Anda di halaman 1dari 11

Sabua Vol.6, No.

3: 273 - 283 November 2014 ISSN 2085-7020

HASIL PENELITIAN

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN KAWASAN BANTARAN SUNGAI DAYANAN
DI KOTAMOBAGU

Budi Kurniawan Mokodongan1, Rieneke L.E. Sela2,& Hendriek H. Karongkong3


1
Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota. Jurusan Arsitektur Universitas Sam Ratulangi
2,3,4
Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Universitas Sam Ratulangi

Abstrak. Pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat menyebabkan


bertambahnya volume, jenis, dan karakteristik sampah yang dihasilkan. Partisipasi
Masyarakat dianggap sebagai suatu cara efektif dalam menangani permasalahan sampah
karena masyarakat yang merupakan sumber sampah itu sendiri. Kota Bitung yang memiliki
penduduk 214.913 jiwa (Agustus 2012) menghasilkan sampah dengan total 520 m3/hari,
dengan hanya 376 m3/hari yang dapat terangkut oleh Dinas Kebersihan dan ada 144
m3/hari yang tidak terangkut. Selisih yang cukup besar membuat penelitian dirasakan perlu
dilakukan mengenai tingkat partisipasi masyarakat di Kecamatan Madidir Kota Bitung.
Kecamatan Madidir dipilih karena berada di pusat Kota Bitung, dan memiliki karakteristik
yang hampir sama dengan kecamatan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat partisipasi masyarakat dengan menggunakan 8 (delapan) tangga partisipasi
Arnstein; dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode Penelitian yang digunakan
adalah metode kuantitatif dengan analisis deskriptif. Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan metode skoring dan analisis distribusi frekuensi. Kesimpulan yang diperoleh
adalah, tingkat partisipasi masyarakat Kecamatan Madidir terhadap program pengelolaan
sampah Kota Bitung berdasarkan tipologi Arnstein berada pada tingkat ketiga yaitu
pemberitahuan yang masuk dalam kategori derajat tokenisme/penghargaan. Dari hasil
analisis, faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah jenis kelamin, usia, dan
sosial-budaya.

Kata Kunci: Tingkat Partisipasi Masyarakat, Program Pengelolaan Sampah, Kecamatan


Madidir, Kota Bitung


PENDAHULUAN bangunan yang tidak terkendali memberi
Perkembangan kota merupakan dampak pada kawasan bantaran sungai
konsekuensi logis dari proses urbanisasi. dengan timbulnya bangunan-bangunan di
Pertambahan penduduk yang terus-menerus daerah bantaran sungai. Ditambah lagi,
membawa konsekuensi spasial yang serius dengan semakin tingginya harga lahan
bagi kehidupan kota, yaitu adanya tuntutan perkotaan dan disertai lemahnya
akan space dalam rangka pemenuhan perekonomian sebagian besar masyarakat,
kebutuhan permukiman, rumah tinggal memaksa penduduk memanfaatkan lahan
ataupun perdagangan dan jasa. Akan tetapi kosong seperti daerah bantaran sungai dengan
dengan kondisi lahan perkotaan yang terbatas, membangun permukiman liar.
menyebabkan semakin tingginya kepadatan Pemanfaatan lahan yang tidak
bangunan dengan arah persebaran yang tidak terkoordinasi dan lepas dari pengawasan
beraturan. Sehingga menimbulkan tekanan pemerintah memacu semakin tidak
pada kawasan sekitarnya, terutama pada terkendalinya alih fungsi lahan menjadi
kawasan tepi air sungai atau yang lebih umum kawasan terbangun, yang membuat kawasan
dengan istilah bantaran sungai. Persebaran bantaran sungai mengalami pemanfaatan

@Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK)


Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado
November 2014
274 BUDI K. MOKODONGAN, RIENEKE L.E. SELA, HENDRIEK H. KARONGKONG

lahan yang tidak sesuai, dengan adanya observasi awal, daerah aliran Sungai Dayanan
bangunan di sepanjang bagian tepi kanan dan Gogagoman saat ini mengalami kepadatan
kiri sungai. Padahal peraturan kawasan bangunan. Masalah yang terjadi yaitu
bantaran sungai menempati batas lahan yang pemanfaatan ruang di kawasan bantaran
semestinya tidak boleh didirikan bangunan. Sungai Dayanan Kelurahan Gogagoman
Pemanfaatan ruang pada kawasan mengalami kecenderungan tidak terkontrolnya
bantaran sungai, umumnya mengalami penggunaan lahan terbangun berupa
kecenderungan tidak terkontrolnya persebaran kepadatan, yang mengakibatkan terjadinya
bangunan pada daerah aliran sungai yang degradasi kualitas lingkungan perkotaan pada
berdampak pada penurunan kualitas sungai. daerah bantaran Sungai Dayanan. Dengan
Selain itu masyarakat yang menempati timbulnya permukiman kumuh terutama pada
bantaran sungai, umumnya membuang daerah bantaran sungai yang berdampak pada
sampah dan limbah rumah tangga langsung ke penurunan kualitas Sungai Dayanan.
badan air sungai. Padahal, sungai merupakan Tujuan penelitian ini adalah: (a)
salah satu sumber air bersih yang penting mengidentifikasi pemanfaatan ruang pada
dalam kehidupan. Manfaat sungai antara lain daerah bantaran sungai Dayanan di kelurahan
adalah sebagai tempat budidaya ikan, drainase Gogagoman; (b) mengetahui kondisi sungai
makro kota, tempat rekreasi, pengairan, Dayanan di kelurahan Gogagoman.
sumber air baku bagi PDAM, dll. Akan tetapi
keberadaan sungai tersebut akan sangat KAJIAN PUSTAKA
berbahaya jika tidak dilakukan pengendalian Ruang
serta pengawasan pembangunan pada Pengertian ruang menurut Undang-
sempadan sungai dan badan sungai karena undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan
dapat menyebabkan terjadinya penyempitan Ruang, adalah wadah yang meliputi ruang
badan sungai, bahkan bisa menimbulkan darat, laut, dan ruang udara, termasuk ruang
bahaya-bahaya lain seperti banjir, erosi, di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,
sedimentasi, dll. tempat manusia dan makhluk lainnya hidup,
Kota Kotamobagu dilalui sejumlah melakukan kegiatan, dan memelihara
sungai, diantaranya sungai yang terbesar kelangsungan hidupnya (pasal 1 ayat 1). Pola
adalah Sungai Ongkag Mongondow yang ruang adalah distribusi peruntukan ruang
bermuara di Inobonto yang bergabung dengan dalam suatu wilayah yang meliputi
Sungai Ongkag Dumoga. Sungai lainnya peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
adalah Sungai Dayanan, Sungai Moayat, peruntukan ruang untuk fungsi budidaya
Sungai Katulidan, Sungai Kotobangon dan (pasal 1 ayat 4). Pemanfaatan ruang adalah
beberapa sungai kecil lainnya. Diantara upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan
sungai-sungai tersebut, sungai yang pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang
kondisinya perlu diperhatikan adalah Sungai melalui penyusunan dan pelaksanaan program
Dayanan. Sungai Dayanan mengalir melewati beserta pembiayaannya (pasal 1 ayat 14).
5 kelurahan yaitu: Kelurahan Upai, Biga, Menurut Dini Tri Haryanti, (2008)
Kotamobagu, Gogagoman, Molinow, pola pemanfaatan ruang adalah persebaran
Mongkonai dan bermuara di sungai Ongkag kegiatan-kegiatan budidaya dan perlindungan
Mongondow. Pemanfaatan ruang pada beserta keterkaitannya untuk mewujudkan
kawasan bantaran Sungai Dayanan saat ini, sasaran-sasaran pembangunan sosial,
dipenuhi dengan adanya bangunan-bangunan ekonomi dan budaya sesuai potensi sumber
padat di sepanjang tepi sungai. Yang daya alam, manusia dan buatan. Pola
mengakibatkan degradasi lingkungan dengan pemanfaatan ruang merupakan bentuk
munculnya permukiman kumuh di daerah hubungan antar berbagai aspek sumber daya
aliran Sungai Dayanan, yang terjadi di manusia, sumber daya alam, sumber daya
Kelurahan Gogagoman. buatan, sosial, budaya, ekonomi, teknologi,
Lokasi penelitian ada di Kelurahan informasi, administrasi, pertahanan
Gogagoman, lebih spesifik terletak pada derah keamanan, fungsi lindung budidaya dan
yang dilewati oleh aliran sungai. Dari hasil estetika lingkungan, dimensi ruang dan waktu

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN KAWASAN BANTARAN 275

yang dalam kesatuan secara utuh menyeluruh wilayah sumberdaya alam, berupa daratan,
serta berkualitas membentuk tata ruang. lautan, dan udara yang diperuntukan bagi
Menurut Nia K. Pontoh & Iwan manusia menjalankan seluruh aspek
Setiawan (2008), unsur pembentuk struktur kehidupan: sosial, ekonomi, politik, budaya,
tata ruang kota terdiri dari pusat kegiatan, dan lainnya. Sedangkan ruang berfungsi
kawasan fungsional, dan jaringan jalan. Kota lindung merupakan bagian dari wilayah
atau kawasan perkotaan pada dasarnya dapat sumberdaya alam yang mesti dipertahankan
dipandang sebagai suatu sistem spasial, yang kondisinya dalam keadaan lestari. Idealnya,
secara internal mempunyai unsur-unsur yang ruang kawasan budidaya dan lindung berada
menjadi pembentuknya serta keterkaitannya pada porsi yang seimbang. Karena manusia
satu sama lain. Kota sebagai suatu sistem/tata tumbuh dan berkembang, beranak pinak, dan
ruang merupakan wujud struktural dan pola memerlukan ruang budidaya lebih besar,
pemanfaatan ruang, baik direncanakan manusia mesti mengatur sesuai prinsip
maupun tidak, yang mencirikan kawasan keseimbangannya.
dengan kegiatan utama bukan pertanian. Berdasarkan prinsip keseimbangan
Wujud struktural pemanfaatan ruang kota haruslah 60 persen diperuntukkan untuk
adalah unsur-unsur pembentuk kawasan kawasan budidaya dan 40 persen untuk
perkotaan secara hierarki dan struktural kawasan lindung. Pengaturan ini, mesti
berhubungan satu dengan yang lainnya mengacu kepada terciptanya harmonitas atau
membentuk tata ruang kota. Wujud struktural keseimbangan hidup. Di kawasan budidaya
pemanfaatan ruang kota di antaranya meliputi inilah seluruh fungsi ruang yang berhubungan
hierarki pusat pelayanan kegiatan perkotaan, dengan aktivitas seluruh aspek kehidupan
seperti pusat kota, pusat bagian wilayah kota, manusia diberlakukan mulai dari wilayah
dan pusat lingkungan; yang ditunjang dengan permukiman, pertanian, perdagangan,
sistem prasarana jalan seperti jalan arteri, pendidikan dan teknologi, perkantoran, pusat
kolektor, dan lokal. pemerintahan, pusat budaya dan peradaban,
Selain pusat-pusat pelayanan kegiatan serta ruang-ruang interaksi sosial lainnya. Di
perkotaan dan kawasan fungsional perkotaan, kawasan lindung, seluruh fungsi ruang yang
unsur pembentuk struktur tata ruang kota berhubungan dengan kelestarian lingkungan
adalah sistem prasarana dan sarana. Prasarana memproduksi oksigen.
perkotaan adalah kelengkapan dasar fisik
yang memungkinkan kawasan permukiman Bantaran Sungai
perkotaan dapat berfungsi sebagaimana Dalam Peraturan Pemerintah RI No.
mestinya. Jenis prasarana : Transportasi, air 38 Tahun 2011 tentang sungai disebutkan
bersih, air limbah, drainase, persampahan, bahwa sungai adalah alur atau wadah air
listrik, dan telekomunikasi. Sarana perkotaan alami dan/atau buatan berupa jaringan
adalah kelengkapan kawasan permukiman pengaliran air didalamnya, mulai dari hulu
perkotaan, yaitu: Pendidikan, Kesehatan, sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri
Peribadatan, Pemerintahan dan Pelayanan garis sempadan.
umum, Perdagangan dan Industri, dan sarana Dalam Peraturan Pemerintah RI No.
olahraga serta ruang terbuka hijau. 38 Tahun 2011 tentang sungai disebutkan
bahwa bantaran sungai adalah ruang antara
Identifikasi Pemanfaatan Ruang tepi palung sungai dan kaki tanggul sebelah
Pengertian identifikasi menurut dalam yang terletak dikiri dan/atau kanan
Kamus Bahasa Indonesia (dalam Chalsie palung sungai.
Janny, 2013) adalah penentu atau penetapan Menurut Hening anggani (2005)
identitas seseorang, benda, dll. Undang- Pemeliharaan bantaran sungai merupakan
Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang bagian dari daerah sungai yang bermanfaat
penataan Ruang menyebutkan bahwa untuk menampung dan mengalirkan air
kawasan adalah wilayah yang memiliki sebagian dari aliran banjir. Dengan demikian
fungsi utama lindung atau budidaya. Ruang segala macam penghalang sperti tanaman-
berfungsi budi daya adalah bagian dari tanaman keras perlu ditebang dan tidak boleh

276 BUDI K. MOKODONGAN, RIENEKE L.E. SELA, HENDRIEK H. KARONGKONG

ditanam kembali di bantaran. Lubang-lubang Menurut PP No.38 Tahun 2001 Pasal
atau galian yang dekat dengan kaki tanggul 9, garis sempadan pada sungai tidak
perlu ditutup kembali setinggi bantaran agar bertanggul didalam kawasan perkotaan yaitu:
tak membahayakan stabilitas tanggul. Galian (a)paling sedikit berjarak 10 meter dari tepi
saluran untuk keperluan drainase dibuat kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur
searah dengan arah aliran sungai. sungai dalam hal kedalaman sungai kurang
Daerah Aliran Sungai (menurut dari atau sama dengan 3 meter; (b)paling
Undang-undang NO. 7 Tahun 2004 tentang sedikit berjarak 15 meter dari tepi kiri dan
SDA) DAS adalah suatu wilayah daratan kanan paling sungai sepanjang alur sungai,
yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dalam hal kedalamam sungai lebih dari 3
dan anak-anak sungainya, yang berfungsi meter sampai dengan 20 meter; (c)paling
menampung, menyimpan, dan mengalirkan sedikit berjarak 30 meter dari tepi kiri dan
yang berasal dari curah hujan ke danau atau kanan paling sungai sepanjang alur sungai,
ke laut secara alami, yang batas di darat dalam hal kedalaman sungai lebih dari 20
merupakan pemisah topografis dan batas di meter.
laut sampai dengan daerah perairan yang
masih terpengaruh aktivitas daratan. Sub DAS Pola Hunian Masyarakat di Kawasan
adalah bagian dari DAS yang menerima air Bantaran Sungai
hujan dan mengalirkannya melalui anak Menurut Tony karim (2010) Pada
sungai ke sungai uatama. Setiap DAS terbagi umumnya masyarakat memandang sungai
habis ke dalam Sub DAS-Sub DAS. Adapun sebagai tempat buangan. Masyarakat
pada sempadan sungai memiliki aturan untuk menjadikan sungai sebagai tempat buangan
perlindungan kawasan sungai dan sekitarnya barang-barang yang tidak berguna, dll.
Sungai yang terdapat di kawasan sendiri Karena itulah maka rumah-rumah penduduk
dengan sempadan 5 10 meter berupa jalur pada umumnya letaknya membelakangi
hijau atau jalan inspeksi sungai.

Sempadan Sungai Penataan Permukiman Bantaran Sungai


Sempadan sungai atau floodplain Dalam skripsi Chalsie Janny (2013),
terdapat di antara ekosistem sungai dan permukiman bantaran sungai pada umumnya
ekosistem daratan. Berdasarkan Surat merupakan permukiman marjinal, karena
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. menempati lahan yang semestinya tidak
32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan untuk bangunan. Solusi mengenai
Lindung, sempadan sungai didefinisikan permukiman liar di daerah bantaran sungai
sebagai kawasan sepanjang kiri dan kanan adalah dengan penggusuran atau penghunian
sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran kembali penduduk lama ke tempat baru
irigasi primer, yang mempunyai manfaat (relokasi). Kriteria yang diperlukan dalam
penting untuk mempertahankan fungsi sungai. pembangunan rumah bagi masyarakat
Daerah sempadan mencakup daerah bantaran berpenghasilan rendah adalah:
sungai yaitu bagian dari badan sungai yang a. Lokasi tidak terlalu jauh dari tempat
hanya tergenang air pada musim hujan dan kerja
daerah sempadan yang berada di luar bantaran b. status kepemilikan lahan dan rumah jelas
yaitu daerah yang menampung luapan air c. bentuk dan kualitas cukup memenuhi
sungai di musim hujan dan memiliki fungsi dasar yang diperlukan penghuni
kelembaban tanah yang lebih tinggi
d. harga atau biaya pembangunan sesuai
dibandingkan kelembaban tanah pada
dengan tingkat pendapatan
ekosistem daratan. Banjir di sempadan sungai
Permukiman bantaran sungai pada
pada musim hujan adalah peristiwa alamiah
umumnya merupakan permukiman marjinal,
yang mempunyai fungsi ekologis penting
karena menempati lahan yang semestinya
dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan
tidak untuk bangunan. Solusi mengenai
kesuburan tanah (Esty Poedjioetami, 2008).
permukiman liar di daerah bantaran sungai


IDENTIFIKASI PEMANFAATAN KAWASAN BANTARAN 277

adalah dengan penggusuran atau penghunian Sedangkan metode analisis data
kembali penduduk lama ke tempat menggunakan analisis deskriptif serta
baru/relokasi (Chalsie Janny, 2013). menggunakan software Sistem Informasi
Geografi. Dalam pelaksanaan studi terdiri dari
Penggunaan Lahan beberapa metode/tahapan proses penelitian,
antara lain teknik persiapan, metode
Menurut Budihardjo (1997:24), bila
pengumpulan data, metode penyajian dan
lahan dibiarkan sebagai komoditi ekonomi
pengolahan data, Digitasi peta dan editing,
yang ditarungkan secara bebas, maka
serta metode analisis data. Tahapan kegiatan
mayoritas masyarakat berpenghasilan rendah
ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-
di perkotaan akan semakin terpuruk dan
data yang dibutuhkan, pelaksanaan analisis
semakin tidak mampu menjangkau atau
yang digunakan, hingga akhirnya
memiliki rumah yang layak, yang dibangun
mendapatkan hasil atau output yang
oleh pihak swasta, dan jika hal tersebut
diinginkan sesuai tujuan penelitian.
dibiarkan maka pembangunan perumahan dan
Jenis dan sumber data dalam
permukiman dalam skala besar di perkotaan
penelitian ini yakni data primer dan data
selalu dihadapkan pada masalah tanah yang
sekunder. data primer diperoleh langsung dari
makin mahal dan langka serta perlu
lapangan atau lokasi penelitian melalui
dikendalikan.
metode observasi dan kuisioner. Peneliti
Menurut (Iwan Nugroho dan
melakukan observasi lapangan untuk
Rokhmin Dahuri, 2012) dalam aspek
mendapatkan informasi langsung tentang
lingkungan, lahan bukan saja memberikan
gambaran karakteristik wilayah dan kondisi
wadak fisik kedudukan sistem produksi, tetapi
permukiman bantaran Sungai Dayanan.
juga member input ke, menerima output dari
Sedangkan data sekunder yaitu pengumpulan
dan dapat memperbaiki kerusakan sistem
data yang diperoleh dari buku-buku pustaka,
produksi. Akibatnya, setiap jenis penggunaan
peta, dokumen teknis dan data dari instansi
lahan dapat mencirikan kualitas penggunaan
terkait yaitu kantor kelurahan Gogagoman
lahannya, dan ketika lahan member tanda-
berupa luas wilayah dan jumlah penduduk.
tanda kerusakan maka jenis penggunaan
Lingkup wilayah penelitian meliputi
lainnya siap menggantikannya. Sebaliknya
kawasan bantaran sungai Dayanan. Sungai ini
bila lahan memberikan keuntungan (Social
mengalir melewati 6 kelurahan yaitu:
benefit), seyogyanya penggunaannya
kelurahan Upai, Biga, Kotamobagu,
dipertahankan.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Administrasi Kel. Gogagoman)


METODOLOGI Gogagoman, Molinow, Mongkonai, dan


Metode yang digunakan penelitian bermuara di Sungai Ongkag Mongondow.
ini adalah menggunakan metode kualitatif. Namun mengingat begitu luasnya ruang

278 BUDI K. MOKODONGAN, RIENEKE L.E. SELA, HENDRIEK H. KARONGKONG

lingkup wilayah dalam penelitian ini, maka Dari hasil pembagian kuesioner
penulis membatasi wilayah permasalahan mejelaskan bahwa Status penguasaan
tersebut pada administrasi Kelurahan bangunan di bantaran sungai Dayanan
Gogagoman (Gambar 1) dimana lokasi yang memiliki persentase tertinggi kepemilikan
diambil difokuskan pada lingkungan I, II dan rumah sebesar 42% adalah rumah sendiri,
III pada daerah yang dialiri aliran sungai. 31% adalah rumah orang lain (sewa), 11%
milikn orang tua, dan 16% adalah milik
Lokasi Penelitian terletak di bantaran bersama.
sungai Dayanan Kelurahan Gogagoman, Pemanfaatan Ruang Di Kawasan
Kecamatan Kotamobagu Barat. Dimana Bantaran Sungai Dayanan
lokasi yang diambil difokuskan pada Pemanfaatan ruang di kawasan
permukiman padat kumuh dan perdagangan bantaran sungai Dayanan Kelurahan
dan jasa. Gogagoman, didominasi dengan penggunaan
lahan permukiman seluas 7.41 Ha,
HASIL DAN PEMBAHASAN kemudian disusul dengan perdagangan dan
jasa seluas 1.63 Ha, ruang terbuka hijau
Kondisi Masyarakat 0.18 Ha dan kebun campuran seluas 0.88 Ha
Berdasarkan dari hasil penyebaran (Gambar 2 dan 3).
kuesioner sebanyak 95 responden di tiga
lingkungan yang menjadi sampel dalam Pemanfaatan ruang dibedakan
penelitian ini, dapat diketahui karakteristik menurut dua kategori, yaitu yang didorong
masyarakat berdasarkan daerah asal, sebagian pengembangannya (kawasan budidaya) serta
besar masyarakat yang ada di kawasan yang dibatasi pengembangannya (kawasan
bantaran sungai Dayanan Kelurahan non budidaya/lindung). Kebijaksanaan untuk
Gogagoman berasal dari daerah Gorontalo membatasi pengembangan pemanfaatan ruang
dengan persentase 61%, Makasar 21%, dilakukan melalui pemantapan kawasan
Bolmong 11%, Jawa 5%, dan Sangihe talaud lindung, upaya mengurangi tekanan penduduk
2%. Dengan mata pencaharian masyarakat melalui pengendalian laju pertumbuhan
rata-rata yaitu berprofesi sebagai pedagang, penduduk, pengelolaan kawasan budidaya
yang berdasarkan pembagian kuesioner secara efisien dan efektif, dan pemberian
terkait alasan masyarakat dalam mendirikan disinsentif bagi pengendalian okupasi
bangunan di bantaran sungai Dayanan karena kawasan lindung.
lokasinya yang dekat dengan tempat kerja
yaitu pasar.


Gambar 2. Persentase Penggunan Lahan Di Kawasan Bantaran Sungai Dayanan
IDENTIFIKASI PEMANFAATAN KAWASAN BANTARAN 279

Gambar 3. Peta Penggunaan Lahan Di Kawasan Bantaran Sungai Dayanan



Kawasan Lindung kawasan suaka alam, kawasan pelestarian
Kawasan lindung merupakan wilayah alam, kawasan cagar budaya, kawasan rawan
yang ditetapkan dengan fungsi utama bencana alam, dan kawasan lindung. Namun
melindungi kelestarian lingkungan hidup dari ketujuh sub kawasan utama tersebut, di
yang mencakup sumber daya alam dan kawasan bantaran sungai Dayanan kelurahan
sumber daya buatan. Berdasarkan pada Gogagoman, teridentifikasi hanya terdapat
klasifikasi dan kriteria yang lebih menyeluruh kawasan perlindungan setempat berupa
sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun daerah sempadan sungai (Gambar 4).
2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional, kawasan lindung terdiri atas tujuh Dari hasil observasi dan pemetaan
sub kawasan utama, yaitu: kawasan yang dengan Software ArcGis 10, diketahui
memberikan perlindungan kawasan pemanfaatan ruang pada garis sempadan
bawahannya, kawasan perlindungan setempat, sungai Dayanan tidak sesuai dengan

Gambar 4. Zona Pemanfaatan Ruang Sempadan Sungai Dayanan


280 BUDI K. MOKODONGAN, RIENEKE L.E. SELA, HENDRIEK H. KARONGKONG

kebijakan yang ada. Terdapat permukiman adanya penetapan lebar garis sempadan,
dan aktivitas perdagangan dan jasa yang permasalahan infrastruktur pemukimannya
berada pada daerah sempadan sungai pun lebih kompleks. Antara lain ketersediaan
Dayanan di Kelurahan Gogagoman. Sebagian lahan lebih terbatas, tingkat kepadatan
besar bangunan yang ada melanggar aturan penduduk yang tinggi, tingkat hunian yang
dengan berada pada garis sempadan sungai. tinggi, menurunnya kualitas struktur hunian,
dengan rata-rata jarak bangunan kurang dari 3 serta kondisi atau pelayanan infrastruktur
meter dari palung sungai. Bahkan sebagian dasar yang buruk, yang membuat
besar bangunan berada tepat pada tebing permukiman disekitarnya berkembang
sungai. Yang seharusnya berdasarkan PP No. menjadi lahan kumuh oleh permukiman
38 Tahun 2011, garis sempadan pada sungai masyarakat yang berpenghasilan rendah.
tidak bertanggul didalam kawasan perkotaan Karakteristik permukiman kumuh di
paling sedikit berjarak 10 m (meter) Dari tepi kelurahan Gogagoman khususnya pada
kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur daerah bantaran sungai Dayanan, yaitu:
sungai, dalam hal kedalamam sungai kurang dilihat dari segi tata bangunan, terdapat
dari atau sama dengan 3 m (meter). permukiman padat dan kumuh yang jarak
bangunan nya berhimpitan dan tidak teratur,
Kawasan budidaya dari segi kesehatan dan sanitasi, kurang
Permukiman tepi sungai pada memiliki lahan untuk menempatkan sarana
umumnya berpola linear, karena berderet- buangan sampah cair dan sampah padat, dari
deret sepanjang pinggiran sungai mengikuti segi aksesnya memiliki jalan yang sangat
bentuk sungainya. Namun kenyataan yang sempit dan hanya dapat dilalui kendaraan
terjadi di kawasan bantaran Sungai Dayanan roda dua, serta sistem persampahan yang
adalah dominannya kawasan-kawasan terjadi belum dikelola dengan baik (Gambar 5).
secara tidak terencana sehingga pada akhirnya
memunculkan karakter tersendiri tentang fisik
kawasan yang cenderung berpola tidak jelas.
Permukiman di bantaran sungai
Dayanan, selain aturan yang menghendaki

Gambar 5. Kondisi Permukiman Di Kawasan Bantaran Sungai Dayanan Gogagoman


IDENTIFIKASI PEMANFAATAN KAWASAN BANTARAN 281

Selain kawasan permukiman, di Ruang terbuka publik juga dapat
bantaran Sungai Dayanan terdapat juga menciptakan karakter masyarakat dalam suatu
kawasan perdagangan dan jasa dengan kawasan. Tanpa ruang-ruang publik
karakteristik yang terdiri atas tempat usaha masyarakat yang terbentuk adalah masyarakat
berupa (Rumah Toko/Ruko), rumah makan, yanwg anggota-anggotanya tidak mampu
bengkel, dan pasar tradisional yang tata berinteraksi apalagi bekerja sama satu dengan
letaknya saling bercampur. Dalam
perkembangannya kawasan ini didominasi Pemanfaatan
oleh kegiatan perdagangan berupa pasar No RTH Jumlah Presentase
tradisional Gogagoman, yang dimana 1 Olah Raga 67 70%
berdasarkan hasil pembagian kuesioner 2 Berkumpul 10 11%
sebagian besar masyarakat yang tinggal di
3 Bermain Anak 18 19%
permukiman bantaran sungai Dayanan
bermata pencaharian atau berprofesi sebagai jumlah 95 100
pedagang (Gambar 6). yang lain.

Gambar 6. Gambaran Umum Kondisi Lahan Perdagangan Dan Jasa Di Daerah Bantaran Sungai
Dayanan

Tabel 1Pemanfatan R.T.H


Pemanfaatan Ruang Terbuka Di Kawasan
Bantaran Sungai Dayanan
Ruang terbuka di kawasan bantaran Fasilitas Sosial
Sungai Dayanan yaitu berupa ruang terbuka fasilitas sosial yang berada pada
hijau (Lapangan olah raga) dengan luas 0.18 bantaran sungai Dayanan kelurahan
Ha. Berdasarkan hasil pembagian kuesioner Gogagoman adalah berupa fasilitas
sebagian besar masyarakat di sekitar bantaran peribadatan (mesjid dan gereja), olah raga
sungai Dayanan memanfaatkan ruang terbuka (Lapangan), dan pemerintahan berupa kantor
untuk olah raga dengan persentase 70%, kelurahan (Gambar 7).
kemudian sebagai tempat bermain anak 19% Ketersediaan fasilitas yang ada sangat
dan berkumpul 11%. menunjang dalam segala bentuk aktivitas
Ruang terbuka hijau berupa lapangan masyarakat dan aktivitas tersebut juga
olah raga di bantaran Sungai Dayanan bersifat mempengaruhi penggunaan lahan oleh
publik, karena sering digunakan oleh warga masyarakat dengan semakin banyaknya
setempat untuk bermain sepak bola dan voli. persebaran lahan terbangun.

282 BUDI K. MOKODONGAN, RIENEKE L.E. SELA, HENDRIEK H. KARONGKONG

kawasan budidaya terdiri atas permukiman
seluas 7.41 Ha, perdagangan dan jasa 1.63 Ha
dan kebun campuran 0.88 Ha. Sedangkan
untuk kawasan non budidaya di bantaran
sungai Dayanan meliputi RTH 0.18 Ha dan

Gambar 7 Ketersediaan Fasilitas Sosial Di Bantaran Sungai Dayanan

daerah sempadan sungai yang diketahui


Kondisi Sungai Dayanan pemanfaatan ruang pada garis sempadan
Berdasarkan dari hasil identifikasi keadaan Sungai Dayanan tidak sesuai dengan
sungai Dayanan, diketahui bahwa sebagian kebijakan yang ada, yaitu berdasarkan
besar badan sungai telah terjadi penyempitan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
serta pendangkalan air sungai, yaitu Nomor 38 Tahun 2011;
mempunyai kedalaman sungai rata-rata 20 (b)kondisi Sungai Dayanan di
cm 30 cm dengan lebar sungai 1 m 3 m. kelurahan Gogagoman saat ini telah terjadi
Selain itu kondisi sungai tercemar dengan penyempitan badan sungai dan pendangkalan
sampah-sampah dari masyarakat yang air sungai terutama pada daerah bantaran
dibuang ke sungai dan limbah-limbah rumah sungai yang pemanfaatan/penggunaan
tangga yang langsung dibuang ke sungai. dari lahannya telah didominasi oleh permukiman
hal ini membuat kualitas sungai menjadi padat penduduk. Selain itu sungai Dayanan
menurun. dikelurahan Gogagoman sudah kehilangan
fungsii ekologisnya yang pada kondisi nyata
di lapangan sekarang telah dimanfaatkan
KESIMPULAN sebagai tempat pembuangan akhir sampah,
Berdasarkan hasil analisis dari serta saluran limbah dan drainase.
pemanfaatan ruang permukiman pada daerah
bantaran Sungai Dayanan di Kelurahan DAFTAR PUSTAKA
Gogagoman dengan jumlah responden Anggani, Hening, 2005. Analisis Lingkungan
sebanyak 95 KK dengan pertanyaan- Pemanfaatan Bantaran Sungai Banjir
pertanyaan mendukung dan menjawab dari Kanal Timur. Tesis. Program Pasca
tujuan penelitian maka dapat disimpulkan Sarjana. Universitas Diponegoro.
bahwa: Semarang. Diakses pada 1 Agustus
(a)pemanfaatan ruang di kawasan
2014
bantaran Sungai Dayanan Kelurahan
Budiharjo, Eko, 1998. Sejumlah Masalah
Gogagoman terindentifikasi didominasi oleh
Permukiman Kota. Bandung : Alumni.
kawasan budidaya dibandingkan dengan
Janny, Chalsie, 2013. Identifikasi
kawasan non budidaya, dengan persentase
Pemanfaatan Ruang Pada Kawasan
untuk kawasan budidaya 98.21% dan
Permukiman Bantaran Sungai Di
kawasan non budidaya 1.79%. Penggunaan

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN KAWASAN BANTARAN 283

Kelurahan Pakowa Manado. Skripsi.
Program Studi Perencanaan Wilayah &
Kota. Universitas Sam Ratulangi.
Manado.
Karim, Tony, 2010. Pengaruh Penataan
Bantaran Sungai Bau-Bau Terhadap
Pola Hunian Masyarakat Di Kelurahan
Tomba Dan Bataraguru Kota Bau-Bau.
Tesis. Program Pasca Sarjana.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Diakses pada 2 Agustus 2014
Nugroho, Iwan dan Dahuri, Rokhmin. 2012. REFERENSI
Pembangunan Wilayah. Jakarta : Undang-Undang No. 7 Tahun 2004. Tentang
Alumni. SDA
Pontoh, Nia K. Setiawan, Iwan, 2008. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007. Tentang
Pengantar Perencanaan Kota. Bandung. Penataan Ruang.
Penerbit ITB. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2011.
Poedjioetami, Esty, 2008. Penataan Ulang Tentang Sungai.
Kawasan Bantaran Sungai Dengan
Mengahdirkan Sentra Ekonomi Dan
Rekreasi Kota. Institut Teknologi Adhi
Tama. Surabaya.
Tri Haryanti, Dini, 2008. Kajian Pola
Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik
Kawasan Bundaran Simpang Lima
Semarang. Tesis. Program Pasca
Sarjana. Universitas Diponegoro.
Semarang. Diakses pada 1 Agustus
2014

Anda mungkin juga menyukai