LABORATORIUM
TOKSOPLASMOSIS DALAM KEHAMILAN
Oleh
Ima Septia
Pembimbing
Prof. Dr. dr. Ellyza Nasrul, SpPK (K)
4
BAB 2
TOKSOPLASMOSIS DALAM KEHAMILAN
ciri struktur sel terpolarisasi disertai sitoskleton dan organela sel pada bagian
ujung apekss. Struktur bagian apeks parasit sangat kompleks (Gambar 2.1).
konoid,dan cincin polar apikal (Black & Boothroyd, 2000; Holliman, 2010;
Pommerville, 2010).
Toksoplasma memiliki
Gambar 2.1 Struktur struktur
Toksoplasma Glycosylphosphatidylinositol
Dengan Bagian Apikompleksa (GPI)
(Black & Boothroyd, 2000)
anchor, golongan protein yang mengalami modifikasi pada gugus karbohidrat.
Fungsi utama struktur ini adalah melekatkan berbagai molekul ke permukaaan sel,
akan tetapi pada Toksoplasma gondii indentik dengan low molekuler weihgt
5
antigen yang bersifat imunogenik. Sifat imunogenik karena adanya gugus N-
asetilgalaktosamin pada rantai samping struktur GPI (Crockiego & Schwarz, 2010;
Holliman, 2010).
definitif dan siklus aseksual didalam tubuh hospes perantara (Gambar 2.2). Kucing
mamalia termasuk manusia, burung, dan golongan tikus. Siklus seksual didalam
bersama kotoran kucing dalam bentuk unsporulasi yang noninfeksius, akan tetapi
2-21 hari setelah terpapar udara dan perubahan temperatur akan terbentuk
mamalia lain tertelan ookista dari kotoran kucing, atau karena tertelan takizoit
maupun bradizoit yang terdapat pada daging. Bentuk yang paling infeksius adalah
ookista, disusul oleh bradizoit dan takizoit. Ookista yang tertelan akan berubah
menjadi takizoit yaitu bentuk trofozoid yang membelah dengan cepat diberbagai
6
Gambar 2.2 Siklus Hidup Toksoplasma gondii (Black &Boothroyd, 2000)
Takizoid dapat menginfeksi dan bereplikasi di seluruh sel tubuh hospes
kecuali sel darah merah yang tidak berinti. Replikasi takizoid terjadi secara
endogeni di dalam sel hospes 6-8 jam setelah infeksi. Takizoit menyebar melalui
saluran limfe kemudian mencapai kelenjer getah bening atau melalui darah yang
akan mencapai paru dan akhirnya menyebar ke seluruh tubuh. Adanya respon
jaringan hospes perantara seperti otot, retina, otak dan jantung. Bentuk kista
masih viabel dan dapat menetap seumur hidup dalam jaringan tersebut. Bradizoit
7
menyebabkan infeksi kronis atau laten sedangkan takizoit menimbulkan infeksi
Apabila yang tertelan adalah bradizoit, maka bradizoit akan mencapai usus
dan memasuki epitel usus karena tahan terhadap pH asam dan enzim pencernaan
yang merupakan barier mukosa asam lambung. Setelah itu berubah menjadi
takizoit dalam waktu beberapa jam, kemudian menginvasi sel enterosit, menembus
lamina propria, dan menginvasi sel sel disekitarnya. Infeksi aktif pada hospes
imunokompromis terjadi karena pelepasan spontan kista parasit yang pecah yang
2.1.3 Transmisi
Transmisi T. gondii dapat terjadi melalui beberapa jalur yaitu: oral, darah
atau organ, dan secara transplasental (Gambar 2.3). Transmisi melalui oral
yang terdapat di tanah atau bradizoit pada daging yang tidak dimasak dengan baik.
Kucing mengeluarkan sekitar 100 juta parasit per hari melalui kotorannya selama
infeksi akut. Kotoran kucing tersebut mengandung ookista yang sangat infeksius
dan stabil karena dapat bertahan selama bertahun tahun di tanah. Satu kista yang
tertelan sudah dapat menimbulkan infeksi pada manusia (Kasper, 2005; Winn et
Darah dan organ yang didonorkan dapat juga menjadi jalur transmisi
meskipun kejadiannya lebih jarang. Toxoplasma dapat dikultur dari darah simpan
8
beku, sehingga masih memungkinkan menjadi sumber infeksi penerima transfusi.
Transmisi dari ibu yang terinfeksi ke janin terjadi karena Toxoplasma dapat
2.2 Toksoplasmosis
2.2.1 Definisi
9
2.2.2 Sejarah dan Epidemiologi
Toxoplasma gondii diisolasi pertama kali oleh Nicolle dan Manceaux di
Afrika utara dari seekor tikus. Nama T. gondii berasal dari nama tikus tersebut
yaitu Ctenodactylus gondi. Toxon dalam bahasa latin berarti bow, berarti
organisme yang berbentuk bulan sabit (Black & Boothroyd, 2000; Pommerville,
2010).
berbagai faktor seperti iklim, pola makan, dan sanitasi penduduk. Populasi dewasa
Toxoplasma yang diketahui dari pemeriksaan antibodi pada donor darah di Jakarta
55%. Diperkirakan infeksi akut dalam kehamilan terjadi dalam 1- 4 kasus per 1000
10
sesuai usia kehamilan dan 90% kasus adalah infeksi yang terjadi pada minggu
berkurang pada kehamilan yang lebih tua karena pengaruh derajat maturitas fetus.
Risiko infeksi pada multipara dua kali lebih tinggi dibandingkan nulipara (Vogel et
al, 1996).
2.2.3 Imunopatogenesis
jaringan lebih dalam, dan dapat juga melintasi barier biologis mencapai lokasi
berbagai tipe sel berinti termasuk leukosit intraepitelial sehingga dapat menyebar
cepat secara hematogen (Green & Ware, 1997; Barragan & Sibley, 2002; Ware,
2008).
dan dinamis yang terjadi sangat cepat dalam waktu kurang dari 30 detik. Peristiwa
belum sepenuhnya dimengerti, tetapi secara umum proses penetrasi ke dalam set
target terdiri dari tiga tahapan yaitu: perlekatan (attachment), penetrasi aktif
Setiap tahap terintegrasi dengan yang lain dan tidak dapat dipisahkan (Black &
11
Kontak erat Toksoplasma dengan permukaan membran sel sasaran
berikutnya terjadi antara ligand pada pemukaan takizoit dengan reseptor pada sel
gugus GPI sedangkan reseptor adalah molekul golongan lektin yang identitas detil
molekulnya belum diketahui sampai saat ini. Ikatan SAG 1 dan ligan
Subekti&Arrasyd, 2006).
dalam waktu yang cepat melebihi kecepatan proses fagositosis (Gambar 2.3), yang
dinding kista. Organela pada bagian apeks parasit berperanan dalam proses ini
termasuk mikronema, protein roptri, dan berbagai jenis protein GRA dari granul
12
untuk perkembangan takizoit maupun bradizoit intraselular (Black & Boothroyd,
Kerusakan masif dari jaringan atau organ target yang telah terinfeksi dimulai
sejak hari pertama dan terus berlanjut. Proses destruksi jaringan disebabkan oleh
siklus litik (lytic cycle) yang merupakan proses perkembangan secara vegetatif
pada siklus aseksual. Proses terjadinya litik pada sel yang diinfeksi takizoit
T.gondii sampai saat ini belum sepenuhnya dipahami secara rinci dan
terjadi. Toksoplasma terdiri dari tiga tipe berdasarkan polimorfise DNA, dimana
tipe I lebih virulen dibandingkan tipe II dan III. Perbedaan virulensi dikaitkan
migrasi lebih tinggi dan Kemampuan transmigrasi mencapai 10 - 100 kali lebih
efisien dibandingkan tipe II dan III . dibandingkan tipe II maupun tipe III (Black &
Boothroyd, 2000; Morrissette & Sibley, 2002 ; Sibley, 2003; Denker, 2007).
13
Apoptosis sel hospes juga terjadi karena T. gondii mampu memicu
overproduksi sitokin tipe I yaitu IFN yang merupakan sitokin proinflamasi dan
makrofag yang telah terinfeksi gagal menghindar dari berbagai sinyal yang
poliendodiogoni), sel yang telah terinfeksi takizoit akan pecah setelah takizoit
membelah menjadi 64-128 takizoit baru pervakuola atau dapat mencapai 256
takizoit baru dalam waktu 24-48 jam pascainfeksi. Takizoit baru akan menyebar
dan menginfeksi sel lain di sekitarnya. Selama fase akut, proliferasi takizoit yang
cepat merupkan penyebab kerusakan dan kematian sel hospes, kerusakan yang
terjadi semakin lama semakin berat dan luas. Pada fase kronik dimana respon
imun spesifik telah berkembang, replikasi melambat, parasit berada dalam bentuk
kista jaringan yang mengandung ratusan hingga ribuan bradizoit (Hu et al., 2004;
disebut sebagai master manipulator of host response. Selain itu parasit ini
menimbulkan keadaan yang paradoks, disatu sisi memicu respon sitokin yang
berfungsi protektif sedangkan disisi lain juga mampu mensupresi fungsi sistem
imun. Karena itu toksoplasma mampu bertahan didalam sel hospes dalam jangka
14
waktu panjang. Mekanisme penekanan sistem imun oleh toksoplasma dapat terjadi
Gambar Supresi
2.5. Jarassistem imun pada
Imunosupresi Padainfeksi Toxoplasmagondii
Infeksi Toxoplasma gondii terjadi2003)
(Denker, melalui
beberapa jalur, yaitu: (i) penekanan sitokin proinflamasi akibat hambatan terhadap
aktivasi kaskade (nuclear factor kappa B) NFB yang merupakan jaras sinyal
intraselular, (ii) hambatan terhadap STAT1 yang merupakan faktor transkripsi yang
terlibat dalam ekspresi Mayor Histocompatibility Compleks (MHC) class I dan II,
(iii) hambatan terhadap aktivasi kaspase dan pelepasan sitokrom mitokondria, (iv)
interleukin 12(IL -12). Selain itu terdapat teori lain yang menerangkan
parasit berada dalam tubuh hospes dalam beberapa stadium. Hospes memerlukan
15
pengenalan terlebih dahulu pada setiap stadium sebelum memulai proses eliminasi,
selain itu kecepatan penetrasi melebihi kecepatan fagositosis sehingga sel fagositik
perlindungan. Protein ROP2 dan GRA5 yang dihasilkan parasit dapat merubah
mencegah prosese asidifikasi didalam makrofag dan fusi dengan lisosom sehingga
Bagaimana kista bradizoit bisa menghindar dari sistem imun hospes masih
sehingga bradizoit stabil terhadap aksi proses pencernaan yang terjadi di lambung
Setelah melalui rute transmisi oral, ookista atau takizoit akan menembus
lapisan epitel intestinal, menyebar ke jaringan yang lebih dalam dan dapat
16
melintasi sawar biologis untuk mencapai jaringan dengan immunologically
tanpa menibulkan respon imun inflamasi. Jaringan yang termasuk jaringan dengan
immunologically privileged adalah otak, plasenta dan fetus, mata, dan testis.
Keadaan immune privileged pada plasenta dan jaringan khusus itu terjadi
sistem imun memasuki lokasi tersebut. Faktor lain yang berkontribusi adalah:
plasenta dan bermigrasi menembus sel trofoblast untuk mencapai sirkulasi fetus.
fetus, namun takizoit dapat menembus jaringan plasenta secara aktif dengan
17
gerakan gliding dan kemampuan transmigrasinya, seperti terlihat pada gambar 2.4
sistem imun dan sitokin. Sistem imun selular merupakan komponen kunci
dengan sel hospes, mencapai puncak pada akhir minggu pertama, dan menurun
sampai tidak terdeteksi pada minggu kedua. Aktivasi makrofag, sel NK, dan sel
18
lain termasuk netrofil serta sel endotel terjadi pada stadium awal infeksi,
sedangkan sitokin yang berperanan terutama sitokin tipe I yaitu IL-12, IFN , dan
TNF (Filisetti & Candolfi, 2004). Jalur sinyal yang terlibat dalam aktivasi sel
dan sitokin pada stadium awal infeksi terlihat pada Gambar 2.6.
Peranan IL-12 lain adalah meningkatkan diferensiasi sel Th1 dan menginduksi
CD4+, CD8+, dan sel Natur Killer (NK) menghasilkan IFN . IFN memegang
menginduksi diferensiasi Th1, sel TCD 8+, dan sel NK serta meningkatkan
produksi IL-12 oleh sel Antigen Presenting Cell (APC). Peranan penting lain
adalah karena efek sitolitik IFN terhadap sel yang telah terinfeksi melalui
pembentukan nitric oxide, induksi IGTP, dan LRG-47. Nitric oxide sangat efektif
molekul GTP binding protein yang berada di retikulum endoplasmik sel hospes
19
transduksi sinyal intraselular seperti STAT 1 dan STAT4 terlibat pada tahap awal
imun non spesifik yang berperanan membatasi proliferasi parasit pada stadium
awal melalui aktivasi sitotoksik dan presentasi antigen Toxoplasma ke sel sistem
imun spesifik. Netrofil menghasilkan TNF yang memiliki efek kemotaktik dan
aktivator kuat terhadap sel dendritik dan makrofag sehingga efek sitotoksik sel
tersebut meningkat. Aksi sitotoksik terjadi melalui mekanisme non oksidatif dan
oksdatif melalui produksi nitric oxide (NO) oleh makrofag yang teraktivasi
substansi yang sangat dibutuhkan untuk replikasi parasit (Filisetti & Candolfi,
T CD4+ dan CD8+ . Molekul APC sistem imun non spesifik akan
spesifik dengan spesifik terlihat pada gambar 2.6 (Filisetti & Candolfi, 2004;
20
Gambar 2.7 Interaksi Komponen sistem imun dalam respon terhadap Invasi
Toksoplasma (Science Direct)
Toxoplasma gondii memasuki epitel mukosa intestinal melalui beberapa
cara, yaitu dengan menginfeksi langsung sel enterosit, melalui tight junctions atau
celah antar epitel, atau dengan menginfeksi sel dendritik. Sel anterosit yang
radikal bebas yaitu nitric oxide (NO). Sel enterosit juga mensekresikan kemokin
dan sitokin yang akan menarik sel PMN, makrofag, dan sel dendritik yang dapat
dengan sel NK dan NKT akan mensekresikan IFN- yang akan mengaktifkan
makrofag, sel dendritik, dan enterosit untuk mengeliminasi parasit. IL-12 dan IFN
(gambar 2.6). Sementara itu leukosit intra epitelial berperan menghasilkan TGF-
yang akan membatasi produksi IFN- (Filisetti & Candolfi, 2004, Science Direct).
21
Sel T CD4+ yang teraktivasi akan mensekresikan berbagai sitokin yaitu:
IL-2 IFN-, IL-4, IL-5, IL-6, dan IL-10. Sel TCD4+ ini berperanan pada fase awal
infeksi, akan tetapi secara keseluruhan kontrol terhadap infeksi oleh Toksoplasma
adalah kerjasama yang sinergis antara Sel TCD4+ dan Sel T CD8+. Sel T CD8+
diaktivasi oleh IL-2 yang dihasilkan Sel T CD4+, memiliki kemampuan sitotoksik
terhadap takizoit atau sel yang telah diinfeksi oleh T. gondii. Aktivitas ini
berperanan dalam pertahan terhadap infeksi pada fase kronik. Sel Limfosit T
memiliki memori yang menetap berasal dari kista intraseluler yang ruptur secara
22
melalui aktivasi komplemen dengan terbentuknya membrane attack komplemen
kompleks antigen antibodi sehingga lebih mudah difagosit dan menyebabkan fusi
Toksoplasma (Ig M dan IgG) didapatkan tidak jauh berbeda antara kedua
Gejala klinis yang khas untuk toksoplasmosis tidak ada, dan dapat
ringan, bahkan tidak bergejala. Gejala yang mungkin ditemui pada wanita hamil
adalah demam yang berkepanjangan, sakit kepala, pembesaran kelenjer limfe, dan
mialgia. Hepatomegali dan hepatitis kadang dapat dijumpai. Gejala klinis yang
berat dijumpai pada kasus immunokomprimais dan pada janin yang terinfeksi
Pada kasus yang lebih ringan, kerusakan yang terjadi tidak berat seperti retinitis
atau korioditis. Munculan klinis dapat timbul beberapa tahun setelah infeksi.
23
Kematian intrauterin, mikrosepali, atau hidrosephali dengan kalsifikasi
intrakaranial dapat terjadi apabila infeksi didapat pada paruh pertama kehamilan.
Infeksi pada paruh kedua kehamilan biasaya asimptomatik saat lahir meskipun
kalsifikasi intrakranial. Gejala lain yang dapat dijumpai pada bayi adalah anemia,
retardasi psikomotor, dan gangguan konvulsif dapat juga muncul beberapa bulan
sampai beberapa tahun kemudian (Vogel et al.,1996; NCCLS, 2004; Bojar &
Szymaska, 2010).
2.2.7 Laboratorium
waktu terjadi infeksi dan membedakan infeksi akut dan kronik. Hal ini penting
24
Antibodi IgM terlihat lebih awal dan menurun lebih cepat dibandingkan IgG,
dan pada sebahagian besar kasus titernya menjadi negatif dalam beberapa bulan
meskipun ada juga yang melaporkan masih positif selama fase kronik bahkan
masih dapat terdeteksi sampai 12 tahun setelah infeksi akut, sehingga hasil Ig M
positif tidak dapat sepenuhnya menyatakan infeksi primer sedang terjadi. Sebuah
penelitian pada 206 wanita hamil dengan Ig M antitoksoplasma positif akan tetapi
hanya 30 diantaranya yang berhubungan dengan infeksi primer. Oleh karena itu
interpretasi: Pertama berarti nfeksi baru didapat pada saat itu, kedua nfeksi yang
didapat jauh sebelum pemeriksaan, dan ke kemungkinan ketiga hasil positif palsu
(Mantoya, 2002).
12 bulan, menurun, untuk kemudian menetap seumur hidup. Saat ini sejumlah
tes untuk mengetahui aviditas IgG Toksoplasma telah tersedia untuk membantu
rendah tidak dapat dasar tunggal untuk menetapkan diagnosis infeksi akut,
perempuan hamil yang berisiko tinggi atau yang pada pemeriksaan USG
25
menunjukkan kecurigaaan hidrosepalus, kalsifikasi intrakranial, mikrosepali, fetal
growth retardation, ascites atau hepatospenomegali (Jones, Lopez, & Wison ,2003;
Remington, 2005)
2.2.8 Diagnosis
kehamilan sering asimtomatik atau sangat ringan, sehingga sulit dijadikan dasar
diagnosis. Diagnosis dini dan tatalaksana yang tepat sangat berarti untuk
(Gambar 2.10 ) dan trimester I1 dan III (Gambar 2.11) seperti berikut (Lopes,
2007).
26
Gambar 2.10 Pedoman Pemeriksaan Laboratoriun dan interpretasi Hasil
. pada kehamilan trimester I (Lopez, 2007)
27
Interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium berdasarkan algoritma diatas
Hasil pemeriksaan serologis IgG positif dan IgM negatif merupakan pola
selologis klasik yang menandakan infeksi terjadi di masa lalu. Apabila pola ini
didapatkan pada seorang perempuan hamil yang imunokompeten pada awal masa
kehamilan, maka bayinya tidak berisiko untuk infeksi kongenital. Akan tetapi bila
terjadi pada trimester ketiga, kemungkinan infeksi akut belum dapat dipastikan,
al.,2006).
Pada kasus infeksi di awal kehamilan, neonatus dapat berada pada fase
A pada neonatus dapat persisten lebih lama dibanding Ig M. Karena itu anjuran
(Lopez et al.,2006).
28
Kasus dimana didapatkan hasil IgG and IgM positif kemungkinan infeksi
sedang berlangsung, tetapi bila status serologis sebelum hamil tidak diketahui
adalah pemeriksaaan aviditas IgG dan atau Ig A pada sampel kedua setelah tiga
berada pada fase awal infeksi . Ini dapat terjadi karena produksi Ig G mengikuti Ig
al.,,2006).
Peristiwa ini bersifat transien karena pengaruh pengobatan terutama infeksi yang
terjadi pada trimeste 1 dan 2 dan sering diikuti oleh diikuti oleh serologi rebound,
BAB 4
29
RINGKASAN
mempengaruhi risiko transmisi, risiko transimisi lebih tinggi apabila infeksi terjadi
toksoplasmosis dalam kehamilan karena gejala klinisnya sering tidak khas dan
infeksi telah terjadi. Ig M dapat membantu membedakan infeksi baru dengan yang
infeksi baru dengan kronik. Hal ini penting untuk mengetahui risiko transmisi
Aviditas rendah didapatkan pada awal infeksi dan terus meningkat selama
30
sedangkan aviditas tinggi merupakan petunjuk infeksi terjdi dalam 3-5 bulan
sebelumnya.
memastikan apakah janin terinfeksi. Analisis cairan amnion secara PCR adalah
pemeriksaan.
DAFTAR PUSTAKA
31
Alfonzo ME, Badell C, Pourcel G et all., 2005. Cell-Mediated And Not Humoral
Immune Response Is Responsible For Partial Protection Against
Toksoplsmosis In SCID Mice Reconstituted With Human PBMC.
Immunologica; 24(3); hh 273-82.
Any Labsystem, 2008.Instruction for Use Toxoplasma Ig G Avidity EIA
Aruplab,2011.The Physician's Guide to Laboratory Test Selection and
Interpretation. Diunduh dari www.aruplab.compada dilihat pada tanggal 2
aguatus 2012
Avidity Reagent. MIKROGEN Instructions for use Avidity Reagent
Barragan A and Sibley LD, 2002.Transepithelial Migration Of Toxoplasma
Gondii Involves An Interaction Of Inercellular Adhesion Molecule 1
(ICAM-1) With The Parasite Adhesin MIC2. Cell Microbiol; 7(4):561-8.
Beverley and Beattie P, 1952.Standardization of the dye test For toxoplasmosisJ.
Clin. Path; 5; hh 35-60. Black and Boothroyd, 2000. Lytic Cycle Of
Toxoplasma gondii. Microbiology and Molecular Biology Reviews; 64(3);
hh 60723.
Bojar I and Szymaska J, 2010. Environmental Exposure Of Pregnant Women To
Infection With Toxoplasma gondii. State Of The Art Ann Agric Environ
Med;17; hh 20914.
Campos MA, Almeida IC, Takeuchi O, et all., 2001. Activation of Toll-Like
Receptor-2 by Glycosylphosphatidylinositol Anchors from a Protozoan
Parasite. J Immunol; 167:416-423
Filisetti D and Candolfi E, 2004. Immune response to Toxoplasma gondii. Ann 1st
Super Sanita ; 40 (1);hh 71-80.
Genevagrockiego FD and Schwarz RT, 2010. Immunological Reactions In
Response To Apicomplexan Glycosylphosphatidylinositols. Glycobiology;
20(7); hh 801811.
Green DR and Ware CF, 1997. Fas-ligand: privilege and peril. Proc Natl Acad
Sci USA;94 (12): 598690.
Hedman K, Lappalainen M, Sepala & Makela O, 1989. Recent Primary
Toxoplasmosis infection indicated by a low avidity of specific Ig G. J
Infect. Dis 159:736-739
Holliman RE, 2010. Toxoplasmosis. in Manson`s Tropical Disease 22 th edition,
Editor; Cook GC & Zumla AI; Saunders Elsevier; China; 1367-1375.
Jones J, Lopez A, and Wison M, 2003. Congenital Toxoplasmosis. American
Family Physician; 67; hh 2131-37.
Jones JL et al.,2001. Congenital Toxoplasmosis: A Review. CME Review Article
Obstetrical And Gynecological Survey; 56(5); hh 29-35.
Kasper LH, 2005. Toxoplasma Infection. in Harrisons Principle of Internal
Medicine 16 th Edition, editors; Kasper DL et al., McGraw-Hill Medical
Publishing Division; New York; hh 1243-46.
Kricka et al., 2006. Principle of Immunochemical Techniques.In Clinical
Chemistry and Molecular Diagnostics, editors; Burtis CA and Ashwood
ER; Elsevier ; Philadelphia; hh 227-237.
32
Lopez FM, Goncalves DB, Bregano RM et al.,2007. Toxoplasma gondii Infection
In Pregnancy. The Brazilian Journal of Infectious Dissease; 11 (5);hh
4986-506.
Lappalainen M, Hedman K, 2004. Serodiagnosis Of Toxoplasmosis. The Impact
Of Measurement Off IgG Avidity. Ann Ist Super Sanita;40(1):hh 81-8.
Lefevre-Pettazzoni M, Le Cam S, Wallon M, Peyron F; 2006. Delayed
Maturation Of Immunoglobulin G Avidity: Implication For The Diagnosis
Of Toxoplasmosis In Pregnant Women. Eur J Clin Microbiol Infect
Dis.;25(11): hh 687-93 .
Manger I, Hehl AB, and Boothroyd JC, 1998. The Surface Of Toxoplasma
Tachyzoites Is Dominated By A Family Of Glycosylphosphatidylinositol-
Anchored Antigens Related To SAG1. Infection And Immunity; 66 (5); hh
223744.
Montoya JG, 2002. Laboratory Diagnosis Of Toxoplasma gondii Infection And
Toxoplasmosis. The Journal Of Infectious Diseases;185(suppl 1); hh 73
82.
Montoya JG, Huffman HB, & Remington JS, 2004. Evaluation og tHe
Imunoglobulin G for Diagnosis of Toxoplasmic Lymphadenopathy.
Journal Of Clinical Microbiology; hh 4627-3.
NCCLS, 2004. Clinical Use and Interpretation of Serologic Tests for Toxoplasma
gondii; Approved Guideline. Diunduh dari www. Nccls. Org. dilihat
tanggal 15 september 2012
Nhanes, 2006.National Health and Nutrition Examination Survey 2003 2004.
Data Documentation, Codebook, and Frequencies Toxoplasma (IgG) and
Toxoplasma (IgM). Diunduh dari http://www.cdc.gov dilihat pada tanggal
20 November 2012.
Pohan HT, 2007. Toksoplasmosis. dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi
4, editor; Sudoyo AW dkk; Jakarta, hh 1780-85.
Pollard et all.,2008.Developmental Regulation In Toxoplasma gondi I Surface
Antigens With Evidence Of Glycosylphosphatidylinositol-Anchored.
Nfect. Immun. 2008, 76(1):103
Pommerville JC, 2010.Systemic Protozoa Disease. in Alcomos Fundamentals of
Microbiology Chapter 23; Jones & Bartlett Publisher; Massachasetts;hh
796-798.
Priyana A, Oesman P, Kresno SB, 1998. Toxoplasmosis. Medika;12; 1164-1167.
Richard A, Mcpherson MD, Matthew R, Pincus MD, 2006. Molecular Diagnostic
Methods. In Mcpherson & Pincus: Henry's Clinical Diagnosis And
Management By Laboratory Methods 21st edition. Elsevier Inc;
Philadelphia.
Subekti DT and Arrasyd NK, 2006. Imunopatogenesis Toxoplasma Gondii
Berdasarkan Perbedaan Galur. Wartazoa ; 6 (3); hh 128-45
Vogel N, Kirisits M, Michael E, et al., 1996. Congenital Toxoplasmosis
Transmitted From An Immunologically Competent Mother Infected Before
Conception. Clinical Infectious Diseases; 23; hh 1055-60.
33
Waree P, 2008.Toxoplasmosis: Pathogenesis and Immune Response. Thammsat
medical Journal;8(4);hh 487-93.
Winn et al., 2006. Tissue Protozoa Infections. in Konemans Color Atlas and
Text Book of Diagnostik Microbiology 6 th edition; Lippincott Williams &
Wilkins; Baltimore; pp 1306 1310.
34