Anda di halaman 1dari 9

Analisis PESTEL

Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan
masyarakat, sehingga membawa berbagai manfaat terhadap masyarakat setempat dan
sekitarnya. Bahkan pariwisata dikatakan mempunyai energi dobrak yang luar biasa, yang
mampu membuat masyarakat setempat mengalami metamorphose dalam berbagai aspeknya.
Pariwisata mempunyai banyak manfaat bagi masyarakat bahkan bagi Negara sekalipun,
manfaat pariwisata dapat dilihat dari berbagai aspek/segi yaitu manfaat pariwisata dari segi
ekonomi, social budaya, lingkungan hidup, nilai pergaulan & ilmu pengetahuan, peluang &
kesempatan kerja

1. Politik

Dalam rangka mendukung perkembangan dan pertumbuhan industri pariwisata Indonesia


serta untuk menambah pendapatan devisa negara, pemerintah mengeluarkan Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2015 Tentang Bebas Visa Kunjungan bagi
orang asing warga negara dari negara tertentu dibebaskan dari kewajiban memiliki visa
kunjungan untuk masuk wilayah Indonesia dalam rangka kunjungan wisata. Dengan
bertambahnya jumlah negara yang mendapatkan fasilitas bebas visa tersebut menjadi 174
negara, diharapkan kunjungan wisatawan ke Indonesia pun akan meningkat. Jika tahun 2015
ini kunjungan Wisman baru mencapai 4,12 juta orang, maka pada tahun 2018 diharapkan
menjadi 8,06 hingga 10,8 juta orang.

http://www.kompasiana.com/mattbento/pariwisata-jangan-gembira-dengan-bebas-
visa_559f3e12d87a617e048b4568

Selain aspek kebijakan bebas visa kunjungan, pemerintah juga harus mempertimbangkan
faktor-faktor lain untuk dapat meningkatkan pertumbuhan pariwisata di Indonesia. Karena
kunjungan seseorang untuk menjadi wisatawan ke negara lain, tidak semata-mata karena
kemudahan mengurus atau bahkan bebas visa. Yang paling utama adalah apa yang ingin
dilihat dan dirasakan di negara tujuan. Secara garis besar adalah beberapa hal yang
diinginkan oleh wisatawan dari negera yang ditujunya yakni: keindahan, keunikan,
kenyamanan, keamanan dan kemudahan.

Pemberlakuan peraturan tersebut juga pasti berdampak terhadap dunia usaha biro perjalanan
wisata baik level nasional maupun daerah. Dengan peraturan tersebut yang membebaskan
visa kunjungan wisatawan asing dapat menguntungkan biro perjalanan karena banyak
wisatawan asing yang berkunjung serta menggunakan jasa biro perjalanan wisata.
2. Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan perubahan yang positif sejak tahun 2000 serta
memunculkan masyarakat kelas menengah yang pertumbuhannya sekitar 9 juta warga setiap
tahunnya. Kategori kelas menengah, menurut Bank Dunia, adalah mereka yang
membelanjakan uangnya sebesar 2 dolar sampai 20 dolar AS per hari. Kenaikan pendapatan
per kapita masyarakat rupanya didukung oleh pola konsumsi masyarakat sendiri. Perilaku
konsumtif masyarakat menjadi gaya hidup yang cenderung serba sama terjadi di berbagai
wilayah Nusantara. Sifat konsumerisme di kelas menengah Indonesia akan menaikkan
pendapatan domestik bruto yang besar, sehingga ekonomi yang ekspansif akan terjadi. Sektor
yang mengalami peningkatan konsumsi antara lain di bidang tourism, informasi teknologi,
fashion, property, culinary.

Berwisata sudah menjadi bagian dari kebutuhan sebagian masyarakat Indonesia. Tak hanya
bagi kelompok ekonomi mapan, tetapi masyarakat kelas menengah dan bawah pun mulai
memandang penting wisata sebagai momen rekreasi keluarga. Wisata alam dan wisata religi
menjadi destinasi yang paling menarik publik. Sebagian besar publik dari beragam latar
belakang ekonomi mengaku biasa berwisata sedikitnya sekali setahun. Bahkan, satu dari lima
responden menyatakan rutin berwisata dua hingga tiga kali dalam setahun.

Kecenderungan meningkatnya kebutuhan berwisata masyarakat Indonesia tergambar dari


meningkatnya tren wisatawan Nusantara satu dekade terakhir. Berdasarkan data dari
Kementerian Pariwisata, jumlah wisatawan domestik pada tahun 2014 mencapai 251 juta
orang. Itu artinya jumlah orang Indonesia yang "hilir mudik" ke tempat wisata jumlahnya
mendekati jumlah penduduk Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi serta perbaikan akses dan infrastruktur boleh jadi merupakan faktor
utama yang mendorong peningkatan perjalanan wisata Nusantara. Secara umum, tingkat
penghasilan menjadi penanda intensitas berwisata masyarakat. Hasil survei menunjukkan
semakin tinggi penghasilan keluarga semakin sering pula publik melakukan kegiatan wisata.
Pada kalangan publik berpenghasilan di atas Rp 5 juta, misalnya, mayoritas mengaku
berwisata rata-rata tiga kali dalam setahun. Sebaliknya, publik yang berpenghasilan di bawah
Rp 2 juta proporsi terbesar mengaku tidak pernah berwisata.

http://print.kompas.com/baca/2015/11/03/Wisata-Menjadi-Kebutuhan-Publik

Dengan demikian semakin bertumbuhnya perekonomian penduduk indonesia maka akan


berdampak positif terhadap pertumbuhan industri pariwisata. Hal tersebut akan
menguntungkan bagi Hortur Yogyakarta, karena akan semakin banyak penduduk atau
masyarakat dari berbagai kelas ekonomi yang akan melakukan perjalanan wisata.

Hortur Yogyakarta mendapatkan peluang yang sangat besar karena pertumbuhan ekonomi
yang terjadi saat ini. Dan juga bertumbuhnya masyarakat kelas menengah atas yang
menjadikan perjalanan wisata merupakan salah satu hal wajib yang perlu dilakukan. Hortur
Yogyakarta akan mudah mendapatkan konsumen yang ingin berwisata dengan menawarkan
pilihan objek wisata yang baru dari objek wisata yang lain.

3. Sosial Budaya

Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan
masyarakat, sehingga membawa beberapa manfaat dan dampak terhadap masyarakat
setempat. Dengan pesatnya perkembangan industri pariwisata maka akan membawa
pemahaman dan pengertian antar budaya melalui interaksi pengunjung wisata (turis) dengan
masyarakat lokal tempat daerah wisata tersebut berada. Dari interaksi inilah para wisatawan
dapat mengenal dan menghargai budaya masyarakat setempat dan juga memahami latar
belakang kebudayaan lokal yang dianut oleh masyarakat tersebut.

Sedangkan dampak sosial budaya pariwisata yang selama ini lebih cenderung
mengasumsikan bahwa akan terjadi perubahan sosial-budaya akibat kedatangan wisatawan.
Asumsi tersebut menyiratkan bahwa di dalam melihat dampak sosial-budaya pariwisata
terhadap masyarakat setempat, pariwisata semata-mata dipandang sebagai faktor luar yang
menghantam masyarakat.

Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan Pariwisata disuatu daerah terhadap Sosial Budaya
sangat terasa apalagi daerah tersebut menerima pengaruh dengan cepat tanpa ada penyaringan
yang ketat terhadap kedatangan wisatawan. Salah satu hal adalah dimana daerah yang dituju
merupakan daerah yang lemah dalam bidang ekonomi, dengan sendirinya akan mengikuti
perkembangan dan merubah tatanan perekonomian sendiri salah satu contoh mengubah mata
pencaharian semula yang mereka lakukan secara tradisional menjadi lebih modern.

Masalah tentang dampak pariwisata terhadap sosial budaya selama ini lebih cenderung
mengasumsikan bahwa akan terjadi perubahan sosial-budaya akibat kedatangan wisatawan,
dengan tiga asumsi yang umum, yaitu :

a. Perubahan dibawa sebagai akibat adanya intrusi dari luar, umumnya dari sistem
sosial-budaya yang superordinat terhadap budaya penerima yang lebih lemah;
b. Perubahan tersebut umumnya destruktif bagi budaya indigenous;
c. Perubahan tersebut akan membawa pada homogenisasi budaya, dimana identitas
etnik lokal akan tenggelam dalam bayangan sistem industri dengan teknologi barat,
birokrasi nasional dan multinasional.

Dampak pariwisata terhadap bidang kesenian, adat istiadat dan dampak keagamaan mungkin
paling menarik untuk dibahas karena aspek budaya ini merupakan modal dasar
pengembangan pariwisata disebagian daerah tujuan wisata. Pengaruh terhadap aspek-aspek
ini bisa terjadi secara langsung karena adanya proses pengkomersialan terhadap berbagai
aspek kebudayaan, atau terjadi secara tidak langsung melalui proses jangka panjang.
Sementara banyak yang khawatir dengan terjadinya proses kehilangan otentisitas dalam
kebudayaan lokal, tetapi kebudayaan memang selalu beradaptasi termasuk dalam menghadapi
pariwisata dan dalam proses tersebut tidak berarti makna atau otentisitas hilang. Akulturasi
merupakan proses yang wajar dalam setiap pertemuan antarbudaya.

Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan
masyarakat yang dituju, sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat.
Oleh karena pariwisata banyak dikatakan sebagai perubah yang laur biasa, mampu membuat
masyarakat setempat mengalami perubahan dalam berbagai aspek. Perubahan social budaya
adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat.
Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap
masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu
ingin mengadakan perubahan. Perubahan sosial Budaya terjadi karena beberapa factor.
Diantaranya adalah : komunikasi; cara dan pola pikir masyarakat: factor internal lain seperti
perubahan jumlah penduduk, penemuan baru, terjadinya konplik atau revolusi: dan faktorn
eksternal seperti bencan alam dan perubahan iklim, peperangan dan pengaruh kebudayaan
masyarakat lain.

Untuk memecahkan dampak dari pariwisata terhadap sosial budaya yaitu dengan
mengedepankan pembangunan pariwisata secara holistik yang meliputi agama, adat, budaya,
sosial, ideologi, politik, ekonomi dan teknologi. Selain itu perlu dikembangkan juga
pembangunan pariwisata berkelanjutan dimana usaha ini menjamin sumber daya alam, sosial
dan budaya yang dimanfaatkan sebagai sumber pembangunan pariwisata dewasa ini yang
dilestarikan untuk generasi mendatang. Menghormati keaslian sosial budaya masyarakat
setempat, melestarikan nilai-nilai warisan budaya dan adat yang mereka bangun, dan
berkontribusi untuk meningkatkan rasa toleransi serta pemahaman antar-budaya.
4. Teknologi

Perkembangan dunia teknologi informasi yang ditandai dengan penggunaan internet yang
meningkat sangat pesat haruslah dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dalam pengembangan
dunia kepariwisataan di indonesia. Pemanfaatan teknologi informasi ini akan memudahkan
informasi bagi para wisatawan tentang objek-objek wisata dengan sarana dan prasarana
pendukungnya, informasi tentang rute, jarak, biaya dan moda yang dapat digunakan untuk
mencapai suatu lokasi wisata. Dengan perubahan dan perkembangan teknologi informasi
memudahkan industri pariwisata untuk mendapatkan informasi melalui akses intenet. Media
internet dapat memudahkan dan mempercepat proses transaksi, karena pengguna jasa dan
wisatawan tidak perlu repot datang ke kantor atau menghubungi melalui telepon. Cukup
duduk di depan komputer dan semua bisa dilakukan dengan komputer. Teknologi informasi
ini memberikan manfaat bagi kedua pihak, bagi travel agent dan pariwisata atau bagi
pengguna jasa biro perjalanan dan wisatawan.

Selain karena meningkatnya pendapatan yang mendorong peningkatan gaya hidup, tren
berwisata juga didukung dengan teknologi yang mempermudah untuk memenuhi
perlengkapan dalam melakukan perjalanan. Cukup duduk di depan komputer, atau
berselancar melalui gadget, masyarakat bisa dengan bebas memilih destinasi, memesan tiket
transportasi pulang pergi, juga menyiapkan akomodasi di tempat wisata tujuan. Geliat
pemanfaatan internet untuk memenuhi kebutuhan rohani tersebut sudah mulai terasa dalam
beberapa tahun terakhir, dan akan semakin pesat pada tahun-tahun ke depan. Apalagi,
mayoritas biro perjalanan telah melihat peluang yang sangat besar tersebut dan mulai
mengakomodasi perilaku para generasi Y yang lebih efisien dan senang mengeksplorasi dan
memenuhi kebutuhan sesuai keinginan pribadi masing-masing. Netizen atau masyarakat
pengguna internet dinilai memiliki dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan industri
pariwisata dalam negeri. Selain memiliki tingkat konsumsi yang cukup tinggi, netizen juga
cenderung mudah menyebarkan informasi, sehingga bisa dimanfaatkan untuk membantu
promosi Indonesia melalui dunia maya.

Bisnis e-commerce di Indonesia akan berkontribusi signifikan dalam lima tahun ke depan dan
mulai bergeliat pada 2017. Karena saat itu generasi Y yang saat ini belum memiliki
penghasilan karena masih kuliah, akan sudah memiliki pekerjaan dan lebih banyak berbelanja
untuk berpergian. Kelompok masyarakat yang disebut sebagai millenial travelers tersebut
pada saat ini tercatat sekitar 1,75 miliar jiwa di seluruh dunia, dan 64 juta jiwa di antaranya
berada di Indonesia. Sementara itu, pengguna internet di seluruh dunia pada 2015 diprediksi
mencapai 100 juta jiwa, dan 30% di antaranya merupakan pasar yang cocok untuk pemasaran
travel secara online karena memanfaatkan internet lebih dari 3 jam per hari.

http://nendensan.web.id/manfaatkan-teknologi-untuk-berwisata/

Sehingga potensi pasarnya akan sangat besar bagi Hortur Yogyakarta untuk mengembangkan
bisnis biro perjalanan dengan berbasis e-commerce, di mana para millenial generation sudah
akrab dengan perangkat mobile dan transaksi online. Pertumbuhan transaksi melalui e-
commerce sudah mulai terlihat, dan dalam tiga tahun ke depan diprediksi akan mendominasi
penjualan tiket, hotel dan paket tur.

5. Lingkungan

Industri pariwisata memiliki hubungan erat dan kuat dengan lingkungan fisik. Lingkungan
alam merupakan aset pariwisata dan mendapatkan dampak karena sifat lingkungan fisik
tersebut yang rapuh (fragile), dan tak terpisahkan (Inseparability). Bersifat rapuh karena
lingkungan alam merupakan ciptaan Tuhan yang jika dirusak belum tentu akan tumbuh atau
kembali seperti sediakala. Bersifat tidak terpisahkan karena manusia harus mendatangi
lingkungan alam untuk dapat menikmatinya.

Lingkungan fisik adalah daya tarik utama kegiatan wisata. Lingkungan fisik meliputi
lingkungan alam (flora dan fauna, bentangan alam, dan gejala alam) dan lingkungan buatan
(situs kebudayaan, wilayah perkotaan, wilayah pedesaan, dan peninggalan sejarah).

Secara teori, hubungan lingkungan alam dengan pariwisata harus mutual dan bermanfaat.
Wisatawan menikmati keindahan alam dan pendapatan yang dibayarkan wisatawan
digunakan untuk melindungi dan memelihara alam guna keberlangsungan pariwisata.
Hubungan lingkungan dan pariwisata tidak selamanya simbiosa yang mendukung dan
menguntungkan sehingga upaya konservasi, apresiasi, dan pendidikan dilakukan agar
hubungan keduanya berkelanjutan, tetapi kenyataan yang ada hubungan keduanya justru
memunculkan konflik.

Penggunaan yang berlebihan untuk kunjungan wisata menyebabkan situs sejarah, budaya dan
keagamaanmudah rusak. Kepadatan di daerah wisata, alterasi fungsi awal situs,
komersialisasi daerah wisasta menjadi beberapa contoh dampak negatif kegiatan wisata
terhadap lingkungan fisik. Situs keagamaan didatangi oleh banyak wisatawan sehingga
mengganggu fungsi utama sebagai tempat ibadah yang suci. Situs budaya digunakan secara
komersial sehingga dieksploitasi secara berlebihan (contoh Candi menampung jumlah
wisatawan yang melebihi kapasitas). Kapasitas daya tampung situs sejarah, budaya dan
keagamaan dpat diperkirakan dan dikendalikan melalui manajemen pengunjung sebagai
upaya mengurangi kerusakan pada situs sejarah, budaya dan keagamaan. Upaya konservasi
dan preservasi serta renovasi dapat dilakukan untuk memperpanjang usia situs-situs tersebut.

8. Wilayah perkotaan dan pedesaan

Pendirian hotel, restoran, fasilitas wisata, toko cinderamata dan bangunan lain dibutuhkan di
daerah tujuanwisata. Seiring dengan pembangunan itu, jumlah kunjungan wisatawan, jumlah
kendaraan dan kepadatan lalu lintas jadi meningkat. Hal ini bukan hanya menyebabkan
tekanan terhadap lahan, melainkan juga perubahan fungsi lahan tempat tinggal menjadi lahan
komersil, kemacetan lalu lintas, polusi udara dan polusi estetika (terutama ketika bangunan
didirikan tanpa aturan penataan yang benar). Dampak buruk itu dapatdiatasi dengan
melakukan manajemen pengunjung dan penataan wilayah kota atau desa serta
membedayakan masyarakat untuk mengambil andil yang besar dalam pembangunan.

Dampak lingkungan melingkupi keadaan yang dapat mempengaruhi keadaan ekologis dan
habitat asli kawasan wisata untuk tetap dikonservasi. Dampak positifnya salah satunya adalah
dengan bertambahnya biota habitat, sehingga terjadi keanekaragaman hayati di dalam area
wisata tersebut. Sedangkan dampak negatifnya adalah apabila terjadi peningkatan wisatawan
yang datang, lebih besar dari pada kemampuan lingkungan untuk menampung pemanfaatan
tersebut atau yang biasa disebut sebagai carrying capacity, maka yang terjadi adalah tekanan
yang besar terhadap alam.

Kegiatan wisata yang tidak terkendali akan menyebabkan ancaman terhadapp lingkungan.
Menurut UNEP (United Nations Environment Programme), dampak utama pariwisata
terhadap lingkungan terbagi menjadi tiga poin besar, yaitu berkurangnya sumber daya alam,
bertambahnya polusi, dan dampak terhadap ekosistem. Kegiatan pariwisata dapat
menciptakan tekanan yang besar bagi sumber daya lokal, seperti energi, air, hutan,tanah, juga
satwa liar. Hutan kerap mendapatkan dampak negatif dengan adanya deforestasi dan land
clearing atau pembukaan lahan untuk lapangan parkir atau fasilitas bersama.
Pariwisata juga dapat menyebabkan dampak lain yaitu polusi, seperti emisi udara,
kebisingan,limbah padat, limbah cair, maupun polusi visual. Emisi dari transportasi dan
produksi energy akan mengakibatkan hujan asam, polusi fotokimia,dan pada tingkat global
akan berdampak pada pemanasan global. Polusi bising juga dapat mengubah perilaku satwa
terhadap pola aktivitas alami mereka. Hal ini secara tidak langsung merubah alam dan
perilakunya.

Hukum

Undang Undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan:

Menimbang:

Bahwa keadaan alam, flora dan fauna, sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, serta
peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, serta seni dan budaya yang dimiliki bangsa
Indonesia merupakan sumber daya dan modal pembangunan kepariwisataan untuk
peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat sebagaimana terkandung dalam Pancasila
dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tuhan 1945.

bahwa kebebasan melakukan perjalanan dan memanfaatkan waktu luang dalam wujud
berwisata merupakan bagian dari hak asasi manusia;

bahwa kepariwisataan merupakan integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara
sistematis, terencana terpadu, berkelanjutan dan bertanggung jawab dengan tetap
memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam masyarakat,
kelestarian dan mutu lingkungan hidup, serta kepentingan nasional.

bahwa pembangunan kepariwisataan diperlukan untuk mendorong pemerataan kesempatan


berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu menghadapi tantangan perubahan kehidupan
lokal, nasional dan global;

bahwa Undang-Undang Nomor. 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan tidak sesuai lagi
dengan tuntutan dan perkembangan kepariwisataan sehingga perlu diganti;

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud diatas perlu membentuk Undang-


Undang tentang kepariwisataan.
Pengertian Pariwisata
Undang-undang nomor 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan menyatakan bahwa pariwisata
adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusaha objek dan daya
tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut.

Kata pariwisata berasal dari bahasa sansekerta, yang terdiri dari kata pari dan wisata.
Kata pari berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap. Wisata berarti perjalanan atau
bepergian pariwisata dapat diartikan,sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau
berputar-putar dari satu tempat ke tempat lain.
Unsur-unsur yang melekat dalam pariwisata adalah:

1. Suatu akrivitas perpindahan manusia meninggalkan tempat tinggalnya untuk


mengadakan perjalanan ke tempat tertentu untuk sementara waktu, yang memberikan suatu
suasana yang berbeda.
2. Perjalanandan tinggal sementara waktu yang dilakukan tersebut, tidak dipergunakan
untuk tujuan bisnis atau mencari nafkah, tetapi lebih diperuntukkan untuk rekreasi atau
memenuhi keinginan yang lain.
3. Lama tinggal di suatu tempat tertentu bersifat sementara dan dalam jangka waktu yang
pendek untuk kemudian kembali ketempat asalnya.
4. Suatu yang terkait dengan objek dan daya terik wisata serta usaha-usaha tertentu yang
terkait dengan bidang tersebut.

Anda mungkin juga menyukai