Oleh:
SANDHI WIEDYANOE
N I M. 15688890
SEMARANG
2015
BAB I
1 In.he.ren berarti berhubungan erat (dengan); tidak dapat diceraikan; melekat. Sumber: Kamus Besar Bahasa Indonesia.
2 Sumber: un.org
4 kemenkumham.go.id
5 www.komnasham.go.id
6 Pasal 13 dan 14 UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
8 Upaya yang dilakukan aparat penegak hukum berupa tangkap, tahan, geledah, sita, dan riksa dalam rangka proses peradilan.
Saat ini, lanjut Budi, Tim dari Polri sedang bekerja untuk mengetahui
penyebab perusakan. "Nanti tim Labfor juga kesana, identifikasi datang,
Bareskrim datang, nanti kita lihat pendalamannya ya," katanya.
http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/04/28/nnilmw-polri-dalami-perusakan-
terhadap-polsek-limun
1.2Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah yang coba dituangkan penulis di atas
maka dapat disimpulkan bahwa proses penegakkan hukum yang menjadi tugas
dan kewenangan Polri merupakan suatu bentuk pelayanan prima kepolisian
dalam memenuhi rasa keadailan ditengah-tengah masyarakat. Proses
penegakkan hukum harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku serta mengikuti petunjuk dan arahan pimpinan Polri, tertuang dalam
aturan resmi yang telah disahkan. Semata-mata tujuan dari berbagai landasan
hukum dalam proses penegakkan hukum adalah wujud pelaksanaan tugas
yang profesional sebagai upaya mencegah pelanggaran HAM yang dilakukan
oleh aparat penegak hukum pada proses penanganan tindak pidana. Aturan
hukum tadi juga berperan sebagai payung hukum yang melegalkan segala
tindakan penyidik dalam membatasi bahkan merampas hak-hak seseorang
yang diduga ada kaitannya dalam proses penegakkan hukum.
Mengenyampingkan aturan hukum tadi berarti tidak melaksanakan tugas
secara profesional serta mencederai rasa junjung tinggi atas asas kemanusiaan
dalam memenuhi rasa keadilan, dan berdampak terhadap pelanggaran HAM
yang dilakukan oleh aparat negara penegak hukum.
Menurut Prof. Moeljatno S.H., Tindak Pidana (strafbaar feit) adalah
11 Frasa tersebut biasa dipakai untuk menjelaskan kejahatan luar biasa yang dapat digolongkan sebagai pelanggaran hak asasi manusia yang
berat (gross violation of human rights). Sumber: setkab.go.id
1.3Persoalan
Dari perumusan masalah tersebut, pokok-pokok permasalahan yang akan
penulis bahas adalah :
a. Bagaimana upaya penegakkan hukum terhadap pelaku pengedaran
BAB II
PEMBAHASAN
12 UU No. 31 Tahun 1997, Ankum adalah Atasan Langsung yang berwenang melakukan penyidikan menjatuhkan hukuman disiplin
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Dari penjabaran pada Bab II tentang Pembahasan diatas, penulis
berkesimpulan bahwa Bripka Sirait, seorang anggota penyidik Polsek
Limun Polres Sarolangun dalam melakukan aksinya menembak Edward
Bin Thamrin (Alm.) adalah tidak sesuai pada aturan serta ketentuan
terhadap Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian oleh anggota
Polri. Hal ini sesuai dari ketetapan yang diatur dalam Peraturan Kapolri
Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan
Kepolisian (Perkap No 1/2009). Dimana klausa Pasal 5 ayat (1) Perkap
No 1/2009 tersebut menjelaskan tata-cara anggota Polri dalam
menggunakan kekuatannya. Kesalahan prosedur tadi sehingga
mengakibatkan Edward, salah seorang Daftar Pencarian Orang (DPO)
penyalahgunaan serta pengedar narkoba itu meninggal dunia. Atas
peristiwa tersebut, perbuatan Bripka Sirait dapat dikategorikan sebagai
pelanggaran HAM oleh aparat kepolisian.
b. Sesuai Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi
Kepolisian Negara Republik Indonesia, terhadap pelanggaran disiplin
anggota Polri atas nama Bripka Sirait dapat dilaksanakan Sidang Disiplin
dan penjatuhan hukuman disiplin dan atau hukuman kode etik sesuai
kebijakan Pimpinan Polri. Kepastian hukum tersebut guna menepis isu
pelanggaran HAM yang timbul akibat aksi penembakan tadi sehingga
menyebabkan pelaku meninggal dunia.