TM 1
TM 1
1102014190
SASBEL
Faktor Risiko
Berbagai faktor risiko yang diperkirakan meningkatkan risiko kanker
payudara, antara lain:
a. Usia
Semakin bertambahnya usia seseorang, insidens kanker payudara akan
meningkat, tetapi kemudian akan menurun drastis setelah masa
menopause.
b. Genetik dan Familial
Adanya riwayat kanker payudara dalam keluarga akan meningkatkan
insidens kanker payudara. 5-10% kejadian ini terjadi akibat predisposisi
genetik :
Mutasi germline pada gen BRCA1 dan BRCA2 pada kromosom 17
dan 13.
Mutasi gen ATM yang mengatur perbaikan DNA.
Mutasi gen CHEK2 dan mutasi gen pada supresor tumor p53.
c. Reproduksi dan Hormonal
Usia menarche yang lebih dini (<12 tahun), usia menopause yang lebih
lambat (>55 tahun), melahirkan bayi aterm diatas 35 tahun, penggunaan
kontrasepsii oral, dan penggunaan terapi sulih-hormon pasca menopause
akan meningkatkan insidens kanker payudara. Sedangkan, menyusui bayi
akan menurunkan risiko terkena kanker payudara, terutama jikan masa
menyusui dilakukan selama 27-52 minggu.
d. Gaya Hidup
Berat badan. Obesitas pada masa pasca menopause meningkatkan
risiko kanker payudara.
Aktivitas fisik. Olahraga selama 4jam setiap minggu menurunkan
risiko sebesar 30%.
Merokok dan alkohol meningkatakan risiko kanker payudara.
e. Lingkungan
Wanita yang semasa kecil atau dewasa mudanya pernah menjalani terapi
penyinaran pada daerah dada. Selain itu juga dapat disebabkan oleh
peptisida atau DDT yang sering kali mencemari bahan makanan.
(Samuel J. Haryono, dkk, 2009)
1.4 Klasifikasi
mo,
Keterangan * :
Tis : Karsinoma insitu
Tis (DCIS) : karsinoma in situ hanya ductal
Tis (LCIS) : karsinoma in situ hanya lobular
Tis (Paget) : penyakit Paget dari puting susu tanpa tumor
(Catatan: Paget penyakit yang terkait dengan tumor
diklasifikasikan menurut ukuran tumor
Palpable Lymph 2. Palpable Lymph NodeInterpretasi
(N):
Node (N)
N2a Teraba KGB aksila yang terfiksasi atau berkonglomerasi atau melekat ke
struktur lain.
N2b Secara klinis metastase hanya dijumpai pada KGB mamari interna
ipsilateral dan tidak terdapat metastase pada KGB aksila.
N3a
Metastase Interpretasi
3. Metastase (M) :
Mx Metastase jauh belum dapat dinilai
M0 Tidak ada metastase ke organ yang jauh
M1 Metastase ke organ jauh
Stadium Klinis
1.5 Patofisiologi
Proses terjadinya kanker payudara diawali dengan konsumsi atau paparan zat-
zat karsinogen, sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat
menyebabkan kanker payudara. Kanker payudara berasal dari jaringan
epithelial dan paling sering terjadi pada sistem duktal. Mula-mula terjadi
hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan
berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker
membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai
menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1
cm). Pada ukuran itu, kira- kira seperempat dari kanker payudara telah
bermetastase. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika sudah teraba, biasanya
oleh wanita itu sendiri. Gejala kedua yang paling sering terjadi adalah cairan
yang keluar dari muara duktus satu payudara, dan mungkin berdarah. Jika
penyakit telah berkembang lanjut, pecahnya benjolan-benjolan dapat
menyebabkan ulserasi pada kulit.
1.6 Manifestasi Klinis
Massa tumor
Sebagian besar bermanifestasi sebagai massa mammae yang tidak nyeri.
Sering kali ditemukan secara tidak sengaja. Lokasi bisa di kuadran mana saja
dengan konsistensi agak keras, batas tidak tegas, permukaan tidak licin,
mobilitas kurang.
Perubahan kulit
a. Tanda Lesung (Dimpling)
Disebabkan oleh fiksasi tumor pada kulit, sehingga
menimbulkan retraksi kulit (dimpling).
e. Perubahan Inflamatorik
Keseluruhan kulit mammae berwarna merah bengkak, mirip
peradangan, dapat disebut juga tanda peradangan. Tipe ini sering
pada kanker mammae waktu hamil atau laktasi.
b. Secret Papilar
Disebabkan oleh karsinoma dalam duktus besar atau tumor mengenai
duktus besar.
c. Perubahan Eksematoid
Merupakan manifestasi spesifik (paget) klinis tampak aerola, papilla
mammae tererosi, berkusta, secret, deskuamasi sangat mirip eksim.
Stadium I
Tumor terbatas dalam payudara, bebas
dari jaringan sekitarnya, tidak ada
klasifikasi/ infiltrasi berkulit dan
jaringan dibawahnya. Besar tumor 1-2
cm. KGB (Kelenjar Getah Bening)
regional belum teraba.
Stadium II
Sama dengan stadium I, besar tumor 2-5 cm, sudah ada KGB
aksila (+), tetapi masih
bebas dengan diameter
kurang 2 cm.
Stadium IIIA
Tumor berukuran 5-10 cm, tetapi masih
bebas dari jaringan sekitarnya, KGB
aksila masih bebas satu sama lain.
Stadium IIIB
Tumor meluas dalam jaringan payudara ukuran 5-10 cm,
fiksasi pada kulit/ dinding dada, kulit merah dan ada edema
(lebih dari 1/3 permukaan kulit payudara), ulserasi, nodul
satelit, KGB aksila melekat satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan
diameter 2-5 cm dan belum ada metastasis jauh.
Stadium IV
Tumor seperti stadium I, II atau III tetapi sudah disertai dengan KGB aksila
supraklavikula dan metastasis jauh
B. Pemeriksaan fisik
Karena organ payudara di pengaruhi oleh factor hormonal antara lain
estrogen dan progesterone maka sebaiknya pemeriksaan payudara di
lakukan di saat pengaruh hormonal ini seminimal mungkin, yaitu setelah
mestruasi lebih kurang satu minggu dari hari pertama mestruasi. Dengan
pemeriksaan fisik yang baik dan teliti, ketepatan pemeriksaan untuk
kanker payudara secara klinis cukup tinggi.
(Ramli, 1994)
Teknik pemeriksaan
Penderita di periksa dengan badan bagian atas terbuka:
1. Posisi tegak (duduk) INSPEKSI
Penderita duduk dengan posisi tangan bebas ke samping, pemeriksa
berdiri di depan dalam posisi yang lebih kurang sama tinggi. Pada
inspeksi di lihat: simetri payudara kiri-kanan, kelainan papila, letak dan
bentuknya, adakah retraksi puting susu, kelainan kulit, tanda-tanda
radang, peau dorange, dimpling, ulserasi, dan lain-lain.
2. Posisi berbaring PALPASI
Posisi berbaring dan di usahakan agar payudara jatuh tersebar rata di
atas lapangan dada, jika perlu bahu/punggung di ganjal dengan bantal
kecil pada penderita yang payudara nya besar. Palpasi ini di lakukan
dengan mempergunakan falang distal dan falang medial jari II, III, dan
IV, dan di kerjakan secara sistematis mulai dari cranial setinggi iga ke-
2 sampai ke distal setinggi iga ke-6, dan pemeriksaan daerah sentral
subareolar dan papil. Terakhir diadakan pemeriksaan kalau ada cairan
keluar dengan menekan daerah sekitar papil.
3. Menetapkan keadaan tumornya
a. Lokasi tumor menurut kwadran di payudara atau terletak di daerah
sentral (subareola dan di bawah papil). Payudara di bagi atas
empat kwadran, yaitu kwadran atas, lateral bawah, medial atas dan
bawah serta di tambah satu daerah sentral.
b. Ukuran tumor,konsistensi,batas-batas tumor tegas atau tidak tegas.
c. Mobilitas tumor terhadap kulit dan muskulus pektoralis atau
dinding dada.
4. Memeriksa kelenjar getah bening regional aksila, yang di raba
kelompok kelenjar getah bening:
a. mammaria eksterna, di bagian anterior dan di bawah tepi muskulus
pektoralis aksila
b. subskapularis di posterior aksila
c. sentral di bagian aksila
d. apikal di ujung atas fossa aksila
5. Pada perabaan di tentukan besar, konsistensi, jumlah, apakah
berfiksasi atau tidak.
6. Organ lain ikut di periksa adalah hepar, lien untuk mencari
metastasis jauh, juga tulang-tulang utama, tulang belakang
C. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan penunjang. Namun secara umum terbagi dua
yaitu non-invasif dan invasif.
1. Non-invasif
a. Mammografi
b. Ultrasound
c. Computed Tomography dan Magnetic Resonannce Imaging
Scan
2. Invasif
a. Sitologi Aspirasi
b. Core Needle Biopsy (CNB) Biopsi Terbuka
Biopsi Eksisi
Biopsi Insisi
c. Needle-Guided Biopsy (NGB)
Ultrasound-Guided Biopsy (UGB)
Nipple Discharge Smear (NDS)
Nipple Biopsy
(Sarwono Prawirohardjo, 2008; R. Sjamsuhidajat, 2004)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Mammografi
Tindakan pemeriksaan payudara dengan menggunakan sinar X berintensitas
rendah. Tujuan pemeriksaan untuk melihat ada tidaknya benjolan pada
payudara. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk perempuan dengan keluhan
perihal payudara, baik setelah ditemukan maupun sebelum ditemukan adanya
benjolan dan sebagai check up kanker payudara.
Suatu tehnik pemeriksaan soft tissue. Untuk melihat tanda primer berupa
fibrosis reaktif, comet sign, adanya perbedaan yang nyata ukuran klinik dan
rontgenologik, serta adanya mikrokalsifikasi. Tanda sekunder berupa retraksi,
penebalan kulit, bertambahnya vaskularisasi, perubahan posisi papila dan
areola. Mammografi ini dapat mendeteksi tumor-tumor yang secara palpasi
tidak teraba, jadi sangat baik untuk diagnosis dini dan screening.
Dari hasil mammografi dapat diketahui apakah tumor yang ada di payudara
merupakan tumor yang jinak atau ganas. Melalui pemeriksaan yang disebut
dengan mammograms, maka tipe kanker payudara dapat dikategorikan dalam
dua bagian yaitu :
1) Kanker payudara non invasive yaitu kanker yang terjadi pada kantung
atau tube susu penghubung antara alveolus (kalenjar yang memproduksi
susu) dan puting payudara. Dalam bahasa kedokteran disebut ductal
carcinoma in situ (DCIS), dimana kanker belum menyebar ke bagian luar
jaringan kantung susu.
2) Kanker payudara invasive yaitu kanker yang telah menyebar keluar
bagian kantung susu dan menyerang jaringan sekitarnya bahkan dapat
menyebabkan penyebaran (metastase) ke bagian tubuh lainnya seperti
kelenjar limpa dan lainnya melalui peredaran darah.
Ultrasonografi/USG
USG sangat bermanfaat jika digunakan bersamaan dengan mammografi untuk
tujuan diagnostik untuk membantu membedakan kista berisi cairan atau solid.
Kelemahan MRI juga ada, kadang jaringan padat yang terlihat pada saat
MRI bukan kanker, atau bahkan MRI tidak bisa menunjukkan suatu jaringan
yang padat itu sebagai in situ breast cancer maka untuk memastikan lagi harus
dilakukan biopsy.
(American Cancer Society, 2010)
TEST-TEST LAIN
Photo Thorax. Untuk mengetahui apakah sudah ada penyebaran keparu-
paru
Bonescan. Untuk mengetahui apakah kanker sudah menyebar ke tulang.
Pada bonescan, pasien disuntikkan radioactive tracer pada pembuluh
vena.. Tulang yang menunjukkan kelainan akan terlihat warnanya lebih
gelap dari tulang normal.
Computed Tomography (CT atau CAT) Scan. Untuk melihat secara
detail letak tumor. Disini pasien juga disuntik radioactive tracer pada
pembuluh vena, tapi volumenya lebih banyak sehingga sebenarnya sama
dengan infuse. Setelah disuntik CT-scan bisa segera dilakukan. CT-scan
akan membuat gambar tiga dimensi bagian dalam tubuh yang diambil
dari berbagai sudut. Hasilnya akan terlihat gambar potongan melintang
bagian dari tubuh yang discan 3 dimensi.
Positron Emission Tomography (PET) scan. Untuk melihat apakah
kanker sudah menyebar.Dalam PET scan cairan glukosa yang
mengandung radioaktif disuntikkan pada pasien. Sel kanker akan
menyerap lebih cepat cairan glukosa tersebut, dibanding sel normal.
Sehingga akan terlihat warna kontras pada PET scan. PET scan biasanya
digunakan sebagai pelengkap data dari hasil CTscan, MRI dan
pemeriksaan secara fisik
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
TES DARAH
Tes darah juga diperlukan untuk lebih mendalami kondisi kanker. Tes-tes itu
antara lain:
Level Hemoglobin (HB) : untuk mengetahui jumlah oksigen yang ada di
dalam sel darah merah
Level Hematocrit : untuk mengetahui prosentase dari darah merah
didalam seluruh badan
Jumlah dari sel darah putih : untuk membantu melawan infeksi
Jumlah trombosit (untuk membantu pembekuan darah)
Differential ( prosentase dari beberapa sel darah putih)
PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI
Pemeriksaan histopatologi ialah dengan prosedur biopsi yaitu mengambil
sampel jaringan payudara untuk menilai jaringan tersebut mengandung sel
kanker atau bukan kanker. Pemeriksaan fisik pada payudara, mammografi,
USG, dan pemeriksaan pencitraan yang lain dapat membantu mendeteksi
payudara yang tidak normal, sedangkan biopsi dengan pemeriksaan
mikroskop adalah satu-satunya cara untuk menegakkan diagnosis pasti
kanker. Biopsi dapat mengidentifikasikan tipe dan stadium dari kanker yang
ditemukan. Ada beberapa metode dari biopsi payudara, antara lain :
Core needle biopsy
Vacuum-assisted biopsy (Mammotome or MIBB)
Large core surgical (ABBI)
Open surgical (excisional or incisional)
Pasien yang akan dilakukan biopsi diberikan pembiusan lokal (anestesi lokal)
dengan menggunakan lidokain kemudian jarum dimasukkan ke dalam
payudara. Seperti biopsi dengan FNAB, operator akan melakukan perabaan
benjolan pada payudara untuk menuntun arah masuk jarum dan apabila
benjolan tidak dapat diraba biasanya dibutuhkan alat lain untuk memandu
proses biopsi seperti mammografi atau USG. Tiga sampai enam jarum
dimasukkan secara menyebar untuk memperoleh sampel jaringan yang cukup
untuk pemeriksaan. Prosedur ini hanya berlangsung beberapa menit dan
pasien dapat langsung melakukan aktivitasnya setelah prosedur ini selesai.
Prosedur ini dapat menimbulkan bekas pada tempat biopsi tapi tidak sampai
menimbulkan jaringan parut. Prosedur biopsi ini tidak dianjurkan untuk
pasien dengan benjolan yang sangat kecil atau sangat keras.
Prosedur biopsi ini dapat memperoleh hasil yang lebih akurat untuk menilai
massa pada payudara dibandingkan FNAB karena sampel yang diambil lebih
banyak dan memungkinkan pemeriksa untuk mengevaluasi sel-sel yang tidak
normal untuk dibandingkan jaringan sekitar sel yang diambil. Meskipun
begitu, core needle biopsy hanya mengambil sampel dan bukan keseluruhan
jaringan sehingga kemungkinan terjadi kesalahan diagnosis masih dapat
terjadi.
Payudara yang akan dibiopsi harus dalam keadaan bersih dan ditutup dengan
kain operasi khusus. Biopsi ini menggunakan pembiusan lokal atau bisa juga
ditambahkan bahan yang membuat pasien tertidur (sedasi). Selama proses
biopsi eksisional, dokter bedah akan mengangkat daerah yang tidak normal
dan sedikit jaringan normal di sekelilingnya. Prosedur yang dilakukan pada
biopsi insisional mirip dengan biopsi eksisional namun dokter bedah hanya
mengambil sebagian dari jaringan yang tidak normal dan prosedur ini
biasanya dilakukan apabila jaringan yang tidak normal luas. Pada beberapa
kasus, dokter bedah akan menggunakan bantuan mammografi atau USG
untuk menentukan lokasi yang harus dibiopsi. Hasil biopsi kemudian
diperiksa di laboratorium patologi dan luka bekas operasi dijahit.
FNAB dikerjakan oleh seorang ahli dengan terlebih dulu membersihkan kulit
payudara yang akan diperiksa. Apabila benjolan dapat diraba maka pemeriksa
akan memasukkan jarum halus tersebut ke daerah benjolan tersebut. Apabila
benjolan tidak dapat diraba, prosedur FNAB akan dilakukan dengan panduan
dari system pencitraan yang lain seperti mammografi atau USG. Setelah
jarum dimasukkan ke dalam bagian payudara yang tidak normal, maka
dilakukan penghisapan melalui jarum tersebut. Hasil sampel yang diperoleh
diratakan pada gelas obyek kemudian dibiarkan kering kemudian difiksasi
dengan menyemprotnya dan diberi minyak emersi untuk akhirnya diperiksa
dibawah mikroskop. Efektivitas dari pemeriksaan FNAB sangat dipengaruhi
oleh kemampuan operator dan keahlian pemeriksa yang sudah
berpengalaman.
Kondisi dari sampel FNAB memiliki makna yang sangat penting untuk
menentukan apakah hasil tersebut mengandung sel kanker atau tidak. Apabila
sampel yang dihasilkan dari benjolan tersebut tampak bersih, sedikit
berwarna, kehijauan atau kecoklatan, putih, kuning, atau pada kasus yang
sangat jarang mengandung darah, pada kebanyakan kasus kemungkinan besar
ini berasal dari tumor yang jinak atau bukan kanker. Sedangkan sampel yang
mengandung darah mengindikasikan sampel tersebut mengandung sel kanker
dan dianalisis lebih lanjut.
Diagnosis Banding
Lesi yang paling sering dipertimbangkan dalam diagnosis diferensial kanker
payudara adalah sebagai berikut, berdasarkan urutan frekuensi: fibrokistik
payudara, fibroadenoma, intraductal papilloma, lipoma, dan nekrosis
lemak.
(Stephen J. McPhee, 2009)
1.10 Pencegahan
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko
untuk terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki
siklus haid normal merupakan populasiat risk dari kanker payudara.
Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa
metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining melalui
mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker
payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada
wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker
payudara. Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat
dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain:
Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan
cancer risk assessement survey.
Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan
mammografi setiap tahun.
Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai
mencapai usia 50 tahun.
c. Pencitraan (imaging)
Mammografi adalah pencitraan yang paling bisa diandalkan dalam
mendeteksi kanker payudara bahkan sebelum massa tersebut bisa teraba.
Namun, mammografi menjadi kurang sensitive pada wanita usia muda
karena jaringan payudara terlalu padat. Mammografi bias mendeteksi
kalsifikasi dengan mudah.
LI. II. Memahami dan menjelaskan sikap dan tindakan positif dalam
menghadapi penyakit berat