Anda di halaman 1dari 24

Memberikan obat melalui suntikan intracutan atau intradermal adalah suatu

tindakan membantu proses penyembuhan melalui suntikan ke dalam


jaringan kulit atau intra dermis.

TUJUAN
1. Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan
dokter.
2. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan
dalam pemberian obat.
3. Membantu menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu
(misalnya tuberculin tes).
4. Menghindarkan pasien dari efek alergi obat ( dengan skin test).
5. Indikasi
6. Injeksi biasanya dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau
bekerjasama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral.
Apabila klien tidak sadar atau bingung, sehingga klien tidak mampu menelan
atau mempertahankan
obatd i b a w a h l i d a h . O l e h k a r e n a i t u , u n t u k m e m e n u h i k e b u t u h a n o b a t
klien dilakukan

KEPERAWATAN

Selasa, 07 Februari 2012

PRINSIP PEMBERIAN OBAT

BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat-obatan yang aman.


Perawat juga harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian
obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau
jelas/dosis yang diberikan diluar batas yang direkomendasikan.

Adapun prinsip-prinspi pemberian obat yang benar meluputi 6 hal, yaitu :


Benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu, benar rute dan benar
dokumentasi. Benar pasien dapat dipastikan dengan memeriksa identitas
pasien dan harus dilakukan setiap akan memberikan obat. Benar obat
memastikan pasien setuju dengan obat yang telah diresepkan berdasarkan
kategori perintah pemberian obat, yaitu :perintah tetap (standing order),
perintah satu kali (single order), perintah PRN (jika perlu), perintah stat
(segera). Benar dosis adalah dosis yang diresepkan pada pasien tertentu.
Benar waktu adalah saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan.
Benar rute disesuaikan dengan tingkat penyerapan tubuh pada obat yang
telah diresepkan. Benar dokumentasi meliputi nama, tanggal, waktu, rute,
dosis dan tanda tangan atau insial petugas.

Tujuan

a. Mengetahui prinsip-prinsp pemberian obat

b. Mengetahui pedoman pemberian obat


BAB II

PEMBAHASAN

PRINSIP-PRINSIP PEMBERIAN OBAT

Pemberian obat dibagi menjadi 3,yaitu : formulasi, cara pemberian obat, dan
regimen dosis.

I. Formulasi

Formulasi obat tergantung pada faktor-faktor :

Penghalang yang dapat dilewati oleh obat.


Keadaan saat obat akan digunakan.

Mendesaknya situasi medis.

Kestabilan obat.

Efek lintasan pertama.

II. Cara pemberian obat :

Cara pemberian obat meliputi :

Oral ( PO ) : paling cocok untuk obat-obat yang diberikan sendiri.

Sublingual : absorpsinya baik melalui jaringan kapiler di bawah lidah.

Rektal (PR ): berguna untuk pasien yang tidak sadar atau muntah-muntah
atau anak kecil

Cara pemberian obat secara tradisional/ parenteral ( sekitar saluran


pencernaan ) :

Intravena ( IV ) : awitan ( onset ) kerjanya cepat karena obat disuntikkan


langsung kedalam aliran darah.

Intramuskular ( IM ) : obat melalui dinding kapiler untuk memasuki aliran


darah.

Subkutan ( SubQ,SC ) : obat disuntikkan dibawah kulit dan menembus


dinding kapiler untuk memasuki aliran darah
Inhalasi : secara umum absorpsinya cepat.

Topikal : berguna untuk pemberian obat-obat lokal, khusus nya yang


mempunyai efek toksik jika diberikan secara sistemik.

Transdermal : sedikit obat-obatan yang dapat diformulasikan sedemikian


sehingga koyo yang berisi obat tersebut ditempelkan kekulit.

III. Regimen Dosis

Tiga regiman dosis yang umum diperbandingkan :

Dosis tunggal :

Plasma : konsentrasi obat dalam plasma meningkat saat obat didistribusikan


kedalam aliran darah, kemudian turun saat obat didistribusikan ke jaringan,
dimetabolisme, dan di eskresi.

Oral : obat yang diberika secara oral mencapai konsentrasi plasma puncak
lebih lambat dari pada obat yang diberikan secara intra vena.

Infus kontinu ( IV ) : keadaan stabil ( keseimbangan ) konsentrasi obat dalam


plasma di capai setelah infus kontinu selama 4-5 waktu paruh.

Dosis intermiten : sebuah obat harus diberikan selama 4-5 waktu paruh
sebelum tercapai keadaan stabil ( keseimbangan )

Puncak adalah nilai-nilai tinggi pada fluktuasi. Efek toksik paling mungkin
terjadi selama konsentrasi puncak obat.

Lembah adalah nilai-nilai rendah pada fluktuasi. Kurangnya efek obat paling
mungkin terjadi selama konsentrasi lembah obat.

Berikut ini yang dimaksud waktu paruh, ialah :

Waktu paruh adalah jumlah waktu yang dibutuhkan oleh konsentrasi suatu
obat dalam plasma untuk turun menjadi 50% setelah penghentian obat.

Waktu paruh distribusi ( t ) mencerminkan penurunan konsentrasi obat


dalam plasma yang cepat saat suatu dosis obat didistribusikan diseluruh
tubuh.

Waktu paruh eliminasi (t ) sering kali jauh lebih lambat, mencerminkan


metabolisme dan ekskresi obat.

Kadar terapeutik obat dapat dicapai lebih cepat dengan memberikan dosis
muatan yang di ikuti dengan dosis rumatan. Dosis rumatan adalah dosis
awal obat yang lebih tinggi dari dosis-dosis selanjutnya dengan tujuan
mencapai kadar obat terapeutik dalam serum dengan cepat. Dosis rumatan
merupakan dosis obat yang mempertahankan konsentrasi plasma dalam
keadaan stabil pada rentang terapeutik.

Regimen dosis ( cara, jumlah, dan frekuensi) pemberian obat mempengaruhi


awitan dan durasi ( lama ) kerja obat. Awitan adalah jumlah waktu yang
diperlukan oleh suatu obat untuk mulai bekerja. Durasi adalah lamanya
waktu suatu obat bersifat terapeutik.

PROSEDUR PEMBERIAN OBAT

A. PENGERTIAN OBAT
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau
binatang sebagai perawatan atau pengobatan bahkan pencegahan terhadap
berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuh.

Pada aspek obat ada beberapa istilah yang penting kita ketahui diantaranya:
nama generic yang merupakan nama pertama dari pabrik yang sudah
mendapatkan lisensi, kemudian ada nama resmi yang memiliki arti nama di
bawah lisensi salah satu publikasi yang resmi, nama kimiawi merupakan
nama yang berasal dari susunan zat kimianya seperti acetylsalicylic acid
atau aspirin, kemudian nama dagang ( trade mark) merupakan nama yang
keluar sesuai dengan perusahaan atau pabrik dalam menggunakan symbol
seperti ecortin, bufferin, empirin, anlagesik, dan lain-lain.

Obat yang digunakan sebaiknya memenuhi berbagai standar persyaratan


obat diantaranya kemurnian, yaitu suatu keadaan yang dimiliki obat karena
unsure keasliannya, tidak ada pencampuran dan potensi yang baik.selain
kemurnian, obat juga harus memiliki bioavailibilitas berupa keseimbangan
obat, keamanan, dan efektifitas

B. REAKSI OBAT

Sebagai bahan atau benda asing yang masuk kedalam tubuh obat akan
bekerja sesuai proses kimiawi, melalui suatu reaksi obat. Reaksi obat dapat
dihitung dalam satuan waktu paruh yakni suatu interval waktu yang
diperlukan dalam tubuh untuk proses eliminasi sehingga terjadi pengurangan
konsentrasi setengah dari kadar puncak obat dalam tubuh.

Adapun faktor yang mempengaruhi reaksi obat yaitu :

1. Absorbs obat

2. Distribusi obat
3. Metabolisme obat

4. Eksresi sisa

Ada 2 efek obat yakni efek teurapeutik dan efek samping. Efek terapeutik
adalah obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai
kandungan obatnya seperti paliatif ( berefek untuk mengurangi gejala),
kuratif ( memiliki efek pengobatan) dan lain-lain. Sedangkan efek samping
adalah dampak yang tidak diharapkan, tidak bias diramal, dan bahkan
kemungkinan dapat membahayakan seperti adanya alerg, toksisitas
( keracunan), penyakit iatrogenic, kegagalan dalam pengobatan, dan lain-
lain.

C. PERSIAPANN PEMBERIAN OBAT

Ada 6 persyaratan sebelum pemberian obat yaitu dengan prinsip 6 benar :

1. Tepat Obat

Sebelum mempersipakan obat ketempatnya bidan harus memperhatikan


kebenaran obat sebanyak 3 kali yaitu ketika memindahkan obat dari tempat
penyimpanan obat, saat obat diprogramkan, dan saat mengembalikan
ketempat penyimpanan.

Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama
dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama
generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama
generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien,
label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat
membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label
botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke
rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus
dikembalikan ke bagian farmasi.

Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat


memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini
membantu mengingat nama obat dan kerjanya.

2. Tepat Dosis

Untuk menghindari kesalahan pemberian obat, maka penentuan dosis harus


diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus
dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit atau sendok khusus, alat untuk
membelah tablet dan lain-lain sehingga perhitungan obat benar untuk
diberikan kepada pasien.

3. Tepat pasien

Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan
dengan cara mengidentifikasi kebenaran obat dengan mencocokkan nama,
nomor register, alamat dan program pengobatan pada pasien.

Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di


tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau
keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non
verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak
sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus
dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada
keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.

4. Tepat cara pemberian obat/ rute

Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien,
kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat
kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral,
topikal, rektal, inhalasi.

1. Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak
dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga
diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.

2. Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti


disamping, enteronberarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak
melalui saluran cerna, yaitu melalui vena (perset / perinfus).

3. Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa.


Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata.

4. Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau
supositoria yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan
untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid
(anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat
perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam
bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk
supositoria.
5. Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran
nafas memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian
berguna untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya
salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan
darurat misalnya terapi oksigen.

5. Tepat waktu

Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengna waktu yang


diprogramkan , karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat
menimbulkan efek terapi dari obat.

Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung


untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika
obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang
diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian
antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat
mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang
harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan
pada lambung misalnya asam mefenamat.

6. Tepat pendokumentasian

Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute,


waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak
meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat
alasannya dan dilaporkan.

D. PERHITUNGAN DOSIS OBAT

Dosis pada Bayi dan Anak Balita

Pembagian dosis obat pada bayi dan anak balita dibedakan berdasarkan 2
standar, yaitu berdasarkan luas permukaan tubuh dan berat badan.

a. DM tercantum berlaku untuk orang dewasa, bila resep mengandung obat


yang ber-DM, tanyakan umurnya.

b. Bila ada zat yang bekerja searah, harus dihitung DM searah (dosis
ganda).

c. Urutan melihat daftar DM berdasarkan Farmakope Indonesia edisi


terakhir (FI. Ed.III, Ekstra Farmakope, FI. Ed.I, Pharm. Internasional, Ph. Ned.
Ed. V, CMN dan lain-lain).
d. Setelah diketahui umur pasien, kalau dewasa langsung dihitung, yaitu
untuk sekali minum : jumlah dalam satu takaran dibagi dosis sekali dikali
100%.

Begitu juga untuk sehari minum : jumlah sehari dibagi dosis sehari dikali
100%.

e. Dosis Maksimum (DM) searah : dihitung untuk sekali dan sehari.

f. Cara menghitung Dosis Maksimum (DM) untuk oral berdasarkan :

1. Young

Untuk umur 1-8 tahun dengan rumus :

Da = n/ n +12 x Dd (mg) tidak untuk anak > 12 tahun


n = umur dalam tahun

2. Dilling

Untuk umur di atas 8 tahun dengan rumus :

Da = n / 20 + Dd ( mg )

n = umur dalam tahun

3. Gaubius

Da = 1/12 + Dd ( mg ) ( untuk anak sampai umur 1 tahun )

Da = 1/8 + Dd ( mg ) ( untuk anak 1-2 tahun )

Da = 1/6 + Dd ( mg ) ( untuk anak 2-3 tahun )

Da = 1/ 4 + Dd ( mg ) ( untuk anak 3-4 tahun )

Da = 1/3 + Dd ( mg ) ( untuk anak 4 7 tahun )

4. Fried

Da = m/150 x Dd ( mg )

5. Sagel
Da = (13 w + 15)/100 + Dd ( mg ) ( umur 0 20 minggu )

Da = ( 8w + 7)/100 + Dd ( mg ) ( umur 20 52 minggu )

Da = ( 3w+ 12)/100 + Dd ( mg ) ( umur 1-9 minggu )

6. Clark

Untuk umur <1tahun

Da = w anak/ w dewasa x Dd

7. Berdasarkan area permukaan tubuh :


Dosis anak = area permukaan tubuh anak/ 1,7 mm x dosis dewasa normal

E. Cara Penyimpanan Obat

Dalam menyimpan obat harus diperhatikan tiga faktor utama, yaitu :

1. Suhu, adalah faktor terpenting, karena pada umumnya obat itu bersifat
termolabil (rusak atau berubah karena panas), untuk itu perhatikan cara
penyimpanan masing-masing obat yang berbeda-beda. Misalnya insulin,
supositoria disimpan di tempat sejuk < 15C (tapi tidak boleh beku), vaksin
tifoid antara 2 10C, vaksin cacar air harus < 5C.

2. Posisi, pada tempat yang terang, letak setinggi mata, bukan tempat
umum dan terkunci.

3. Kedaluwarsa, dapat dihindari dengan cara rotasi stok, dimana obat


baru diletakkan dibelakang, yang lama diambil duluan. Perhatikan perubahan
warna (dari bening menjadi keruh) pada tablet menjadi basah / bentuknya
rusak.

F. TEKNIK PEMBERIAN OBAT

1. Pemberian Obat per Oral

Merupakan cara pemberian obat melalui mulut dengan tujuan mencegah,


mengobati, mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.
Alat dan bahan :

a. Daftar buku obat

b. bat dan tempatnya

c. Air minum ditempatnya

Prosedur kerja :

1) Cuci tangan

2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

3) Baca obat, dengna berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat
waktu, tepat kerja, dan tepat pendokumentasian.

4) Bantu untuk meminumnya:

a. Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol, maka
tuangkan jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke
tempat obat. Jangan sentuh obat dengan tangan. Untuk obat berupa kapsul
jangan dilepaskan pembungkusnya.

b. Kaji kesulitan menelan, bila ada jadikan tablet dalam bentuk bubuk dan
campur dengan minuman

c. Kaji denyut nadi dna tekanan darah sebelum pemberian obat yang
membutuhkan pengkajian.

5) Catat perubahan, reaksi terhadap pemberian obat dan evaluasi respon


terhadap obat dengan mencatat hasilpemberian obat

6) Cuci tangan

2. Pemberian Obat via Jaringan Intrakutan

Merupakan cara memberikan atau memasukkan obat ke dalam jaringan kulit


dengan
Tujuan
Pemberian obat intra kutan bertujuan untuk melakukan skintest atau tes
terhadap reaksi alergi jenis obat yang akan digunakan. Pemberian obat
melalui jaringan intra kutan ini dilakukan di bawah dermis atau epidermis,
secara umum dilakukan pada daerah lengan tangan bagian ventral.

Hal-hal yang perlu diperhatikan

a. Tempat injeksi

b. Jenis spuit dan jarum yang digunakan

c. Infeksi yang mungkin terjadi selama infeksi


d. Kondisi atau penyakit klien

e. Pasien yang benar

f. Obat yang benar

g. Dosis yang benar

h. Cara atau rute pemberian obat yang benar

i. Waktu yang benar

Indikasi dan Kontra Indikasi

Indikasi : bisa dilkakukan pada pasien yang tidak sadar, tidak mau bekerja
sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, tidak
alergi. Lokasinya yang ideal adalah lengan bawah dalam dan pungguang
bagian atas.

Kontra Indikasi : luka, berbulu, alergi, infeksi kulit

Alat dan bahan:

a. Daftar buku obat / catatan, jadual pemberian obat

b. Obat dalam tempatnya

c. Spuit 1 cc / spuit insulin

d. Kapas alcohol dalam tempatnya

e. Cairan pelarut
f. Bak steril dilapisi kasa steril ( tempat spuit )

g. Bengkok

h. Perlak dan alasnya

i. Jarum cadangan

Prosedur Kerja:

1) Cuci tangan

2) Jelaskan prsedur yang akan dilakukan

3) Bebas kan daerah yang kan disuntik, bila menggunakan bau lengan
panjang buka dan keataskan

4) Pasang perlak atau pengalas ibawah bagian yang akan disuntik

5) Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan / encerkan dengan


aquades ( cairan pelarut) kemudian ambil 0.5 cc dan encerkan lagi sampai
kurang lebih 1 cc, dan siapkan pada bak instrument atau injeksi.

6) Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan


suntikan

7) Tegangkan dengan tangan kiri atau daerah yang akan disuntik

8) Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan sudut 15-


20 derajat dengan permukaan kulit.

9) Semprotkan obat hingga terjadi gelembung

10) Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase

11) Catat reaksi pemberian

12) Cuci tangan dan catat hasil pemberina obat / test obat, tanggal, waktu,
dan jnis obat.

Daerah Penyuntikan

Dilengan bawah : bagian depan lengan bawah 1/3 dari lekukan siku atau 2/3
dari pergelangan tangan pada kulit yang sehat, jauh dari PD.

Di lengan atas : 3 jari di bawah sendi bahu, di tengah daerah muskulus


deltoideus.
3. Pemberian Obat via Jaringan Subkutan

Merupakan cara memberikan obat melalui suntikan dibawah kulit yang dapat
dilakukan pada daerah lengan atas sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu,
paha sebelah luar, daerah dada, dan daerah sekitar umbilicus ( abdomen ).

Tujuan
Pemberian obat melalui subkutan ini biasanya dilakukan dalam program
pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah.
Pemberian insulin terdapat 2 tipe larutan : yaitu jernih dan keruh. Larutan
jernih dimaksudkan sebagai insulin tipe reaksi cepat ( insulin regular ) dan
larutan yang keruh karena adanya penambahan protein sehingga
memperlambat absorbs obat atau juga termasuk tipe lambat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan

a. Tempat injeksi

b. Jenis spuit dan jarum suntik yang akan digunakan

c. Infeksi nyang mungkin terjadi selama injeksi

d. Kondisi atau penyakit klien

e. Apakah pasien yang akan di injeksi adalah pasien yang tepat

f. Obat yang akan diberikan harus benar

g. Dosisb yang akan diberikan harus benar

h. Cara atau rute pemberian yang benar

i. Waktu yang tepat dan benar

Indikasi dan kontra indikasi


Indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja
sama, karena tidak memungkinkan diberikan obat secara oral, bebas dari
infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau saras besar di
bawahnya, obat dosis kecil yang larut dalam air.

Kontra indikasi : obat yang merangsang, obat dalam dosis besar dan tidak
larut dalam air atau minyak.

Alat dan bahan :

a. Daftar buku obat / catatan, jadual pemberian obat

b. Obat dalam tempatnya


c. Spuit insulin

d. Kapas alcohol dalam tempatnya

e. Cairan pelarut

f. Bak injeksi

g. Bengkok

h. Perlak dan alasnya

Prosedur Kerja:

1) Cuci tangan

2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

3) Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan bau lengan


panjang buka dan ke ataskan

4) Pasang perlak atau pengalas di bawah bagian yang akan disuntik

5) Ambil obat untuk dalam tempatnya sesuai dosis yang akan diberikan
setelah itu tempatka pada bak injeksi.

6) Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan


suntikan
7) Tegangkan dengan tangan kiri ( daerah yang akan dilakukan suntikan
subkutan)

8) Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan sudut 45


derajat dengan permukaan kulit.

9) Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah semprotkan obat perlahan-lahan


hingga habis.

10) Tarik spuit dan tahan dengan kapas alcohol dan spuit yang telah dipakai
masukkan kedalam bengkok.

11) Catat reaksi pemberian dan catat hasil pemberina obat / test obat,
tanggal, waktu, dan jenis obat.

12) Cuci tangan

Daerah Penyuntikan

Otot Bokong (musculus gluteus maximus) kanan & kiri ; yang tepat adalah
1/3 bagian dari Spina Iliaca Anterior Superior ke tulang ekor (os coxygeus)

Otot paha bagian luar (muskulus quadriceps femoris)

Otot pangkal lengan (muskulus deltoideus)

4. Pemberian Obat Intravena Langsung

Cara Pemberian obat melalui vena secara langsung, diantaranya vena


mediana cubiti / cephalika ( lengan ), vena saphenosus ( tungkai ), vena
jugularis ( leher ), vena frontalis / temporalis ( kepala ).

Tujuan

Agar obat reaksi cepat dan langsung masuk pada pembuluh darah.

Hal-hal yang diperhatikan

Setiap injeksi intra vena dilakukan amat perlahan antara 50 sampai 70 detik
lamanya.

Tempat injeksi harus tepat kena pada daerha vena.


Jenis spuit dan jarum yang digunakan.

Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.

Kondisi atau penyakit klien.

Obat yang baik dan benar

Pasien yang akan di injeksi adalah pasien yang tepat dan benar.

Dosis yang diberikan harus tepat.

harus benar Cara atau rute pemberian obat melalui injeksi

Indikasi dan kontra indikasi


indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja
sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral dan
steril.

kontra indikasi : tidak steril, obat yang tidak dapat larut dalam air, atau
menimbulkan endapan dengan protein atau butiran darah.

Alat dan bahan :

1. Daftar buku obat / catatan, jadual pemberian obat

2. Obat dalam tempatnya

3. Spuit 1 cc / spuit insulin

4. Kapas alcohol dalam tempatnya

5. Cairan pelarut

6. Bak steril dilapisi kasa steril ( tempat spuit )

7. Bengkok

8. Perlak dan alasnya

9. Karet pembendung

Prosedur Kerja:

1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

3. Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan bau lengan


panjang buka dan ke ataskan

4. Ambil obat dalam tempatnya dengna spuit sesuai dengan dosis yang
akan disuntikan. Apabila obat berada dalam sediaan bubuk, maka larutkan
dengna larutan pelarut ( aquades)

5. Pasang perlak atau pengalas di bawah bagian vena yang akan disuntik

6. Kemudian tampatkan obat yang telah diambil pada bak injeksi

7. Desinfeksi dengan kapas alcohol

8. Lakukan pengikatan dengan karet pembendung ( tourniquet ) pada


bagian atas daerah yang akan dilakukan pemberian obat atau tegangkan
dengan tangan / minta bantuan atau membendung diatas vena yang akan
dilakukan penyuntikan

9. Ambil spuit yang berisi obat

10. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan


memasukkan ke pembuluh darah

11. Lakukan aspirasi bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung dan
langsung semprotkan obat hingga habis

12. Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan lakukan penekanan pada
daerah penusukan dengan kapas alcohol , dan spuit yang telah digunakan
letakkan ke dalam bengkok.

13. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat

14. Cuci tangan.

5. Pemberian Obat Intravena Tidak Langsung ( via Wadah )

Merupakan cara memberikan obat dengan menambahkan atau memasukkan


obat kedalam wadah cairan intravena yang bertujuan untuk meminimalkan
efek samping dan mempertahankan kadar terapetik dalam darah.

Hal-hal yang perlu diperhatikan

a. injeksi intra vena secara tidak langsung hanya dengan memasukkan


cairan obat ke dalam botol infuse yang telah di pasang sebelumnya dengan
hati-hati.
b. Jenis spuit dan jarum yang digunakan.

c. Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.

d. Obat yang baik dan benar.

e. Pasien yang akan di berikan injeksi tidak langsung adalah pasien yang
tepat dan benar.

f. Dosis yang diberikan harus tepat.

g. tidak langsung harus tepat dan benar. Cara atau rute pemberian obat
melalui injeksi

Indikasi dan kontra indikasi


indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja
sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral dan
steril.

kontra indikasi : tidak steril, obat yang tidak dapat larut dalam air, atau
menimbulkan endapan dengan protein atau butiran darah.

Alat dan bahan :

1. Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran

2. Obat dalam tempatnya

3. Wadah cairan ( kantong / botol )

4. Kapas alcohol dalam tempatnya

Prosedur Kerja :

1. Cuci tangan

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

3. Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan bau lengan


panjang buka dan ke ataskan

4. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantong

5. Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran.


6. Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga
menembus bagian tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam
kantong / wadah cairan.

7. Setelah selesai tarik spuit dan campur dengan membalikkan kantong


cairan dengan perlahan-lahan dari satu ujung ke ujung lain.

8. Periksa kecepatan infus.

9. Cuci tangan

10. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat

Daerah Penyuntikan
Pada Lengan (v. mediana cubiti / v. cephalika)

Pada Tungkai (v. Spahenous)

Pada Leher (v. Jugularis)

Pada Kepala (v. Frontalis atau v. Temporalis) khusus pada anak anak

6. Pemberian Obat Intravena Melalui Selang

Alat dan bahan :

1. Spuit dan jarum sesuai ukuran

2. Obat dalam tempatnya

3. Selang intravena

4. Kapas alcohol

Prosedur Kerja:

1. Cuci tangan

2. Jelakan prosedur yang akan dilakukan

3. Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke dalam


spuit.

4. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang intravena

5. Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran


6. Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga
menembus bagian tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam
selang intravena.

7. Setelah selesai tarik spuit.

8. Periksa kecepatan infuse dan observasi reaksi obat

9. Cuci tangan

10. Catat obat yang elah diberikan dan dosisnya

7. Pemberian Obat per Intramuskuler

Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Lokasi


penyuntikan dapat pada daerah paha ( vastus lateralis ), ventrogluteal
( dengan posisi berbaring ), dorsogluteal ( posisi tengkurap ), atau lengan
atas ( deltoid). Tujuannya agar obat di absorbsi lebih cepat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan

a. Tempat injeksi.

b. Jenis spuit dan jarum yang digunak

c. Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.

d. Kondisi atau penyakit klien.

e. Obat yang tepat dan benar.


f. Dosis yang diberikan harus tepat.

g. Pasien yang tepat.

h. Cara atau rute pemberian obat harus tepat dan benar.

Indikasi dan kontra indikasi

indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja
sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, bebas
dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau saras besar di
bawahnya.

kontra indikasi : Infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau
saraf besar di bawahnya.
Alat dan bahan :

1. Daftar buku obat/ catatan, jadual pemberian obat

2. Obat dalam tempatnya

3. Spuit sesuai dengan ukuran, jarum sesuai dengan ukuran : dewasa


panjang 2,5-3,75 cm, anak panjang : 1,25-2,5cm.

4. Kapas alcohol dalam tempatnya

5. Cairan pelarut

6. Bak injeksi
7. Bengkok

Prosedur Kerja:

1) Cuci tangan

2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

3) Ambil obat kemudian masukkan kedalam spuit sesuai dengan dosis


setelah itu letakkan pada bak injeksi

4) Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan ( lihat lokasi


penyuntikan ).

5) Desinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan


penyuntikan

6) Lakukan penyuntikan:

a. Pada daerah paha ( vastus lateralis ) dengan cara anjurkan pasien untuk
berbaring terlentang dengan lutut sedikit fleksi

b. Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien utnuk miring, tengkurap


atau terlentang dengan lutut dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan
penyuntikan dalam keadaan fleksi

c. Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap


dengan lutut di putar kearah dalam atau miring dengan lutut bagian atats
pinggul fleksi dan diletakkan di depan tungkai bawah

d. Pada daerah deltoid ( lengan atas ) dengan cara anjurkan pasien untuk
duduk atau berbaring mendatar lengan atas fleksi.
7) Lakukan penusukkan dengan posisi jarum tegak lurus

8) Setelah jarum masuk lakukan aspirasi spuit bila tidak ada darah
semprotkan obat secara perlahan-lahan hingga habis

Diposkan oleh Ninda Nurmala Sari di 05.14

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut

Arsip Blog

2012 (13)
o Maret (2)
o Februari (9)
MENCUCI RAMBUT
MENYIAPKAN TEMPAT TIDUR
PERAWATAN LUKA MODERN DRESSING
PRINSIP PEMBERIAN OBAT
PENATALAKSANAAN SISTEM RESPIRASI
APENDISITIS
ASUHAN PERSALINAN NORMAL
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM REPRODUKSI
SADARI
o Januari (2)
2011 (2)

Mengenai Saya
Ninda Nurmala Sari
Doakan cita-cita ku yach. semoga aku mudah menyelesaikan pendidikanku
tepat pada waktunya, biar cpt bisa buka klinik sendiri & insyaAllah bisa
membangun RS sendiri. doakn juga pendidikanku ini dapat aku gunakan untuk
mengabdi pada negara ku, memberi hak yang seharusnya diberikan kepada
orang yang benar-benar membutuhkan, dan dpt mengabdi dgn dunia kesehatan
tanpa memandang latar belakang para klien ku nantinya. Amin.
Lihat profil lengkapku

Template Travel. Diberdayakan oleh Blogger.

Injeksi intravena adalah pemberian bat dengan cara memasukan obat kedalam pembuluh darah
vena dengan menggunakan spuit. Injeksi intravena banyak dilakukan untuk mengatasi keadaan
gawat,dehidrasi dan syok.

Tujuan injeksi intravena

a. Untuk memperoleh reaksi obat yang lebih cepat dibandingkan dengan injeksi parental yang lain.

b. Untuk menghindari kerusakan jaringan

c. Untuk memasukan obat dalam volume yang lebih besar.

Tujuan : pemberian obat dengan absorbsi lebih cepat


dibandingkan dengan subcutan

Anda mungkin juga menyukai