PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Saat ini Congestive Hearth Failure (CHF) atau yang biasa disebut gagal
jantung kongestif merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang terus
meningkat insiden dan prevalensinya. Risiko kematian akibat gagal jantung
berkisar antara 5-10% pertahun pada gagal jantung ringan yang akan meningkat
menjadi 30-40% pada gagal jantung berat. Selain itu, gagal jantung merupakan
penyakit yang paling sering memerlukan perawatan ulang di rumah sakit
(readmission) meskipun pengobatan rawat jalan telah diberikan secara optimal
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Dikutif dari jurnal penelitian Marsiana, 2012 hal: 2. Congestive Heart
Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami kegagalan dalam
memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien dan
oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan ruang jantung
(dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh
tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu
memompa darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang
melemah tidak mampu memompa dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal sering
merespons dengan menahan air dan garam. Hal ini akan mengakibatkan
bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau
organ lainnya sehingga tubuh klien menjadi bengkak (congestive) (Udjianti,
2010).
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/ kemampuannya hanya ada kalau
disertai peninggian volume diastolik secara abnormal (Mansjoer dan Triyanti,
2007).
Gagal jantung adalah sindrom klinik dengan abnormalitas dari struktur
atau fungsi jantung sehingga mengakibatkan ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah ke jaringan dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh
(Darmojo, 2004 cit Ardini 2007).
2.2 Klasifikasi
New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional
dalam 4 kelas: (Jurnal Penelitian Marsiana, 2012 hal:2)
kelas 1: Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tampa keluhan
kelas 2: Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari aktivitas
sehari-hari tanpa keluhan.
kelas 3: Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan.
kelas 4: Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun dan harus
tirah baring.
2.3 Etiologi
2.3.1 Secara Umum (Jurnal Penelitian Marsiana, 2012 hal: 5)
1) Kelainan otot jantung. Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan
ototjantung, disebabkan karena menurunnya kontraktilitas jantung.Kondisi
yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantungmencakup ateroslerosis
koroner, hipertensi arterial dan penyakitdegeneratif atau inflamasi.
2) Aterosklerosis coroner mengakibatkan disfungsi miokardiumkarena
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadihipoksia dan asidosis (akibat
penumpukan asam laktat). Infarkmiokardium (kematian sel jantung) biasanya
mendahuluiterjadinya gagal j antung.
3) Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload)meningkatkan
beban kerja jantung dan pada gilirannyamengakibatkan hipertrofi serabut otot
jantung. Efek tersebutdapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena
akanmeningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan yangtidak jelas,
hipertrofil otot jantung tadi tidak dapat berfungsisecara normal, dan akibatnya
akan terjadi gagal jantung.
4) Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungandengan gagal
jantung karena kondisi ini secara langsungmerusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun.
5) Faktor sistemik, terdapat sejumlah besar faktor yang berperandalam
perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnyalaju metabolisme,
hipoksia dan anemia memerlukan peningkatancurah jantung untuk memenuhi
kebutuhan oksigen sistemik.Hipoksia atau anemia juga dapat menurunkan
suplai oksigen kejantung. Asidosis dan abnormalitas elektrolit dapat
menurunkankontraktilitas jantung (Brunner dan Suddart, 2000).
2.3.2 Faktor resiko
1) Faktor resiko yang tidak dapat dirubah (Jurnal Penelitian Marsiana, 2012 hal:
7):
a) Usia
Laki-laki yang berusia lebih dari 45 tahun dan wanita yang berusia lebih
dari 55 tahun, mempunyai risiko lebih besar terkena penyakit jantung.
b) Genetik atau keturunan
Adanya riwayat dalam keluarga yang menderita penyakit jantung,
meningkatkan risiko terkena penyakit jantung.Riwayat dalam keluarga
juga tidak dapat dirubah. Namun informasi tersebut sangat penting bagi
dokter. Jadi informasikan kepada dokter apabila orang tua anda, kakekatau
nenek, paman / bibi, atau saudara ada yang menderita penyakit jantung.
c) Penyakit Lain
Penyakit lain seperti diabetes, meningkatkan resiko penyakit jantung.
Diskusikan dengan dokter mengenai penanganan diabetes dan penyakit
lainnya. Gula darah yang terkontrol baik dapat menurunkan risiko
penyakit jantung.
2.6 Studi Diagnostik CHF (Jurnal Penelitian Marsiana, 2012 hal: 13)
1. Hitung sel darah lengkap: anemia berat atau anemia gravis atau
polisitemia vera
2. Hitung sel darah putih: Lekositosis atau keadaan infeksi lain
3. Analisa gas darah (AGD): menilai derajat gangguan keseimbangan asam
basa baik metabolik maupun respiratorik.
4. Fraksi lemak: peningkatan kadar kolesterol, trigliserida, LDL yang
merupakan resiko CAD dan penurunan perfusi jaringan
5. Serum katekolamin: Pemeriksaan untuk mengesampingkan penyakit
adrenal
6. Sedimentasi meningkat akibat adanya inflamasi akut.
7. Tes fungsi ginjal dan hati: menilai efek yang terjadi akibat CHF terhadap
fungsi hepar atau ginjal
8. Tiroid: menilai peningkatan aktivitas tiroid
9. Echocardiogram: menilai senosis/ inkompetensi, pembesaran ruang
jantung, hipertropi ventrikel
10. Cardiac scan: menilai underperfusion otot jantung, yang menunjang
penurunan kemampuan kontraksi.
11. Rontgen toraks: untuk menilai pembesaran jantung dan edema paru.
12. Kateterisasi jantung: Menilai fraksi ejeksi ventrikel.
13. EKG: menilai hipertropi atrium/ ventrikel, iskemia, infark, dan disritmia
2.7 Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung adalah (Jurnal
Penelitian Marsiana, 2012 hal: 12):
1) Meningkatkan oksigenasi dengan terapi O2 dan menurunkan konsumsi oksigen
dengan pembatasan aktivitas.
2) Meningkatkan kontraksi (kontraktilitas) otot jantung dengan digitalisasi.
3) Menurunkan beban jantung dengan diet rendah garam, diuretik, dan
vasodilator.
Penatalaksanaan Medis
1) Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan
konsumsi O2 melalui istirahat/ pembatasan aktifitas
2) Memperbaiki kontraktilitas otot jantung
a. Mengatasi keadaan yang reversible, termasuk tirotoksikosis, miksedema,
dan aritmia.
b. Digitalisasi:
a) dosis digitalis
Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 mg dalam 4 - 6 dosis selama
24 jam dan dilanjutkan 2x0,5 mg selama 2-4 hari.
Digoksin IV 0,75 - 1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam.
Cedilanid IV 1,2 - 1,6 mg dalam 24 jam.
b) Dosis penunjang untuk gagal jantung: digoksin 0,25 mg sehari. untuk
pasien usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan.
c) Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg.
d) Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang
berat:
Digoksin: 1 - 1,5 mg IV perlahan-lahan.
Cedilamid 0,4 - 0,8 IV perlahan-lahan.
Sumber: Mansjoer dan Triyanti (2007)
Terapi Lain:
1. Koreksi penyebab-penyebab utama yang dapat diperbaiki antara lain: lesi
katup jantung, iskemia miokard, aritmia, depresi miokardium diinduksi
alkohol, pirau intrakrdial, dan keadaan output tinggi.
2. Edukasi tentang hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan.
3. Posisi setengah duduk.
4. Oksigenasi (2-3 liter/menit).
5. Diet: pembatasan natrium (2 gr natrium atau 5 gr garam) ditujukan untuk
mencegah, mengatur, dan mengurangi edema, seperti pada hipertensi dan
gagal jantung. Rendah garam 2 gr disarankan pada gagal jantung ringan dan 1
gr pada gagal jantung berat. Jumlah cairan 1 liter pada gagal jantung berat
dan 1,5 liter pada gagal jantung ringan.
6. Aktivitas fisik: pada gagal jantung berat dengan pembatasan aktivitas, tetapi
bila pasien stabil dianjurkan peningkatan aktivitas secara teratur. Latihan
jasmani dapat berupa jalan kaki 3-5 kali/minggu selama 20-30 menit atau
sepeda statis 5 kali/minggu selama 20 menit dengan beban 70-80% denyut
jantung maksimal pada gagal jantung ringan atau sedang.
7. Hentikan rokok dan alkohol
8. Revaskularisasi koroner
9. Transplantasi jantung
10. Kardoimioplasti
CTR=A+B/C
Keterangan :
A : jarak MSP dengan dinding kanan terjauh jantung.
B : jarak MSP dengan dinding kiri terjauh jantung.
C : jarak titik terluar bayangan paru kanan dan kiri.
Jika CTR >0.5 maka dikategorikan sebagai Cardiomegaly
Contoh :
Pada sebuah foto thorax, setelah dibuat garis-garis untuk menghitung
Cardiothoracic Ratio, di dapat nilai-nilai sebagai berikut :
Panjang garis A = 6 cm
Panjang garis B = 13 cm
Panjang garis C = 30 cm
Dari nilai-nilai di atas, apakah jantung pada pasien tersebut dapat dikategorikan
sebagai Cardiomegally atau tidak?
Jawab :
Sesuai dengan rumus perbandingan yang telah dijelaskan, maka kita masukan
nilai-nilai tersebut di atas.
6+13/30 = 0,63
Karena nilai ratio nya melebihi 0,5, maka jantung pasien tersebut dapat
dikategorikan Cardiomegally (terjadi pembesaran jantung)
2.9 Asuhan keperawatan
A. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan / keperawatan
Keluhan utama : Lemah beraktifitas ,Sesak nafas ,Nyeri bagian
dada
b. Riwayat penyakit sekarang
1. Penyebab kelemahan fisik setelah melakukan aktifitas ringan
sampai berat.
2. Seperti apa kelemahan melakukan aktifitas yang dirasakan,
biasanya disertai sesak nafas.
3. Apakah kelemahan fisik bersifat local atau keseluruhan system
otot rangka dan apakah disertai ketidakmampuan dalam
melakukan pergerakan.
4. Bagaimana nilai rentang kemampuan dalam melakukan aktifitas
sehari-hari.
5. Kapan timbulnya keluhan kelemahan beraktifitas, seberapa
lamanya kelemahan beraktifitas, apakah setiap waktu, saat
istirahat ataupun saat beraktifitas
c. Riwayat penyakit dahulu
1. Apakah sebelumnya pernah menderita nyeri dada, darah tinggi,
DM, hiperlipidemia.
2. Obat apa saja yang pernah diminum yang berhubungan dengan
obat diuretic, nitrat, penghambat beta serta antihipertensi. Apakah
ada efek samping dan alergi obat.
Riwayat penyakit keluarga
Penyakit apa yang pernah dialami keluarga dan adakah anggota
keluarga yang meninggal, apa penyebab kematiannya
d. Riwayat pekerjaan dan kebiasaan
1. Situasi tempat kerja dan lingkungannya
2. Kebiasaan dalam pola hidup pasien.
3. Kebiasaan merokok
2. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum
Didapatkan kesadaran baik atau compos mentis dan berubah sesuai
tingkat gangguan yang melibatkan perfusi system saraf pusat
Breathing
Terlihat sesak
Frekuensi nafas melebihi normal
Bleeding
Inspeksi : adanya parut, keluhan kelemahan fisik, edema ekstrimitas.
Palpasi : denyut nadi perifer melemah, thrill
Perkusi : Pergeseran batas jantung
Auskultasi : Tekanan darah menurun, bunyi jantung tambahan
Brain
Kesadaran biasanya compos mentis
Sianosis perifer
Wajah meringis, menangis, merintih, meregang dan menggeliat.
Bladder
Oliguria
Edema ekstrimitas
Bowel
Mual
Muntah
Penurunan nafsu makan
Penurunan berat badan
Bone
Kelemahan
Kelelahan
Tidak dapat tidur
Pola hidup menetap
Jadwal olahraga tak teratur
Psikososial
Integritas ego : menyangkal, takut mati, marah, kuatir.
Interaksi social : stress karena keluarga, pekerjaan, kesulitan biaya
ekonomi, kesulitan koping.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ; Perubahan kontraktilitas
miokardial/perubahan inotropik, Perubahan frekuensi, irama dan konduksi
listrik, Perubahan struktural, ditandai dengan ;
a. Peningkatan frekuensi jantung (takikardia) : disritmia, perubahan
gambaran pola EKG
b. Perubahan tekanan darah (hipotensi/hipertensi).
c. Bunyi ekstra (S3 & S4)
d. Penurunan keluaran urine
e. Nadi perifer tidak teraba
f. Kulit dingin kusam
g. Ortopnea,krakles, pembesaran hepar, edema dan nyeri dada.
Tujuan
Klien akan : Menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia
terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung , Melaporkan penurunan
episode dispnea, angina, Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja
jantung.
Intervensi:
a. Auskultasi nadi apical ; kaji frekuensi, iram jantung
Rasional : Biasanya terjadi takikardi (meskipun pada saat istirahat) untuk
mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel.
b. Catat bunyi jantung
Rasional : S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa. Irama
Gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah keserambi yang
distensi. Murmur dapat menunjukkan Inkompetensi/stenosis katup.
c. Palpasi nadi perifer
Rasional : Penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya nadi
radial, popliteal, dorsalis, pedis dan posttibial. Nadi mungkin cepat hilang atau
tidak teratur untuk dipalpasi dan pulse alternan.
d. Pantau TD
Rasional : Pada GJK dini, sedang atau kronis tekanan darah dapat meningkat.
Pada HCF lanjut tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi dan hipotensi tidak
dapat normal lagi.
e. Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis
Rasional : Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer sekunder terhadap
tidak adekuatnya curah jantung; vasokontriksi dan anemia. Sianosis dapat
terjadi sebagai refrakstori GJK. Area yang sakit sering berwarna biru atau
belang karena peningkatan kongesti vena.
f. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat sesuai
indikasi (kolaborasi)
Rasional : Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk
melawan efek hipoksia/iskemia. Banyak obat dapat digunakan untuk
meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas dan menurunkan
kongesti.