Anda di halaman 1dari 15

LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPOLISIAN

OPTIMALISASI TUGAS PENYIDIK


DALAM MENANGANI TINDAK PIDANA
PENYALAHGUNAAN NARKOBA
GUNA MENGHINDARI ISU PELANGGARAN HAM
DI POLSEK LIMUN POLRES SAROLANGUN

NASKAH KARYA PERORANGAN


(Studi Kasus Pembakaran Polsek Limun)

Oleh:
SANDHI WIEDYANOE
N I M. 15688890

MAHASISWA STIK-PTIK ANGKATAN 68 T.A. 2015


PROGRAM PENDIDIKAN JARAK JAUH
POLDA JAWA TENGAH - AKADEMI KEPOLISIAN

SEMARANG
2015
BAB I

Studi Kasus Pembakaran Polsek Limun


1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perang Dunia II merupakan contoh nyata pelanggaran terhadap Hak Asasi
Manusia (HAM). Kekejaman bagi kemanusiaan serta menjadi pengalaman
buruk dunia internasional atas kebebasan hakiki bersifat inhern 1 yang dimiliki
tiap insan manusia di muka bumi. Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan suatu
kesepakatan bersama masyarakat internasional yang tertuang dalam Deklarasi
Universal Hak-Hak Asasi Manusia (DUHAM), diterima dan diumumkan oleh
Majelis Umum PBB melalui resolusi 217 A (III) pada tanggal 10 Desember 1948
di Palais de Chaillot, Paris 2. Teks lengkap tersebut diterbitkan oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) serta dapat diakses melalui situsnya ini terdiri dari 30
artikel yang telah dijabarkan dalam perjanjian internasional, berisikan tentang
pengakuan hak-hak dasar yang melekat pada diri tiap manusia sebagai
anugerah dari Tuhan YME sedari lahir.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999
Tentang Hak Asasi Manusia, Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak dasar
yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng,
oleh karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh
diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh siapapun. Mahfud MD, Ketua
Mahkamah Konstitusi periode 2008-2011 dan Hakim Konstitusi periode 2008-
2013 mengatakan Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang
melekat pada diri manusia sebagai makhluk dari ciptaan Tuhan YME dan hak
tersebut dibawa manusia sejak pertama kali dilahirkan sehingga hak tersebut
bersifat kodrati, hak asasi ini bukan merupakan pemberian manusia atau
negara. Senada dengan pemikiran masyarakat internasional diatas, Bangsa
Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi penghargaan terhadap HAM seperti
makna yang tertuang dalam landasan dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia, Pancasila. Pancasila mengakui harkat dan martabat manusia
sebagai mahluk ciptaan Tuhan YME 3. Mengandung maksud dan tujuan bahwa
seluruh masyarakat Indonesia wajib menjunjung tinggi harkat dan martabat

1 In.he.ren berarti berhubungan erat (dengan); tidak dapat diceraikan; melekat. Sumber: Kamus Besar Bahasa Indonesia.

2 Sumber: un.org

3 Terkandung dalam klausa Sila Kedua dan Keempat Pancasila.

Studi Kasus Pembakaran Polsek Limun


2
kemanusiaan serta pengakuan terhadap HAM dengan selalu mengedepankan
asas keadilan dalam kehidupan bersosial. Penghargaan Negara Republik
Indonesia terhadap HAM diwujudkan oleh Pemerintah Republik Indonesia
dengan membentuk Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia (Kemenkumham RI)4, adalah kementerian dalam Pemerintah
Indonesia yang membidangi urusan hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) di
Indonesia. Dukungan masyarakat Indonesia atas pengakuan HAM pun
diwujudkan pada tahun 1993 dengan membentuk Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia atau Komnas HAM5, adalah sebuah lembaga mandiri di Indonesia
yang kedudukannya setingkat dengan lembaga negara lainnya dengan fungsi
melaksanakan kajian, perlindungan, penelitian, penyuluhan, pemantauan,
investigasi, dan mediasi terhadap persoalan-persoalan hak asasi manusia
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993 tentang Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia.
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), memiliki tugas dan
tanggung jawab sesuai undang-undang 6 yang antara lain ; 1. Memelihara
kemanan dan ketertiban masyarakat, 2. Menegakkan hukum, serta 3.
Melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat. Fungsi dan peran Polri
sesuai undang-undang dalam hal ini tentunya selalu bersinggungan dengan
masyarakat. Profesionalisme Polri dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawab merupakan suatu keharusan atas kebutuhan masyarakat terhadap rasa
aman. Pelayanan prima kepolisian adalah merupakan kewajiban bagi tiap
aparat kepolisian dalam melaksanakan tugas-tugasnya mengabdi untuk
masyarakat dan negara.

Tanpa terkecuali dalam proses penegakkan hukum di Indonesia, Polri


kerap dituntut untuk profesional mengedepankan asas kemanusiaan dalam
upaya memenuhi rasa keadilan. Dasar hukum pelaksanaan tugas penegakkan
hukum oleh Polri antara lain diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP), Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Hukum yang
bersifat khusus (Lex specialis derogat generali), serta Peraturan Kapolri Nomor

4 kemenkumham.go.id

5 www.komnasham.go.id

6 Pasal 13 dan 14 UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Studi Kasus Pembakaran Polsek Limun


3
14 Tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana. Aturan-aturan
tersebut harus selalu menjadi pedoman serta sebagai landasan operasional
dalam bertindak bagi tiap anggota Polri dalam melakukan upaya penyidikan
terhadap dugaan tindak pidana yang terjadi ditengah-tengah masyarakat.
Berbicara mengenai penyidikan, adalah serangkaian tindakan penyidik dalam
hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari dan
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak
pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya 7. Tujuan dari
penyidikan itu sendiri adalah demi memenuhi rasa keadilan ditengah-tengah
masyarakat agar tercipta ketertiban sosial.

Kewenangan dalam melakukan upaya paksa 8 oleh anggota Polri pada


dasarnya selalu bersinggungan dengan HAM. Upaya penegakkan hukum
termasuk didalamnya merupakan upaya paksa oleh Penyidik Polri untuk
merampas hak-hak serta kebebasan seseorang yang dimilikinya dinilai sah
demi hukum dan tidak melanggar undang-undang bilamana dilakukan sesuai
dengan aturan perundang-undangan yang berlaku. Namun acap kali beberapa
oknum aparat kepolisian mengkhianati pedoman tadi. Upaya penegakkan
hukum yang tidak dilaksanakan sesuai Standart Operational Procedure (SOP)
memiliki dampak besar atas terjadinya pelanggaran HAM oleh aparat
kepolisian. Pelanggaran HAM sendiri dijelaskan menurut undang-undang
adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat
negara baik disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi, dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang
atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang, dan tidak didapatkan,
atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan
benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku 9. Isu-isu pelanggaran HAM
oleh aparat kepolisian itu sendiri sering dibahas diberbagai diskusi, baik dalam
diskusi formil maupun informil. Banyaknya pengaduan masyarakat atas dugaan
terjadinya pelanggaran HAM oleh aparat kepolisian seyogyanya dijadikan
cerminan bagi Polri mengintropeksi serta memperbaiki diri guna menjadi Polri
7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, klausa pada BAB I Ketentuan Umum Pasal 1
poin 2.

8 Upaya yang dilakukan aparat penegak hukum berupa tangkap, tahan, geledah, sita, dan riksa dalam rangka proses peradilan.

9 UU no 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.

Studi Kasus Pembakaran Polsek Limun


4
yang profesional dan selalu dicintai masyarakat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bareskrim Polri menyatakan sudah


mengamankan pelaku perusakan Polsek Limun, Jambi, beberapa waktu
lalu. Namun, Kabareskrim Mabes Polri, Komjen Pol Budi Waseso belum
memastikan berapa jumlah orang yang ditangkap dan yang menyerahkan
diri.
"Mulai tadi malam sudah dilakukan penangkapan-penangkapan dan
pemeriksaan terhadap pelaku," ujarnya, di Bareskrim Polri, Selasa (28/4).
Budi menjelaskan, Polri juga sedang mendalami dalam prosedur
penanganan terhadap tersangka oleh penyidik. Dengan pendalaman
tersebut bisa diketahui apakah terdapat pelanggaran yang dilakukan
penyidik dalam penanganan tersangka.

Saat ini, lanjut Budi, Tim dari Polri sedang bekerja untuk mengetahui
penyebab perusakan. "Nanti tim Labfor juga kesana, identifikasi datang,
Bareskrim datang, nanti kita lihat pendalamannya ya," katanya.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/04/28/nnilmw-polri-dalami-perusakan-
terhadap-polsek-limun

Pemberitaan tersebut dilampirkan penulis lewat laman republika.com,


menuliskan tentang dugaan adanya pelanggaran HAM oleh anggota penyidik
Polsek Limun, Jambi, mengakibatkan tewasnya seorang anggota masyarakat
serta berdampak pada pembakaran Polsek setempat oleh massa yang marah
atas peristiwa tersebut. Kantor Kepolisian Sektor (Polsek) Limun, Kabupaten
Sarolangun, Jambi dibakar massa pada hari Sabtu 25 April 2015 dini hari. Hasil
penyelidikan cepat Polisi diketahui bahwa pembakaran itu terkait dengan
penanganan kasus narkoba, dimana sebelumnya anggota Polsek dikabarkan
menembak mati seseorang yang diduga merupakan pengedar narkoba.
Informasi yang dihimpun menyebutkan, bahwa sebelum terjadinya pembakaran
Polsek oleh massa, petugas menembak dua pelaku pengedar narkoba yang
mengendarai dua unit sepeda motor. Kedua pelaku ditembak karena berusaha
melarikan diri saat akan ditangkap.
Amat disayangkan bahwa Kantor Polsek, sebagai simbol negara dalam
hal penegakkan hukum diwilayah setempat dibakar dan menjadi sasaran amuk
massa yang bertindak anarkis akibat tidak terima atas tewasnya Edward (18
tahun), seorang warga Sarolangun yang ditembak oleh anggota Polsek Limun.
Masyarakat setempat emosi atas aksi penembakan tersebut yang telah

Studi Kasus Pembakaran Polsek Limun


5
menewaskan salah satu warganya dan menganggap bahwa tindakan anggota
Polsek Limun telah melanggar HAM terhadap korban. Namun keliru bila selalu
mengedepankan aspek upaya penegakkan hukum terhadap aksi pembakaran
Polsek Limun tanpa mendalami penyebab massa bertindak diluar batas dan
mempelajari prosedur atau cara-cara penanganan pelaku peredaran narkoba
oleh anggota Polsek tersebut. Apakah benar terdapat pelanggaran HAM yang
dilakukan oleh anggota Polsek Limun sehingga berakibat pada kematian
Edward sang terduga pelaku pengedaran Narkoba? Lalu bagaimana upaya
pimpinan Polri setempat dalam menepis isu pelanggaran HAM yang dilakukan
anggota Polsek tersebut? Atas dasar alasan yang cukup menarik inilah penulis
mencoba membuat tulisan ilmiah yang berjudul OPTIMALISASI TUGAS
PENYIDIK DALAM MENANGANI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN
NARKOBA GUNA MENGHINDARI ISU PELANGGARAN HAM DI POLSEK
LIMUN POLRES SAROLANGUN.

1.2Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah yang coba dituangkan penulis di atas
maka dapat disimpulkan bahwa proses penegakkan hukum yang menjadi tugas
dan kewenangan Polri merupakan suatu bentuk pelayanan prima kepolisian
dalam memenuhi rasa keadailan ditengah-tengah masyarakat. Proses
penegakkan hukum harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku serta mengikuti petunjuk dan arahan pimpinan Polri, tertuang dalam
aturan resmi yang telah disahkan. Semata-mata tujuan dari berbagai landasan
hukum dalam proses penegakkan hukum adalah wujud pelaksanaan tugas
yang profesional sebagai upaya mencegah pelanggaran HAM yang dilakukan
oleh aparat penegak hukum pada proses penanganan tindak pidana. Aturan
hukum tadi juga berperan sebagai payung hukum yang melegalkan segala
tindakan penyidik dalam membatasi bahkan merampas hak-hak seseorang
yang diduga ada kaitannya dalam proses penegakkan hukum.
Mengenyampingkan aturan hukum tadi berarti tidak melaksanakan tugas
secara profesional serta mencederai rasa junjung tinggi atas asas kemanusiaan
dalam memenuhi rasa keadilan, dan berdampak terhadap pelanggaran HAM
yang dilakukan oleh aparat negara penegak hukum.
Menurut Prof. Moeljatno S.H., Tindak Pidana (strafbaar feit) adalah

Studi Kasus Pembakaran Polsek Limun


6
perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai
ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang
melanggar aturan tersebut10. Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu
kejahatan yang diperangi oleh masyarakat internasional. Oleh karena itu
penyelahgunaan serta pengedaran narkoba dapat dikategorikan sebagai
kejahatan luar biasa (Extra-Ordinary Crime)11. Penanganan serta
pemberantasan pengedaran narkoba memerlukan sinergitas antar lembaga
baik sosial, hukum, maupun masyarakat, bahkan kerjasama antar negara di
seluruh belahan dunia pada proses pelaksanaanya.
Edward Bin Thamrin (Alm.), seorang remaja berusia 18 tahun asal Desa
Pulau Aro Kecamatan Pelawan Kabupaten Sarolangun, Jambi, merupakan
tersangka kasus pengedaran narkoba. Dirinya merupakan target Daftar
Pencarian Orang (DPO) Polsek Limun Polres Sarolangun atas kasus
pengedaran narkoba yang dilakukannya di wilayah hukum Polsek setempat.
Edward juga dikenal sebagai bandar narkoba yang sering membawa sabu dari
Kecamatan Pelawan ke Desa Mounti, Kecamatan Limun. Bermula ketika pada
hari Jumat 24 Maret 2015 Polsek Limun yang telah mendapatkan informasi
mengenai pelaku melakukan pengintaian terhadap Edward yang ketika itu
menggunakan sepeda motor Yamaha Vixion warna putih Nomor Polisi BH 2678
QI, dan mencoba meringkusnya di desa Aro, tepatnya di sebuah warung saat
yang bersangkutan hendak membeli air mineral. Mengetahui kehadiran polisi,
Edward yang dibonceng temannya dengan menggunakan motor Yamaha Vixion
mencoba melarikan diri. Petugas tak mau kehilangan tangkapan, mengejar
Edward dan berhasil menerjangnya dari belakang. Namun karena lebih lincah
akhirnya Edward kembali meloloskan diri. Akhirnya Bripka Sirait, seorang
anggota Polsek Limun yang turut melakukan pengejaran terhadap pelaku
memilih untuk melumpuhkan Edward dengan timah panas yang mengenai
bagian belakang telinga menembus ke bagian hidung bawah Edward. Seketika
pelaku terjatuh dari motor dengan luka tembak tepat di bagian kepala. Polisi
sempat membawa Edward ke RSU Chatif Quzwain Sarolangun untuk
mendapatkan pertolongan medis, sebelum akhirnya korban menghembuskan

10 Asas-Asas Hukum Pidana (Moeljanto,2008)

11 Frasa tersebut biasa dipakai untuk menjelaskan kejahatan luar biasa yang dapat digolongkan sebagai pelanggaran hak asasi manusia yang
berat (gross violation of human rights). Sumber: setkab.go.id

Studi Kasus Pembakaran Polsek Limun


7
nafas terakhir.
Sebagian warga yang melihat aksi Polisi tersebut merasa marah, akhirnya
sejumlah warga berkumpul untuk memberi pelajaran terhadap polisi dengan
membakar Mapolsek Limun dan rumah dinas Kapolsek Limun. Warga
mengatakan bahwa tindakan petugas itu telah melanggar HAM. Dari informasi
yang dihimpun, massa datang dengan menggunakan tiga unit truk. Massa yang
marah langsung mengamuk serta membakar Polsek dan rumdin Kapolsek.
Pasca kejadian, situasi telah kembali kondusif. Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia Jenderal Polisi Badrodin Haiti pada hari Selasa 28 Maret
2015 didampingi oleh Kepala Kepolisian Daerah Jambi Brigadir Jenderal Polisi
Bambang Sudarisman menyempatkan diri hadir ke Kecamatan Limun
Kabupaten Sarolangun, Jambi, guna melihat secara langsung kondisi Polsek
Limun setelah dibakar warga. Beliau juga melakukan diskusi dengan berbagai
elemen masyarakat setempat guna mencegah perkembangan aksi yang
merugikan kedua pihak kedepan. Kapolri menambahkan proses pemeriksaan
baik terhadap anggotanya yang menembak masyarakat maupun terhadap
pelaku pembakaran Polsek tetap berlangsung.
Alangkah bijaksana bila Polri belajar dari permasalahan ini. Polri
seyogyanya harus senantiasa dekat dan dicintai masyarakat. Kepercayaan
masyarakat terhadap Polri sebagai pemelihara kamtibmas, penegak hukum,
serta pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat dapat terlaksana
bilamana terdapat hubungan komunikasi yang baik antara Polri dengan
anggota masyarakat. Tentunya hal tersebut diperoleh bila tiap anggota
kepolisian secara sungguh-sungguh selalu berupaya optimal dalam tiap peran
dan tugasnya di tiap fungsi kepolisian untuk mengabdi pada masyarakat. Untuk
itu, penulis berfokus membahas rumusan permasalahan ini pada bagaimana
upaya optimalisasi tugas penyidik dalam menangani tindak pidana
penyalahgunaan narkoba guna menghindari isu pelanggaran ham di Polsek
Limun Polres Sarolangun.

1.3Persoalan
Dari perumusan masalah tersebut, pokok-pokok permasalahan yang akan
penulis bahas adalah :
a. Bagaimana upaya penegakkan hukum terhadap pelaku pengedaran

Studi Kasus Pembakaran Polsek Limun


8
narkoba oleh anggota Polsek Limun?
b. Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan oleh pimpinan Polri setempat
dalam menepis isu-isu tentang pelanggaran HAM terhadap kesalahan
prosedur dalam penegakkan hukum terhadap pelaku pengedaran narkoba
oleh anggota Polsek Limun?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori


Penulisan Naskah Karya Perorangan ini menggunakan sebuah teori
sebagai pisau analisa guna membahas permasalahan tentang upaya
penegakkan hukum terhadap pelaku pengedaran narkoba oleh anggota Polsek
Limun adalah sebagai berikut :

2.1.1 Teori manajemen POAC


Teori manajemen menurut George Robert Terry (Principles of
Management:648) terdiri dari :
1) Perencanaan (Planning), mencakup penetapan tujuan, penegasan
strategi, dan pengembangan rencana untuk mengkoordinir kegiatan.
2) Pengorganisasian (Organizing), mencakup tugas-tugas yang
dikerjakan, siapa yang mengerjakan, bagaimana tugas-tugas itu
dikelompokkan, bagaimana memenuhi kepuasan masyarakat
dengan menciptakan rasa aman, adil, dan pelaporan perkembangan
pemeriksaan atas pelanggaran Pemilu yang dilakukan pelanggar.
3) Mengarahkan (Actuating), mencakup memotivasi bawahan,
mengarahkan orang lain, menyeleksi saluran-saluran komunikasi,
dan memecahkan konflik.
4) Pengendalian (Controlling), meliputi memantau kegiatan-kegiatan
untuk memastikan kegiatan itu sesuai dengan yang direncanakan
dan mengoreksi penyimpangannya (Robbin, 2003:5)

Studi Kasus Pembakaran Polsek Limun


9
2.2 Landasan Operasional
Beberapa peraturan perundang-undangan yang akan digunakan penulis
dalam penulisan Naskah Karya Perorangan ini antara lain :
2.2.1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana
Landasan hukum yang digunakan bagi tiap anggota penyidik dalam
melakukan segala upaya yang diatur oleh hukum dalam proses
penegakkan hukum.
2.2.2 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Undang-Undang tersebut digunakan sebagai dasar hukum
penyidikan terhadap pelaku pengedaran narkoba di Polsek Limun a.n
Adward Bin Thamrin (18 tahun).
2.2.3 Peraturan Kapolri Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan
Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian
Landasan hukum ini digunakan penulis untuk meneliti tentang sejauh
mana penggunaan kekuatan kepolisian dalam proses penegakkan hukum
oleh pelaku pengedaran narkoba di Polsek Limun, sesuai atau tidaknya
dengan aturan hukum yang berlaku tersebut.
2.2.4 Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi
Kepolisian Negara Republik Indonesia
Literatur hukum tersebut digunakan oleh penulis guna menjadi dasar
pertimbangan pimpinan dalam upaya menegakkan hukum terhadap
aparat kepolisian yang melakukan kesalahan prosedur dalam
pelaksanaan tugas-tugas operasional maupun administratif kepolisian.
2.2.5 Pasal 170 ayat (1) dan ayat (2) poin 1 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP)
Ketentuan hukum tersebut dapat diterapkan bagi para pelaku
pengerusakan serta pembakaran kantor Polsek Limun serta Rumah Dinas
Kapolsek Limun beberapa saat lalu. Klausa pada poin 1 ayat (2) Undang-
Undang tersebut menyebutkan bahwa para pelaku dapat dijatuhi hukuman
7 (tujuh) tahun penjara.

2.3 Fakta-fakta Kejadian


Berawal pada hari Jumat 24 Maret 2015 saat perburuan Daftar Pencarian

Studi Kasus Pembakaran Polsek Limun


10
Orang (DPO) pengedar narkoba a.n Edward Bin Thamrin, seorang pemuda
berusia 18 tahun asal Pulau Aro Kecamatan Pelawan Kabupaten Sarolangun,
Jambi yang selama ini dikenal sebagai bandar sabu di dareah setempat.
Dirinya terlihat di sekitar rumahnya sedang mengendarai motor Yamaha Vixion
berwarna putih dengan Nomor Polisi BH 2678 QI. Seorang sumber informan
Polsek yang identitasnya dirahasiakan mengatakan bahwa tersangka sedang
berada di salah satu warung di Desa Aro membeli air mineral.
Segera setelah mendapat informasi tersebut, Unit Reskrim Polsek Limun
berangkat menuju lokasi. Benar adanya ternyata pelaku sedang bersantai
dengan teman-temannya di warung tersebut. Mengetahui kedatangan petugas,
pelaku berupaya melarikan diri dari tangkapan petugas. Mengetahui pelaku
melarikan diri, petugas berupaya mengejar pelaku yang ketika itu
menggunakan motor Yamaha Vixion berwarna putih Nomor Polisi BH 2678 QI.
Aksi kejar-kajaran pun terjadi antara anggota Polsek Limun dengan Pelaku.
Tak ingin buruannya lolos, seorang anggota Polsek Limun bernama Bripka
Sirait, mengeluarkan senjata dan mengarahkan bidikan senjatanya kepada
pelaku yang sedang mengendarai motor. Tanpa berpikir panjang, Bripka Sirait
menarik pelatuk senjatanya dan mengenai pelaku tepat sasaran. Seketika
pelaku jatuh tersungkur dan berhasil ditangkap serta diamankan petugas.
Setelah petugas melihat kondisi pelaku, ternyata sebuah peluru berlubang di
kepala serta tepat bersarang dibagian telinga bawah menembus rahang pelaku.
Pelaku terkapar dan keadannya kritis. Petugas kemudian membawanya ke
RSU Chatif Quzwain untuk penanganan lebih intensif terhadap lukanya. Namun
naas, pelaku tidak dapat bertahan lebih lama. Dirinya tewas karena pendarahan
akibat luka tembak di kepala.
Warga setempat yang sempat melihat aksi penembakan tersebut sangat
geram. Mereka berkumpul dan berbondong-bondong setelah mengetahui
Edward meninggal dunia akibat ditembak aparat, mengunjungi Polsek Limun
meminta pertanggungjawaban petugas terhadap aksi penembakan tersebut.
Massa yang telah emosi dengan membabi-buta merusak serta membakar
kantor Polsek serta Rumah Dinas Kapolsek Limun. Massa menganggap bahwa
tindakan petugas kepolisian tersebut adalah arogan dan semena-mena, serta
menilai bahwa penembakan tersebut telah melanggar HAM. Akibat dari
kejadian pembakaran tersebut, kantor Polsek Limun ludes dilalap api beserta

Studi Kasus Pembakaran Polsek Limun


11
dengan Rumah Dinas Kapolsek Limun.
Saat ini Polri berhasil mengamankan sejumlah warga terkait aksi
pembakaran Polsek tadi. Sejumlah warga tadi telah dimintai keterangan dan
sebanyak 18 orang ditahan dan dinyatakan bersalah atas aksinya tersebut.
Dipihak Polri, pimpinan Polri telah memproses Bripka Sirait yang telah
menembak Edward sehingga menyebabkan pelaku pengedar narkoba tersebut
meninggal dunia. Kapolres Sarolangun selaku Ankum 12 anggota Bripka Sirait
segera akan memproses anggotanya tersebut dalam proses Sidang Disiplin.
2.4 Analisa-analisa Kejadian
Berikut penulis mencoba menganalisa terhadap kejadian-kejadian di
Polsek Limun Polres Sarolangun, dengan penjabaran sebagai berikut :
a. Terhadap Upaya Penangkapan Pelaku Pengedaran Narkoba
Narkoba menjadi permasalahan yang amat penting dan serius dalam
upaya pencegahannya bagi seluruh bangsa-bangsa diberbagai belahan
dunia. Tanpa terkecuali di Indonesia, pemberantasan narkoba menjadi
fokus dalam upaya pembangunan nasional. Mengapa? Karena
penyalahgunaan serta peredaran narkoba dapat merusak satu generasi
Bangsa Indonesia.
Polri memiliki wewenang dalam memberantas penyalahgunaan serta
pengedaran narkoba di Indonesia. Hal tersebut dipayungi dengan aturan
hukum dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotoka.
Dimana tersebut pada klausa bahwa mengimpor, mengekspor,
memproduksi, menanam, menyimpan, mengedarkan, dan/atau
menggunakan Narkotika tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat
dan seksama serta bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
merupakan tindak pidana Narkotika karena sangat merugikan dan
merupakan bahaya yang sangat besar bagi kehidupan manusia,
masyarakat, bangsa, dan negara serta ketahanan nasional Indonesia; 13
Upaya penangkapan pelaku pengedaran Narkoba atas nama
Edward Bin Thamrin (18 tahun) oleh petugas Polsek Limun adalah sah
demi hukum sesuai aturan dalam perundang-undangan tentang narkotika.
Dalam hal ini proses penangkapan tersebut merupakan pelayanan Polsek

12 UU No. 31 Tahun 1997, Ankum adalah Atasan Langsung yang berwenang melakukan penyidikan menjatuhkan hukuman disiplin

13 Pertimbangan pada huruf d, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Studi Kasus Pembakaran Polsek Limun


12
Limun terhadap upaya menciptakan rasa aman terhadap ancaman
peredaran narkoba diwilayah sekitar.
b. Terhadap Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian
Penggunaan senjata api diatur dalam Peraturan Kapolri Nomor 1
Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian
(Perkap No 1/2009). Pasal 5 ayat (1) Perkap No 1/2009 ini menyebutkan
enam tahapan penggunaan kekuatan dalam tindakan kepolisian, yang
terdiri dari:
1. Tahap I : Kekuatan yang memiliki dampak pencegahan
2. Tahap II : Perintah lisan
3. Tahap III : Kendali tangan kosong lunak
4. Tahap IV : Kendali tangan kosong keras
5.Tahap V : Kendali senjata tumpul, senjata kimia
antara lain gas air mata, semprotan cabe atau alat lain
sesuai standar Polri
6.Tahap VI : Kendali dengan menggunakan senjata api
atau alat lain yang menghentikan tindakan atau perilaku
kejahatan atau tersangka yang dapat menyebabkan luka
parah atau kematian anggota Polri atau anggota
masyarakat
Berdasarkan penjelasan diatas, penggunaan senjata api oleh Bripka
Sirait terhadap pelaku pengedar narkoba atas nama Edward Bin Thamrin
(18 tahun) dianggap kurang tepat. Mengingat tidak ada situasi yang
membahayakan anggota Polri yang dilakukan oleh pelaku atas aksi
pelaku yang berupaua melarikan diri dari sergapan petugas.
c. Terhadap Aksi Pembakaran Polsek Limun dan Rumdin Kapolsek
Limun
Perbuatan anarkis beberapa oknum warga Kecamatan Limun yang
merusak dan membakar kantor Polsek serta Rumah Dinas Kapolsek jelas-
jelas dapat dipidanakan dengan menerapkan Pasal 170 ayat (1) dan ayat
(2) poin 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Klausa dalam
pasal tersebut menyebutkan bahwa pelanggaran atas aksi bersama-sama
tersebut dapat diancam hukuman 7 (tujuh) tahun penjara.
d. Terhadap Sidang Disiplin pada Bripka Sirait

Studi Kasus Pembakaran Polsek Limun


13
Sidang Disiplin yang ditempuh oleh Pimpinan setempat adalah
sebagai wujud pertanggungjawaban Pimpinan Polri atas perbuatan
anggota Polri yang tidak sesuai ketentuan. Hal tersebut juga demi
menggapai kepastian hukum terhadap perbuatan anggota yang menyalahi
aturan tersebut serta dinilai dapat mencederai supremasi hukum dalam
upaya penegakkan hukum oleh aparat kepolisian ditengah-tengah
masyarakat, serta dalam upaya menepis munculnya isu-isu pelanggaran
Hak Asasi Manusia (HAM).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Dari penjabaran pada Bab II tentang Pembahasan diatas, penulis
berkesimpulan bahwa Bripka Sirait, seorang anggota penyidik Polsek
Limun Polres Sarolangun dalam melakukan aksinya menembak Edward
Bin Thamrin (Alm.) adalah tidak sesuai pada aturan serta ketentuan
terhadap Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian oleh anggota
Polri. Hal ini sesuai dari ketetapan yang diatur dalam Peraturan Kapolri
Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan
Kepolisian (Perkap No 1/2009). Dimana klausa Pasal 5 ayat (1) Perkap
No 1/2009 tersebut menjelaskan tata-cara anggota Polri dalam
menggunakan kekuatannya. Kesalahan prosedur tadi sehingga
mengakibatkan Edward, salah seorang Daftar Pencarian Orang (DPO)
penyalahgunaan serta pengedar narkoba itu meninggal dunia. Atas
peristiwa tersebut, perbuatan Bripka Sirait dapat dikategorikan sebagai
pelanggaran HAM oleh aparat kepolisian.
b. Sesuai Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi
Kepolisian Negara Republik Indonesia, terhadap pelanggaran disiplin
anggota Polri atas nama Bripka Sirait dapat dilaksanakan Sidang Disiplin
dan penjatuhan hukuman disiplin dan atau hukuman kode etik sesuai
kebijakan Pimpinan Polri. Kepastian hukum tersebut guna menepis isu
pelanggaran HAM yang timbul akibat aksi penembakan tadi sehingga
menyebabkan pelaku meninggal dunia.

Studi Kasus Pembakaran Polsek Limun


14
3.2 Saran
a. Perlunya meningkatkan keterampilan dan pendidikan kejuruan khususnya
dalam hal penyidikan terhadap tiap anggota Polri baik fungsi, peran,
tanggungjawab, serta wewenang tiap anggota Polri dalam pelaksanaan
tugas-tugas kepolisian agar profesional demi mewujudkan pelayanan
prima kepolisian.
b. Peningkatan peran Pengawasan Penyidikan (Was Idik) dianggap penting
guna meminimalisir serta mengeliminir segala bentuk kesalahan dalam
pelaksanaan tugas-tugas penegakkan hukum oleh anggota Polri.

Studi Kasus Pembakaran Polsek Limun


15

Anda mungkin juga menyukai