Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
UJIAN KASUS
Oleh:
Kurnia Elka Vidyarni
NIM 132011101079
Penguji:
dr. Alif Mardijana, Sp.KJ
UJIAN KASUS
Oleh:
Kurnia Elka Vidyarni
NIM 132011101079
Penguji:
dr. Alif Mardijana, Sp.KJ
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. S.A
Umur : 49 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Status Perkawinan : Sudah menikah
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Krajan I 3/2 Lembengan, Ledokombo,
Jember
No. Rekam Medis : 10879
Status Pelayanan : BPJS PBI
Tanggal Pemeriksaan : 23 Februari 2017, 25 Februari 2017,
03 Maret 2017
I. Anamnesis
Ruang IGD RSD dr. Soebandi Jember (23 Februari 2017)
II. Keluhan Utama:
Pasien berbicara sendiri tidak jelas dan teriak-teriak (menurut anak
pasien).
III. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Autoanamnesis
Ketika pemeriksa datang pasien sedang tertidur setelah pasien diinjeksi
CPZ di IGD. Pasien sempat sadar sebentar dan berbicara tidak jelas dan
memegang tangan pemeriksa.
b. Heteroanamnesis
3
Anak pasien mengatakan bahwa sejak kemarin pukul 08.00 (22 Februari
2017) pasien tiba-tiba menggigil, menangis, dan berbicara sendiri. Dan pada
saat itu pasien juga marah-marah tidak jelas. Yang dibicarakan pasien adalah
menanyakan keadaan keluarga dan tetangganya yang sudah meninggal. Saat
itu pasien masih mengenali anggota keluarga. Keluarga juga menyebutkan
kalau pasien pernah mengatakan pernah melihat bayangan hitam besar. Pasien
juga sering menyendiri dan berdiam diri terus kira-kira 1 tahun terakhir. Lima
hari terakhir, pasien sering berdiam diri dalam kamar. Pasien tinggal di rumah
bersama suami, anak, menantu, dan cucunya yang masih TK. Sehari-hari
pasien hanya di rumah, kadang membantu mengasuh cucunya dan membantu
aktivitas di sawah. Sebelum pasien datang ke IGD pasien seperti gelisah,
berbicara sendiri, dan teriak-teriak, tetapi isi pembicaraannya tidak jelas dan
kata-kata yang keluar tidak dapat dipahami.
d. Riwayat Pengobatan
Injeksi Chlorpromazine (CPZ) amp 50mg/2cc.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat gejala gangguan jiwa.
f. Riwayat Sosial
1. Status : Sudah menikah, tinggal bersama suami, anak,
cucu, dan menantu
2. Pendidikan : SD (hanya sampai kelas 4)
3. Pekerjaan : Petani
4. Premorbid : Kepribadian tertutup
5. Faktor Organik : -
6. Faktor Keturunan : -
7. Faktor Pencetus : -
8. Faktor Psikososial : Hubungan dengan suami dan keluarga tidak
dekat
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala leher : a/i/c/d = -/-/-/-
Jantung : ictus scordis tampak dan teraba pada ICS
5 anterior axila line, redup, S1S2 tunggal,
e/g/m = -/-/-
Paru paru : Simetris, retraksi -/-, fremitus n/n,
vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Flat, BU (+) normal, timpani, soepel
Ekstremitas : Akral hangat di keempat ekstremitas
Tidak ada odema di keempat ekstremitas
3. Status Psikiatri
KU : Pasien datang diantar keluarga, tetapi
suami tidak ikut, pasien berpakaian
sesuai usia dan gender
Kontak : Mata (-), verbal (-)
Kesadaran : Kualitatif : stupor
Kuantitatif : 3-4-5
Afek/emosi : Gelisah
Proses berpikir : Bentuk : Sulit dievaluasi
Arus : Sulit dievaluasi
Isi : Sulit dievaluasi
Persepsi : Halusinasi visual (+)
Ilusi (-)
Depersonalisasi (-)
Derealisasi (-)
Intelegensi : Dalam batas normal
Kemauan : Menurun
Psikomotor : Meningkat
Tilikan : Insight 1 (sama sekali tidak menyadari
dan menyangkal penyakitnya)
5
V. Anamnesis
Ruang Tulip RSD dr. Soebandi Jember (25 Februari 2017).
VI. Keluhan Utama:
Pasien mengeluh tenggorokannya sakit dan kepalanya pusing.
VII. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Autoanamnesis
Ketika pemeriksa datang ke ruangan, pasien sedang tiduran di atas bed.
Pasien sudah dapat diajak bicara walau sedikit kesulitan. Pasien mengeluhkan
tenggorakannya sakit dan susah untuk bicara. Pasien juga merasa
tenggorokannya sakit untuk makan sehingga hanya makan sedikit. Pasien
juga mengeluhkan kepalanya pusing seperti diikat.
Pasien baru hari ini dapat diajak berkomunikasi walau hanya minimal.
Pasien mengatakan pernah ada bayangan yang mengajaknya pergi ke makam
tetapi pasien selalu menolak dan bayangan itu sering muncul diatap rumah.
Pasien menyebutkan kalau bayangan itu mengajak pasien ke makam keluarga
dan tetangganya yang sudah meninggal dan karena itu pasien merasa
ketakutan.
b. Heteroanamnesis
Menurut anak pasien, pasien tidur nyenyak sejak MRS. Anak pasien
mengatakan keadaan pasien sudah jauh lebih tenang dan tidak marah-marah
lagi tetapi untuk bicara belum lancar dan pasien berbicara seperlunya saja.
Pasien bisa bilang mau makan, mau minum saat lapar dan haus. Pasien makan
masih harus disuapin dan makannya sedikit karena kata pasien
tenggorokannya sakit untuk menelan. Kemarin pasien juga sempat minta
ikatan di tangannya dilepas karena tangannya terasa sakit.
g. Riwayat Pengobatan
Pasien mendapatkan pengobatan injeksi Lodomer amp 5 mg/cc (2x1) dan
injeksi Diazepam amp 10 mg/2cc (2x1).
6
i. Riwayat Sosial
Status : Sudah menikah, tinggal bersama suami, anak,
cucu dan menantu
Pendidikan : SD (hanya sampai kelas 4)
Pekerjaan : Petani
Premorbid : Kepribadian tertutup
Faktor Organik :-
Faktor Keturunan :-
Faktor Pencetus :-
Faktor Psikososial : Hubungan dengan suami dan keluarga tidak
dekat
4. Pemeriksaan Fisik
Kepala leher : a/i/c/d = -/-/-/-
Jantung : ictus scordis tampak dan teraba pada ICS
5 anterior axila line, redup, S1S2 tunggal,
e/g/m = -/-/-
Paru paru : Simetris, retraksi -/-, fremitus n/n,
vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Flat, BU (+) normal, timpani, soepel
Ekstremitas : Akral hangat di keempat ekstremitas
Tidak ada odema di keempat ekstremitas
5. Status Psikiatri
KU : Pasien memakai kaos pendek sesuai usia
dan gender dan berselimut
Kontak : Mata (+), verbal (+) minimal, tidak
lancar
7
IX. Anamnesis
Rumah pasien di Lembengan, Ledokombo, Jember (03 Maret 2017)
a. Keluhan Utama
Pasien merasa buram saat melihat benda yang jaraknya jauh.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Autoanamnesis
Saat pemeriksa datang ke rumah, pasien selesai sholat ashar. Pasien
memakai baju panjang dan berjilbab rapi. Pasien menyapa pemeriksa lalu
berjabat tangan dengan pemeriksa dan duduk di samping pemeriksa. Pasien
mengatakan badannya sudah mulai membaik, pasien sudah tidak melihat
bayangan hitam besar yang pernah mengajaknya pergi ke makam keluarga
dan tetangganya yang sudah meninggal. Tetapi pasien masih khawatir kalau
bayangan hitam itu datang lagi. Karena setiap bayangan hitam itu datang
selalu mengajak pasien pergi ke makam keluarga dan tetangganya yang sudah
meninggal. Dan karena bayangan itu pasien merasakan rumahnya seperti ada
gempa, bergetar semua. Selain itu pasien mengatakan kalau melihat benda
yang berjarak jauh seperti buram. Hal ini tidak pernah dirasakan pasien
sebelumnya dan hal ini dirasakan pasien baik siang ataupun malam hari. Saat
ditanya pasien mengingat bahwa seminggu yang lalu dibawa ke RS
8
b. Heteroanamnesis
Menurut anak pasien, pasien sudah mulai membaik sejak KRS. Pasien
sudah mau beraktivitas walau belum pergi ke sawah. Aktivitas pasien hanya
di rumah, duduk, menonton tv, dan kadang membantu membereskan rumah
bersama anaknya. Pasien memang tipe orang pendiam. Pasien jarang bertamu
9
ke tetangga dan selama ini juga tidak pernah cerita kepada suami, anak,
maupun menantunya kalau ada masalah. Pasien sudah tidak marah-marah lagi
tetapi pasien lebih sering berdiam diri. Sudah kira-kira 1 tahun pasien
sering diam dan menyendiri dan saat ditanya anaknya pasien juga tidak
mengeluhkan ada masalah dengan siapapun baik keluarga maupun
tetangganya. Pasien tinggal di rumah bersama suami, anak, menantu, dan
cucunya. Menurut anak dan saudara pasien, hubungan pasien dengan suami,
anak, menantu, cucu, saudara, dan tetangga baik. Memang sebelum sakit
pasien bukan tipe orang yang giat bekerja, sehingga kalau tidak pergi ke
sawah pasien hanya berdiam diri di rumah. Pada saat pemeriksa home visit
suami pasien sedang tidak berada di rumah. Anak pasien juga mengatakan
saat seminggu yang lalu pasien dibawa ke RS dr. Soebandi adalah nasihat
kyai karena walaupun pasien sudah dirukiyah menurut kyai penyakit pasien
bukan karena hal-hal gaib tetapi karena penyakit lain yang harus mendapat
pengobatan dokter.
Pasien dapat makan sendiri tanpa disuapin tetapi makannya sedikit.
Pasien sering menolak makan banyak karena tenggorokannya pahit. Sejak
KRS pasien mandi hanya satu kali setiap hari karena kalau sore hawanya
dingin. Saat pasien pergi ke sungai yang berada di belakang rumah untuk
buang air pasien selalu minta ditemani oleh anaknya. Untuk mandi pasien
dapat melakukannya sendiri karena ada tempat untuk mandi di belakang
dapur.
b. Riwayat Pengobatan
Pasien mendapatkan pengobatan berupa Risperidone tab 2 mg 2x1,
Thrihexyphenidyl tab 2 mg 2x1, dan Clozapine tab 25 mg 1x1. Tiga hari terakhir
pasien tidak mau minum Clozapine dikarenakan menurut pasien terasa pahit
ditenggorokan setelah minum obat tersebut.
10
d. Riwayat Sosial
Status : Sudah menikah, tinggal bersama suami,
anak, cucu, dan menantu
Pendidikan : SD (hanya sampai kelas 4)
Pekerjaan : Petani
Premorbid : Kepribadian tertutup
Faktor Organik : -
Faktor Keturunan : -
Faktor Pencetus : -
Faktor Psikososial : Hubungan dengan suami dan keluarga
tidak dekat
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala leher : a/i/c/d = -/-/-/-
Jantung : ictus scordis tampak dan teraba pada ICS
5 anterior axila line, redup, S1S2 tunggal,
e/g/m = -/-/-
Paru paru : Simetris, retraksi -/-, fremitus n/n,
vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Flat, BU (+) normal, timpani, soepel
Ekstremitas : Akral hangat di keempat ekstremitas
Tidak ada odema di keempat ekstremitas
3. Status Psikiatri
KU : Pasien memakai baju panjang, berjilbab
warna kuning rapi sesuai usia dan gender
Kontak : Mata (+), verbal (+), lancar, relevan
Kesadaran : Kualitatif : composmentis, berubah
Kuantitatif : GCS 4-5-6
Afek/emosi : Dangkal
11
d. Diagnosis Multiaksial
Axis I : Skizofrenia hebefrenik berkelanjutan (F20.10)
Axis II : Tidak ada diagnosis Aksis II (Z 03.2)
Axis III : Tidak ada
Axis IV : Tidak ada
Axis V : GAF SCALE 40-31 (beberapa disabilitas dalam hubungan
dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam
beberapa fungsi)
e. Diagnosis Banding
- Skizofrenia Katatonik (F 20.2)
f. Planning Terapi
Farmakoterapi
Risperidone tab 2 mg 1-0-1
Thrihexyphenidyl tab 2 mg 1-0-1
Clozapine tab 25 mg 0-0-1
Non-farmakoterapi
Edukasi
a. Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang penyakit yang dialami
pasien supaya keluarga pasien dapat memahami dan menerima
keadaan pasien
b. Motivasi keluarga pasien untuk melakukan perawatan teratur pada
pasien, mengawasi kepatuhan minum obat pasien secara teratur dan
rutin untuk kontrol
12
g. Prognosis
Dubia ad malam karena:
Premorbid : kepribadian tertutup buruk
Perjalanan penyakit : pelan-pelan buruk
Umur permulaan sakit : usia tua baik
Jenis kelamin : perempuan baik
Jenis penyakit : skizofrenia paranoid buruk
Riwayat pengobatan : lambat mendapat pengobatan buruk
Faktor keturunan : tidak ada baik
Faktor pencetus : tidak ada buruk
Perhatian keluarga : tidak ada buruk
Ekonomi : ekonomi cukup baik
13
D. EKSTRAPIRAMIDAL SYNDROME
20
Efek samping dari obat anti psikosis salah satunya yaitu gangguan
ekstrapiramidal (EPS=Ekstrapiramidal Syndrome) yang ditandai dengan distonia
akut, akathisia, sindrom Parkinson: tremor, bradikinesia, dan rigiditas. Efek
samping dapat juga irreversible: tardive dyskinesia (gerakan berulang
involunter pada: lidah, wajah, mulut/rahang, dan anggota gerak , dimana pada
waktu tidur gejala tersebut menghilang). Biasanya efek samping ini terjadi pada
pemakaian jangka panjang (terapi pemeliharaan) dan pada pasien lanjut usia. Efek
samping ini tidak berkaitan dengan dosis obat anti psikosis (non doses related).
Apabila terjadi gejala tersebut: obat psikosis perlahan-lahan dihentikan ,
bisa dicoba dengan pemberian obat Reserpine 2,5 mg/h (dopamine depleting
agent) dan obat pengganti anti psikosis yang paling baik adalah Clozapine 50-100
mg/h atau Thioridazine (dosis ekivalen) dimana efek ekstrapiramidalnya sangat
ringan.
Untuk menghilangkan efek samping dari penggunaan obat anti psikosis
dapat juga diberikan golongan anticholinergic agent seperti injeksi Sulfas
Atropin 0,25 mg (im), tablet Thrihexyphenidyl 3x2 mg/h. Obat-obat ini biasanya
digunakan pada saat penghentian yang mendadak dari obat anti psikosis dimana
menimbulkan gejala cholinergic rebound : gangguan lambung, mual, muntah,
diare, pusing, gemetar, dan lain-lain.
Pada pasien yang masih terjadi efek samping dengan pemberian obat anti
psikosis yang paling baik yaitu Clozapine 50-100 mg/h dan tablet
Thrihexyphenidyl 3x2 mg/h sebagai anticholinergic agent dapat diterapi dengan
: (1) penurunan dosis dari obat anti psikosis, (2) pada penggunaan bersama anti
psikosis dan anti parkinson bial sudah tiba waktu pengehentian obat, obat anti
psikosis diberhentikan dahulu, kemudian obat anti parkinson (untuk
meminimalisir gejala cholinergic rebound.
(Sumber: http://eprints.ums.ac.id/14847/2/BAB_1.pdf)