Anda di halaman 1dari 14

BAKTERI PENYEBAB INFEKSI SALURAN GENITALIA

A. Neisseria gonorrhoeae
1. Pengertian
Neisseria gonorrhoeae termasuk dalam spesies Neisseria. Bakteri ini
adalah kuman gram negatif bentuk diplokokus yang merupakan penyebab
infeksi saluran urogenitalis dan biasanya ditemukan berpasangan. Secara
umum ciri-ciri neisseriae adalah bakteri gram negatif, diplokokus non motil,
berdiameter mendekati 0,8 m. Masing-masing cocci berbentuk ginjal; ketika
organisme berpasangan sisi yang cekung akan berdekatan. Bakteri ini adalah
patogen pada manusia dan biasanya ditemukan bergabung atau di dalam sel
polimorfonuklear (PMN). Neisseria Gonorrhoeae dapat menyebabkan infeksi
menular seksual yang biasa disebut dengan Gonore atau kencing nanah.
Penyakit ini merupakan penyakit kelamin yang sering terjadi dan manusia
merupakan satu-satunya hospes alamiah.
Pada gonococci memiliki 70% DNA homolog, tidak memiliki kapsul
polisakarida, memiliki plasmid. Gonococci paling baik tumbuh pada media
yang mengandung substansi organik yang kompleks seperti darah yang
dipanaskan, hemin, protein hewan dan dalam ruang udara yang mengandung
5% CO2. Gonococci hanya memfermentasi glukosa dan berbeda dari neisseriae
lain. Gonococcus biasanya menghasilkan koloni yang lebih kecil dibandingkan
neisseria lain.
Gonococci menampakan beberapa tipe morfologi dari koloninya, tetapi
hanya bakteri berpili yang tampak virulen. Gonococci memiliki gen yang
jamak, namun hanya satu gen yang dimasukkan ke dalam daerah penampakan.
Gonococci menghilangkan seluruh atau sebagian dari gen pilin yang lain.
Mekanisme ini membuat gonococci dapat muncul dalam berbagai bentuk
molekul pilin sepanjang waktu. Gonococci yang berbentuk koloni yang pekat
(opaque) saja yang diisolasi dari manusia dengan gejala urethritis (peradangan
uretra) dan dari kultur uterine cervical pada siklus pertengahan.
2. Patogenesis
Gonococci menyerang membran selaput lendir dari
saluran genitourinaria, mata, rektum dan tenggorokan,
menghasilkan nanah akut yang mengarah ke invasi jaringan;
hal yang diikuti dengan inflamasi kronis dan fibrosis. Pada pria,
biasanya terjadi peradangan uretra, nanah berwarna kuning
dan kental, disertai rasa sakit ketika kencing. Infeksi urethral
pada pria dapat menjadi penyakit tanpa gejala. Pada wanita,
infeksi primer terjadi di endoserviks dan menyebar ke urethra
dan vagina, meningkatkan sekresi cairan mukopurulen. Ini
dapat berkembang ke tuba uterina, menyebabkan salpingitis,
fibrosis dan obliterasi tuba.
Bakterimia yang disebabkan oleh gonococci mengarah
pada lesi kulit (terutama Papula dan Pustula yang hemoragis)
yang terdapat pada tangan, lengan, kaki dan tenosynovitis
dan arthritis bernanah yang biasanya terjadi pada lutut,
pergelangan kaki dan tangan. Endocarditis yang disebabkan
oleh gonococci kurang dikenal namun merupakan infeksi yang
cukup parah. Gonococci kadang dapat menyebabkan
meningitis dan infeksi pada mata orang dewasa; penyakit
tersebut memiliki manisfestasi yang sama dengan yang
disebabkan oleh meningococci.
Opthalmia neonatorum yang disebabkan oleh gonococci, yaitu suatu
infeksi mata pada bayi yang baru lahir, didapat selama bayi berada di saluran
lahir yang terinfeksi. Gonococci yang menyebabkan infeksi lokal sering peka
terhadap serum tetapi relatif resisten terhadap obat antimikroba. Sebaliknya,
gonococci yang masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan infeksi yang
menyebar biasanya resisten terhadap serum tetapi peka terhadap penisilin dan
obat antimikroba lainnya serta berasal dari auksotipe yang memerlukan
arginin, hipoxantin, dan urasil untuk pertumbuhannya.
3. Gejala Klinis
Masa inkubasi penyakit bervariasi antara 1-32 hari, biasanya sekitar 4 hari
atau 2-8 hari. Secara umum gejala yang biasanya timbul adalah sebagai
berikut:
a. Keluarnya cairan hijau kekuningan dari vagina
b. Demam
c. Muntah-muntah
d. Rasa gatal dan sakit pada anus serta sakit ketika buang air besar, umumnya
terjadi pada wanita dan homoseksual yang melakukan anal seks dengan
pasangan yang terinfeksi
e. Rasa sakit pada sendi
f. Munculnya ruam pada telapak tangan
g. Sakit pada tenggorokan (pada orang yang melakukan oral seks dengan
pasangan yang terinfeksi)

Gejala Pada Pria


Masa tunas sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2-5 hari,
kadang-kadang lebih lama dan hal ini disebabkan karena penderita telah
mengobati sendiri tetapi dengan dosis yang tidak cukup atau gejala sangat
samar sehingga tidak diperhatikan oleh penderita.
Gejala dan tanda pada pasien laki-laki dapat muncul 2 hari setelah
pajanan dan mulai dengan uretritis, diikuti oleh secret purulen, disuria, sering
berkemih dan malese. Sebagian besar laki-laki akan memperlihatkan gejala
dalam 2 minggu setelah inokulasi oleh organisme ini. Pada beberapa kasus
laki-laki akan segera berobat karena gejala yang mengganggu.
a. Uretritis
Yang paling sering dijumpai adalah uretritis anterior akut dan dapat
menjalar ke proksimal selanjutnya mengakibatkan komplikasi lokal,
asendens dan diseminata. Keluhan subjektif berupa rasa gatal dan panas di
bagian distal uretra di sekitar orifisium uretra eksternum, kemudian disuria,
polakisurua, keluar duh tubuh dari ujung uretra yang terkadang disertai
darah dan perasaan nyeri saat ereksi.
b. Tysonitis
Infeksi biasanya terjadi pada penderita dengan preputium yang sangat
panjang dan kebersihan yang kurang baik. Diagnosis dibuat jika ditemukan
butir pus atau pembengkakan pada daerah frenulum yang nyeri tekan. Bila
duktus tertutup akan timbul abses dan merupakan sumber infeksi laten.
c. Prostatitis
Prostatitis ditandai dengan perasaan tidak enak pada daerah perineum
dan suprapubis, malese, demam, nyeri kencing sampai hematuri, spasme
otot uretra sehingga terjadi retensi urin, tenesmus ani, sulit buang air besar
dan obstipasi. Bila prostatitis menjadi kronik gejalanya ringan dan
intermiten, tetapi kadang-kadang menetap. Terasa tidak enak pada
perineum bagian dalam dan rasa tidak enak bila duduk terlalu lama.

Gejala Pada Perempuan


Pada perempuan, gejala dan tanda timbul dalam 7-21 hari, dimulai
dengan sekret vagina. Pada pemeriksaan, serviks yang terinfeksi tampak
edematosa dan rapuh dengan drainase mukopurulen dari ostium. Perempuan
yang sedikit atau tidak memperlihatkan gejala menjadi sumber utama
penyebaran infeksi dan beresiko mengalami penyulit. Apabila tidak diobati
maka tanda-tanda infeksi meluas biasanya mulai timbul dalam 10-14 hari.
Tempat penyebaran tersering pada perempuan adalah pada uretra dengan gejala
uretritis, disuria, dan sering berkemih. Pada kelenjar bartholin dan skene
menyebabkan pembengkakan dan nyeri. Infeksi yang menyebar ke daerah
endometrium dan tuba falopii menyebabkan perdarahan abnormal vagina,
nyeri panggul dan abdomen dan gejala-gejala PID progresif apabila tidak
diobati.
a. Uretritis
Gejala utama ialah disuria terkadang poliuria. Pada pemeriksaan,
orifisium uretra eksternum tampak merah, edematosa dan terdapat sekret
mukopurulen.
b. Bartholinitis
Labium mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah, dan nyeri
tekan. Kelenjar bartholin membengkak, terasa nyeri sekali bila penderita
berjalan dan penderita sukar duduk. Bila saluran kelenjar tersumbat dapat
timbul abses dan dapat pecah melalui mukosa atau kulit. Kalau tidak
diobati dapat menjadi rekuren atau menjadi kista.

Infeksi ekstragenital yang bersifat primer atau sekunder lebih sering


ditemukan karena perubahan perilaku seks. Infeksi gonore di faring sering
asimtomatik tetapi dapat juga menyebabkan faringitis dengan eksudat
mukopurulen, demam, dan limfadenopati leher. Infeksi gonore pada perianus
biasanya menimbulkan rasa tidak nyaman dan gatal ringan atau menimbulkan
ekskoriasi dan nyeri perianus serta sekret mukopurulen yang melapisi tinja dan
dinding rektum.
4. Sifat-Sifat Bakteri
Sifat dari bakteri Neisseria gonorrhoeae yaitu sebagai berikut:
a. Fastidious
b. Pertumbuhannya perlu media yang lengkap dan baik
c. Rentan terhadap panas dan kekeringan sehingga tidak dapat bertahan
hidup lama di luar host-nya
d. Spesies Neisseria menggunakan glukosa tetapi tidak meragi maltose.
e. Kebanyakan terjadi pada usia 15 sampai 25 tahun. Bakteri ini sensitive
terhadap pengeringan dan pendinginan maka memerlukan hubungan
kontak intim.

5. Cara Penularan

Orang yang terkena gonore umumnya tertular pertama kali karena kontak
dengan orang yang terinfeksi saat melakukan hubungan seksual melalui
vagina, oral, anus. Sedangkan kontak non seksual terjadi pada ibu hamil yang
terkena gonore kemudian menularkan pada anaknya saat proses persalinan.

Bakteri ini masuk melalui lapisan dalam uretra (saluran kemih), leher
rahim, rektum (jalur usus besar ke anus) dan tenggorokan atau bagian putih
mata (konjungtiva).
Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya,
terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa naik ke saluran
kelamin dan menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga timbul nyeri
panggul dan gangguan reproduksi.

6. Pencegahan
a. Profilaksis mekanis dengan kondom
b. Hindari bergonta-ganti pasangan dan seks bebas
c. Pendidikan kesehatan (healt education)
d. Pencegahan dengan obat antimikroba tidak dianjurkan karena cenderung
meningkatkan resistensi bakteri
e. Tindakan crede pada bayi baru lahir

B. Treponema pallidum
1. Pengertian
Treponema pallidum merupakan salah satu bakteri spirochaeta. Terdapat
empat subspesies, yaitu Treponema pallidum pallidum, yang menyebabkan
sifilis, Treponema pallidum pertenue, yang menyebabkan yaws, Treponema
pallidum carateum,yang menyebabkan pinta dan Treponema pallidum
endemicum yang menyebabkan sifilis endemik (juga disebut bejel). Klasifikasi
bakteri penyebab sifilis adalah;

Kingdom: Eubacteria
Filum: Spirochaetes
Kelas: Spirochaetes
Ordo: Spirochaetales
Familia: Treponemataceae
Genus: Treponema
Spesies: Treponema pallidum
Subspesies: Treponema pallidum pallidum.
Treponema pallidum merupakan bakteri batang berkuran panjang,
ramping, berbentuk lengkung heliks, spiral atau bentuk alat pembuka tutup
botol (corkscrew), bersifat gram negatif dan merupakan penyebab penyakit
sifilis. Treponema pallidum mempunyai selubung luar atau lapisan
glikosaminoglikan. Di dalam selubung luar terdapat membrane luar, yang
mengandung peptidoglikan dan yang mempertahankan integritas struktur
organisme.
Treponema pallidum berbentuk spiral yang ramping dengan lebar kira-
kira 0,2 m dan panjang 5-15 m. Lengkung spiralnya secara teratur terpisah
satu dengan lainnya dengan jarak 1 m dan rata-rata setiap kuman terdiri dari
8-14 gelombang. Treponema pallidum bergerak aktif, berotasi dengan cepat
disekitar endoflagelnya bahkan setelah menempel pada sel melalui ujungnya
yang lancip. Aksis panjang spiral biasanya lurus tetapi kadang-kadang
melingkar, yang membuat organisme tersebut kadang-kadang membentuk
lingkaran penuh dan kemudian akan kembali lurus ke posisi semula. Spiralnya
sangat tipis sehingga tidak dapat dilihat secara langsung kecuali menggunakan
pewarnaan imunofluoresensi atau iluminasi lapangan gelap dan mikroskop
elektron. Treponema pallidum tidak membentuk spora, dan pada spesies yang
patogen didapatkan adanya struktur seperti kapsul yang tidak didapatkan pada
spesies yang non patogen.
Struktur Treponema pallidum terdiri dari membran sel bagian dalam,
dinding selnya dilapisi oleh peptidoglikan yang tipis, dan membran sel bagian
luar.Flagel periplasmik (biasa disebut dengan endoflagel) ditemukan didalam
ruang periplasmik, antara dua membran. Organel ini yang menyebabkan
gerakan tersendiri bagi Treponema pallidum seperti alat pembuka tutup botol
(Corkscrew). Filamen flagel memiliki sarung/ selubung dan struktur inti yang
terdiri dari sedikitnya empat polipeptida utama. Genus Treponema juga
memiliki filamen sitoplasmik, disebut juga dengan fibril sitoplasmik. Filamen
bentuknya seperti pita, lebarnya 7-7,5 nm. Partikel protein intramembran
membran bagian luar Treponema pallidum sedikit. Konsentrasi protein yang
rendah ini diduga menyebabkan Treponema pallidum dapat menghindar dari
respons imun pejamu.
Dengan mikroskop lapang pandang gelap (dark field microscope), dapat
dilihat morfologi Treponema pallidum dalam keadaan hidup, disamping dapat
dilihat pergerakannya. Bakteri ini juga dapat dilihat atau diidentifikasi dengan
menggunakan teknik imuunofluoressens.
Treponema pallidum sukar diwarnai, untuk melihat morfologi bakteri ini,
dapat digunakan pewarnaan khusus seperti :
a. Pewarnaan Fontana
Tribondeau yang menggunakan perak nitrat, sebab bakteri ini dapat
mereduksir perak nitrat.
b. Pewarnaan Levaditi (silver impregnation)
Digunakan unutk mewarnai bakteri yang berada di dalam jaringan
c. Pewarnaan Negatif
Menggunakan tinta cina (indian ink)
d. Pewarnaan Giemsa
2. Patogenesis
Treponema pallidum masuk dengan cepat melalui membran mukosa yang
utuh dan kulit yang lecet, kemudian kedalam kelenjar getah bening, masuk
aliran darah, kemudian menyebar ke seluruh organ tubuh. Bergerak masuk
keruang intersisial jaringan dengan cara gerakan cork-screw (seperti membuka
tutup botol). Jaringan yang menjadi sasaran meliputi kelenjar limfe, kulit,
selaput mukosa, hati, limpa, ginjal, jantung, tulang, mata, selaput otak, dan
susunan syaraf pusat. Pada wanita, lesi awal biasanya terdapat pada labia,
dinding vagina, atau pada serviks. Pada pria, lesi awal terdapat pada batang
penis atau glans penis. Lesi primer dapat pula terjadi pada bibir, lidah, tonsil,
atau daerah kulit lainnya.
Beberapa jam setelah terpapar terjadi infeksi sistemik meskipun gejala
klinis dan serologi belum kelihatan pada saat itu. Darah dari pasien yang baru
terkena sifilis ataupun yang masih dalam masa inkubasi bersifat infeksius.
Waktu berkembangbiak Treponema pallidum selama masa aktif penyakit
secara invivo 30-33 jam. Lesi primer muncul di tempat kuman pertama kali
masuk, biasa-nya bertahan selama 4-6 minggu dan kemudian sembuh secara
spontan. Pada tempat masuknya, kuman mengadakan multifikasi dan tubuh
akan bereaksi dengan timbulnya infiltrat yang terdiri atas limfosit, makrofag
dan sel plasma yang secara klinis dapat dilihat sebagai papul. Reaksi radang
tersebut tidak hanya terbatas di tempat masuknya kuman tetapi juga di daerah
perivaskuler (Treponema pallidum berada diantara endotel kapiler dan sekitar
jaringan), hal ini mengakibatkan hipertrofi endotel yang dapat menimbulkan
obliterasi lumen kapiler (endarteritis obliterans). Kerusakan vaskular ini
mengakibatkan aliran darah pada daerah papula tersebut berkurang sehingga
terjadi erosi atau ulkus dan keadaan ini disebut chancre.
3. Gejala Klinis
Banyak orang terinfeksi sifilis tidak memiliki gejala selama bertahun-
tahun, namun tetap berisiko untuk terjadinya komplikasi akhir jika tidak
dirawat. Gejala-gejala yang timbul jika terkena penyakit ini adalah benjolan-
benjolan di sekitar alat kelamin. Timbulnya benjolan sering pula disertai
pusing-pusing dan rasa nyeri pada tulang, mirip seperti gejala flu. Anehnya,
gejala-gejala yang timbul ini dapat menghilang dengan sendirinya tanpa
pengobatan.
Sifilis dapat dikatakan sebagai musuh dalam selimut karena selama
jangka waktu 2-3 tahun pertama tidak akan menampakkan gejala
mengkhawatirkan. Namun, setelah 5-10 tahun sifilis baru akan
memperlihatkan keganasannya dengan menyerang sistem saraf, pembuluh
darah, dan jantung.
Gejala klinis penyakit sifilis menurut klasifikasi WHO sebagai berikut
(CDC, 2010) :
a. Sifilis Dini
1. Sifilis Primer
Sifilis stadium I (Sifilis primer), timbul 10-90 hari setelah terjadi
infeksi. Lesi pertama berupa makula atau papula merah yang kemudian
menjadi ulkus (chancre), dengan pinggir keras, dasar ulkus biasanya
merah dan tidak sakit bila dipalpasi. Sering disertai dengan
pembengkakan kelenjar getah bening regional. Lokalisasi chancre
sering pada genitalia tetapi bisa juga ditempat lain seperti bibir, ujung
lidah, tonsil, jari tangan dan puting susu.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang khas
berupa chancre serta ditemuiTreponema pallidum pada pemeriksaan
stadium langsung dengan mikroskop lapangan gelap. Apabila pada hari
pertama hasil pemeriksaan sediaan langsung negatif, pemeriksaan harus
diulangi lagi selama tiga hari berturut-turut dan bila tetap negatif,
diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan serologis.
Selamadalam pemeriksaan sebaiknya ulkus dibersihkan atau dikompres
dengan larutan garam faal fisiologis.
2. Sifilis Sekunder
Timbul setelah 6-8 minggu sejak S I. Pada beberapa kasus keadaan
S II ini sering masih disertai S I. Pada S II dimulai dengan gejala
konsistensi seperti anoreksia, demam, athralgia, angina. Pada stasium
ini kelainan pada kulit, rambut, selaput lendir mulut dan genitalia,
kelenjar getah bening dan alat dalam. Kelainan pada kulit yang kita
jumpai pada S II ini hampir menyerupai penyakit kulit yang lain, bisa
berupa roseola, papel-papel, papulo skuamosa, papulokrustosa dan
pustula. Pada SII yang dini biasanya kelainan kulit yang khas pada
telapak tangan dan kaki. Kelainan selaput lendir berupa plakula atau
plak merah (mucous patch) yang disertai perasaan sakit pada
tenggorokan (angina sifilitica eritematosa).
Pada genitalia sering kita jumpai adanya papul atau plak yang datar
dan basah yang disebut kondilomata lata. Kelainan rambut berupa
kerontokan rambut setempat disebut alopesia areata. Kelainan kuku
berupa onikia sifilitaka, kuku rapuh berwarna putih, suram ataupun
terjadi peradangan (paronikia sifilitaka). Kelainanmata berupa uveitis
anterior.Kelainan pada hati bisa terjadi hepatitis dengan pembesaran hati
dan ikterus ringan. Kelainan selaput otak berupa meningitis dengan
keluhan sakit kepala, muntah dan pada pemeriksaan cairan serebro
spinalis didapati peninggian jumlah sel dan protein. Untuk menegakkan
diagnosis, disamping kelainan fisik juga diperlukan pemeriksaan
serologis.
3. Sifilis Laten Dini
Gejala klinis tidak tampak, tetapi hasil pemeriksaan tes serologi
untuk sifilis positif.Tes yang dilanjutkan adalah VDRL dan TPHA.
b. Sifilis Lanjut
1. Sifilis Tersier (S III)
Lesi pertama timbul 3-10 tahun setelah S I berupa gumma yang
sirkumskrip. Gumma sering perlunakan dan mengeluarkan cairan
seropurulen dan kadang-kadang disertai jaringan nekrotik sehingga
terbentuk ulkus. Gumma ditemukan pada kulit, mukosa mulut, dan
organ dalam terutama hati. Dapat pula dijumpai kelainan pada tulang
dengan keluhan, nyeri pada malam hari. Pada pemeriksaan radiologi
terlihat kelainan pada tibia, fibula, humerus, dan tengkorak berupa
periostitis atau osteitis gummatosa. Pemeriksaan TSS positif.
2. Sifilis Kardiovaskuler
Timbul 10-40 tahun setelah infeksi primer dan terdapat pada sekitar
10% kasus lanjut dan 40% dapat bersama neurosifilis. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan berdasar gejala klinis, foto sinar X dan
pemerikasaan pembantu lainnya. Sifilis kardiovaskuler dapat dibagi
dalam 3 tipe: Sifilis pada jantung, pada pembuluh darah, pada pembuluh
darah sedang. Sifilis pada jantung jarang ditemukan dan dapat
menimbulkan miokarditis difus atau guma pada jantung. Pada pembuluh
darah besar, lesi dapat timbul di aorta, arteri pulmonalis dan pembuluh
darah besar yang berasal dari aorta. Aneurisma umumnya terdapat pada
aorta asendens, selain itu juga pada aorta torakalis dan abdominalis.
Pembuluh darah sedang, misalnya aorta serebralis dan aorta medulla
spinalis paling sering terkena. Selain itu aorta hepatitis dan aorta
femoralis juga dapat diserang.
3. Sifilis Kongenital Dini
Gambaran klinis sifilis kongenital dini sangat bervarasi, dan
menyerupai sifilis stadium II. Karena infeksi pada janin melalui aliran
darah maka tidak dijumpai kelainan sifilis primer. Pada saat lahir bayi
dapat tampak sehat dan kelainan timbul setelah beberapa minggu, tetapi
dapat pulakelainan sejak lahir.
Pada bayi dapat dijumpai kelainan berupa (Saravanamurthy, 2010):
a) Pertumbuhan intrauterine yang terlambat
b) Kelainan membra mukosa: mucous patch dapat ditemukan di bibir,
mulut, farings, larings dan mukosa genital. Rinitis sifilitika
(snuffles) dengan gambaran yang khas berupa cairan hidung yang
mula-mula encer kemudian menjadi bertambah pekat, purulen dan
hemoragik.
c) Kelainan kulit: makula, papuloskuamosa dan bula. Bula dapat sudah
ada sejak lahir, tersebar secara simetris, terutama pada telapak
tangan dan kaki, makula, papula atau papuloskuamosa tersebar
secara generalisata dan simetris.
d) Kelainan tulang: osteokondritis, periostitis dan osteitis pada tulang-
tulang panjang merupakan gambaran yang khas.
e) Kelenjar getah bening: limfadenitis generalisata.
f) Alat-alat dalam.
g) Mata : koreoretinitis, galukoma dan uveitis.
h) Susunan saraf pusat: meningitis sifilitika akuta.
4. Sifilis Kongenital Lanjut
Kelainan umumnya timbul setelah 720 tahun. Kelainan yang timbul :
a) Keratitis interstisial
b) Gumma
c) Neurosifilis
d) Kelainan sendi: yaitu artralgia difusa dan hidatrosis bilateral
(cluttons joint).
e) Stigmata

Lesi sifilis kongenital dapat meninggalkan sisa, berupa jaringan parut


dan deformitas yang karakteristik yaitu (Saravanamurthy, 2009) :
1. Muka: saddle nose terjadi akibat gangguan pertumbuhan septum nasi
dan tulang-tulang hidung. Buldog jawakibat maksila tidak berkembang
secara normal sedangkan mandibula tidak terkena.
2. Gigi: pada gigi seri bagian tengah lebih pendek dari pada bagian tepi
dan jarak antara gigi lebih besar (Hutchinsons teeth).
3. Regade: terdapat disekitar mulut
4. Tulang: osteoperiostitis yang menyembuh akan menimbulkan kelainan
klinis dan radiologis, pada tibia berupa sabre tibia dan pada daerah
frontal berupa frontal bossing.
5. Tuli: kerusakan N.VIII akibat labirintitis progresif
6. Mata: keratitis interstisialis
4. Sifat-Sifat Bakteri
Treponema pallidum merupakan organisme mikroaerofilik, membutuhkan
oksigen hanya dalam konsentrasi rendah (20%). Kuman ini dapat mati jika
terpapar dengan oksigen, antiseptik, sabun, pemanasan, pengeringan sinar
matahari dan penyimpanan di refrigerator.
Bakteri ini berkembang biak dengan pembelahan melintang dan menjadi
sangat invasif, patogen persisten dengan aktivitas toksigenik yang kecil dan
tidak mampu bertahan hidup diluar tubuh host mamalia.
5. Cara Penularan
Penularan bakteri ini biasanya melalui hubungan seksual (membran
mukosa vagina dan uretra), kontak langsung dengan lesi/luka yang terinfeksi,
dari ibu yang menderita sifilis ke janinnya melalui plasenta pada stadium akhir
kehamilan serta melalui darah yaitu penularan terjadi melalui transfusi darah dari
penderita sifilis laten pada donor darah pasien.
Treponema pallidum tidak dapat menular melalui benda mati seperti
bangku, tempat duduk toilet, handuk, gelas, atau benda-benda lain yang bekas
digunakan/dipakai oleh pengindap, karena pengaruh suhu dan rentang pH.
Suhu yang cocok untuk organisme ini adalah 30-370C dan rentang pH adalah
7,2-7,4.
6. Pencegahan
Tidak ada vaksin terhadap sifilis. Untuk perseorangan penggunaan
kondom sangat efektif. Untuk masyarakat, cara utama pencegahan sifilis ialah
melalui pengendalian yang meliputi pemeriksaan serologis dan pengobatan
penderita. Sifilis bawaan dapat dicegah dengan perawatan prenatal (sebelum
kelahiran) yang semestinya.

b. Penularan tidak langsung kebanyakan terjadi pada orang yang tinggal bersama
penderita sifilis. Kontak terjadi melalui penggunaan barang pribadi secara bersama-
sama seperti handuk, selimut, pisau cukur, bak mandi, toilet yang terkontaminasi oleh
kuman Treponema pallidum.

Anda mungkin juga menyukai