PENDAHULUAN
Sirosis hepatis adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis
hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilangnya sebagian besar fungsi
hepar.( Baradero Mary,2005). Lebih dari 40% pasien sirosis hepatis asimptomatik dan
sering ditemukan pada waktu pemeriksaan rutin kesehatan atau autopsi (Nurdjanah,
2009)
Kejadian di Indonesia menunjukkan bahwa pria lebih banyak dari wanita (2,4-
5:1) (Sihotang, 2010). Walaupun belum ada data resmi nasional tentang sirosis hepatis
di Indonesia, namun dari beberapa laporan rumah sakit umum pemerintah di Indonesia
secara keseluruhan prevalensi sirosis adalah 3,5% dari seluruh pasien yang dirawat di
bangsal penyakit dalam atau rata-rata 47,4% dari seluruh pasien penyakit hati yang
dirawat di bangsal. Di Medan dalam kurun waktu 4 tahun dijumpai pasien sirosis
hepatis sebanyak 819 (4%) dari seluruh pasien di bagian penyakit dalam.
1
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada
pasien dengan penyakit sirosis hepatis untuk memudahkan kita sebagai calon perawat
dalam merawat pasien dengan penyakit sirosis hepatis
7. Apa saja pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada penderita Sirosis
Hepatis?
12. Bagaimana asuhan keperawatan yang harus dilakukan pada penderita Sirosis
Hepatis?
1.3 Tujuan
Menjelaskan pengertian dan asuhan keperawatan pada klien dengan Sirosis Hepatis.
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Pearce (2008), hati terbagi dalam dua belahan utama, kanan dan
kiri. Permukaan atas berbentuk cembung dan terletak dibawah diafragma;
permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan, fisura transversus.
Permukaannya dilintasi oleh berbagai pembuluh darah yang masuk-keluar hati.
Fisura longitudinal memisahkan belahan kanan dan kiri di permukaan bawah,
sedangkan ligamen falsiformis melakukan hal yang sama di permukaan atas hati.
Selanjutnya hati dibagi lagi dalam empat belahan (kanan, kiri ,kaudata dan
kuadrata). Setiap belahan atau lobus terdiri atsa lobulus. Lobulus ini berbentuk
polihedral (segi banyak) dan terdiri atas sel hati berbentuk kubus, dan cabang -
cabang pembuluh darah diikat bersama oleh jaringan hati. Hati mempunyai dua
jenis persediaan darah, yaitu yang datang melalui arteri hepatika dan yang melalui
4
vena porta. 9 Pembuluh darah pada hati ialah : arteri hepatika, yang keluar dari
aorta dan memberikan seperlima darahnya kepada hati; darah ini mempunyai
kejenuhan oksigen 95-100%. Vena porta yang terbentuk dari vena lienalis dan vena
mesenterika superior, mengantarkan empat perlima darahnya ke hati; darah ini
mempunyai kejenuhan oksigen hanya 70% sebab beberapa O2 telah diambil oleh
limpa dan usus. Darah vena porta ini membawa kepada hati zat makanan yang telah
diabsorbsi oleh mukosa usus halus. Vena hepatika mengembalikan darah dari hati
ke vena kava inferior. Di dalam vena hepatika tidak terdapat katup.Saluran empedu
terbentuk dari penyatuan kapiler-kapiler empedu yang mengumpulkan empedu dari
sel hati, maka terdapat empat pembuluh utama yang menjelajahi seluruh hati dua
yang masuk yaitu arteri hepatika dan vena porta, dan dua yang keluar yaitu vena
hepatika dan saluran empedu (Pearce, 2008).
Fungsi hati bersangkutan dengan metabolisme tubuh, khususnya
mengenai pengaruhnya atas makanan dan darah. Hati merupakan pabrik kimia
terbesar dalam tubuh dalam hal bahwa hati menjadi pengantara metabolisme, yang
artinya hati mengubah zat makanan yang diabsorpsi dari usus dan yang disimpan di
suatu tempat di dalam tubuh, dan nantinya zat-zat tersebut akan dipakai oleh
jaringan-jaringan tubuh (Pearce, 2008).
Menurut Setiadi (2007), ada pun fungsi hati yang bersangkutan dalam hal
metabolisme yaitu hati berperan serta dalam mempertahankan homeostatik gula
darah. Hati berperan mengubah glikogen menjadi glukosa jika diperlukan oleh
tubuh, penguraian protein dari sel-sel tubuh dan sel darah merah yang rusak dan
hasil penguraian protein menghasilkan urea dari asam 10 amino berlebih dan sisa
nitrogen. Hati menerima asam amino dan mengubahnya menjadi ureum yang akan
dikeluarkan dari darah oleh ginjal dalam bentuk urin. Sebagai tempat penyimpanan
dan penyebaran berbagai zat, seperti glikogen, lemak, vitamin yang larut dalam
lemak (A, D, E, dan K) dan zat besi dalam bentuk feritin, yaitu suatu protein yang
mengandung zat besi dan dapat dilepaskan bila zat besi diperlukan oleh tubuh.
Dalam hal detoksifikasi, hati melakukan inaktivasi hormon dan detoksifikasi toksin
dan obat-obatan, serta memfagositosis zat asing yang tersintegrasi dalam darah.
Hati juga mengubah zat buangan dan bahan racun untuk dibuat mudah untuk
ekskresi ke dalam empedu dan urin. Hati juga berperan dalam membentuk dan
menghancurkan sel-sel darah merah selama 6 bulan masa kehidupan janin yang
kemudian diambil alih oleh sumsum tulang belakang
5
2.2 Definisi Sirosis Hepatis
Sirosis hati adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan terbentuknya
jaringan parut pada hati sebagai akibat dari kerusakan hati yang terus menerus dan
hati yang luas dan usaha regenerasi nodul. Apabila Sirosis hati sudah parah,
sebagian besar struktur hati yang normal mengalami perubahan bentuk atau
menjadi hancur. Hal ini dapat menimbulkan masalah penting misalnya pendarahan
usus, pembekuan darah yang tidak normal, penumpukan cairan dalam perut dan
kaki dan kekacauan pikiran karena hati tidak dapat lagi menyaring zat racun dalam
6
f. Tirosinemia
g. Kolestasis
4. Saluran empedu membawa empedu yang dihasilkan oleh hati ke usus,
dimana empedu membantu mencerna lemak. Pada bayi penyebab sirosis
terbanyak adalah akibat tersumbatnya saluran empedu yang disebut Biliary
atresia. Pada penyakit ini empedu memenuhi hati karena saluran empedu
tidak berfungsi atau rusak. Bayi yang menderita Biliary berwarna kuning
(kulit kuning) setelah berusia satu bulan. Kadang bisa diatasi dengan
pembedahan untuk membentuk saluran baru agar empedu meninggalkan
hati, tetapi transplantasi diindikasikan untuk anak-anak yang menderita
penyakit hati stadium akhir. Pada orang dewasa, saluran empedu dapat
mengalami peradangan, tersumbat, dan terluka akibat Primary Biliary
Sirosis atau Primary Sclerosing Cholangitis. Secondary Biliary Cirrosis
dapat terjadi sebagai komplikasi dari pembedahan saluran empedu.
5. Sumbatan saluran vena hepatica
a. Sindroma Budd-Chiari
b. Payah jantung
6. Gangguan Imunitas (Hepatitis Lupoid)
7. Toksin dan obat-obatan (misalnya : metotetrexat, amiodaron,INH, dan lainlain)
8. Operasi pintas usus pada obesitas
9. Kriptogenik
10. Malnutrisi
11. Indian Childhood Cirrhosis
2.4 Manifestasi Sirosis Hepatis
Stadium awal sirosis sering kali dijumpai tanpa gejala (asimptomatis) sehingga
kadang ditemukan pada waktu pasien melakukan pemeriksaan kesehatan rutin atau
karena kelainan penyakit lain. Gejala awal sirosis (kompensata) meliputi perasaan
mudah lelah dan lemas, selera makan berkurang, perasaan perut kembung, mual, berat
badan menurun, pada laki-laki dapat timbul impotensi, testis mengecil, buah dada
membesar, hilangnya dorongan seksualitas. Bila sudah lanjut (sirosis dekompensata),
gejala-gejala lebih menonjol terutama bila timbul komplikasi kegagalan hati dan
hipertensi porta, meliputi gangguan pembekuan darah, perdarahan gusi, epistaksis,
gangguan siklus haid, ikterus dengan air kemih seperti teh pekat, muntah darah dan/atau
melena, serta perubahan mental, meliputi mudah lupa, sukar konsentrasi, bingung,
7
agitasi, sampai koma.. Mungkin disertai hilangnya rambut badan, gangguan tidur,
demam tidak begitu tinggi (Nurdjanah,2006)
8
Gambar 4: Ascites (Lestari, 2009)
3. Varises Gastroinstestinal
Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan fibrotik yang
mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kolateral dalam sistem
gastrolintestinal dan pemintasan (shunting) darah dari pembuluh portal ke dalam
pembulu darah dengan tekanan yang lebih rendah.
4. Edema
Gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal hati yang
kronis. Konsentrasi albumin plasma menurun sehingga menjadi predisposisi
untuk terjadinya edema. Produksi aldosteron yang berlebihan akan
menyebabkan retensi natrium serta air dan ekskresi kalium.
5. Defisiensi Vitamin dan Anemia
Kerena pembentukan, penggunaan, dan penyimpanan vitamin tertentu yang
tidak memadai (terutama vitamin A, C, dan K), maka tanda-tanda defisiensi
vitamin tersebut sering dijumpai khususnya sebagai fenomena hemoragi yang
berkaitan dengan defisiensi vitamin K. Gastritis kronis dan gangguan fungsi
gastrointestinal bersama-sama asupan diet yang tidak adekuat dan gangguan
fungsi hati akan menimbulkan anemia yang sering menyertai sirosis hepatis.
Gejala anemia dan status nutrisi serta kesehatan pasien yang buruk akan
mengakibatkan kelelahan hebat yang mengganggu kemampuan untuk
melakukan aktivitas rutin sehari-hari.
6. Kemunduran mental
Manifestasi klinik lainnya adalah kemunduran fungsi mental dengan
ensefalopati. Karena itu, pemeriksaan neurologi perlu dilakukan pada sirosis
hepatis yang mencakup perilaku umum pasien, kemampuan kognitif, orientasi
terhadap waktu serta tempat, dan pola bicara.
9
Gambar 4: Icteric (Lestari, 2009)
2.5 Patofisiologi Sirosis Hepatis
Fibrosis merupakan enkapsulasi atau penggantian jaringan yang rusak oleh
jaringan kolagen. Fibrosis hati merupakan hasil perpanjangan respon penyembuhan luka
normal yang mengakibatkan abnormalitas proses fibrogenesis (produksi dan deposisi
jaringan ikat). Fibrosis berlangsung dalam berbagai tahap, tergantung pada penyebab
kerusakan, lingkungan, dan faktor host. Sirosis hati merupakan tahapan lanjut dari
fibrosis hati, yang juga disertai dengan kerusakan pembuluh darah. Sirosis hati
menyebabkan suplai darah dari arteri yang menuju hati, berbalik ke pembuluh vena,
merusak pertukaran antara hepatik sinusoid dan jaringan parenkim yang berdekatan,
contohnya hepatosit. Hepatik sinusoid dilapisi oleh endotel berfenestrasi yang berada
pada lapisan jaringan ikat permeabel (ruang Disse) yang mengandung sel stelat hepatik
(HSC) dan beberapa sel mononuklear. Bagian lain dari ruang Disse dilapisi oleh
hepatosit yang menjalankan sebagian besar fungsi hati. Pada kondisi sirosis, ruang
Disse terisi oleh jaringan parut dan fenestrasi endotel menghilang, proses ini disebut
kapilarisasi sinusoidal. Secara histologis, sirosis dicirikan oleh septa fibrotik
tervaskularisasi yang menghubungkan portal tract satu dengan yang lainnya dan dengan
vena sentral, membentuk pulau hepatosit yang dikelilingi oleh septa fibrotik yang tidak
memiliki vena sentral. Akibat klinis yang utama dari sirosis adalah terganggunya fungsi
hati, meningkatnya resistensi intrahepatik (portal hipertensi) dan perkembangan yang
mengarah pada hepatoselular karsinoma (HCC). Abnormalitas sirkulasi general yang
terjadi pada sirosis (splachnic vasodilatation, vasokonstriksi dan hiperfusi ginjal, retensi
air dan garam, meningkatnya output kardiak) sangar erat kaitannya dengan perubahan
vaskularisasi hati dan portal hipertensi. Sirosis dan gangguan vaskular yang
diakibatkannya bersifat irreversibel, namun penyembuhan sirosis masih mungkin terjadi
(Schuppan dan Afdhal, 2008).
2.6 Jenis Sirosis Hepatis
10
Alkoholisme dan malnutrisi adalah dua faktor pencetus utama untuk sirosis Laennec.
Sisrosis pasca nekrotik akibat hepatotoksin adalah sirosis yang paling seringdijumpai.
Ada tiga jenis sirosis hati (Baradero, 2008), yaitu:
1. Sirosis portal Laennec disebabkan oleh alkoholisme dan malnutrisi. Pada tahap
awal sirosis ini, hepar membesar dan mengeras. Namun, pada tahap akhir, hepar
mengecil dan nodular. Pada sirosis tipe ini yang paling sering ditemukan di
Negara Barat.
2. Sirosis posca nekrotik terjadi nekrosis yang berat pada sirosis ini karena
hepatotoksin biasanya berasal dari hepatitis virus akut yang sebelumnya terjadi.
Hepar mengecil dengan banyak nodul dan jaringan fibrosa.
3. Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar
saluran empedu. Tipe ini biasanya terjadi akibat obstruksi empedu yang kronis
dan infeksi (kolangitis), insidensnya lebih rendah dari pada insidens sirosis
Laennec dan sirosis pasca nekrotik.
Secara klinis sirosis hati dibagi menjadi:
1. Sirosis hati kompensata, yang berarti belum adanya gejala klinis yang nyata.
2. Sirosis hati dekompensata yang ditandai gejala-gejala dan tanda klinik yang
jelas. Sirosis hati kompensata merupakan kelanjutan dari proses hepatitis kronik
dan pada satu tingkat tidak terlihat perbedaanya secara klinis, hanya dapat
dibedakan melalui biopsy hati.
Secara morfologi Sherrlock membagi Sirosis hati bedasarkan besar kecilnya nodul,
yaitu:
1. Makronoduler (Ireguler, multilobuler)
Ditandai dengan terbentuknya septa dengan ketebalan bervariasi, dengan besar
nodul lebih dari 3 mm.
2. Mikronoduler (reguler, monolobuler)
Ditandai dengan terbentuknya septa tebal teratur, didalam septa parenkim hati
mengandung nodul halus dan kecil merata di seluruh lobus, besar nodulnya
sampai 3 mm. Sirosis mikro nodular ada yang berubah menjadi makronodular.
3. Kombinasi antara bentuk makro noduler dan mikronoduler
Umumnya sirosis hepatic adalah jeniscampuran ini
11
4. Portografi Transhepatik perkutaneus : Memperlihatkan sirkulasi system vena
portal
Pemeriksaan Laboratorium
1. Kadar Hb yang rendah (anemia), jumlah sel darah putih
menurun (leukopenia), dan trombositopenia.
2. Kenaikan SGOT, SGPT dan gamma GT akibat kebocoran dari sel-sel yang
rusak. Namun, tidak meningkat pada sirosis inaktif.
3. Kadar albumin rendah. Terjadi bila kemampuan sel hati menurun.
4. Kadar kolinesterase (CHE) yang menurun kalau terjadi kerusakan sel hati.
5. masa protrombin yang memanjang menandakan penurunan fungsi hati.
6. pada sirosis fase lanjut, glukosa darah yang tinggi menandakan
ketidakmampuan sel hati membentuk glikogen.
7. Pemeriksaan marker serologi petanda virus untuk menentukan penyebab
sirosis hati seperti HBsAg, HBeAg, HBV-DNA, HCV-RNA, dan
sebagainya.
8. Pemeriksaan alfa feto protein (AFP). Bila AFP terus meninggi atau >500-
1.000 berarti telah terjadi transformasi ke arah keganasan yaitu terjadinya
kanker hati primer (hepatoma).
Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan antara lain ultrasonografi
(USG), pemeriksaan radiologi dengan menelan bubur barium untuk melihat varises
esofagus, pemeriksaan esofagoskopi untuk melihat besar dan panjang varises serta
sumber pendarahan, pemeriksaan sidikan hati dengan penyuntikan zat kontras, CT
scan, angografi, dan endoscopic retrograde chlangiopancreatography (ERCP)
(Sjaifoellah, 2000).
2.8 Penatalaksanaan Sirosis Hepatis
(Maryani S,2013)Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya
1. Simtomatis
2. Supportif, yaitu :
a. Istirahat yang cukup
b. Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang;
misalnya : cukup kalori, protein 1gr/kgBB/hari dan vitamin
c. Pengobatan berdasarkan etiologi
12
Misalnya pada sirosis hati akibat infeksi virus C dapat dicoba dengan interferon.
Sekarang telah dikembangkan perubahan strategi terapi bagian pasien dengan hepatitis
C kronik yang belum pernah mendapatkan pengobatan IFN seperti
a) kombinasi IFN dengan ribavirin
b) terapi induksi IFN
c) terapi dosis IFN tiap hari
Terapi kombinasi IFN dan Ribavirin terdiri dari IFN 3 juta unit 3 x
seminggu dan RIB 1000-2000 mg perhari tergantung berat badan (1000mg
untuk berat badan kurang dari 75kg) yang diberikan untukjangka waktu 24-48
minggu.
Terapi induksi Interferon yaitu interferon diberikan dengan dosis yang
lebih tinggi dari 3 juta unit setiap hari untuk 2-4 minggu yang dilanjutkan
dengan 3 juta unit 3 x seminggu selama 48 minggu dengan atau tanpa kombinasi
dengan RIB Terapi dosis interferon setiap hari.
Dasar pemberian IFN dengan dosis 3 juta atau 5 juta unit tiap hari
sampai HCV-RNA negatif di serum dan jaringan hati.
3. Pengobatan yang spesifik dari sirosis hati akan diberikan jika telah terjadi komplikasi
seperti :
1. Astises
2. Spontaneous bacterial peritonitis
3. Hepatorenal syndrome
4. Ensefalophaty hepati
2.9 Komplikasi
Komplikasi sirosis meliputi cacat pembekuan darah, hipertensi portal, asites,
ensefalopati, dan sindrom hepatorenal.
a. Cacat pembekuan. cacat pembekuan darah mungkin berkembang karena
gangguan protrombin dan fibrinogen produksi di hati. lebih lanjut, tidak adanya
garam empedu mencegah penyerapan vitamin larut lemak K, yang penting untuk
beberapa faktor pembekuan darah. pasien sirosis memiliki kecenderungan untuk
mudah memar dan mungkin mengembangkan koagulasi intravaskular diseminata
(DIC) atau perdarahan
b. Hipertensi portal adalah persisten peningkatan tekanan darah dalam sirkulasi
portal perut. kerusakan hati menyebabkan penyumbatan aliran darah dalam vena
portal. peningkatan resistensi dari drainase tertunda menyebabkan pembesaran
13
pembuluh darah perut terlihat di sekitar umbilikus (disebut caput medusa), wasir
dubur, pembesaran limpa (splenomegali), dan varises esofagus (vena melebar)
hasil yang paling serius dari hipertensi portal adalah perdarahan varises esofagus.
dinding pembuluh darah esofagus tipis dan mudah robek. varises biasanya
berkembang dari fundus lambung ke atas dan dapat extendinto esofagus bagian
atas. darah penuh, varises berdinding tipis mungkin mudah robek dari tekanan
yang berlebihan tiba-tiba, seperti tekanan perut intra yang dihasilkan dari batuk,
mengangkat, atau mengejan, menyebabkan pendarahan hebat.
c. Ascites adalah akumulasi cairan serosa di dalam rongga perut. cairan terakumulasi
dari hipertensi portal, dan produksi rendah albumin oleh akumulasi hati dan
aldosteron gagal. jumlah yang cukup dari albumin menyebabkan plasma
merembes ke dalam rongga perut. ginjal menanggapi volume sirkulasi darah
menurun dengan menyimpan natrium dan air. cairan terakumulasi menyebabkan
perut nyata diperbesar. cairan dapat menyebabkan gangguan pernapasan parah
sebagai akibat dari elevasi diafragma.
d. Ensefalopati disebabkan oleh amonia yang tinggi, dengan produk metabolisme
protein, yang mengganggu status mental. hati yang rusak tidak dapat makethe air
amonia larut untuk ekskresi dalam urin. tanda dan gejala ensefalopati hepatik
termasuk progresif asterixis kebingungan, atau mengepak tremor di tangan
disebabkan oleh racun di saraf perifer dan fetor hepatikus, atau napas busuk yang
disebabkan oleh produk akhir metabolisme yang berkaitan dengan sulfur. tahap
ensefalopati hati dan tanda-tanda dan gejala dari tahap adalah:
a) awal: pasien menunjukkan perubahan halus dalam kepribadian, kelelahan,
mengantuk, dan perubahan tulisan tangan (penilaian terbaik untuk tahap awal)
b) stupor dan bingung: pasien sering berperang dan mudah marah dan develps
asterixis, otot berkedut, hiperventilasi, dan ditandai kebingungan.
c) koma: pasien secara bertahap kehilangan kesadaran dan menjadi koma.
dengan pengobatan, jika kadar amonia menurun, pasien secara bertahap
mendapatkan kembali kesadaran. ensefalopati hepatik merupakan kegagalan hati
endstage dan memiliki tingkat kematian setinggi 90% setelah koma dimulai.
e. Sindrom hepatorenal adalah kegagalan sekunder ginjal pada beberapa pasien
dengan sirosis. gejala sindrom hepatorenal termasuk oliguria tanpa kerusakan ginjal
terdeteksi, penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dengan dasarnya tidak ada
14
output urin atau waktu kurang 200, L per hari, dan hampir keseluruhan retensi
natrium. Sindrom hepatorenal dianggap tanda menyenangkan
2.10 Prognosis Sirosis Hepatis
Prognosis sirosis hati sangat bervariasi dipengaruhi oleh sejumlah faktor, meliputi
etiologi, beratnya kerusakan hati, komplikasi, dan penyait lain yang menyertai.
Prognosis tidak baik bila :
a. Ikterus yang menetap atau bilirubin darah > 1,5 mg%
b. Asites refrakter atau memerlukan diuretik dosis besar
c. Kadar albumin rendah (< 2,5 gr%)
d. Kesadaran menurun tanpa faktor pencetus
e. Hati mengecil
f. Perdarahan akibat varises esofagus
g. Komplikasi neurologis
h. Kadar protrombin rendah
i. Kadar natriumn darah rendah (< 120 meq/i), tekanan systole < 100 mmHg
j. CHE rendah.
15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN UMUM
3.1 Konsep Asuhan Keperawatan Sirosis Hepatis
16
3.1.1 Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Penderita
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku bangsa, pendidikam, pekerjaan, alamat, no register, tanggal masuk rumah
sakit, diagnosa medis
b. Keluhan Utama
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan yang bervariasi dan biasanya
mereka mengeluh adanya nyeri abdomen, abdomen yang semakin membesar
dan tegang, mual dan muntah
c. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Pada riwayat kesehatan sekarang pasien akan mengeluarkan adanya
nyeri atau ketidaknyamanan abdomen, penurunan berat badan, kelemahan dan
tidak nafsu makan (anoreksia), perubahan eliminasi usus, ditensi abdomen,
jaundice, pruritus, nyeri pada kuadran kanan atas keluhan lain yang
berhubungan dengan adanya penyakit pada fase lanjut, pasien akan mengeluh
bahwa mudah terjadi luka memar atau perdarahan, rontok rambut, terutama di
daerah ketiak dan pubis, juga pasien juga akan mengutarakan bahwa
menstruasinya tidak teratur pada wanita dan impoten pada pria atau terjadi
perubahan libido
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pada riwayat kesehatan masa lalu perlu ditanyakan apakah adanya atau
pernah ada kebiasaan minum minuman keras (alkohol), pernah menderita
penyakit tertentu terutama hepatitis B, non A, non B, hepatitis D (pernah
menderita penyakit kuning) dan pernah penyakit jantung, apakah terjadi
mendapat tranfusi darah dan bagaimana kebiasaan pola makan
e. Riwayat Penggunaan Obat
Pengkajian keperawatan berfokuskan pada awitan gejala dan riwayat
faktor-faktor pencetus, khususnya penyalahgunaan alkohol dalam jangka
waktu yang lama di samping asupan makanan dan perubahan dalam status
jasmani serta rohani penderita.Pola penggunaan alkohol yang sekarang dan
pada masa lampau (durasi dan jumlahnya) dikaji serta dicatat.Yang juga harus
dicatat adalah riwayat kontak dengan zat-zat toksik di tempat kerja atau selama
melakukan aktivitas rekreasi. Pajanan dengan obat-obat yang potensial bersifat
hepatotoksik atau dengan obat-obat anestesi umum dicatat dan dilaporkan
f. Status Mental
Status mental dikaji melalui anamnesis dan interaksi lain dengan
pasien; orientasi terhadap orang, tempat dan waktu harus diperhatikan.
Kemampuan pasien untuk melaksanakan pekerjaan atau kegiatan rumah
17
tangga memberikan informasi tentang status jasmani dan rohani. Di samping
itu, hubungan pasien dengan keluarga, sahabat dan teman sekerja dapat
memberikan petunjuk tentang kehilangan kemampuan yang terjadi sekunder
akibat meteorismus (kembung), perdarahan gastrointestinal, memar dan
perubahan berat badan perlu diperhatikan
g. Status Nutrisi
Status nutrisi yang merupakan indikator penting pada sirosis dikaji
melalui penimbangan berat yang dilakukan setiap hari, pemeriksaan
antropometrik dan pemantauan protein plasma, transferin, serta kadar kreatinin
2. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital, status mental, warna dan kondisi kulit dan
membrane mukosa, denyut nadi perifer dan adanya edema perifer, pengkajian
abdomen termasuk penampilan, bentuk dan kontur, suara usus, ukuran
abdomen, perkusi batas hati, palpasi kelembutan dan ukuran hati.
Pemeriksaan fisik pada penderita sirosis hepatis harus di lakukan
secara menyeluruh.
a) Keadaan pasien, bentuk tubuh
b) Pada sklera mata diperoleh sklera mata yang ikterus sampai dengan
kehijauan, kadang-kadang pada konjungtiva di peroleh kesan anemia.
c) Pada infeksi daerah dada di temukan adanya spider nevi atau adanya
terlihat suatu usaha dalam bernafas karena tekanan abdomen terhadap
diafragma ditemukan bulu ketiak yang rontok dan gynecomatik pada
laki-laki.
d) Pemeriksaan abdomen
a. Infeksi: perut yang membesar karena asites, adanya bayangan vena,
hernia umbilikus.
b. Perkusi: adanya asites sehingga terdengar pekak
c. Palpasi: nyeri pada kuadran kanan atas, hepar membesar dan padat
teraba benjol-benjol
d. Lingkar perut: bertambah besar
3.1.2 Test Diangnostik
1. Untuk memastikan sirosis hepatis dilakukan biopsy
2. Dilakukan pemerikasaan laboratorium darah: hemoglobin, leukosit,
trombosit menurun.
3. Liver fungsi test: serum albumin, cholinestrase menurun, sedangkan
billirubin, globulin, serum alkali propastase, SGOT, SGPT dan ureum
meningkat, serta protrombin time memanjang.
4. USG untuk mengetahui perbandingannya perubaha sel pernchy hati dan
jaringan fibrotik.
5. CT scan dan radioisoton memberikan informasi tentang ukuran hati,
perdarahan yang terjadi dan obstruksi pada hepar.
18
6. Billirubin urine meningkat, sedangkan dalam feses menurun.
3.1.3 Tindakan Medik
1. Untuk mengurangi asites, diberikan obat-obatan diuretik atau di lakukan
fungsi asites.
2. Membatasi pemberian obat-obatan yang memberatkan fungsi hepar,
misalkan: golongan sulfa, analgetik (goldipron): antalgin, novalgin.
3. Memberikan terapi supportif: memodifikasi diet, bed rest, menjaga
keseimbangan antara istirahat dan latihan.
4. Terapi komplikasi
3.1.4 Analisa Data
1. Data Subjektif
a. Keluhan: anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, cepat lelah, BB
menurun, gatal-gatal
b. Kulit, selaput lendir, sklera: kekuning-kuningan, gatal, urine, berwarna
kuning tua, dan berbuih
c. Kebiasaan: merokok, minum alkohol, obat-obatan terlarang, dan
sebagainya
d. Seksualitas: impoten, libido menurun, menstruasi menghilang
2. Data Objektif
a. Tanda vital tekanan darah menunjukkan tekanan darah ortostatik
b. Kulit dan sklera ikterik, petekie, hematoma, luka bekas garukan, spider
angioma, eritema palmar, dilatasi pembuluh darah bagian atas dan
bawah tubuh, edema, ginekomastia
c. Abdomen: gerakan peristaltis (auskultasi, distensi abdomen, nyeri
tekan, pembesaran hepar dan limpa, asites, dilatasi vena pada abdomen
(kaput medusae), perut membesar, nyeri tekan kuadran atas, hepar
teraba benjal-benjol
d. Neuromuskular:pengecilan otot-otot, koordinasi berkurang, tremor,
perubahan orientasi
e. Lemah, pucat, hemoglobin, leukosit, trombosit menurun, asites positif,
icterus positif, malas kurang aktivitas, edema positif, billirubin
meningkat, albumin menurun, protombin time memanjang
3.1.5 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan posisi tubuh yang dapat
menghambat expansi paru (00032)
Domain 4.Activity/Rest
Class 4.Cardiovascular/Pulmonary Responses
Definisi : Inspirasi dan / atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
yang cukup
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan kurang dari rekomendasi harian (RDA) (00002)
19
Domain 2.Nutrition
Class 1.Ingestion
Definisi:Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan terganggunya mekanisme
pengaturan (penurunan plasma protein) (00026)
Domain 2.Nutrition
Class 5.Hydration
Definisi :Peningkatan isotonik retensi cairan.
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (pembesaran hati dan
asites) (00132)
Domain 12.Comfort
Class 1.Physical Comfort
Definisi : pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
yang dihubungkan dengan kerusakan jaringan yang nyata
dan potensial, atau digambarkan dalam istilah dari kerusakan
(International Association for the Study of Pain); onset yang
tiba-tiba atau lambat dari intensitas dari ringan sampai berat
dengan akhiran yang diantisipasi atau diprediksi
5. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan dalam
metabolism (peningkatan bilirubin) (00047)
Domain 11. Safety/Protection
Class 2. Physical Injury
Definisi : Rentan terhadap perubahan dalam epidermis dan atau
dermis yang dapat membahayakan
3.1.6 Intervensi
20
normal 16 20x/menit tentang penyedotan
(1-5) sekret.
2. Gunakan peralatan
2. (041502) irama
sekali pakai untuk satu
pernapasan kembali
kali tindakan.
normal(1-5) 3. Berikan tekanan
3. (041503) Kedalaman terendah dalam
inspirasi (1-4) menghisap sekret (80
4. (041504) auskultasi bunyi 120 mmHg untuk orang
nafas normal (ronchi dewasa).
hilang) (1-5) 4. Pantau adanya nyeri.
5. Pantau dan catat warna
5. (041520) akumulasi
sekret, jumlah dan
sputum berkurang (1-4)
konsistensi.
6. Auskultasi bunyi napas
sebelum dan sesuda
dilakukan suction.
Vital sign monitoring
(6680)
1. Pantau tekanan darah,
nadi, suhu, dan status
pernapasan.
2. Pantau suara paru
3. Pantau pola pernapasan
abnormal
4. Identifikasi
kemungkinan penyebab
perubahan tanda tanda
vital.
Respiratory monitoring (3350)
1. Memantau kecepatan, irama,
kedalaman, dan upaya
pernapasan
2. Pantau pola pernapasan (mis,
bradypnea, takipnea,
hiperventilasi,
Kussmaul pernapasan,
Cheyne-Stokes pernapasan,
21
apneustic, Biot respirasi, pola
ataxic)
3. Pantau adanya kelelahan otot
diafragma
4. Lakukan auskultasi bunyi
nafas
5. Lakukan auskultasi paru
setelah dilakukan perawatan
perawatan untuk dicatat
hasilnya
2. Ketidakseimban Tujuan : Nutritional monitoring (1160)
gan nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Mendapatkan pengukuran
kurang dari asuhan keperawatan selama antropometri dari komposisi
kebutuhan tubuh 2x24 jam, kebutuhan nutrisi tubuh
berhubungan pasien terserap untuk (Misalnya, indeks massa
dengan intake memenuhi kebutuhan tubuh, ukuran pinggang, dan
makanan kurang metabolik, dengan kriteria langkah-langkah lipatan kulit)
2. Monitoring berat badan pasien
dari hasil:
3. Monitor dalam penurunan
rekomendasi Nutritional status (1004)
berat badan
harian (RDA) 1. (100401) Asupan gizi 4. Pantau mual dan muntah
5. Pantau kalori dan asupan
(00002) pasien terpenuhi (15)
2. (100402) Asupan makanan
6. Pantau adanya pucat,
kebutuhan makanan
memerah, dan kering jaringan
terpenuhi (2-4)
3. (100408) Asupan cairan konjungtiva
7. Lakukan evaluasi menelan
terpenuhi sesuai
(misalnya, fungsi motorik
kebutuhan (14)
4. (100405) Berat badan wajah,
meningkat (14) lisan, dan lidah otot; refleks
Nutritional status: Nutrient menelan; dan refleks muntah)
8. Memantau kondisi mental
intake (1009)
(misalnya, kebingungan,
1. (100901) asupan kalori
depresi, dan kecemasan)
(14)
2. (100902) Asupam Protein Intubasi gastrointestinal (1080)
(14) 1. Jelaskan kepada pasien dan
3. (100904) Asupan
keluarga dalam penggunaan
22
Karbohidrat (14) tabung gastrointestinal
4. (100905) Vitamin asupan 2. Pilih jenis dan ukuran tabung
(14) nasogastrik yang sesuai
5. (100906) Mineral asupan
dengan klien
(14) 3. Masukkan tabung sesuai
dengan protokol lembaga
4. Berikan pasien segelas air
untuk menelan selama
memasukkan selang
nasogastrik.
5. Masukkan selang dengan
benar,amati tanda-tanda
dan gejala masuk trakea,
memeriksa warna dan / atau
tingkat pH
dari aspirasi, memeriksa
rongga mulut, dan / atau
mencatat penempatan.
26
nyeri, berapa lama akan
berlangsung, dan
ketidaknyamanan yang tidak
diantisipasi dari
prosedur
13. Pilih dan terapkan berbagai
macam langkah (mis,
farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
memfasilitasi bantuan nyeri,
yang sesuai
14. Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri
15. Ajarkan teknik
nonfarmakologi (misalnya,
biofeedback, TENS, ,
hipnotis, relaksasi,
perumpamaan terkendali,
terapi musik,
distraksi, terapi bermain,
terapi aktivitas, akupresur,
aplikasi panas/dingin dan
pijat) sebelum, sesudah, dan,
jika mungkin, selama
aktivitas menyakitkan;
sebelum nyeri terjadi atau
meningkat; dan bersama
dengan tindakan penghilang
nyeri lainnya
16. Jelajahi penggunaan metode
farmakologis pereda nyeri
pasien saat ini
17. Dorong pasien untuk
27
menggunakan obat
penghilang nyeriadekuat
18. Berkolaborasi dengan
pasien, orang penting
lainnya, dan professional
kesehatan lainnya untuk
memilih dan menerapkan
tindakan penghilang
nyeri,nonfarmakologi, yang
sesuai
5. Resiko Tujuan: Pruritus Management (3550)
gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan penyebab pruritus
integritas kulit asuhan keperawatan selama (mis, kontak dermatitis,
berhubungan 2x24 jam, klien tidak gangguan sistemik dan
dengan beresiko mengalami medikasi)
2. Lakukan pemfis untuk
perubahan gangguan integritas kulit,
mengidentifikasi gangguan
dalam dengan kriteria hasil:
kulit (mis, lesi, gelembung
metabolism Tissue Integrity: Skin &
air, ulser, dan luka gores)
(00047) Mucous Membranes (1101)
3. Berikan antipruritis, yang
1. (110102) Sensasi (2-4)
diindikasikan
2. (110111) Perfusi jaringan
4. Pasang balutan atau
(2-4)
membelat tangan atau siku
3. (110113) Integritas kulit
selama tidur untuk
(2-4)
4. (110103) Elastisitas (2-4) membatasi garukan yang
5. (110108) Tekstur (2-4)
tidak terkontrol
6. (110109) Ketebalan (2-4)
5. Instruksikan pasien untuk
Circulation Status (0401)
menjaga kuku jari mereka
1. (040120) Edema perifer
tetap pendek
(2-4)
Risk Identification (6610)
2. (040121) Asites (2-4)
1. Identifikasi resiko biologis,
Hydration (0602)
lingkungan, dan perilaku dan
1. (060201) Turgor kulit (2-
hubungan timbal baliknya
4)
2. Tentukan kebutuhan hidup
dasar
3. Tentukan pemenuhan dasar
28
dengan pengobatan medis
dan keperawatan
4. Ajarkan pada faktor resiko
dan rencana untuk
mengurangi resiko
5. Laksanakan aktivitas
pengurangan resiko
6. Rencanakan untuk
monitoring jangka panjang
resiko kesehatan
7. Rencanakan untuk tindak
lanjut jangka panjang dari
strategi dan aktivitas
pengurangan resiko
Skin Surveillance (3590)
1. Inspeksi kulit dan membran
mukosa untuk kemerahan,
kehangatan ekstrim, edema,
atau aliran
2. Observasi ekstrimitas dari
warna, kehangatan, bengkak,
nadi, teksture, edema, dan
ulserasi
3. Dokumentasikan perubahan
kulit dan membrane mukosa
4. Memulai langkah-langkah
untuk pencegahan
keburukan lebih lanjut (mis,
kasur dilapisi penutup,
pengaturan perubahan
posisi)
5. Ajarkan anggota keluarga /
caregiver tentang tanda-
tanda kerusakan kulit
3.1.7 Evaluasi Keperawatan (Hasil yang Diharapkan)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, hasil yang diharapkan pada pasien:
1. Tidak ada tanda peningkatan hidrotoraks, perkusi tidak menunjukkan
pekak, sinar-X toraks normal, bunyi napas normal
29
2. Haluaran urine lebih dari asupan, edema, dan ukuran lingkar abdomen
berkurang
3. Tidak ada tanda infeksi
4. Tidak ada tanda perdarahan
5. Asupan makanan yang seimbang
6. Pasien dapat menjelaskan:
a. Diet dan obatnya
b. Cara pencegahan perdarahan
BAB IV
4.1 Kasus
Tn. S umur 41 tahun berjenis kelamin lakilaki bekerja sebagai buruh di bawa ke
RS. Universitas Airlangga dengan keluhan pusing, mual, nafsu makan menurun dan
nyeri perut bagian kanan atas. Klien mengatakan mempunyai riwayat penyakit hepatitis
B satu tahun yang lalu. Keluarga klien mengatakan klien mempunyai kebiasaan buruk
suka minum alkohol. Klien juga mengatakan perutnya semakin membesar sehingga sulit
untuk bergerak dan susah untuk bernafas. Pasien mengatakan badannya terasa lemas
serta klien mengeluh badannya terasa gatal. Setelah dilakukan pemeriksaan BB sebelum
sakit: 69 kg dan BB setelah sakit: 58 kg, TB: 170 cm, TD: 100/80 mmHg, nadi:
100x/menit, RR:24x/menit, suhu: 37,5 C, nyeri tekan daerah epigastrium, skalanyeri: 6.
Terdapat ikterik, edema tungkai, asites, spider navi, hati terasa keras.Pada pemeriksaan
penunjang didapatkan SGOT 57 u/L, SGPT: 57 u/L, hipoalbumin 3,2 g/dL, anemia (Hb:
10), Protein total : 4,6 g/dL Bilirubin total : 2,7 mg/dl, Bilirubin direk : 0,6
mg/dl.Bilirubin indirek : 2,1 mg/dl, trombositopenia, input cairan : 2690 cc, output
cairan: 2420 cc.Hasil USG Abdomen: SirosisHepatis.
4.2 Pengkajian
1. IdentitasKlien
Nama : Tn. S
Umur : 41 tahun
JenisKelamin : Laki laki
Pekerjaan : Buruh
Agama : Kristen
Warga Negara : Indonesia
2. Keluhan Utama
Klien mengeluh mual dan nyeri perut bagian kanan atas.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
30
Tn. S mengeluh mual dan nyeri perut, perutnya sakit dan begah seperti ditusuk
tusuk. Nyeri muncul saat pasien melakukan aktifitas. Klien mengeluh perutnya
semakin membesar seperti orang hamil sehingga pasien sulit untuk bergerak dan
sulit untuk bernafas. Serta klien mengatakan tubuhnya terasa lemas.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan mempunyai riwayat penyakit hepatitis B satu tahun yang lalu.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ditemukan riwayat penyakit keluarga
6. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran : compos mentis
b. Tanda tanda vital :
BB sebelum: 69 kg, BBsaatini : 58 kg
TB : 170 cm
TD : 100/80 mmHg
Nadi : 100x/menit
RR : 24x/menit
Suhu : 37,5 C
c. Kepala
Simetris, pusing, benjolan tidak ada. Rambut tumbuh merata dan tidak ada
botak, rambut kering dan tidak rontok.
MK : resiko cedera
d. Wajah
Simetris, sianosis tidak ada, wajah menyeringai dan meringis karena
kesakitan.
MK : nyeri
e. Mata
Alis mata normal, kelopak mata normal, pupil isokor, sklera ikterus, tajam
penglihatan menurun
MK: gangguan penglihatan
f. Telinga
Tidak ada serumen, membran timpani normal
Tidak di temukan MK
g. Hidung
Pernafasan cuping hidung tidak ada, irama nafas ireguler, napas dangkal
MK : ketidakefektifan pola nafas
h. Mulut
Mukosa bibir tampak kering
MK: kekurangan volume cairan
i. Leher
Fungsi menelan normal, tidak ada pembesaran kalenjar tiroid, tidak ada
pembesaran vena jugularis, tidak ada kaku kuduk
Tidak ditemukan MK
j. Dada dan thorax
Inspeksi : bentuk dada simetris dan napas dangkal
Palpasi : tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara paru sonor
Auskultasi : terdapat ronchi
31
MK : ketidakefektifan pola nafas
k. Abdomen
Inspeksi : terdapat asites dan spider nevi
Auskultasi : bising usus 17x/menit, nyeri tekan daerah epigastrium
Palpasi : terdapat asites, hati terasa keras
Perkusi : tympani
MK : nyeri, kelebihan volume cairan
l. Ekstremitas
Atas : akral hangat, tidak ada luka dan tidak ada kelumpuhan
Bawah : tidak terjadi kelumpuhan, tidak ada luka
m. Genetalia : fungsi genitalia baik, tidak terpasang kateter
Tidak di temukan MK
n. Integumen : semua bagian tubuh terlihat kekuningan, kulit tampak kusam
dan kering serta turgor kulit menurun.
MK : kerusakan integritas kulit
7. Hasil laboratorium :
a. SGOT : 57 u/L (N : 3-45 u/L)
b. SGPT : 57 u/L (N : 5-41 u/L)
c. Albumin : 3,2 g/dL (N : 3,4-5,4 g/dL)
d. Protein total : 4,6 g/dL (N : 6,1-8,2)
e. Bilirubin total : 2,7 mg/dl (N : 0,2-1,0)
f. Bilirubin direk : 0,6 mg/dl (N : 0-0,2)
g. Bilirubin indirek : 2,1 mg/dl (N : 5-41)
4.3 Analisa Data
cc albumin
4. Output cairan : 2420
cc Retensicairan
Transudasicairandariint
raselkeinterstisial
Asites
Kelebihan volume
cairan
Perutpasienmembesar
Kelebihan volume
cairandalamtubuh
4.4 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan
1. Domain 4 : Activity/Rest
Class 4 : Cardiovascular/Pulmonary Responses
Diagnosa : Ketidakefektifanpolanafasberhubungandenganposisitubuh yang
dapatmenghambatexpansiparu (00032)
Definisi : Inspirasidan / atauekspirasi yang tidakmemberikanventilasi
yang cukup
NOC NIC
Tujuan : Medication administration : Nasal oxygen
Setelah dilakukan tindakan
asuhan Therapy (3320)
1. Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan
keperawatan selama 2x24 jam, status
2. Pertahankan jalan napas
pernafasan klien kembali normal. 3. Pantau aliran oksigen
4. Pantau efektifitas terapi oksigen
Kriteria hasil :
Airway suctioning (3160)
Respiratory Status (0415) 1. Informasikan kepada pasien dan keluarga
(041501) tingkat pernapasanklien tentang penyedotan secret
2. Gunakan peralatan sekali pakai untuk satu
kembali normal (16 20x/menit) (1-5)
35
(041502) irama pernapasan kembali kali tindakan
3. Berikan tekanan terendah dalam
normal (reguler) (1-5)
menghisap sekret (80 120 mmHg untuk
(041503) Kedalaman inspirasi (1-4)
orang dewasa).
(041504) auskultasi bunyi nafas normal
4. Pantau adanya nyeri.
(ronchihilang) (1-5) 5. Pantau dan catat warna sekret, jumlah dan
konsistensi
6. Auskultasi bunyi napas sebelum dan
sesudah dilakukan suction.
Vital sign monitoring (6680)
1. Pantau tekanan darah, nadi, suhu, dan
status pernapasan.
2. Pantau suara paru
3. Pantau pola pernapasan abnormal
4. Identifikasi kemungkinan penyebab
perubahan tanda tanda vital.
Respiratory monitoring (3350)
1. Memantau kecepatan, irama, kedalaman,
dan upaya pernapasan
2. Pantau pola pernapasan (mis, bradypnea,
takipnea,hiperventilasi,Kussmaul
pernapasan, Cheyne-Stokes pernapasan,
apneustic, Biotrespirasi, pola ataxic)
3. Pantau adanya kelelahan otot diafragma
4. Lakukan auskultasi bunyi nafas
6. Lakukan auskultasi paru setelah dilakukan
perawatan,untuk dicatat hasilnya
2. Domain 2 : Nutrition
Class 1 : Ingestion
Diagnosa : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake makanan kurang dari rekomendasi harian (RDA)
(00002)
Definisi : Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.
NOC NIC
Tujuan : Nutritional monitoring (1160)
Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Lakukan pengukuran
keperawatan selama 2x24 jam, antropometri dari komposisi tubuh
36
kebutuhan nutrisi pasien terserap untuk (Misalnya, indeks massa tubuh,
memenuhi kebutuhan metabolik, dengan ukuran pinggang, dan langkah-
kriteria hasil: langkah lipatan kulit)
2. Monitoring berat badan pasien
Nutritional status(1004)
3. Monitor dalam penurunan berat
1. (100401) Asupan gizi pasien
badan
terpenuhi (15) 4. Pantau mual dan muntah
2. (100402) Asupan kebutuhan 5. Pantau kalori dan asupan
makanan terpenuhi (2-4) makanan
3. (100408) Asupan cairan terpenuhi 6. Pantau adanya pucat, memerah,
sesuai kebutuhan (14) dan kering jaringan konjungtiva
4. (100405) Berat badan meningkat 7. Lakukan evaluasi menelan
dapat mencapai berat badan ideal. (misalnya, fungsi motorik wajah,
Berat badan ideal pasien = 63 kg lisan, dan lidah otot; refleks
(14) menelan; dan refleks muntah)
8. Memantau kondisi mental
Nutritional status: Nutrient intake
(misalnya, kebingungan, depresi,
(1009)
dan kecemasan)
1. (100901) asupan kalori yang
Intubasi gastrointestinal (1080)
dibutuhkan klien 1890 kkal per
1. Jelaskan kepada pasien dan
hari (14)
2. (100902) Asupam Protein yang keluarga dalam penggunaan
dibutuhkan klien 378 kkal per tabung gastrointestinal
2. Pilih jenis dan ukuran tabung
hari (14)
3. (100904) Asupan Karbohidrat 1. nasogastrik yang sesuai dengan
228, 5 kkal per hari (1-4) klien
3. Masukkan tabung sesuai dengan
protokol lembaga
4. Berikan pasien segelas air untuk
menelan selama memasukkan
selang nasogastrik
5. Masukkan selang dengan
benar,amati tanda-tanda
dan gejala masuk trakea,
memeriksa warna dan / atau
tingkat pH dari aspirasi,
memeriksa rongga mulut, dan /
atau mencatat penempatan.
Nutritional counseling (5246)
37
1. Diskusikan kebutuhan gizi dan
persepsi pasien sesuai dengan diet
yang dianjurkan.
2. Diskusikan dengan pasien makan
yang disukai dan makanan yang
tidak disukai
3. Gunakan standar gizi untuk
membantu klien dalam
mengevaluasi kecukupan asupan
makanan
Nutritional therapy (1120)
1. Bekerja sama dengan ahli gizi
untuk menentukan jenis nutrisi
yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan klien.
2. Pilih suplemen gizi yang sesuai
3. Pastikan makanan mengandung
serat tinggi untuk mencegah
terjadinya konstipasi
4. Berikan makanan tinggi protein
kepada pasien
5. Hidangkan makanan dengan
penyajian yang menarik
6. Oral hygiene sebelum makan
3.Domain 2 : Nutrition
Class 5 : Hydration
Diagnosa :Kelebihan volume cairan berhubungan dengan terganggunya
mekanisme pengaturan (penurunan plasma protein) (00026)
Definisi : Peningkatan isotonik retensi cairan
NOC NIC
Tujuan : Fluid Management (4120)
Setelah dilakukan 1. Memberikan diuretic sesuai anjuran dokter, yang
tindakan asuhan sesuai
2. Monitor indikasi dari overload/retensi (asites), yang
keperawatan selama
sesuai
38
2x24 jam, volume cairan 3. Mempertahankankeakuratancatatan intake dan
dalam tubuh klien output
4. Konsultasidokterjikatandadangejaladarikelebihan
berkurang atau kembali
volume cairanmenetapataulebihburuk
normal, dengan kriteria
Fluid Monitoring (4130)
hasil:
1. Monitor serum albumin dan level total protein
Fluid Balance (0601)
2. Monitor tandadangejalaasites
1. (060101) Ascites
3. Berikanagenfarmakologiuntukmeningkatkan output
(1-4)
2. (060107) urin
Keseimbangan 4. Batasiasupannatriumdancairan
intake dan output 5. Monitor intake dan output
dalam 24 jam (1- Vital Signs Monitoring (6680)
4) 1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan
3. (060116) Turgor
status, yang sesuai
kulit (1-4)
2. pernapasan dan irama (misalnya, kedalaman dan
simetri)
3. Memantau pola pernapasan abnormal
4. Monitor warna kulit, suhu, dan kelembaban
4. Domain 12 : Comfort
Class 1 : Physical Comfort
Diagnosa :Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
(pembesaran hati dan asites) (00132)
Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang dihubungkan dengan kerusakan jaringan yang nyata dan
potensial, atau digambarkan dalam istilah dari kerusakan (International
Association for the Study of Pain); onset yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas
dari ringan sampai berat dengan akhiran yang diantisipasi atau diprediksi
NOC NIC
Tujuan: Pain Management (1400)
Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Lakukan pengkajian
39
keperawatan selama 2x24 jam, nyeri komprehensif dari nyeri untuk
yang dirasakan pasien dapat berkurang memasukkan lokasi, karakteristik,
atau hilang, dengan kriteria hasil: onset/durasi, frekuensi, kualitas,
Pain Control (1605) intensitas atau keparahan nyeri
1. (160502) Mengenal onset nyeri dan faktor pencetus
(2-4) 2. Amati isyarat nonverbal dari
2. (160501) Menggambarkan
ketidaknyamanan, terutama pada
faktor penyebab (2-4)
mereka
3. (160509) Mengenal gejala
tidak dapat berkomunikasi secara
yang berhubungan dengan
efektif
nyeri (2-4)
4. (160503) Menggunakan 3. Yakinkan pasien peduli analgesik
langkah-langkah pencegahan 4. Gunakan strategi komunikasi
(1-4) terapeutik untuk mengakui
5. (160504) Menggunakan non-
pengalaman nyeri dan
analgesik (2-4)
menyampaikan penerimaan
6. (160505) Menggunakan
respon pasien
analgesic yang
terhadap nyeri
direkomendasikan (2-4)
7. (160513) Melaporkan 5. Jelajahi pengetahuan dan
perubahan gejala nyeri pada keyakinan pasien tentang nyeri
professional kesehatan (1-4) 6. Pertimbangkan pengaruh budaya
8. (160507) Melaporkan gejala
pada respon nyeri
yang tidak terkontrol pada
7. Tentukan dampak dari
professional kesehatan (1-4)
pengalaman nyeri terhadap
9. (160511) Melaporkan nyeri
kualitas hidup
yang terkontrol (1-4)
(Mis, tidur, nafsu makan,
Pain Level (2102)
aktivitas, kognisi, suasana hati,
1. (210204) Panjang episode
hubungan,
nyeri (2-4)
kinerja kerja, dan tanggung jawab
2. (210208) Kegelisahan (1-4)
peran)
3. (210217) Mengerang dan
8. Evaluasi, dengan pasien dan tim
menangis (2-4)
perawatan kesehatan,
4. (210206) Ekspresi wajah
efektivitas tindakan pengendalian
kesakitan (2-4)
nyeri masa lalu yang telah
5. (210221) Menggosok daerah
digunakan
yang terpengaruh (1-4)
40
6. (210215) Kehilangan nafsu 9. Membantu pasien dan keluarga
makan (2-4) untuk mencari dan memberikan
7. (210228) Intoleransi makanan dukungan
(2-4) 10. Memanfaatkan metode penilaian
sesuai dengan tahapan
perkembangan yang
memungkinkan untuk
pemantauan perubahan nyeri dan
yang akan membantu dalam
mengidentifikasi faktor-faktor
pencetus yang aktual dan
potensial (misalnya, aliran
grafik, catatan harian)
11. Tentukan frekuensi yang
diperlukan untuk membuat
pengkajian tentang
kenyamanan pasien dan
melaksanakan rencana
pemantauan
12. Sediakan informasi tentang nyeri,
seperti penyebab
nyeri, berapa lama akan
berlangsung, dan
ketidaknyamanan yang tidak
diantisipasi dari
prosedur
13. Pilih dan terapkan berbagai
macam langkah (mis,
farmakologi,
nonfarmakologi, interpersonal)
untuk memfasilitasi bantuan
nyeri, yang sesuai
14. Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri
41
15. Ajarkan teknik nonfarmakologi
(misalnya, biofeedback, TENS, ,
hipnotis, relaksasi, perumpamaan
terkendali, terapi musik,
distraksi, terapi bermain, terapi
aktivitas, akupresur, aplikasi
panas/dingin dan pijat) sebelum,
sesudah, dan, jika mungkin,
selama
aktivitas menyakitkan; sebelum
nyeri terjadi atau meningkat; dan
bersama dengan tindakan
penghilang nyeri lainnya
16. Jelajahi penggunaan metode
farmakologis pereda nyeri pasien
saat ini
17. Dorong pasien untuk
menggunakan obat penghilang
nyeriadekuat
18. Berkolaborasi dengan pasien,
orang penting lainnya, dan
professional kesehatan lainnya
untuk memilih dan menerapkan
tindakan penghilang nyeri ,
nonfarmakologi, yang sesuai
5. Domain 11 :Safety/Protection
Class 2 :Physical Injury
Diagnosa :Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
dalam metabolisme (00047)
Definisi : Rentan terhadap perubahan dalam epidermis dan atau dermis
yang dapat membahayakan kesehatan.
NOC NIC
Tujuan: Pruritus Management (3550)
Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Tentukan penyebab pruritus (mis,
42
keperawatan selama 2x24 jam, klien kontak dermatitis, gangguan
tidak beresiko mengalami gangguan sistemik dan medikasi)
2. Lakukan pemfis untuk
integritas kulit, dengan kriteria hasil:
mengidentifikasi gangguan kulit
Tissue Integrity: Skin & Mucous
(mis, lesi, gelembung air, ulser,
Membranes (1101)
dan luka gores)
1. (110102) Sensasi (2-4)
3. Berikan antipruritis, yang
2. (110111) Perfusi jaringan (2-4)
3. (110113) Integritas kulit (2-4) diindikasikan
4. (110103) Elastisitas (2-4) 4. Pasang balutan atau membelat
5. (110108) Tekstur (2-4)
tangan atau siku selama tidur
6. (110109) Ketebalan (2-4)
untuk membatasi garukan yang
Circulation Status (0401)
tidak terkontrol
1. (040120) Edema perifer (2-4)
5. Instruksikan pasien untuk
2. (040121) Asites (2-4)
menjaga kuku jari mereka tetap
Hydration (0602)
pendek
1. (060201) Turgor kulit (2-4)
Risk Identification (6610)
8. Identifikasi resiko biologis,
lingkungan, dan perilaku dan
hubungan timbal baliknya
9. Tentukan kebutuhan hidup dasar
10. Tentukan pemenuhan dasar
dengan pengobatan medis dan
keperawatan
11. Ajarkan pada faktor resiko dan
rencana untuk mengurangi resiko
12. Laksanakan aktivitas
pengurangan resiko
13. Rencanakan untuk monitoring
jangka panjang resiko kesehatan
14. Rencanakan untuk tindak lanjut
jangka panjang dari strategi dan
aktivitas pengurangan resiko
Skin Surveillance (3590)
1. Inspeksi kulit dan membran
mukosa untuk kemerahan,
kehangatan ekstrim, edema, atau
aliran
2. Observasi ekstrimitas dari warna,
43
kehangatan, bengkak, nadi,
teksture, edema, dan ulserasi
3. Dokumentasikan perubahan kulit
dan membrane mukosa
4. Memulai langkah-langkah untuk
pencegahan keburukan lebih
lanjut (mis, kasur dilapisi
penutup, pengaturan perubahan
posisi)
5. Ajarkan anggota keluarga /
caregiver tentang tanda-tanda
kerusakan kulit
4.5 Evaluasi
44
Senin/ 06 Dx. 3 (Kelebihan 1. Batasi asupan natrium S: Pasien
November volume cairan dan cairan mengatakan
2. Monitor intake dan
2016/ 08.00 berhubungan dengan badannya masih
output
WIB terganggunya lemas dan prutnya
3. Monitor tanda dan
mekanisme pengaturan masih tarasa begah.
gejala asites
(penurunan plasma 4. Monitor warna kulit, O: K/U cukup
protein) suhu, dan kelembaban Turgor kulit buruk.
A: masalah teratasi
sebagian
P: Rencana
dilanjutkan
1.Monitor intake
dan output cairan.
Ukur kehilangan
gastrointestinal dan
Perkirakan
kehilangan tak
kasat mata, contoh;
keringatdll.
2.Monitor edema
dan asites.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
46
Sirosis hepatis adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis
hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilangnya sebagian besar fungsi
hepar. Penyebab sirosis antara lain adalah infeksi misalnya hepatitis dan obstruksi
saluran empedu yang menyebabkan penimbunan empedu di kanalikulus dan ruptur
kanalikulus, atau cedera hepatosit akibat toksin. Manifestasi dari sirosis hepatis berupa
Pembesaran Hati ( hepatomegali ), Obstruksi Portal dan Asites, Varises
Gastroinstestinal , Varises Gastroinstestinal , Defisiensi Vitamin dan Anemia. Jenis
sirosis hepatis meliputi Sirosis Laennec, Sirosis Pascanekrotik, Sirosis Bilier, Sirosis
Cardiac. Pemeriksaaan diagnostic yang dapat dilakukan meliputi Skan/biopsy hati,
esofagoskopi, portografi Transhepatik perkutaneus dan kolesistografai/kolangiografi.
Penatalakasanaan dari siroris hepatis meliputi simtomatis,supportif, pengobatan yang
spesifik dari sirosis hati akan diberikan jika telah terjadi komplikasi. Komplikasi dari
penyakit ini dapat berupa perdarahan gastrointestinal, koma hepatikum, ulkus peptikum,
karsinoma hepatosellural. Prognosis sirosis hati sangat bervariasi dipengaruhi oleh
sejumlah faktor, meliputi etiologi, beratnya kerusakan hati, komplikasi, dan penyait lain
yang menyertai.
Daftar Pustaka
Baradero Mary. 2008. Klien Gangguan Hati: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
47
Schuppan D., dan Afdhal N.H., 2008, Liver Cirrhosis, The Lancet, 371(9615), h.838-51
Nurdjanah, S.2006. Sirosis Hati dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam , edisi IV jilid
II,
Jakarta, Pusat penerbitan Departemen Ilmu penyakit dalam FK UI
Sihotang, L.E. 2010. Kadar Adiponektin Plasma Pada Tingkatan Keparahan Sirosis
Hati. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara RSUP H. Adam Malik/ RSUD Dr. Pirngadi. Tesis.
Availablefrom:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20916/4/C
hapter%2 0II.pdf. [Accesed : 1 oktober 2016]
Black & Hawks. 2005. Medical surgical nursing : Clinical management for positive
outcome. St.Louis : Elvier Saunders
Brunner & Suddarth. 2008. Textbook of medical surgical nursing, eleventh edition.
Philadelpia : Lippincott William & Wilkins
48
Diakses pukul 19.00 hari minggu 06 november 2016.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/56457/4/Chapter
%20II.pdf
49