Anda di halaman 1dari 28

Nazza R Ramdhagama

1102014190

SASBEL

LI I. Memahami dan menjelaskan Kanker Payudara


LO 1.1 Memahami dan menjelaskan definisi
LO 1.2 Memahami dan menjelaskan epidemiologi
LO 1.3 Memahami dan menjelaskan etiologi
LO 1.4 Memahami dan menjelaskan klasifikasi
LO 1.5 Memahami dan menjelaskan patofisiologi
LO 1.6 Memahami dan menjelaskan manifestasi klinis
LO 1.7 Memahami dan menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding
LO 1.8 Memahami dan menjelaskan penatalaksanaan
LO 1.9 Memahami dan menjelaskan komplikasi
LO 1.10 Memahami dan menjelaskan pencegahan
LO 1.11 Memahami dan menjelaskan prognosis

LI II. Memahami dan menjelaskan sikap dan tindakan positif dalam


menghadapi penyakit berat

1. Memahami dan Menjelaskan Kanker Payudara


1.1 Definisi
Kanker payudara merupakan neoplasma ganas, suatu pertumbuhan jaringan
payudara abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh
infiltratif dan destruktif, serta dapat bermetastase. Tumor ini tumbuh progresif
dan relatif cepat membesar. Pada stadium awal tidak terdapat keluhan sama
sekali, hanya berupa fibroadenoma atau fibrokistik yang kecil saja, bentuk
tidak teratur, batas tidak tegas, permukaan tidak rata, dan konsistensi padat
dan keras.
(Ramli,1994)
1.2 Epidemiologi
22% dari semua kasus baru kanker pada perempuan.
14% dari semua kematian kanker pada perempuan
Insidens tertinggi dijumpai di negara-negara maju, seperti Amerika Utara,
Eropa Barat dan Utara, Australia. Selain itu juga di Amerika Selatan,
terutama Argentina dan Uruguay. Hal ini disebabkan oleh perubahan pola
reproduksi, perubahan pola makan, penurunan aktivitas, dan
meningkatnya program skrining.
(Samuel J. Haryono, dkk, 2009)

Di Indonesia, kanker payudara merupakan kanker kedua yang paling


banyak diderita kaum wanita, setelah kanker mulut/leher rahim.
Umumnya menyerang wanita yang telah berumur lebih dari 40 tahun.
Walaupun demikian, wanita muda pun bisa terserang kanker ini.
(Endang Purwoastuti, 2008)

1.3 Etiologi dan Faktor Risiko


Etiologinya sampai saat ini belum diketahui pasti, namun penyebabnya sangat
mungkin multifaktorial yang saling mempengaruhi satu sama lain, antara lain
dari:
Faktor genetik
Pengaruh hormone
Makanan, terutama yang banyak mengandung lemak
Riwayat radiasi di daerah dada, karena radiasi dapat menyebabkan
mutagen
(Ramli, 1994)

Faktor Risiko
Berbagai faktor risiko yang diperkirakan meningkatkan risiko kanker
payudara, antara lain:
a. Usia
Semakin bertambahnya usia seseorang, insidens kanker payudara akan
meningkat, tetapi kemudian akan menurun drastis setelah masa
menopause.
b. Genetik dan Familial
Adanya riwayat kanker payudara dalam keluarga akan meningkatkan
insidens kanker payudara. 5-10% kejadian ini terjadi akibat predisposisi
genetik :
Mutasi germline pada gen BRCA1 dan BRCA2 pada kromosom 17
dan 13.
Mutasi gen ATM yang mengatur perbaikan DNA.
Mutasi gen CHEK2 dan mutasi gen pada supresor tumor p53.
c. Reproduksi dan Hormonal
Usia menarche yang lebih dini (<12 tahun), usia menopause yang lebih
lambat (>55 tahun), melahirkan bayi aterm diatas 35 tahun, penggunaan
kontrasepsii oral, dan penggunaan terapi sulih-hormon pasca menopause
akan meningkatkan insidens kanker payudara. Sedangkan, menyusui bayi
akan menurunkan risiko terkena kanker payudara, terutama jikan masa
menyusui dilakukan selama 27-52 minggu.
d. Gaya Hidup
Berat badan. Obesitas pada masa pasca menopause meningkatkan
risiko kanker payudara.
Aktivitas fisik. Olahraga selama 4jam setiap minggu menurunkan
risiko sebesar 30%.
Merokok dan alkohol meningkatakan risiko kanker payudara.
e. Lingkungan
Wanita yang semasa kecil atau dewasa mudanya pernah menjalani terapi
penyinaran pada daerah dada. Selain itu juga dapat disebabkan oleh
peptisida atau DDT yang sering kali mencemari bahan makanan.
(Samuel J. Haryono, dkk, 2009)

1.4 Klasifikasi

Kanker epithelial noninvasif


Ductal carcinoma in situ (DCIS)
Lobular carcinoma in situ (LCIS)
Kanker epithelial invasive (persentase kejadian)
Karsinoma ductal invasif
Karsinoma ductal invasif, NOS* (50-70%)
Karsinoma tubular (2-3%)
Karsinoma musinosus atau koloid (2-3%)
Karsinoma medular (5%)
Karsinoma kribiformis invasif (1-3%)
Karsinoma papiler invasif (1-2%)
Karsinoma sistik adenoid (1%)
Karsinoma metaplastik (1%)
Karsinoma lobular invasive (10-15%)
Keganasan campuran jaringan epitel dan jaringan ikat
Tumor filoides ganas
Karsinosarkoma
Angiosarkoma
NOS; not otherwise specified

Berikut penjelasan beberapa tipe histologis dari kanker payudara:


a. Karsinoma duktal
Karsinoma duktal invasif merupakan kelompok terbesar (78%) dari
seluruh tumor ganas payudara. Secara mikroskopik tampak proliferasi
anaplastik epitel duktus yang dapat memenuhi dan menyumbat duktus.
Karsinoma duktal noninvasif (karsinoma duktal in situ atau karsinoma
intraduktal) biasanya terjadi tanpa membentuk massa karena tidak ada
komponen scirrhous.
b. Karsinoma lobular (9%)
Separuh kasus karsinoma lobular ditemukan in situ tanpa tanda-
tanda invasi lokal sehingga sering dianggap premaligna dan disebut
neoplasia lobular. Secara histologi menunjukkan gambaran sel-sel
anaplastik yang semuanya terletak di dalam lobulus-lobulus.
c. Comedocarcinoma (5%)
Duktus yang diisi oleh tumor sel kecil dan debris sentral.
d. Karsinoma medular (4%)
Gambaran histologi menunjukkan stroma yang sedikit dan penuh
berisi kelompok sel yang belum berdifferensiasi, tidak teratur dan tidak
jelas membentuk kelenjar atau pertumbuhan kapiler. Terdapat banyak
sebukan limfosit yang menjolok pada stroma di dalam tumor.
e. Karsinoma koloid (3%)
Duktus dihambat oleh sel-sel karsinoma dan kista proksimal
berkembang.
f. Karsinoma mukoid/musinus (3%)
Tumor ini tumbuh perlahan-lahan dan secara mikroskopik sel
tumor yang menghasilkan musin tersusun membentuk asinus pada
beberapa tempat. Juga tampak sel-sel cincin stempel (signet ring cells).
g. Karsinoma skirus (schirrous)
Pada pemeriksaan mikroskopik tumor terdiri dari stroma yang
padat dengan kelompok sel epitel yang terlepas atau membentuk kelenjar.
Sel-sel berbentuk bulat atau poligonal, hiperkromatik.
h. Karsinoma inflamasi (1%)
Karsinoma ini memiliki prognosis paling buruk. Sistem limfa
dipenuhi oleh tumor memicu perubahan payudara dan kulit yang mirip
infeksi.
i. Penyakit Paget (1%)
Merupakan karsinoma intraduktus pada saluran ekskresi utama
yang menyebar ke kulit puting susu dan areola, sehingga terjadi kelainan
menyerupai ekzema yaitu adanya krusta di daerah papil dan areola. Jika
tidak ditemukan massa tumor di bawahnya penyakit ini termasuk
karsinoma insitu, tapi jika ada massa tumor termasuk karsinoma duktal
invasif. Kelainan ini ditemukan pada wanita berusia lebih tua dari
penderita kanker payudara umumnya dan bersifat unilateral. Tanda khas
adalah adanya penyebukan epidermis oleh sel ganas yang disebut sel
paget. (Mangu
Sistem TNM
TNM merupakan singkatan dari T yaitu tumor size atau ukuran tumor,
N yaitu node atau kelenjar getah bening regional dan M yaitu metastasis
atau penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik secara klinis
sebelum dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan
histopatologi (PA). Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut :

1. nkusu Ukuran Tumor (T) :


Ukuran Tumor (T) Interpretasi
Tx Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak ada bukti adanya suatu tumor (Tidak terdapat
tumor primer)
Tis LCIS, DCIS, atau Pagets disease*
T1 Diameter tumor 2cm
T1a Tidak ada perlekatan ke fasia atau otot pektoralis
(Tumor 0,5 cm.)
T1b Dengan perlekatan ke fasia atau otot pektoralis (Tumor
0,5 cm dan 1 cm.)
T1c Tumor 1 cm dan 2 cm.

T2 Diameter tumor 2-5 cm


T2a Tidak ada perlekatan ke fasia atau otot pektoralis
T2b Dengan perlekatan ke fasia atau otot pektoralis
T3 Diameter tumor 5 cm
T3a Tidak ada perlekatan ke fasia atau otot pektoralis
T3b Dengan perlekatan ke fasia atau otot pektoralis
T4 Bebepa pun diameternya, tumor telah melekat pada
T4a dinding dada dan mengenai pectoral lymph node
T4b Dengan fiksasi ke dinding toraks
T4c Dengan edema, infiltrasi, atau ulserasi di kulit
T4d Gabungan T4a dan T4b
Karsinoma inflamasi (mastitis karsinomatosa)

mo,

Keterangan * :
Tis : Karsinoma insitu
Tis (DCIS) : karsinoma in situ hanya ductal
Tis (LCIS) : karsinoma in situ hanya lobular
Tis (Paget) : penyakit Paget dari puting susu tanpa tumor
(Catatan: Paget penyakit yang terkait dengan tumor
diklasifikasikan menurut ukuran tumor
Palpable Lymph 2. Palpable Lymph NodeInterpretasi
(N):
Node (N)

N0 Kanker belum menyebar ke lymph node


N1 Kanker telah menyebar ke axillary lymph node ipsilateral
dan dapat digerakkan

N2 Kanker telah menyebar ke axillary lymph node ipsilateral


dan melekat antara satu sama lain (konglumerasi) atau
melekat pada struktru lengan

N2a Teraba KGB aksila yang terfiksasi atau berkonglomerasi atau melekat ke
struktur lain.
N2b Secara klinis metastase hanya dijumpai pada KGB mamari interna
ipsilateral dan tidak terdapat metastase pada KGB aksila.

N3 Metastase pada KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa


keterlibatan KGB aksila atau klinis terdapat metastase pada KGB mamaria
interna ipsilateral dan secara klinis terbukti adanya metastase pada KGB
aksila atau adanya metastase pada KGB supraklavikula ipsilateral dengan
atau tanpa keterlibatan KGB aksila atau mamaria interna .

N3a

Metastase Interpretasi
3. Metastase (M) :
Mx Metastase jauh belum dapat dinilai
M0 Tidak ada metastase ke organ yang jauh
M1 Metastase ke organ jauh
Stadium Klinis

(McPhee, Stephen J.; Papadakis, Maxine A.; Tierney, Lawrence M. 2007)

1.5 Patofisiologi

Proses terjadinya kanker payudara diawali dengan konsumsi atau paparan zat-
zat karsinogen, sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat
menyebabkan kanker payudara. Kanker payudara berasal dari jaringan
epithelial dan paling sering terjadi pada sistem duktal. Mula-mula terjadi
hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan
berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker
membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai
menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1
cm). Pada ukuran itu, kira- kira seperempat dari kanker payudara telah
bermetastase. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika sudah teraba, biasanya
oleh wanita itu sendiri. Gejala kedua yang paling sering terjadi adalah cairan
yang keluar dari muara duktus satu payudara, dan mungkin berdarah. Jika
penyakit telah berkembang lanjut, pecahnya benjolan-benjolan dapat
menyebabkan ulserasi pada kulit.
1.6 Manifestasi Klinis
Massa tumor
Sebagian besar bermanifestasi sebagai massa mammae yang tidak nyeri.
Sering kali ditemukan secara tidak sengaja. Lokasi bisa di kuadran mana saja
dengan konsistensi agak keras, batas tidak tegas, permukaan tidak licin,
mobilitas kurang.

Gambaran Frekuensi Karsinoma Payudara

Perubahan kulit
a. Tanda Lesung (Dimpling)
Disebabkan oleh fiksasi tumor pada kulit, sehingga
menimbulkan retraksi kulit (dimpling).

b. Perubahan Kulit Jeruk (peau dorange)


Disebabkan oleh obstruksi limf kulit dan jaringan subkutan oleh sel-sel
tumor sehingga menimbulkan retraksi kulit yang disebut peau dorange.

c. Nodul Satelit Kulit


Disebabkan oleh sel kanker yang membentuk nodul metastasis didalam
vasa limfatik subkutis, sehingga disekitar lesi primer muncul banyak
nodul tersebar, secara klinis disebut tanda satelit.
d. Ulserasi Kulit
Disebabkan oleh tumor yang menginvasi kulit. Terlihat tanda-tanda
berupa kulit berwarna kemerahan atau gelap.

e. Perubahan Inflamatorik
Keseluruhan kulit mammae berwarna merah bengkak, mirip
peradangan, dapat disebut juga tanda peradangan. Tipe ini sering
pada kanker mammae waktu hamil atau laktasi.

Perubahan papilla mammae


a. Retraksi, Distorsi Papilla Mammae
Umumnya akibat tumor menginvasi jaringan sub papilar.

b. Secret Papilar
Disebabkan oleh karsinoma dalam duktus besar atau tumor mengenai
duktus besar.

c. Perubahan Eksematoid
Merupakan manifestasi spesifik (paget) klinis tampak aerola, papilla
mammae tererosi, berkusta, secret, deskuamasi sangat mirip eksim.

Pembesaran Kelenjar Limfe Regional


Pembesaran kelenjar limfe aksilar ipsilateral dapat soliter maupun multipel,
pada awalnya mobile, kemudian dapat saling berkoalesensi atau adhesi
dengan jaringan sekitarnya. Dengan berkembangnya penyakit, kelenjar limfe
supraklavikular juga dapat menyusul membesar. Yang perlu diperhatikan
adalah ada sebagian kecil pasien kanker payudara yang hanya tampil dengan
limfadenopati aksilar tapi tak teraba massa mammae, ini disebut sebagai
karsinoma mammae tipe tersembunyi .

Adanya Gejala Metastasis Jauh


1. Otak : nyeri kepala, mual, muntah, epilepsi, ataksia, paresis, paralisis
2. Paru : efusi, sesak nafas
3. Hati : kadang tanpa gejala, massa, ikterus obstruktif
4. Tulang: nyeri, patah tulang.
(R. Sjamsuhidajat dan Jong W, 2004)

Stadium Kanker Payudara


Pembagian stadium klinis Portman yang disesuaikan dengan aplikasi klinik:

Stadium I
Tumor terbatas dalam payudara, bebas
dari jaringan sekitarnya, tidak ada
klasifikasi/ infiltrasi berkulit dan
jaringan dibawahnya. Besar tumor 1-2
cm. KGB (Kelenjar Getah Bening)
regional belum teraba.

Stadium II
Sama dengan stadium I, besar tumor 2-5 cm, sudah ada KGB
aksila (+), tetapi masih
bebas dengan diameter
kurang 2 cm.

Stadium IIIA
Tumor berukuran 5-10 cm, tetapi masih
bebas dari jaringan sekitarnya, KGB
aksila masih bebas satu sama lain.

Stadium IIIB
Tumor meluas dalam jaringan payudara ukuran 5-10 cm,
fiksasi pada kulit/ dinding dada, kulit merah dan ada edema
(lebih dari 1/3 permukaan kulit payudara), ulserasi, nodul
satelit, KGB aksila melekat satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan
diameter 2-5 cm dan belum ada metastasis jauh.

Stadium IV
Tumor seperti stadium I, II atau III tetapi sudah disertai dengan KGB aksila
supraklavikula dan metastasis jauh

Yang termasuk stadium dini adalah stadium I, stadium II dan stadium


IIIA, sedangkan yang termasuk stadium lanjut adalah stadium IIIB dan
stadium IV.

1.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding


A. Anamnesa
1. Anamnesa terhadap keluhan di payudara atau ketiak apakah ada
benjolan, rasa sakit, edema lengan atau kelainan kulit (massa tumor di
payudara, rasa sakit, cairan dari puting susu, retraksi puting susu,
adanya eczema sekitar areola, keluhan kulit berupa dimpling,
kemerahan, ulserasi atau adanya peau dorange, atau keluhan berupa
pembesaran di kelenjar getah bening aksila. Biasanya kanker payudara
mempunyai ciri sebagai berikut: batas yang irregular, umumnya tanpa
rasa nyeri, tumbuh progresif cepat membesar).
2. Anamnesa terhadap keluhan di tempat lain berhubungan dengan
metastasis seperti: nyeri tulang vertebrata, sesak, batuk dan lain-lain.
3. Anamnesa terhadap faktor-faktor risiko (usia, riwayat keluarga,
riwayat kanker individu dan konsumsi lemak).

B. Pemeriksaan fisik
Karena organ payudara di pengaruhi oleh factor hormonal antara lain
estrogen dan progesterone maka sebaiknya pemeriksaan payudara di
lakukan di saat pengaruh hormonal ini seminimal mungkin, yaitu setelah
mestruasi lebih kurang satu minggu dari hari pertama mestruasi. Dengan
pemeriksaan fisik yang baik dan teliti, ketepatan pemeriksaan untuk
kanker payudara secara klinis cukup tinggi.
(Ramli, 1994)

Teknik pemeriksaan
Penderita di periksa dengan badan bagian atas terbuka:
1. Posisi tegak (duduk) INSPEKSI
Penderita duduk dengan posisi tangan bebas ke samping, pemeriksa
berdiri di depan dalam posisi yang lebih kurang sama tinggi. Pada
inspeksi di lihat: simetri payudara kiri-kanan, kelainan papila, letak dan
bentuknya, adakah retraksi puting susu, kelainan kulit, tanda-tanda
radang, peau dorange, dimpling, ulserasi, dan lain-lain.
2. Posisi berbaring PALPASI
Posisi berbaring dan di usahakan agar payudara jatuh tersebar rata di
atas lapangan dada, jika perlu bahu/punggung di ganjal dengan bantal
kecil pada penderita yang payudara nya besar. Palpasi ini di lakukan
dengan mempergunakan falang distal dan falang medial jari II, III, dan
IV, dan di kerjakan secara sistematis mulai dari cranial setinggi iga ke-
2 sampai ke distal setinggi iga ke-6, dan pemeriksaan daerah sentral
subareolar dan papil. Terakhir diadakan pemeriksaan kalau ada cairan
keluar dengan menekan daerah sekitar papil.
3. Menetapkan keadaan tumornya
a. Lokasi tumor menurut kwadran di payudara atau terletak di daerah
sentral (subareola dan di bawah papil). Payudara di bagi atas
empat kwadran, yaitu kwadran atas, lateral bawah, medial atas dan
bawah serta di tambah satu daerah sentral.
b. Ukuran tumor,konsistensi,batas-batas tumor tegas atau tidak tegas.
c. Mobilitas tumor terhadap kulit dan muskulus pektoralis atau
dinding dada.
4. Memeriksa kelenjar getah bening regional aksila, yang di raba
kelompok kelenjar getah bening:
a. mammaria eksterna, di bagian anterior dan di bawah tepi muskulus
pektoralis aksila
b. subskapularis di posterior aksila
c. sentral di bagian aksila
d. apikal di ujung atas fossa aksila
5. Pada perabaan di tentukan besar, konsistensi, jumlah, apakah
berfiksasi atau tidak.
6. Organ lain ikut di periksa adalah hepar, lien untuk mencari
metastasis jauh, juga tulang-tulang utama, tulang belakang

C. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan penunjang. Namun secara umum terbagi dua
yaitu non-invasif dan invasif.
1. Non-invasif
a. Mammografi
b. Ultrasound
c. Computed Tomography dan Magnetic Resonannce Imaging
Scan
2. Invasif
a. Sitologi Aspirasi
b. Core Needle Biopsy (CNB) Biopsi Terbuka
Biopsi Eksisi
Biopsi Insisi
c. Needle-Guided Biopsy (NGB)
Ultrasound-Guided Biopsy (UGB)
Nipple Discharge Smear (NDS)
Nipple Biopsy
(Sarwono Prawirohardjo, 2008; R. Sjamsuhidajat, 2004)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Mammografi
Tindakan pemeriksaan payudara dengan menggunakan sinar X berintensitas
rendah. Tujuan pemeriksaan untuk melihat ada tidaknya benjolan pada
payudara. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk perempuan dengan keluhan
perihal payudara, baik setelah ditemukan maupun sebelum ditemukan adanya
benjolan dan sebagai check up kanker payudara.

Suatu tehnik pemeriksaan soft tissue. Untuk melihat tanda primer berupa
fibrosis reaktif, comet sign, adanya perbedaan yang nyata ukuran klinik dan
rontgenologik, serta adanya mikrokalsifikasi. Tanda sekunder berupa retraksi,
penebalan kulit, bertambahnya vaskularisasi, perubahan posisi papila dan
areola. Mammografi ini dapat mendeteksi tumor-tumor yang secara palpasi
tidak teraba, jadi sangat baik untuk diagnosis dini dan screening.

Indikasi mamografi sebagai berikut :


Adanya benjolan dan rasa tidak enak pada payudara.
Wanita dengan riwayat resiko tinggi untuk keganasan payudara.
Adanya pembesaran kalenjar getah bening aksila yang meragukan.
Wanita dengan penyebab metastasis tanpa diketahui tempat
ditemukannnya tumor primer.
Penderita-penderita pasca operasi yang melakukan follow-up dengan
kemungkinan terjadinya kekambuhan kolateral.

American Cancer Society dalam programnya menganjurkan sebagai berikut :


a. Untuk perempuan berumur 35-39 tahun, cukup dilakukan 1 kali
mammografi dasar (Baseline Mammogram).
b. Untuk perempuan berumur 40-50 tahun, mammografi silakukan 1 atau 2
tahun sekali.
c. Untuk perempuan berumur di atas 50 tahun, mammografi dilakukan
setahun sekali.

Dari hasil mammografi dapat diketahui apakah tumor yang ada di payudara
merupakan tumor yang jinak atau ganas. Melalui pemeriksaan yang disebut
dengan mammograms, maka tipe kanker payudara dapat dikategorikan dalam
dua bagian yaitu :
1) Kanker payudara non invasive yaitu kanker yang terjadi pada kantung
atau tube susu penghubung antara alveolus (kalenjar yang memproduksi
susu) dan puting payudara. Dalam bahasa kedokteran disebut ductal
carcinoma in situ (DCIS), dimana kanker belum menyebar ke bagian luar
jaringan kantung susu.
2) Kanker payudara invasive yaitu kanker yang telah menyebar keluar
bagian kantung susu dan menyerang jaringan sekitarnya bahkan dapat
menyebabkan penyebaran (metastase) ke bagian tubuh lainnya seperti
kelenjar limpa dan lainnya melalui peredaran darah.

Ultrasonografi/USG
USG sangat bermanfaat jika digunakan bersamaan dengan mammografi untuk
tujuan diagnostik untuk membantu membedakan kista berisi cairan atau solid.

Umumya digunakan linear array transduser 7.5-10 MHz dengan operator


yang harus mempunyai pengetahuan pemeriksaan USG dan mamografi yang
baik dan benar. Gelombang bunyi yang tinggi ini bisa membedakan suatu
massa yang solid, yang kemungkinan kanker, dan kista yang berisi cairan,
yang kemungkinannya bukan kanker.

Pada pemeriksaan penderita terlentang dengan lengan diangkat keatas dan


diletakkan dibawah kepala, kemudian dilakukan pemeriksaan secara
sistematis sesuai arah jarum jam sampai daerah aksila dan dilakukan tindakan
kompresi dan non kompresi apabila terdapat lesi kanker payudara.

Indikasi USG payudara adalah :


1. Payudara yang padat pada mamografi.
2. Digunakan untuk pemeriksaan payudara wanita hamil, menyusui dan
remaja.
3. Sarana diagnostik utama pada penyakit infeksi payudara.
4. Pemeriksaan utama untuk evaluasi pada wanita dengan implant silikon.
5. Evaluasi lesi berbatas tegas pada temuan mamografi dan penyakit
fibrokistik.
6. Penuntun biopsi atau aspirasi.

MRI (Magnetik Resonance Imaging)


Digunakan untuk mendeteksi keganasan payudara jenis lobular invasif yang
sulit terdeteksi dengan pemeriksaan mamografi. Wanita dengan risiko tinggi
yang perlu dilakukan skrining MRI adalah :

1. Wanita dengan riwayat kelainan genetik.


2. Wanita dengan mutasi genetik BRCA1 atau BRCA2 harus diperhitungkan
dalam kategori risiko tinggi.
3. Wanita yang pernah mendapat terapi radiasi pada dada, contohnya pada
penyakit Hodgkin.
4. Wanita dengan riwayat pribadi seperti LCIS.
5. Jaringan payudara yang padat pada pemeriksaan mammografi.

Kelemahan MRI juga ada, kadang jaringan padat yang terlihat pada saat
MRI bukan kanker, atau bahkan MRI tidak bisa menunjukkan suatu jaringan
yang padat itu sebagai in situ breast cancer maka untuk memastikan lagi harus
dilakukan biopsy.
(American Cancer Society, 2010)

TEST-TEST LAIN
Photo Thorax. Untuk mengetahui apakah sudah ada penyebaran keparu-
paru
Bonescan. Untuk mengetahui apakah kanker sudah menyebar ke tulang.
Pada bonescan, pasien disuntikkan radioactive tracer pada pembuluh
vena.. Tulang yang menunjukkan kelainan akan terlihat warnanya lebih
gelap dari tulang normal.
Computed Tomography (CT atau CAT) Scan. Untuk melihat secara
detail letak tumor. Disini pasien juga disuntik radioactive tracer pada
pembuluh vena, tapi volumenya lebih banyak sehingga sebenarnya sama
dengan infuse. Setelah disuntik CT-scan bisa segera dilakukan. CT-scan
akan membuat gambar tiga dimensi bagian dalam tubuh yang diambil
dari berbagai sudut. Hasilnya akan terlihat gambar potongan melintang
bagian dari tubuh yang discan 3 dimensi.
Positron Emission Tomography (PET) scan. Untuk melihat apakah
kanker sudah menyebar.Dalam PET scan cairan glukosa yang
mengandung radioaktif disuntikkan pada pasien. Sel kanker akan
menyerap lebih cepat cairan glukosa tersebut, dibanding sel normal.
Sehingga akan terlihat warna kontras pada PET scan. PET scan biasanya
digunakan sebagai pelengkap data dari hasil CTscan, MRI dan
pemeriksaan secara fisik
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

TES DARAH
Tes darah juga diperlukan untuk lebih mendalami kondisi kanker. Tes-tes itu
antara lain:
Level Hemoglobin (HB) : untuk mengetahui jumlah oksigen yang ada di
dalam sel darah merah
Level Hematocrit : untuk mengetahui prosentase dari darah merah
didalam seluruh badan
Jumlah dari sel darah putih : untuk membantu melawan infeksi
Jumlah trombosit (untuk membantu pembekuan darah)
Differential ( prosentase dari beberapa sel darah putih)

JUMLAH ALKALINE PHOSPHATASE


Jumlah enzyme yang tinggi bisa mengindikasikan penyebaran kanker ke liver,
hati dan saluran empedu dan tulang.

SGOT & SGPT


Test ini untuk mengevaluasi fungsi liver. Angka yang tinggi dari salah satu
test ini mengindikasikan adanya kerusakan pada liver, bisa jadi suatu sinyal
adanya penyebaran ke liver

TUMOR MARKER TEST


Untuk melihat apakah ada suatu jenis zat kimia yang ditemukan pada darah,
kencing atau jaringan tubuh.. Pada kanker payudara tumor marker yang
biasanya dilakukan adalah CA 15.3 dengan mengambil sample darah. Pada
standard PRODIA tumor marker tidak boleh melebihi angka 30

PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI
Pemeriksaan histopatologi ialah dengan prosedur biopsi yaitu mengambil
sampel jaringan payudara untuk menilai jaringan tersebut mengandung sel
kanker atau bukan kanker. Pemeriksaan fisik pada payudara, mammografi,
USG, dan pemeriksaan pencitraan yang lain dapat membantu mendeteksi
payudara yang tidak normal, sedangkan biopsi dengan pemeriksaan
mikroskop adalah satu-satunya cara untuk menegakkan diagnosis pasti
kanker. Biopsi dapat mengidentifikasikan tipe dan stadium dari kanker yang
ditemukan. Ada beberapa metode dari biopsi payudara, antara lain :
Core needle biopsy
Vacuum-assisted biopsy (Mammotome or MIBB)
Large core surgical (ABBI)
Open surgical (excisional or incisional)

Metode yang diambil untuk melakukan biopsi tergantung pada beberapa


faktor antara lain ukuran, bentuk, dan lokasi tumor, berapa banyak tumor
yang ada, riwayat penyakit dahulu dari pasien, keinginan dari pasien, dan
kemampuan operator yang melakukan biopsi, serta fasilitas pencitraan
dimana biopsi itu dilakukan. Setiap metode juga memiliki resiko dan efek
samping yang berbeda.

Core Needle Biopsy


Prosedur biopsi dengan metode ini mirip dengan FNAB yaitu dengan
memasukkan jarum ke dalam bagian payudara yang tidak normal, namun
jarum yang digunakan lebih besar daripada jarum FNAB yaitu berukuran 16,
14, atau 11 G. Sampel yang diperoleh juga lebih banyak kurang lebih
sepanjang 2 sentimeter dengan diameter 0.16 sentimeter.

Pasien yang akan dilakukan biopsi diberikan pembiusan lokal (anestesi lokal)
dengan menggunakan lidokain kemudian jarum dimasukkan ke dalam
payudara. Seperti biopsi dengan FNAB, operator akan melakukan perabaan
benjolan pada payudara untuk menuntun arah masuk jarum dan apabila
benjolan tidak dapat diraba biasanya dibutuhkan alat lain untuk memandu
proses biopsi seperti mammografi atau USG. Tiga sampai enam jarum
dimasukkan secara menyebar untuk memperoleh sampel jaringan yang cukup
untuk pemeriksaan. Prosedur ini hanya berlangsung beberapa menit dan
pasien dapat langsung melakukan aktivitasnya setelah prosedur ini selesai.
Prosedur ini dapat menimbulkan bekas pada tempat biopsi tapi tidak sampai
menimbulkan jaringan parut. Prosedur biopsi ini tidak dianjurkan untuk
pasien dengan benjolan yang sangat kecil atau sangat keras.

Prosedur biopsi ini dapat memperoleh hasil yang lebih akurat untuk menilai
massa pada payudara dibandingkan FNAB karena sampel yang diambil lebih
banyak dan memungkinkan pemeriksa untuk mengevaluasi sel-sel yang tidak
normal untuk dibandingkan jaringan sekitar sel yang diambil. Meskipun
begitu, core needle biopsy hanya mengambil sampel dan bukan keseluruhan
jaringan sehingga kemungkinan terjadi kesalahan diagnosis masih dapat
terjadi.

Vaccum-assisted biopsy (Mammotome)


Mammotome adalah prosedur biopsi melalui kulit payudara yang dilakukan
dengan pencitraan mammografi atau USG sehingga mendapatkan lokasi yang
paling tepat untuk memasukkan jarum. Prosedur ini merupakan metode yang
invasifnya minimal dan hanya memasukkan satu jarum pada payudara pasien
melalui kulit yang diiris sedikit.

Prosedur biopsi ini dilakukan dengan beberapa langkah. Pertamakali, kulit


payudara yang akan diperiksa dibersihkan terlebih dahulu kemudian diberikan
pembiusan lokal dengan lidokain. Dibawah panduan dari mammografi atau
USG, operator akan memposisikan probe khusus pada lokasi payudara yang
akan diperiksa. Setelah probe mencapai posisi yang tepat, alat vakum akan
menandai jaringan payudara melewati celah dari probe ke dalam ruangan
sampel pada alat tersebut. Ketika jaringan sudah di dalam ruangan sampel,
alat pemotong disiapkan dan sampel jaringan diambil lalu dibawa ke tempat
pengumpulan jaringan. Proses ini akan diulang kembali sampai diperoleh 10
sampel jaringan payudara dari sekeliling daerah yang tidak normal. Setelah
semua sampel dikumpulkan, operator akan mengangkat probe tersebut dan
menutup kulit yang teriris. Pada beberapa kasus, sebuah klip steril yang kecil
akan dimasukkan ke dalam lokasi biopsi untuk menandai lokasi apabila
dibutuhkan biopsi ulang. Klip mikro ini ditinggalkan di dalam payudara dan
tidak menimbulkan rasa sakit atau mengganggu pasien. Hasil biopsi dianalisa
di laboratorium patologi.

Prosedur ini semakin sering dilakukan namun membutuhkan keahlian


operator yang mengerjakannya. Ada beberapa kelebihan prosedur ini
dibandingkan biopsi dengan operasi terbuka (Open surgical Biopsy), antara
lain :
Perbedaan prosedur Vacuum-Assisted Biopsy dan Open Surgical Biopsy
Large Core Biopsy
Prosedur biopsi ini menggunakan teknik operasi yang mengangkat seluruh
jaringan payudara yang tidak normal dengan panduan pencitraan. Prosedur ini
lebih tidak invasif dibandingkan biopsi dengan operasi terbuka. Prosedur ini
membutuhkan meja biopsi khusus dimana pasien menghadap ke bawah.
Mammografi yang digunakan berfungsi untuk memandu operator
menentukan lokasi payudara yang akan diperiksa. Biopsi ini dapat
mengangkat 5mm sampai 20mm jaringan payudara dan dapat mengangkat
seluruh jaringan tidak normal menjadi satu bagian yang tidak terpisah.

Pasien yang akan dibiopsi harus melakukan persiapan sebelum dilakukan


biopsi dan operator harus menjelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada
pasien. Sebaiknya tidak mengkonsumsi obat-obatan seperti aspirin, ibuprofen,
dan obat-obatan lain yang dapat memperpanjang perdarahan selama lima
sampai tujuh hari sebelum biopsi. Pasien juga tidak boleh menggunakan
bedak, deodoran, lotion, atau parfum pada daerah payudara.

Prosedur biopsi dengan metode melewati beberapa langkah. Payudara yang


akan dibiopsi harus dalam keadaan yang bersih. Pembiusan lokal akan
dilakukan pada saat payudara ditekan kemudian mammografi akan memandu
sebuah tabung dengan alat pemotong untuk dimasukkan ke dalam payudara.
Sampel inti dari jaringan payudara akan diangkat dengan kabel melingkar
kemudian diperiksakan pada laboratorium patologi. Prosedur ini
menghasilkan luka bekas biopsi yang harus dijahit dan membutuhkan waktu
pemulihan yang lebih lama dibandingkan biopsi dengan prosedur melewati
kulit payudara.

Prosedur biopsi ini sebenarnya masih menjadi kontroversi karena pada


prosedur ini terjadi pengangkatan jaringan payudara normal yang penting
hanya untuk mencapai jaringan yang tidak normal. Hal ini berbeda dengan
biopsi dengan operasi terbuka yang hanya mengangkat sedikit jaringan
payudara untuk mencapai jaringan yang tidak normal. Oleh karena alasan ini
maka prosedur ini tidak digunakan secara luas pada dunia kedokteran.

Open Surgical Biopsy (eksisi atau insisi)


Open surgical biopsy atau biopsi dengan operasi terbuka adalah standart
pemeriksaan yang paling baik (gold standard) dibandingakan metode yang
lain. Pada prosedur ini dilakukan pengirisan (insisi) sepanjang 3.8 cm sampai
5.1cm pada payudara.

Payudara yang akan dibiopsi harus dalam keadaan bersih dan ditutup dengan
kain operasi khusus. Biopsi ini menggunakan pembiusan lokal atau bisa juga
ditambahkan bahan yang membuat pasien tertidur (sedasi). Selama proses
biopsi eksisional, dokter bedah akan mengangkat daerah yang tidak normal
dan sedikit jaringan normal di sekelilingnya. Prosedur yang dilakukan pada
biopsi insisional mirip dengan biopsi eksisional namun dokter bedah hanya
mengambil sebagian dari jaringan yang tidak normal dan prosedur ini
biasanya dilakukan apabila jaringan yang tidak normal luas. Pada beberapa
kasus, dokter bedah akan menggunakan bantuan mammografi atau USG
untuk menentukan lokasi yang harus dibiopsi. Hasil biopsi kemudian
diperiksa di laboratorium patologi dan luka bekas operasi dijahit.

Pasien yang akan dibiopsi harus melakukan persiapan sebelum dilakukan


biopsi dan operator harus menjelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada
pasien. Sebaiknya tidak mengkonsumsi obat-obatan seperti aspirin, ibuprofen,
dan obat-obatan lain yang dapat memperpanjang perdarahan selama lima
sampai tujuh hari sebelum biopsi. Pasien harus berpuasa setelah tengah
malam apabila jadwal operasi pada keesokan harinya kecuali kalu harus
mengkonsumsi obat tertentu seperti obat darah tinggi atau diabetes. Pasien
juga tidak boleh menggunakan bedak, deodoran, lotion, atau parfum pada
daerah payudara. Prosedur ini membutuhkan waktu pemulihan yang cukup
lama dibandingkan metode biopsi yang lain. Jaringan parut yang dibentuk
biasanyaberukuran kecil namun bisa saja mengubah bentuk payudara dan hal
ini dipengaruhi oleh ukuran dan lokasi jaringan yang tidak normal, serta
jaringan normal sekeliling tumor yang ikut diangkat.

Biopsi dengan operasi terbuka mengambil sampel payudara yang terbesar


dibandingkan biopsi dengan metode lain dan akurasi diagnosisnya hamper
mencapai 100%, oleh karena itu metode ini menjadi gold standard dari
metode biopsi payudara. Namun prosedur ini juga memiliki beberapa
kerugian terutama apabila jaringan yang diangkat menunjukkan tumor jinak
bukan kanker karena hasil operasi menimbulkan bekas berupa jaringan parut
yang nantinya akan mengganggu gambaran pada pemeriksaan mammografi.
Komplikasi yang dapat terjadi karena metode ini antara lain kemungkinan
bisa terjadi perdarahan, infeksi atau masalah dalam proses penyembuhan dan
resiko terjadinya kematian lebih besar.

FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy)


FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) adalah prosedur pemeriksaan yang
melewati kulit (percutaneous) dengan menggunakan jarum halus biasanya
berukuran 22 atau 25 G dan mengambil contoh cairan dari kista payudara atau
mengambil sekelompok sel dari massa yang solid pada payudara. Setelah
dilakukan FNAB, material sel yang diambil dari payudara akan diperiksa
pada laboratorium patologi. Jarum yang digunakan pada FNAB lebih kecil
dibandingkan jarum yang biasa dipakai untuk mengambil darah.

FNAB dikerjakan oleh seorang ahli dengan terlebih dulu membersihkan kulit
payudara yang akan diperiksa. Apabila benjolan dapat diraba maka pemeriksa
akan memasukkan jarum halus tersebut ke daerah benjolan tersebut. Apabila
benjolan tidak dapat diraba, prosedur FNAB akan dilakukan dengan panduan
dari system pencitraan yang lain seperti mammografi atau USG. Setelah
jarum dimasukkan ke dalam bagian payudara yang tidak normal, maka
dilakukan penghisapan melalui jarum tersebut. Hasil sampel yang diperoleh
diratakan pada gelas obyek kemudian dibiarkan kering kemudian difiksasi
dengan menyemprotnya dan diberi minyak emersi untuk akhirnya diperiksa
dibawah mikroskop. Efektivitas dari pemeriksaan FNAB sangat dipengaruhi
oleh kemampuan operator dan keahlian pemeriksa yang sudah
berpengalaman.
Kondisi dari sampel FNAB memiliki makna yang sangat penting untuk
menentukan apakah hasil tersebut mengandung sel kanker atau tidak. Apabila
sampel yang dihasilkan dari benjolan tersebut tampak bersih, sedikit
berwarna, kehijauan atau kecoklatan, putih, kuning, atau pada kasus yang
sangat jarang mengandung darah, pada kebanyakan kasus kemungkinan besar
ini berasal dari tumor yang jinak atau bukan kanker. Sedangkan sampel yang
mengandung darah mengindikasikan sampel tersebut mengandung sel kanker
dan dianalisis lebih lanjut.

Sebelum dilakukan FNAB, kulit payudara yang akan diperiksa dibersihkan


dahulu dan seringkali tidak dilakukan pembiusan local (anestesi) karena
prosedur anastesi lebih memberikan rasa sakit dibandingkan FNAB-nya
sendiri dan lidokain sebagai bahan anestesi bisa menimbulkan artefak yang
tampak pada pemeriksaan mikroskopis. Seorang wanita sebaiknya tidak
menggunakan bedak, deodoran, lotion, atau parfum dibawah lengan atau pada
payudara sebelum pemeriksaan yang nantinya dapat mengganggu gambaran
pemeriksaan mikroskopis.

Prosedur FNAB memiliki beberapa keuntungan antara lain FNAB adalah


metode tercepat dan termudah dari biopsi payudara dan hasilnya dapat
diperoleh dengan cepat. FNAB sangat baik untuk mengkonfirmasi kista
payudara dan setelah dilakukan pemeriksaan, pasien dapat langsung
melakukan aktivitasnya seperti biasa. Kerugian dari FNAB adalah prosedur
ini hanya mengambil sangat sedikit sampel dari jaringan atau sel payudara
sehingga hanya dapat menghasilkan diagnosis berdasarkan keadaan sel
(diagnosis sitologi). Hal ini menyebabkan penilaian yang diambil tidak
komplit karena tidak dapat dibandingkan dengan keadaan jaringan di
sekitarnya.
(Ramli, 1995; R. Sjamsuhidajat, 2004)

Diagnosis Banding
Lesi yang paling sering dipertimbangkan dalam diagnosis diferensial kanker
payudara adalah sebagai berikut, berdasarkan urutan frekuensi: fibrokistik
payudara, fibroadenoma, intraductal papilloma, lipoma, dan nekrosis
lemak.
(Stephen J. McPhee, 2009)

1.8 Memahami dan menjelaskan tata laksana kanker payudara


Pengobatan stadium dini akan memberikan harapan kesembuhan dan
harapan hidup yang baik. Secara umum, pengobatan pada penderita kanker meliputi 2
tujuan, yaitu :
a. Terapi Kuratif
Terapi kuratif adalah tujuan utama terapi pada pasien kanker untuk
menghilangkan kanker tersebut. Dalam pelaksanaannya, terapi pada pasien kanker
tidak dapat mempertahankan asas primum non nocere karena dalam pemberian terapi
kuratif, akan diberikan sejumlah terrtentu zat kemoterapi atau radiasi yang bersifat
toksik terhadap bagian tubuh lain yang tidak terkena kanker. Terapi kuratif dapat
berupa bedah radikal, kemoterapi, radiasi, imunoterapi atau kombinasi dari keempat
modalitas tersebut.
b. Terapi Paliatif
Terapi paliatif diberikan jika tujuan utama terapi kuratif tidak tercapai, Tujuan
terapi paliatif adalah untuk mengurangi gejala, dan meningkatkan kualitas hidup
pasien dengan kanker pada pasien yang tidak mungkin sembuh. Ketika tujuan terapi
adalah sebagai paliatif, maka efek toksisitas kemoterapi atau radiasi harus
diminimalisir.
Terapi pada kanker payudara tergantung dari stadiumnya. Adapun jenis-jenis
terapinya adalah:
1. Pembedahan
Pada stadium I, II dan III terapi bersifat kuratif. Semakin dini terapi dimulai,
semakin tinggi akurasinya. Pengobatan pada stadium I, II, dan III adalah operasi
primer, sedangkan terapi lain bersifat adjuvant.
Untuk stadium I dan II, pengobatan adalah radikal mastektomi atau radikal
mastektomi modifikasi dengan atau tanpa radiasi dan sitostatika adjuvant. Terapi
radiasi dan sitostatika adjuvant diberikan jika kelenjar getah bening aksila
mengandung metastasis.
Mastektomi Radikal
Pengangkatan puting dan areola, serta kulit diatas tumor dan 2 cm di
sekitarnya, glandula mammae (seluruh payudara), fasia M. pectoralis mayor,
M. pectoralis mayor, M. pectoralis minor disertai dengan diseksi aksila.
Diseksi aksila adalah pengangkatan semua isi rongga aksila kecuali arteri,
vena dan saraf yang bermakna. Teknik operasi ini dapat pula di modifikasi
menjadi mastektomi radikal modifikasi Madden, dimana M. pektoralis mayor
tidak diangkat.
Operasi ini bersifat kuratif dan dilakukan untuk tumor yang berada pada
stadium operable yaitu stadium I, II dan III awal. Mastektomi radikal dapat
diikuti dengan atau tanpa radiasi dan sitostatika adjuvant tergantung dari
keadaan KGB aksila (berdasarkan protokol di RSCM atau FKUI)
Mastektomi Sederhana atau Simple Mastectomy
Pengangkatan puting dan areola, serta kulit di atas tumor dan 2 cm di
sekitarnya, dan glandula mammae. Pada stadium IIIa, operasi berupa
mastektomi sederhana. Teknik operasi ini hampir sama dengan teknik pada
operasi mastektomi radikal, namun pada teknik ini tidak dilakukan diseksi
aksila. Setiap mastektomi sederhana harus diikuti oleh radiasi (radioterapi)
untuk mengatasi mikrometastasis atau metastasis ke kelenjar getah bening.
Kombinasi mastektomi sederhana dengan radiasi mempunyai efektivitas yang
sama dengan mastektomi radikal.
2. Breast Conservating Treatment
Pengangkatan tumor dengan batas sayatan bebas (tumorektomi,
segmentektomi, atau kwadrantektomi) dan diseksi aksila diikuti dengan radiasi
kuratif. Operasi ini dilakukan untuk tumor stadium dini yaitu stadium I dan II dengan
ukuran tumor 3 cm; untuk yang lebih besar belum dikerjakan dan mempunyai
prognosis lebih buruk dari terapi radikal.
3. Kemoterapi
Terapi ini bersifat sistemik dan bekerja pada tingkat sel. Terutama diberikan
pada kanker payudara yang sudah lanjut, bersifat paliatif, tapi dapat pula diberikan
pada kanker payudara yang sudah dilakukan operasi mastektomi, yang bersifat
adjuvant. Kanker payudara stadium IV, pengobatan yang primer adalah bersifat
sistemik. Terapi ini berupa kemoterapi dan terapi hormonal. Radiasi kadang
diperlukan untuk paliatif pada daerah-daerah tulang yang mengandung metastasis.
Pilihan terapi sistemik dipengaruhi pula oleh terapi lokal yang dapat
dilakukan, keadaan umum pasien, reseptor hormon dan penilaian klinis. Karena terapi
sistemik bersifat paliatif, maka harus dipikirkan toksisitas yang potensial terjadi.
Kanker payudara dapat berespons terhadap agen kemoterapi, antara lain anthrasikin,
agen alkilasi, taxane, dan antimetabolit. Kombinasi dari agen tersebut dapat
memperbaiki respon namun hanya memilki efek yang sedikit untuk meningkatkan
survival rate. Pemilihan kombinasi agen kemoterapi tergantung pada kemoterapi
adjuvant yang telah diberikan dan jenisnya. Jika pasien telah mendapat kemoterapi
adjuvant dengan agen Cyclophosphamide, Methotrexat dan 5-Fluorouracil (CMF),
maka pasien ini tidak mendapat agen yang sama dengan yang didapat sebelumnya.
Untuk pasien dengan kanker payudara dapat diberikan kemoterapi intravena
(IV). Cara pemberian kemoterapi IV bervariasi, tergantung pada jenis obat.
Adapun jenis-jenis kombinasi kemoterapi yang diberikan adalah :
FEC (Fluorourasil, Eprubisin, Cyclophosphamide)
o Indikasi
Terapi adjuvant, neoadjuvant maupun pada kanker payudara yang
sudah metastasis.
o Hal-hal yang perlu diperhatikan :
-
Pasien dengan usia di atas 60 tahun atau ada riwayat penyakit
jantung, sebelum kemoterapi harus dilakukan pemeriksaan
echocardiogram atau multiple gated acquisition test of cardiac
output (MUGA) untuk menjamin bahwa fungsi ventrikel kiri masih
baik.
-
Periksa fungsi hati. Jika ada insufisiensi hati, maka dosis 5-FU di
kurangi.
-
Periksa fungsi ginjal. Jika ada insufisiensi ginjal, dosis epirubisin
dikurangi.
-
Periksa darah rutin lengkap. Jika netrofil < 1500/mm 3, atau AT <
100.000/mm3, maka kemoterapi ditunda.
-
Berikan antiemetik yang kuat sebelum kemoterapi.
-
Kontrol dosis epirubisin, untuk menghindari kardiotoksisitas bila
dosis kumulatif epirubisin >900 mg/m2
-
Beritahu pasien tentang kemungkinan rambut dapat rontok akibat
kemoterapi.
o Dosis
-
5-FU 500 mg/m2 pada hari 1.
-
Epirubisin 60 mg/m2 pada hari 1
-
Siklofosfamid 500 mg/m2
o Cara Pemberian
-
5-FU dan siklofosfamid disuntikan secara IV pelan-pelan atau
dilarutkan dalam NaCl 0,9% 100 ml dan diinfuskan dalam 10-20
menit.
-
Epirubisin disuntikan lewat selang infus salin.
o Siklus dan Jumlah siklus
-
Lama siklus 21 hari
-
Jumlah siklus 6
o Efek Samping
-
Mielosupresi
-
Alopesia
-
Mual dan muntah
-
Mukositis
-
Kardiomiopati
-
Sistitis hemoragik, bila dosis siklofosfamid tinggi
4. Radioterapi
Radioterapi murni kuratif
Radioterapi murni terhadap kanker mammae terutama digunakan untuk pasien
dengan kontraindikasi atau menolak operasi.
Radioterapi adjuvan
Menurut pengaturan waktu radioterapi dapat dibagi menjadi radioterapi
praoperasi dan pasca operasi. Radioterapi praoperasi terutama untuk pasien stadium
lanjut lokalisasi, dapat membuat sebagian kanker mammae non-operabel menjadi
operabel. Radioterapi pasca operasi adalah radioterapi seluruh mammae pasca operasi
konservasi mammae.
Radioterapi paliatif
Terutama untuk terapi paliatif kasus stadium lanjut dengan rekurensi dan
metastasis.
5. Terapi hormonal
Obat Antiesterogen
Tamoksifen. Merupakan penyekat reseptor estrogen, mekanisme utamanya
adalah berikatan dengan reseptor esterogen secara kompetitif. Efek samping
trombosis vena dalam, karsinoma endometrium.
Inhibitor Aromatase
Menghambat kerja enzim aromatase, sehingga menghambat atau mengurangi
atau mengurang perubahan androgen menjadi esterogen.
Golongan obat : anastrozol, Letrozol, dan golongan steroid.
Obat sejenis progestrogen
Medroksiprogesterogen asetat dan megosterol. Mekanisme obat ini adalah
melalui umpan balik hormon progestin menyebabkan inhibisi aksis hipotalamus-
hipofisis-adrenal, andrgen menurun, sehingga mengurangi sumber perubahan manjadi
estrogen dengan hasil turunya kadar estrogen.

Protokol Pengobatan Kanker Payudara


1. Stadium I
- MRM sebagai terapi utama.
- Bila KGB axilla tidak metastase tidak perlu radiology post operasi
- Bila yang dilakukan hanya mastektomi simpel/ BCT harus diikuti
radiasi tumor bed dan daerah KGB regional (radiasi local dan regional)
2. Stadium II
- MRM sebagai terapi utama.
- Radiasi eksterna dan kemoterapi maupun hormonal bila ada metastase
ke KGB axilla dapat diberikan sebagai terapi adjuvans.
3. Stadium IIIA
- MRM sebagai terapi utama
- Terapi adjuvans meliputi radiasi eksterna, kemoterapi dan terapi
hormonal.
4. Stadium IIIb
a. Operable
- Simple mastektomi dan axillary toilet. Terapi adjuvans meliputi
radiasi eksterna, hormonal dan kemoterapi.
- Kemoterapi 3x kemudian MRM. Terapi adjuvans post op 3x dan
bila perlu dilakukan radiasi eksterna.
b. Inoperable
- Radiasi eksterna pre operative, bila operable mastektomi simpel.
Bila tetap inoperable, lanjutkan radiasi 5000-6000cGy. Terapi
adjuvans dengan melanjutkan radiasi eksterna 2000-3000 c.Gy dan
bila perlu terapi hormonal dan atau kemoterapi
- Kemoterapi neoajuvans 3x. Bila operable mastektomi simple.
Bila inoperable teruskan sampai 6 kali. Terapi adjuvans meliputi
radiasi eksterna dan hormonal terapi.
5. Stadium IV
- Prinsip paliatif
- Premenopause Oophorektomi dilanjutkan kemoterapi. Bila perlu
dilakukan mastektomi simple atau radioterapi paliatif.
- Postmenopause Terapi hormonal dengan atau tanpa kombinasi
kemoterapi. Bila perlu dilakukan mastektomi simple atau radioterapi
paliatif.

1.9 Memahami dan menjelaskan komplikasi kanker payudara


a. Sindroma Paraneoplastik

Sindroma Paraneoplastik adalah sekumpulan gejala yang bukan disebabkan


oleh tumornya sendiri, tetapi oleh zat-zat yang dihasilkan oleh kanker. Beberapa zat
yang dapat dihasilkan oleh tumor adalah hormone, sitokinese, dan berbagai protein
lainnya. Zat-zat tersebut mempengerahui organ atau jaringan melalui efek kimianya.
Bagaimana tepatnya kanker mengenai sisi yang jauh belum sepenuhnya dimengerti.
Beberapa kanker mengeluarkan zat ke dalam aliran darah yang merusak jaringan yang
jauh melalui suatu reaksi autoimun. Kanker lainnya mengeluarkan zat yang secara
langsung mempengaruhi fungsi dari organ yang berbeda atau merusak jaringan. Bisa
terjadi kadar gula darah yang rendah, diare, dan tekanan darah tinggi.

Beberapa gejala dapat diobati secara langsung tetapi untuk mengobati


sindroma paraneoplastik biasanya harus dilakukan pengendalian terhadap kanker
penyebabnya.
Kedaruratan
Yang termasuk dalam kedaruratan kanker adalah :
Tamponade jantung
Efusi pleura
Sindroma vena kava superior
Sindroma penekanan tulang belakang
Sindroma hiperkalemik

1.10 Pencegahan

Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan dalam tiga kelompok


besar, yaitu pencegahan pada lingkungan, pada pejamu, dan milestone.
Hampir setiap epidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif
bagi kejadian penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi
dini. Begitu pula pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara
lain berupa:
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk
promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui
upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko
dan melaksanakan pola hidup sehat. Pencagahan primer ini juga bisa
berupa pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang
dilakukan secara rutin sehingga bisa memperkecil faktor risiko terkena
kanker payudara ini.

b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko
untuk terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki
siklus haid normal merupakan populasiat risk dari kanker payudara.
Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa
metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining melalui
mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker
payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada
wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker
payudara. Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat
dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain:
Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan
cancer risk assessement survey.
Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan
mammografi setiap tahun.
Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai
mencapai usia 50 tahun.

Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara


lebih sedikit pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI
(Pemeriksaan Payudara Sendiri) dibandingkan yang tidak. Walaupun
sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker payudara hanya 26%, bila
dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara
dini menjadi 75%
c. Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif
menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker
payudara sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan
memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini penting
untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi
penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa
operasi walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup
penderita. Bila kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan
kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu, pengobatan yang
diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari
pengobatan alternatif.

Deteksi dini kanker payudara


a. Program Skrining
Program skrining ini bertujuan untuk mendeteksi kanker payudara sedini
mungkin sebelum kanker bermetastasis ke organ sekitarnya maupun ke
nodus limfatik disekitarnya. Program ini terdiri atas pemeriksaan fisik dan
mammografi pada pasien asimptomatik. Program ini mampu mendeteksi
10 kanker per 1000 pasien dengan usia diatas 50 tahun dan 2 kanker per
1000 pasien dengan usia dibbaawah 50 tahun. Penelitian membuktikan
bahwa deteksi dini ini mampu meningkatkan angka kelangsungan hidup
para penderita kanker payudara, dan mencegah kanker menyebar ke nodus
limfatik sebesar 80%. Program skrining ini rutin dilakukan setiap tahun
bagi wanita dengan usia 40 tahun keatas, dan dua sampai tiga tahun sekali
bagi wanita dengan umur 20-40 tahun.

b. SADARI (breast self examination)


Pemeriksaan payudara sendiri atau BSE belum terbukti dapat
meningkatkan angka keberlangsungan hidup penderita kanker payudara,
karena kurangnya bukti nilai demostrasi yang kuat. The American Cancer
Society tidak lagi merekomendasikan melakukan BSE pada wanita setiap
bulan dimulai pada usia 20 tahun. Selain itu, BSE harus dilakukan dengan
teknik dan pengetahuan yang baik, jadi perlu diadakan pelatihan khusus.
BSE dapat dilakukan 7-8 hari setelah menstruasi berakhir.

c. Pencitraan (imaging)
Mammografi adalah pencitraan yang paling bisa diandalkan dalam
mendeteksi kanker payudara bahkan sebelum massa tersebut bisa teraba.
Namun, mammografi menjadi kurang sensitive pada wanita usia muda
karena jaringan payudara terlalu padat. Mammografi bias mendeteksi
kalsifikasi dengan mudah.

1.11 Memahami dan menjelaskan prognosis kanker payudara


Kelangsungan hidup pasien kanker payudara dipengaruhi oleh banyak hal seperti
karakteristik tumor, status kesehatan, factor genetik, level stress, imunitas, keinginan
untuk hidup, dan lain-lain. Stadium klinis dari kanker payudara merupakan indikator
terbaik untuk menentukan prognosis penyakit ini. Harapan hidup pasien kanker
payudara dalam lima tahun digambarkan dalam five-year survivak rate (Imaginis,
2009)

Tabel 2.7 Five-Year Survival Rate Pasien Kanker Payudara


Stadium Five-Year Survival
Rate
0 100%
I 100%
IIA 92%
IIB 81%
IIIA 67%
IIIB 54%
IV 20%

LI. II. Memahami dan menjelaskan sikap dan tindakan positif dalam
menghadapi penyakit berat

Makna Dan Hakekat Tawakal


Dari segi bahasa, tawakal berasal dari kata tawakala yang memiliki arti;
menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan. (Munawir, 1984 : 1687).
Seseorang yang bertawakal adalah seseorang yang menyerahkan,
mempercayakan dan mewakilkan segala urusannya hanya kepada Allah
SWT.

1. Tawakal merupakan perintah Allah SWT.


Allah berfirman dalam Al-Quran (QS. 8 : 61)

Dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.

2. Larangan bertawakal selain kepada Allah (menjadikan selain Allah sebagai


penolong)
Allah berfirman (QS. 17:2)


Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu
petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman): "Janganlah kamu mengambil penolong
selain Aku,

3. Orang yang beriman; hanya kepada Allah lah ia bertawakal.


Allah berfirman (QS. 3 : 122) :

Dan hanya kepada Allahlah, hendaknya orang-orang mumin bertawakal.

Anda mungkin juga menyukai