang digunakan untuk tubercolosis di golongkan atas dua kelompok
yaitu kelompok obat lini pertama dan obat lini ke dua. Kelompok obat lini
pertama memperlihatkan efektivitas yang tinggi dengan toksisitas yang dapat
diterima. Sebagian besar pasien dapat disembuhkan dengan obat obat ini.
Walaupun demikian , kadang terpaksa digunakan obat lain yang kurang
efektif karena pertimbangan resistensi pada pasien.
Golongan obat lini pertama Golongan obat lini ke dua
seperti : seperti :
1) Isoniasid 1) Golongan fluorokuinolon
2) Rifamfisin 2) Sikloserin
3) Etabutol 3) Etionamid
4) Steptomisin 4) Amikasin
5) Pirazinamid 5) Kanamisin
6) Kapreomisin
7) Paraaminosalisilat

12
4. Antimikrobakteria Atipik
Contoh obat dari antimikrobakteria Atipik yaitu Klaritromisin dan
Ajitromisin merupakan obat yang penting untuk pengobatan infeksi
mycobacterium avium complek ( MAC ) Klaritomisin infitro lebih aktif
dibandingkan ajitromisin , tetapi secara klinis tidak berpengaruh karena kadar
ajitromisin di jaringan jauh melebihi kadar dalam darah.
5. Leprostatik
a. Sulfon
mekanisme kerja sulfon dengan sulfonamid sama. Kedua golongan obat
ini mempunyai spectrum antibakteri yang sama dan dapat di hambat
aktifitasnya oleh PABA secara bersaing.
b. Rifampisin
farmakologi obat ini kalau di tinjau sebagai antitubercolosis. Walaupun
obat ini mampu menembus sel dari saraf, dalam pengobatan yang
berlangsung lama masih saja di temukan kuman hidup.
c. KLofazimin
Klofazimin merupakan turunan fenazin yang efeftif terhadap basil lepra.
Obat ini tidak saja efektif untuk lepra jenis lepromatosis, tatapi juga memiliki
efek anti radang sehingga dapat mencegah timbulnya eritema nodosum.
d.Amitiozon
obat turunan tuosemikarbazon ini lebih efektif terhadap lepra jenis
tuberkuloit di bandingkan terhadap jenis lepro matosis. Resisitensi da[pat
terjadi selama pengobatan sehingga pada tahun ke dua pengobatan perbaikan
melambat dan pada tahun ke tiga penyakit mungkin kambuh.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Antimikroba adalah suatu obat yang menghasilkan antibiotik untuk
membunuh mikroba yang dapat merugikan manusia. Obat-obat yang termasuk
dalam golongan antimikroba seperti Golongan Penisilin , Golongan
Sefalosporin , Golongan Tetracycline, Golongan Kloramfenikol, Golongan
Makrolid , Golongan Kuinolon, Golongan Aminoglikosida. Penggunaan obat
antimikroba harus memperhatikan dosis dan penyakit yang diderita oleh
seseorang agar tidak terjadi resistensi.

3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca terutama bagi
para mahasiswa yang dalam proses belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Yulina, Elin dkk, Iso Farmakoterapi, 2009, PT. ISFI Penerbitan Jakarta
Tanu, Ian, Farmakologi dan Terapi, 2007, Departemen Farmakologi dan
Terapeutik Falkutas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta

Anda mungkin juga menyukai