Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

SINDROM NEFROTIK

A3-F

NAMA KELOMPOK :
1. IRIS MARIA PINI ( 09.321.0640 )
2. KD. AYU WINDASARI ( 09.321.0641 )
3. WYN. AGUS BUDIANTARA ( 09.321.0635 )
4. I GST NGR AGUNG SURYA WINAYA ( 09.321.0630 )
5. A. A. WIRADARMA ( 09.321.0626 )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
TAHUN AJARAN
2010

NEFROTIK SINDROME
Nefrotic syndrome merupakan keadaan klinis yang ditandai dengan
proteinuria, hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia, dan adanya edema.
Kadang-kadang disertai hematuri, hipertensi dan menurunnya kecepatan
filtrasi glomerulus. Sebab pasti belum jelas, dianggap sebagai suatu penyakit
autoimun.
Secara umum etiologi dibagi menjadi nefrotic syndrome bawaan, sekunder,
idiopatik dan sklerosis glomerulus. Penyakit ini biasanya timbul pada
2/100000 anak setiap tahun. Primer terjadi pada anak pra sekolah dan anak
laki-laki lebih banyak daripada anak perempuan.
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sangat penting
karena pada pasien nefrotic syndrome sering timbul berbagai masalah yang
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan manusia. Perawat diharapkan
memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang memadai. Fokus asuhan
keperawatan adalah mengidentifikasi masalah yang timbul, merumuskan
diagnosa keperawatan, membuat rencana keperawatan, melaksanakan dan
mengevaluasi tindakan yang telah diberikan apakah sudah diatasi atau
belum atau perlu modifikasi.
1.1 Konsep Nefrotik Syndrome (NS)
1. Pengertian.

Sindrom nefrotik adalah kumpulan gejala klinis yang timbul dari


kehilangan protein karena kerusakan glomerulus yang difus. (Luckmans,
1996 : 953).
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia kadang-kadang terdapat
hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal. (Ngastiyah, 1997).
NS adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbunemia
dan hiperkolesterolemia (Rusepno, H, dkk. 2000, 832).

2. Etiologi
Sebab pasti belum jelas. Saat ini dianggap sebagai suatu penyakit
autoimun. Secara umum etiologi dibagi menjadi :
a. Nefrotic syndrome bawaan.
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi
maternofetal. Gejalanya adalah edema pada masa neonatus. Sindrom
nefrotik jenis ini resisten terhadap semua pengobatan. Salah satu cara
yang bisa dilakukan adalah pencangkokan ginjal pada masa neonatus
namun tidak berhasil. Prognosis buruk dan biasanya penderita
meninggal dalam bulan-bulan pertama kehidupannya.
b. Nefrotic syndrome sekunder
Disebabkan oleh:

1. Malaria kuartana atau parasit lain.


2. Penyakit kolagen seperti lupus eritematosus diseminata,
purpura anafilaktoid.
3. Glumeronefritis akut atau glumeronefritis kronis, trombisis vena
renalis.
4. Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam
emas, sengatan lebah, racun oak, air raksa.

Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis


membranoproliferatif hipokomplementemik

c. Nefrotic syndrome idiopatik


Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dengan
pemeriksaan mikroskop biasa dan mikroskop elektron, Churg dkk
membagi dalam 4 golongan yaitu: kelainan minimal,nefropati
membranosa, glumerulonefritis proliferatif dan glomerulosklerosis
fokal segmental
3. Patofisiologi.
Manifestasi primer sindrom nefrotik adalah hilangnya plasma protein,
terutama albumin, kedalam urine. Meskipun hati mampu meningkatkan
produksi albumin, namun organ ini tidak mampu untuk terus
mempertahankannya jika albumin terus menerus hilang melalui ginjal.
Akhirnya terjadi hipoalbuminemia. Menurunnya tekanan onkotik
menyebabkan edema generalisata akibat cairan yang berpindah dari system
vaskuler kedalam ruang cairan ekstraseluler. Penurunan sirkulasi darah
mengaktifkan system rennin Angiotensin, menyebabkan retensi natrium dan
edema lebih lanjut. Hilangnya protein dalam serum menstimulasi sintesis
lipoprotein dihati dan peningkatan konsentrasi lemak dalam darah
(hiperlipidemia)
Sindrom nefrotik dapat terjadi disetiap penyakit renal intrinsic atau
sistemik yang mempengaruhi glomerulus. Meskipun secara umum penyakit
ini dianggap menyerang anak-anak, namun sindrom nefrotik juga terjadi
pada orang dewasa termasuk lansia. Penyebab mencakup glomerulonefrotis
kronik, diabetes mellitus disertai glomerulosklerosis intrakapiler, amilodosis
ginjal, penyakit lupus eritematosus sistemik dan trombosis vena renal.
Etiologi :
Glomerulus
- autoimun
- pembagian secara

Permiabilitas
glomerulus
Sistem imun
menurun

Porteinuria masif

Resiko tinggi infeksi

Hipoproteinemia
Hipoalbumin

Sintesa protein
Hipovolemia Tekanan onkotik
hepas
plasma

Hiperlipidemia
Aliran Sekresi
darah ke Volume
ADH
ginjal plasma Malnutrisi
Pelepasan Retensi natrium renal
Reabsorbsi
renin
air dan
Gangguan nutrisi nkurang
Edema dari kebutuhan
Vasokonstriksi natrium

Efusi pleura
- Gangguan volume
cairan lebih dari kebutuhan
Sesak

Penatalaksanaan

Hospitalisasi
Tirah baring
Diet

Kecemasan Kurang Ketidapatuhan Intoleransi


anak dan
4. pengetahuan :
Gejala klinis. aktivitas
orang tua kondisi, prognosa
- Edema,Resti
sembab pada
gangguan kelopak mata
pemeliharaan
dan program
- kesehatan
Rentan terhadap infeksi sekunder
perawatan
- Hematuria, azotemeia, hipertensi ringan
- Kadang-kadang sesak karena ascites
- Produksi urine berkurang

5. Klasifikasi
Whaley dan Wong (1999 : 1385) membagi tipe-tipe sindrom nefrotik:
1. Sindrom Nefrotik Lesi Minimal ( MCNS : minimal change nephrotic
syndrome).
Kondisi yang sering menyebabkan sindrom nefrotik pada anak usia
sekolah. Anak dengan sindrom nefrotik ini, pada biopsi ginjalnya
terlihat hampir normal bila dilihat dengan mikroskop cahaya.

2. Sindrom Nefrotik Sekunder

Terjadi selama perjalanan penyakit vaskuler seperti lupus


eritematosus sistemik, purpura anafilaktik, glomerulonefritis, infeksi
system endokarditis, bakterialis dan neoplasma limfoproliferatif

3. Sindrom Nefrotik Kongenital

Factor herediter sindrom nefrotik disebabkan oleh gen resesif


autosomal. Bayi yang terkena sindrom nefrotik, usia gestasinya
pendek dan gejala awalnya adalah edema dan proteinuria. Penyakit
ini resisten terhadap semua pengobatan dan kematian dapat terjadi
pada tahun-yahun pertama kehidupan bayi jika tidak dilakukan
dialysis.

6. Pemeriksaan Laboratorium
- BJ urine meninggi
- Hipoalbuminemia
- Kadar urine normal
- Anemia defisiensi besi
- LED meninggi
- Kalsium dalam darah sering merendah
- Kadang-kdang glukosuria tanpa hiperglikemia.
7. Penatalaksanaan
- Istirahat sampai edema sedikit
- Protein tinggi 3 4 gram/kg BB/hari
- Diuretikum
- Kortikosteroid
- Antibiotika
- Punksi ascites
- Digitalis bila ada gagal jantung.
1.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Nefrotic Syndrome
1. PENGKAJIAN
a. Identitas.
Umumnya 90 % dijumpai pada kasus anak. Enam (6) kasus pertahun
setiap 100.000 anak terjadi pada usia kurang dari 14 tahun. Rasio
laki-laki dan perempuan yaitu 2 : 1. Pada daerah endemik malaria
banyak mengalami komplikasi nefrotic syndrome.
b. Riwayat Kesehatan.
1) Keluhan utama.
Badan bengkak, muka sembab dan napsu makan menurun
2) Riwayat penyakit dahulu.
Edema masa neonatus, malaria, riwayat GNA dan GNK, terpapar
bahan kimia.
3) Riwayat penyakit sekarang.
Badan bengkak, muka sembab, muntah, napsu makan menurun,
konstipasi, diare, urine menurun.
c. Riwayat kesehatan keluarga.
Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat
ditangani dengan terapi biasa dan bayi biasanya mati pada tahun
pertama atau dua tahun setelah kelahiran.
d. Riwayat kehamilan dan persalinan
Tidak ada hubungan.
e. Riwayat kesehatan lingkungan.
Endemik malaria sering terjadi kasus NS.
f. Imunisasi.
Tidak ada hubungan.
g. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
Berat badan = umur (tahun) X 2 + 8
Tinggi badan = 2 kali tinggi badan lahir.
Perkembangan psikoseksual : anak berada pada fase oedipal/falik
dengan ciri meraba-raba dan merasakan kenikmatan dari beberapa
daerah erogennya, senang bermain dengan anak berjenis kelamin
beda, oedipus kompleks untuk anak laki-laki lebih dekat dengan ibu,
elektra kompleks untuk anak perempuan lebih dekat dengan ayah.
Perkembangan psikososial : anak berada pada fase pre school
(inisiative vs rasa bersalah) yaitu memiliki inisiatif untuk belajar
mencari pengalaman baru. Jika usahanya diomeli atau dicela anak
akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu.

Perkembangan kognitif : masuk tahap pre operasional yaitu mulai


mempresentasekan dunia dengan bahasa, bermain dan meniru,
menggunakan alat-alat sederhana.

Perkembangan fisik dan mental : melompat, menari, menggambar


orang dengan kepala, lengan dan badan, segiempat, segitiga,
menghitung jari-jarinya, menyebut hari dalam seminggu, protes bila
dilarang, mengenal empat warna, membedakan besar dan kecil,
meniru aktivitas orang dewasa.
Respon hospitalisasi : sedih, perasaan berduka, gangguan tidur,
kecemasan, keterbatasan dalam bermain, rewel, gelisah, regresi,
perasaan berpisah dari orang tua, teman.
h. Riwayat nutrisi.
Usia pre school nutrisi seperti makanan yang dihidangkan dalam
keluarga. Status gizinya adalah dihitung dengan rumus (BB terukur
dibagi BB standar) X 100 %, dengan interpretasi : < 60 % (gizi buruk),
< 30 % (gizi sedang) dan > 80 % (gizi baik).
i. Pengkajian persistem.
a) Sistem pernapasan.
Frekuensi pernapasan 15 32 X/menit, rata-rata 18 X/menit, efusi
pleura karena distensi abdomen
b) Sistem kardiovaskuler.
Nadi 70 110 X/mnt, tekanan darah 95/65 100/60 mmHg,
hipertensi ringan bisa dijumpai.
c) Sistem persarafan.
Dalam batas normal.
d) Sistem perkemihan.
Urine/24 jam 600-700 ml, hematuri, proteinuria, oliguri.
e) Sistem pencernaan.
Diare, napsu makan menurun, anoreksia, hepatomegali, nyeri
daerah perut, malnutrisi berat, hernia umbilikalis, prolaps anii.
f) Sistem muskuloskeletal.
Dalam batas normal.
g) Sistem integumen.
Edema periorbital, ascites.
h) Sistem endokrin
Dalam batas normal
i) Sistem reproduksi
Dalam batas normal.
j. Persepsi orang tua
Kecemasan orang tua terhadap kondisi anaknya.

2. Diagnosa Keperawatan
a) Kelebihan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan protein sekunder akibat peningkatan
permiabilitas glomerulus ditandai dengan pasien mengalami edema
b) Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan malnutrisi sekunder terhadap
kehilangan protein dan penurunan napsu makan.
c) Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun.
d) Kurang pengetahuan kondisi,
prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya sumber informasi.

3. Rencana tindakan keperawatan


Hari/tg Dx Rencana perawatan ttd
Tujuan dan Intervensi Rasional
N
kriteria hasil
l o
Setelah 1. TTV 1. TTV merupakan
dilakukan acuan untuk
asuhan 2. Catat intake mengetahui
keperawatan dan output perkembangan
selama 3x24 secara akurat kesehatan pasien
jam
diharapkan 3. Kaji dan 2. Tekanan darah
volume cairan catat tekanan dan BJ urin dapat
tubuh akan darah, menjadi indikator
seimbang pembesaran regimen terapi
dengan abdomen, BJ
kriteria urine 3. Estimasi
hasil penurunan edema
penurunan 4. Timbang tubuh
edema, berat badan
1 ascites, tiap hari dalam 4. Mencegah edema
kadar protein skala yang bertambah berat
darah sama
meningkat, 5. Pembatasan
output urine 5. Berikan protein bertujuan
adekuat 600 cairan secara untuk
700 ml/hari, hati-hati dan meringankan
tekanan darah diet rendah beban kerja
normal(<120/8 garam. hepar dan
0 mmHg ) mencegah
dan nadi 6. Diet protein 1-2 bertamabah
dalam gr/kg BB/hari. rusaknya
batas normal. hemdinamik
ginjal.
Setelah 1. Motivasi 1. Agar pasien
pasien agar mau makan
dilakukan
mau makan
asuhan 2. Meningkatkan
2. Bantu nafsu makan
kepeawatan
memberi dan asupan
selama 3 x 24 makan dalam nutrisi
keadaan
jam diharapkan
hangat 3. Meningkatkan
kebutuhan asupan nutrisi
3. Anjurkan
nutrisi akan
keluarga 4. Mengurangi
terpenuhi memberi resiko hipertensi
anaknya
dengan kriteria
makan 5. Variasi makanan
2 hasil napsu dengan porsi dapat
sedikit tapi meningkatkan
makan baik,
sering nafsu makan
tidak terjadi
4. Diit rendah
hipoprtoeinemi
garam
a, porsi makan
5. Kolaborasi
yang
dengan Ahli
dihidangkan Gizi dalam
pemberian diit
dihabiskan,
edema dan
ascites tidak
ada.
3 Setelah 1. Lindungi anak 1. Meminimalkan
dari orang-
dilakkan asuhan masuknya
orang yang
keperawatan terkena organisme
infeksi melalui
selamam 3 x 24 2. Mencegah
pembatasan
jam diharapkan pengunjung. terjadinya infeksi
tidak terjadi nosokomial
2. Tempatkan
infeksi dengan anak di 3. Mencegah
ruangan non
kriteria hasil terjadinya infeksi
infeksi
tanda-tanda nosokomial
3. Cuci tangan
infeksi tidak 4. Membatasi
sebelum dan
ada, tanda vital sesudah masuknya
melakukan
dalam batas bakteri ke dalam
tindakan
normal, ada tubuhDeteksi
4. Lakukan
perubahan dini adanya
tindakan
perilaku invasif secara infeksi dapat
keluarga dalam aseptik mencegah
melakukan sepsis.
perawatan.

4 Setelah 1. kaji ulang 1. Memberikan


dilakukan roses pengetahuan
asuhan penyakit dan dasar dimana
keperawatan harapan yang pasien dapat
selama 2 x 24 akan datang membuat pilihan
jam diharapkan 2. Gerikan berdasarkan
pasien evaluasi informasi.
mengerti tentang: 2. Pengetahuan
tentang kondisi sumber apa yang
dan infeksi, diharapkan
berpartisipsasi tindakan dapat
dalam untuk mengurangi
pemeriksaan mencegah ansietas dan
diagnostik, penyebaran, membantu
rencana jelaskan mengembangka
pengobatan pemberian n kepatuhan
dan tindakan antibiotik, pasien terhadap
keperawatan pemeriksaan rencana
diri preventif. diagnostik: terapeutik
tujuan, 3. Instruksi verbal
gambaran dapat dengan
singkat, mudah untuk
persiapan dilupakan.
yang 4. pasien sering
dibutuhkan menghentikan
sebelum obat mereka,
pemeriksaan, jika tanda-tanda
perawatan penyakit
sebelum dan mereda.
sesudah 5. Untuk
pemeriksaan. mendeteksi
3. Pastikan isyarat indikatif
pasien atau kemungkinan
orang ketidakpatuhan
terdekat telah dan membantu
menulis mengembangka
perjanjian n penerimaan
untuk rencana
perawatan terapeutik.
lanjut dan
instruksi
tertulis untuk
perawatan
sesudah
pemeriksaan.
4. Instruksikan
pasien untuk
menggunaka
n obat yang
diberikan.
5. Berikan
kesempatan
pada pasien
untuk
mengekspresi
kan perasaan
dan masalah
tentang
rencana
pengobatan.

IV. EVALUASI
Diagnosa 1
1. Keseimbangan cairan terpenuhi
2. Pasien tidak menagalami edema
3. Pasien tidak ascites

Diagnosa 2
1. Nafsu makan bertambah
2. tidak terjadi hipoproteinuri

Diagnosa 3
1. Tidak terjadi infeksi
2. perubahan personal hygine keluarga dan pasien

Diagnosa 4
1. Pengetahuan pasien tentang kondisi penyakitnya
bertambah.
2. Pasien pasien lebih memahami kondisi dirinya saat ini.

DAFTAR PUSTAKA
Berhman & Kliegman (1987), Essentials of Pediatrics, W. B Saunders,
Philadelphia.

Doengoes et. al, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, alih bahasa Made
Kariasa, EGC, Jakarta

Ngastiyah, (1997),.Perawatan Anak Sakit. EGC, Jakarta

Rusepno, Hasan, dkk. (2000). Ilmu Kesehaatan Anak 2.Infomedica. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai