Jurnal Fitosterol Cadangan
Jurnal Fitosterol Cadangan
1
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680
ABSTRACT
The objective of this study was to evaluate the effect of addition of phytosterol on palm oil among metabolic
syndrome (MetS) subject. This study was a clinical trial with randomized double blind controlled design.
Thirty adult subject (age 4060) with MetS are divided into 2 groups. Intervention group were given palm
oil enriched with 6.5% phytosterol and used as cooking oil for habitual use for 8 week. The control group
were given palm oil without phytosterol. Nutrition intake was assesed by recalls every 2 weeks. Blood
lipid profile, blood glucose and anthropometry were analyzed at pre and post intevention. After 8 week
intervention, estimated total palm cooking oil and phytosterol consumption on intervention group were
4623 g/day and 21 g/day. There were no significant change of the LDL-choleseterol level (p>0.05) but
there were a significant reductiton of serum total cholesterol and triglyceride level compared the control
group (respectively p=0.007 and p=0.027). In conclusion with high level palm cooking oil intake, estimated
phytosterol intake had reached the target and there are slight improvement of the lipid profile on MetS
subject .
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efek penambahan fitosterol pada minyak goreng sawit terhadap
profil lipid subjek dengan sindroma metabolik (SM). Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar ganda.
Sebanyak 30 subjek dewasa dengan umur 4060 tahun yang memenuhi kriteria SM terlibat pada penelitian ini.
Subjek dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kontrol. Kelompok perlakuan diberikan
minyak sawit yang diperkaya 6.5% fitosterol dan digunakan sebagai minyak goreng sesuai kebiasaan sehari-
hari selama delapan minggu sedangkan kelompok kontrol diberikan minyak sawit tanpa fitosterol. Konsumsi
pangan dinilai melalui metode 24 jam-recall setiap dua minggu. Pengukuran antropometri dan profil lipid
darah dilakukan pada awal dan akhir intervensi. Setelah delapan minggu intervensi, estimasi rata-rata total
konsumsi minyak sawit yaitu 4623 g/hari dan rata-rata estimasi asupan fitosterol pada kelompok perlakuan
yaitu sebesar dan 2.01 g/hari. Hasil pada penelitian ini yaitu tidak terdapat perubahan signifikan terhadap
kadar kolesterol-LDL (p>0.05) namun terdapat penurunan signifikan pada kadar kolesterol-total dan trigliserida
(p<0.05). Pada penelitian ini, subjek dengan konsumsi minyak sawit yang tinggi, asupan fitosterol dapat
memenuhi target dan terdapat sedikit perbaikan pada beberapa parameter profil lipid bila dibandingkan pada
kontrol.
Korespondensi: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor,
*
an 0299 mmHg). Tekanan darah subjek diukur se- tersebar/skewed. Uji beda antar kelompok menggu-
telah subjek beristirahat minimal selama 15 menit. nakan chi-square untuk variabel jenis kelamin, pen-
Tekanan darah diukur pada lengan kanan dengan didikan, dan pekerjaan. Uji t-test tidak berpasang-
posisi duduk. an (independent t-test) untuk variabel umur, IMT,
Pengambilan sampel darah dilakukan pada lingkar abdomen, %lemak tubuh, kolesterol total,
vena mediana cubiti oleh tenaga medis dengan LDL, dan GDP. Uji Mann-Whitney digunakan pada
mengikuti prosedur terstandar. Subjek dipuasa- variabel tekanan darah, HDL dan TG, konsumsi e-
kan selama minimal 8 jam sebelum pengambilan nergi, protein, karbohidrat, lemak, dan minyak. Uji
darah. Analisis biokimia darah dilakukan di labo- beda data awal dan akhir penelitian pada kelompok
ratorium terakreditasi Prodia Kota Bogor. Analisis kontrol dan perlakuan menggunakan uji berpasang-
biokimia darah yang diperiksa meliputi gula darah an (paired t-test) pada kolesterol total dan LDL.
puasa (GDP), kolesterol-total, kolesterol-HDL (HDL), Uji Wilcoxon digunakan pada data tersebar/skewed
kolesterol-LDL (LDL), dan trigliserida (TG). Metode yaitu HDL dan TG.
analisis yang digunakan menggunakan metode stan-
dar yaitu GDP dengan metode heksokinase, koles- HASIL DAN PEMBAHASAN
terol total dengan metode CHOD-PAP, LDL, dan HDL
dengan metode homogenous, serta TG dengan me- Karakteristik Subjek
tode GPO-PAP. Pada penelitian ini telah direkrut 30 orang
subjek. Seluruh subjek dapat menyelesaikan inter-
Pengolahan dan Analisis Data vensi selama delapan minggu. Tidak didapatkan ke-
Analisis data dan uji statistik menggunakan luhan/efek samping terkait pemberian intervensi.
Microsoft Excel 2007 dan SPPS for Macintosh versi Berdasarkan Tabel 2, sebagian besar subjek berjenis
21. Konsumsi pangan dihitung menggunakan Daf- kelamin perempuan dengan umur rata-rata yaitu
tar Komposisi Bahan Makanan Indonesia 2007/2008 499 tahun. Lebih dari separuh subjek memiliki
(DKBM 2007/2008). Estimasi konsumsi minyak go- pendidikan SD dan SMP (63%) atau berpendidik-
reng dihitung menggunakan Daftar Konversi Berat an rendah. Pekerjaan subjek mayoritas adalah ibu
Penyerapan Minyak (DPM). Seluruh pangan yang rumah tangga (50%) dan petani/buruh (40%). Hasil
diolah dengan minyak goreng dicatat secara spesi- uji beda didapatkan tidak ada perbedaan bermakna
fik yang terdiri dari berat, jenis pengolahan, dan antar kelompok kontrol dan perlakuan pada variabel
asal minyak goreng (minyak intervensi atau non- umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan peker-
intervensi) lalu dihitung dengan rumus berat minyak jaan (p>0.05).
yang diserap makanan sama dengan faktor konversi Rata-rata IMT subjek pada penelitian ini ada-
penyerapan minyak pada pangan dikali berat ma- lah 28.25.0 kg/m2 atau tergolong obes. Lebih dari
kanan dalam bentuk mentah (BDD). separuh subjek (56%) tergolong obes (IMT >27 kg/
Estimasi asupan fitosterol dihitung berdasar- m2 ), sedangkan sisanya tergolong non-obes, bahkan
kan konsumsi minyak goreng intervensi dan tingkat 30% diantaranya mempunyai IMT normal.
retensi. Retensi fitosterol dipengaruhi oleh metode Data antropometri, tekanan darah, dan GDP
penggorengan dan berapa kali pemakaian minyak pada awal penelitian menunjukkan tidak didapat-
goreng. Penelitian Salta et al. 2008, untuk peng- kan perbedaan bermakna antara kedua kelompok.
gorengan pertama dengan menggunakan metode Data profil lipid juga menunjukkan tidak didapat-
pan-frying, retensi fitosterol sebesar 80% sedangkan kan perbedaan bermakna kolesterol total, LDL,
pada metode deep-frying retensi tersebut sebe- HDL, dan TG antara kedua kelompok. Data asupan
sar 91%. Penelitian Winkler et al. (2008), dengan juga menunjukkan tidak didapatkan perbedaan ber-
metode deep frying didapatkan retensi fitosterol makna asupan energi, protein, karbohidrat, lemak
sebesar 8793%. Pada penelitian ini hampir selu- dan konsumsi lemak antara kedua kelompok. Hal
ruh minyak goreng digunakan untuk menggoreng ini menunjukkan bahwa subjek telah tersebar rata
menggunakan metode deep frying dan dipakai un- pada kedua kelompok.
tuk 1 kali pemakaian. Oleh karena itu, nilai retensi
fitosterol yang dipakai pada perhitungan sebesar Konsumsi Minyak Sawit dan Fitosterol selama In-
90%. Estimasi fitosterol dilakukan dengan menghi- tervensi
tung konsumsi minyak goreng dikalikan 6.5% dika- Total konsumsi minyak goreng yaitu penjum-
likan retensi fitosterol sebesar 90% yang setara lahan minyak goreng diberikan (intervensi) dan mi-
dengan 5.85 g fitosterol dalam 100 g minyak goreng nyak goreng di luar yang diberikan/non-intervensi.
sawit yang dikonsumsi. Rata-rata total konsumsi minyak goreng setelah de-
Seluruh uji statistik menggunakan perangkat lapan minggu intervensi yaitu 4623 g/hari. Pada
lunak SPSS for Macintosh versi 21. Seluruh data disa- kelompok kontrol rata-rata total konsumsi minyak
jikan dalam bentuk rata-rata (mean) baik pada data goreng yaitu 4016 g/hari sedangkan pada kelom-
dengan distribusi normal maupun data distribusi pok perlakuan 5227 g/hari. Konsumsi ini jauh lebih
tinggi dari rata-rata konsumsi nasional yaitu sebe- minyak intervensi). Walaupun demikian pada uji
sar 23 g/kap/hari (Martianto et al. 2005). Kelom- statistik tidak didapatkan perbedaan nyata antar
pok perlakuan cenderung memiliki konsumsi minyak kedua kelompok tersebut (p>0.05).
yang lebih tinggi terutama pada minggu ke-6. Dari Rata-rata konsumsi minyak intervensi selama
hasil recall yang dilakukan, peningkatan pada ming- masa penelitian yaitu 3019 g/hari untuk kelompok
gu ke-6 disebabkan karena pada minggu tersebut kontrol dan 3819 g/hari untuk kelompok perlakuan.
subjek lebih banyak mengonsumsi gorengan dan Tidak didapatkan perbedaan signifikan antara ke-
kerupuk yang dibeli dari luar (tidak menggunakan lompok kontrol dan perlakuan (p>0.05) kecuali pada
minggu ke-2 (p=0.016), konsumsi kelompok kontrol nyata. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pada
lebih rendah dibandingkan kelompok perlakuan. subjek SM, absorpsi kolesterol di intestinal rendah
Rata-rata konsumsi minyak sawit intervensi sebesar dan sintesis kolesterol endogen tinggi (Simonen
75% dari total konsumsi minyak goreng sawit (Tabel et al. 2000) sehingga hal ini diduga menghambat
3). efektivitas fitosterol. Hasil yang berbeda didapat-
Estimasi asupan fitosterol didapatkan dengan kan pada penelitian Sialvera et al. (2012) yang me-
mempertimbangkan kandungan fitosterol yang ter- neliti pada subjek SM dengan tipe diet tinggi lemak
dapat dalam minyak dan retensi fitosterol setelah (westernized type diet) dengan intervensi fitosterol
pemanasan/penggorengan. Asupan rata-rata fitos- yang tinggi sebesar 4 g per hari dapat menurunkan
terol telah memenuhi harapan yaitu 2 g/hari. Dari kadar kolesterol-total, LDL, dan TG pada subjek
analisis konsumsi pangan didapatkan bahwa diet SM. Pada penelitian ini, estimasi asupan sebesar
subjek tergolong diet tinggi lemak dengan rata-rata 2.01 g/hari sehingga diduga dosis fitosterol ber-
konsumsi kalori dari lemak pada subjek 41% dari pengaruh besar terhadap perbedaan hasil tersebut.
total energi pada kelompok kontrol dan 39% pada Tabel 4 menunjukkan pada parameter ko-
kelompok perlakuan. BPOM RI dan FDA mensyarat- lesterol total, didapatkan perbedaan bermakna
kan minimal konsumsi fitosterol 1.3 g/hari dikombi- antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
nasikan dengan diet tinggi serat, rendah lemak, dan (p=0.007). Kelompok kontrol cenderung mengalami
rendah kolesterol. Namun demikian dari berbagai peningkatan kadar kolesterol total dari 22929 mg/
penelitian, konsumsi fitosterol tanpa disertai diet dl menjadi 23736 mg/dl (p=0.060) dan sebaliknya
rendah lemak juga dapat menurunkan kolesterol pada kelompok perlakuan cenderung mengalami
(Sialvera et al. 2012 dan Blair et al. 2000). penurunan kadar kolesterol total dari 22437 mg/
dl menurun menjadi 21639 mg/dl (p=0.058). Asu-
Hasil Intervensi terhadap Profil Lipid pan kalori dari lemak selama penelitian pada kedua
Pada banyak penelitian intervensi fitosterol kelompok cukup tinggi yaitu 418% untuk kelompok
disimpulkan bahwa fitosterol dapat menurunkan ka- kontrol dan 398% untuk kelompok perlakuan, na-
dar LDL (Wu et al. 2009). Namun hasil yang berbeda mun pada uji beda tidak terdapat perbedaan nyata
didapatkan pada penelitian ini. Pada penelitian ini pada kedua kelompok tersebut (p>0.05). Penelitian
tidak terdapat perbedaan nyata pada kadar LDL Waloya et al. (2013) di Kota dan Kabupaten bogor,
pada awal dan akhir penelitian. Penelitian Mijares didapatkan bahwa asupan lemak berpengaruh nyata
(2011) yang membandingkan perbedaan respons in- terhadap kadar kolesterol (p<0.10). Pada penelitian
tervensi fitosterol pada subjek hiperlipidemia de- ini, kelompok yang diberikan minyak yang diperkaya
ngan SM dan non-SM juga mendapatkan hasil yang fitosterol justru cenderung mengalami penurunan
serupa. Pada penelitian tersebut subjek SM yang sehingga diduga bahwa fitosterol berpengaruh da-
diintervensi 2 g fitosterol per hari tidak terdapat lam menahan laju peningkatan kolesterol total
penurunan pada kadar LDL maupun parameter profil pada subjek dengan diet tinggi lemak.
lipid lainnya sedangkan pada subjek hiperlipidemia Kolesterol-total terdiri dari kilomikron, VLDL,
non-SM terdapat penurunan kadar kolesterol yang LDL dan HDL. TG merupakan komponen utama dari
garam penduduk Indonesia. Gizi Indon, 34(2), tosterols supplementation decreases plasma
92100. small and dense LDL levels in metabolic syn-
Hallikainen M. 2001. Role of plant stanol ester-and drome patients on a westernized type diet.
sterol ester-enriched margarines in the treat- Nutrition, Metabolism & Cardiovascular Di-
ment of hypercholesterolemia. Kuopio Uni- seases, 22, 843848.
versity Publications D. Medical Sciences 251. Salta FN, Kalogeropoulos N, Karavanou N, & Niko-
2001. 90 p. laos KA. 2008. Distribution and retention of
Ho S & Pal S. 2005. Margarine phytosterols decrease phytosterols in frying oils and fried potatoes
the secretion of atherogenic lipoproteins during repeated deep and pan frying. Eur
from HepG2 liver and Caco2 intestinal cells. Food Res Technol, 227, 391400.
Atherosclerosis, 182, 2936. Simonen P, Gylling H, Howard AN, & Miettinen TA.
Martianto D, Komari, Soekirman, Soekatri M, Hery- 2000. Introducing a new component of the
atno Y, & Mudjajanto ES. 2005. Possibility of metabolic syndrome: low cholesterol absorp-
Vitamin A Fortification on Cooking Oil in Indo- tion. Am J Clin Nutr, 72, 828.
nesia: A Feasibility Analysis. Koalisi Fortifikasi Soewondo P. 2005. Prevalence of metabolic syn-
Indonesia, Jakarta. drome as defined by The ATP III, Asian mo-
Mijares AH, Banul C, Jover A, Sola E, & Bellod L et dification of ATP III, WHO and IDF criteria in
al. 2011. Low intestinal cholesterol absorp- Depok population study. Abstract. JAFES, 23,
tion is associated with a reduced efficacy of S99.
phytosterol esters as hypolipemic agents in Soewondo P, Purnamasari D, Oemardi M, Waspadji
patients with metabolic syndrome. Clinical S, & Soegondo S. 2010. Prevalence of meta-
Nutrition, 30, 604609. bolic syndrome using NCEP/ATP III criteria
Misra A, Neha S, & Lokesh K. 2010. Review: obesity, in Jakarta, Indonesia: The Jakarta Primary
the metabolic syndrome, and type 2 diabetes Non-communicable Disease Risk Factors Sur-
in developing countries: role of dietary fats veillance 2006. Acta Med Indones-Indones J
and oils. Journal of the American College of Intern Med, 42.
Nutrition, 29(3), 289S301S. Soupas L, Huikko L, Lampi A-M, & Piironen V. 2005.
Pranoto A, Kholili U, Tjokroprawiro A, Hendromar- Esterification affects phytosterol oxidation.
tono, Sutjahjo A, & Murtiwi S. 2005. Metabolic Eur J Lipid Sci Technol, 107, 107118.
syndrome as observed in Surabaya. Abstract. Wu Tm Fu J, Yang Y, Zhang L, & Han J. 2009. The
In: Tjokroprawiro A, eds. Surabaya meta- effects of phytosterols/stanols on blood lipid
bolic syndrome update-1. Surabaya; 2005. p. profiles: a systematic review with meta-anal-
2457. ysis. Asia Pac J Clin Nutr, 18(2), 179186.
Puspitadewi A, Sekartini R, & Pulungan AB. 2013. Waloya T, Rimbawan, & Andarwulan N. 2013. Hu-
Prevalence of insulin resistance in obese ado- bungan antara konsumsi pangan dan aktivitas
lescence. International Journal of Pediatric fisik dengan kadar kolesterol darah pria dan
Endocrinology, (Suppl 1):P102. wanita dewasa di Bogor. Jurnal Gizi Pangan,
Plat J & Mensink RP. 2009. Plant Stanol Esters Lower 8(1),916.
Serum Triacylglycerol Concentrations via a Winkler JK & Warner K. 2008. The effect of phytos-
Reduced Hepatic VLDL-1 Production. terol concentration on oxidative stability and
Sialvera TE, Pounis GD, Koutelidakis AE, Richter DJ, thermal polymerization of heated oils. Eur. J.
Yfanti G, & Kapsokefalou M, et al. 2012. Phy- Lipid Sci. Technol., 110, 455464.