Anda di halaman 1dari 11

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Tanah Podsolik Merah Kuning


Podsolik merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai
sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% hingga 27 % dari total
luas daratan Indonesia (Subagyo et al., 2004 dan Notohadiprawiro, 2006).
Sebaran terluas terdapat di Kalimantan (21.938.000 ha), diikuti di Sumatera
(9.469.000 ha), Maluku dan Papua (8.859.000 ha), Sulawesi (4.303.000 ha), Jawa
(1.172.000 ha), dan Nusa Tenggara (53.000 ha). Tanah ini dapat dijumpai pada
berbagai relief, mulai dari datar hingga bergunung (Prasetyo dan Suriadikarta,
2006).
Podsolik adalah tanah di daerah hangat dan basah. Biasanya Podsolik
berkembang pada iklim basah, tropis menuju subtropis, pada hutan atau hutan
dengan vegetasi rumput. Dengan sistem manajemen yang tinggi, Podsolik bisa
menjadi salah satu tanah paling produktif di dunia. Tanah ini berada di area bebas
beku untuk periode yang lama dan di area basah dengan cukup curah hujan untuk
komoditas pertanian atau dengan cadangan air yang cukup untuk irigasi.
Proses utama dalam pembentukan Podsolik adalah pelapukan mineral liat,
translokasi dari akumulasi liat dalam harison argilik atau kandik, dan pencucian
kation basa dari profil tanah. Sebagian besar Podsolik telah berkembang pada
kondisi lembab di iklim hangat menuju tropis. Podsolik terbentuk pada
permukaan lahan tua, biasanya pada vegetasi hutan, juga ada beberapa pada
savanna atau bahkan vegetasi rawa (Brady dan Weil, 2002). Penampang tanah
yang dalam dan kapasitas tukar kation yang tergolong sedang hingga tinggi
menjadikan tanah ini mempunyai peranan yang penting dalam pengembangan
pertanian lahan kering di Indonesia. Hampir semua jenis tanaman dapat tumbuh
dan dikembangkan pada tanah ini, kecuali terkendala oleh iklim dan relief.
Kesuburan alami tanah Podsolik umumnya terdapat pada horizon A yang tipis
dengan kandungan bahan organik yang rendah. Unsur hara makro seperti fosfor
dan kalium yang sering kahat, reaksi tanah masam hingga sangat masam, serta
kejenuhan aluminium yang tinggi merupakan sifat-sifat tanah Podsolik yang
sering menghambat pertumbuhan tanaman. Selain itu terdapat horizon argilik
4

yang mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti berkurangnya pori mikro dan makro
serta bertambahnya aliran permukaan yang pada akhirnya dapat mendorong
terjadinya erosi tanah. Penelitian menunjukkan bahwa pengapuran, sistem
pertanaman lorong, serta pemupukan dengan pupuk organik maupun anorganik
dapat mengatasi kendala pemanfaatan tanah Podsolik (Prasetyo dan Suriadikarta,
2006).

2.2 Sifat-Sifat Fisik Tanah


Salah satu faktor produksi tanaman yang tergolong sangat penting adalah
sifat-sifat fisik dari tanah. Meskipun suatu jenis tanah mempunyai unsur-unsur
kimia ataupun diberi pupuk yang cukup, tanpa disertai sifat-sifat fisik yang baik
maka produksi tanaman tidak akan mencapai seperti apa yang diharapkan
(Herudjito, 1985).

Bobot Isi dan Ruang Pori


Menurut Gardiner dan Miller (2004), sifat fisik tanah seperti tekstur,
struktur, bobot isi, porositas, suhu, dan konsistensi tanah adalah faktor-faktor
dominan yang dapat mempengaruhi kegunaan tanah. Faktor-faktor ini
mempengaruhi ketersediaan oksigen dalam tanah, pergerakan air untuk masuk dan
keluar dari tanah, serta kemampuan penetrasi akar.
Bobot isi merupakan bobot dari volume tanah secara utuh, termasuk ruang
udara dan materi organik pada volume tanah tersebut. Bobot isi bisa digunakan
untuk memperkirakan perbedaan kepadatan tanah yang disebabkan setelah
pengolahan menggunakan alat berat. Menurut Hardjowigeno (1985) semakin
tinggi bobot isi, semakin padat tanah tersebut, yang berarti sulit untuk meneruskan
air atau ditembus akar tanaman. Bobot isi penting untuk menghitung kebutuhan
pupuk atau air untuk setiap hektar tanah yang didasarkan pada berat tanah per
hektar. Pada umumnya bobot isi tanah adalah 1,1 1,6 g/cm3. Oleh karena itu,
bobot isi dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara langsung dan tidak
langsung, untuk pertumbuhan tanaman yang baik bobot isi harus di bawah 1,4
g/cm3 untuk tanah lempung dan di bawah 1,6 g/cm3 untuk tanah pasir (Gardiner
dan Miller, 2004).
5

Selain bobot isi tanah, bobot jenis partikel juga penting untuk diketahui.
Bobot jenis partikel relatif konstan dan umumnya untuk tanah mineral berkisar
antara 2,60 sampai 2,75 g/cm3, dengan nilai rata-rata 2,65 g/cm3. Pada tanah
organik nilai BJP lebih rendah, sekitar 1,30-1,50 g/cm3. Bobot jenis partikel
biasanya digunakan untuk menentukan pergerakan partikel oleh air dan angin, laju
pengendapan, dan perhitungan porositas tanah (Foth, 1978).
Menurut Brady dan Weil (2008) nilai bobot isi hanya dapat menolong kita
untuk memprediksikan porositas total. Semakin rendah bobot isi maka semakin
tinggi porositas. Di dalam tanah terdapat sejumlah ruang pori-pori. Ruang pori-
pori ini penting oleh karena ruang-ruang ini diisi oleh air dan udara. Air dan udara
(gas-gas) juga bergerak melalui ruang pori-pori ini. Jadi, penyediaan air dan O2
untuk pertumbuhan tanaman dan jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan
sangat erat dengan jumlah dan ukuran pori-pori tanah ini. Oleh karena berat tanah
berhubungan dengan jumlah ruang pori-pori, maka hubungan-hubungan ruang
pori-pori tanah bervariasi dari satu sifat tanah lainnya dan kedua variabel ini
dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah (Hakim et al., 1986).
Menurut Hillel (1982), pada tanah liat porositas sangat beragam karena
tanah berganti-ganti mengembang, mengerut, menggumpal, terdispersi, padat dan
retak-retak. Total porositas, tidak banyak menjelaskan tentang distribusi ukuran
pori. Gardiner dan Miller (2004) memberi pengertian juga bahwa untuk
pertumbuhan tanaman, ukuran pori lebih penting daripada total ruang pori.
Hubungan tekstur dengan bobot isi dan ruang pori dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Hubungan Tekstur dengan Bobot Isi dan Ruang Pori Menurut Gardiner
dan Miller (2004)
Tekstur Tanah Bobot Isi (g/cm3) Ruang Pori (%)
Liat berpasir kasar 1,68 36,6
Lempung berpasir 1,51 43,0
Lempung 1,34 49,4
Lempung berliat 1,26 42,5
Liat 1,18 55,5

Menurut ukurannya ruang pori total dikelompokan ke dalam ruang pori


kapilar yang dapat menghambat pergerakan air menjadi pergerakan kapilar, dan
6

ruang non kapilar yang dapat memberi kesempatan pergerakan udara dan
perkolasi air secara cepat sehingga sering disebut sebagai pori drainase. Pori
drainase dapat dikelompokan dalam tiga kelompok yaitu pori drainase sangat
cepat, berdiameter lebih dari 300 mikro-meter, bagian pori yang akan kosong
tidak terisi air pada pF 1,0. Pori drainase cepat, berdiameter antara 300 sampai 30
mikro-meter, bagian pori yang akan kosong tidak terisi air pada pF 1,0 sampai
2,0. Pori drainase lambat; berdiameter antara 30 sampai 9 mikro-meter, bagian
pori yang akan kosong tidak terisi air pada pF antara 2,0 sampai 2,54 (Sitorus et
al.,1976).

Permeabilitas
Nilai bobot isi dan ruang pori secara langsung dapat mempengaruhi nilai
permeabilitas tanah. Permeabilitas secara kuantitatif diartikan sebagai kecepatan
bergeraknya suatu cairan pada suatu media berpori dalam keadaan jenuh. Dalam
hal ini sebagai cairan adalah air dan sebagai media berpori adalah tanah.
Besarnya permeabilitas untuk selang waktu tertentu tidak selalu konstan,
tergantung proses kimia, fisika, biologi tanah. Pada umumnya permeabilitas
merupakan sebab utama adanya pergerakan partikel liat yang menurunkan ukuran
pori dalam kolom tanah. Sesungguhnya penurunan permeabilitas sebagian
disebabkan oleh dispersi dan pengembangan agregat pada waktu pengembangan
jika basah, sehingga partikel-partikel liat mengalami pemecahan dan pergerakan
menutupi pori selama pergerakan air tanah (Hillel, 1972). Oleh karena itu
permeabilitas secara tidak langsung dapat menunjukkan baik buruknya sifat fisik
suatu tanah. Jika permeabilitas untuk selang waktu lama tidak mengalami
penurunan yang berarti, menunjukkan bahwa tanah bersangkutan mempunyai sifat
fisik yang baik (Herudjito, 1985). Klasifikasi besar nilai permeabilitas dapat
dilihat pada Tabel 2.
7

Tabel 2 Kelas Permeabilitas Tanah Menurut Foth (1988)


Konduktivitas Jenis
Kelas Mikrometer per menit Cm/jam
Sangat Tinggi >100 36
Tinggi 10-100 3,6-36
Sedang 1-10 0,36-3,6
Agak Rendah 0,1-1 0,036-0,36
Rendah 0,01-0,1 0,0036-0,036
Sangat Rendah >0,01 >0,0036

Menurut Gardiner dan Miller (2004) tanah bertekstur liat biasanya


memiliki nilai permeabilitas sebesar 0,1 cm/jam, dan untuk tanah bertekstur
lempung sebesar 1 cm/jam.

Kadar Air PF
Gaya memegang air, yaitu gaya adsorpsi dan gaya adhesi kohesi yang
menimbulkan adanya tegangan antar permukaan air udara yang konkaf, disebut
gaya matriks. Hal ini berhubung kedua macam gaya tersebut timbul karena
adanya matriks tanah. Hisapan matriks adalah fungsi kadar air dan dapat diukur
dengan tensiometer. Hubungan ini menunjukkan bahwa makin besar hisapan
matrik makin kecil kadar airnya.
Jika hisapan dinyatakan dalam cm tinggi air dan di plot pada skala
logaritma terhadap kadar air per volume, kurvanya disebut kurva pF. Kurva pF
dapat digunakan untuk menunjukkan banyaknya air yang dapat ditahan oleh tanah
yang tersedia bagi tanaman. Kurva pF digunakan juga dalam menentukan jumlah
air yang dilepaskan atau dihisap oleh tanah sewaktu permukaan air bumi turun
atau naik. Kurva pF penting untuk desain drainase (Soedarmo dan Djojoprawiro,
1986).
Kurva pF ini sangat penting untuk menunjukkan banyaknya air yang dapat
ditahan oleh tanah pada tegangan tertentu. Implikasi praktisnya yaitu dapat
menunjukkan jumlah air yang tersedia bagi tanaman dan jumlah air irigasi yang
diperlukan untuk mengubah tegangan air oleh matriks tanah dari tegangan semula
ke tegangan yang kita kehendaki. Dengan demikian kurva pF ini sangat berguna
dalam perencanaan irigasi atau drainase. Karena tegangan matriks merupakan
8

efek total yang menghasilkan oleh afinitas air dari seluruh matriks tanah yang
mencakup pori dan permukaan partikel tanah secara bersama-sama, maka faktor-
faktor yang mempengaruhi perubahan porositas tanah dan kemampuan tanah
menjerap air akan mempengaruhi bentuk kurva pF. Bahan organik, Soil
Conditioner atau bahan sintetis lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuan
tanah dalam menjerap air juga mempengaruhi bentuk kurva pF (Rachman, 1992).
Kapasitas lapang (field capacity) adalah kondisi di mana tebal lapisan air
dalam pori-pori tanah mulai menipis, sehingga tegangan antar air dan udara
meningkat hingga lebih besar dari gaya gravitasi, air gravitasi (pori-pori makro)
habis dan air tersedia (pada pori-pori meso dan mikro) bagi tanaman dalam
keadaan optimum. Kondisi ini terjadi pada tegangan permukaan lapisan air sekitar
1/3 atm atau pF 2,54.
Kadar dan ketersediaan air tanah sebenarnya pada setiap koefisien ini
umumnya bervariasi terutama tergantung pada :
Tekstur tanah. Kadar air tanah bertekstur liat > lempung > pasir, misalnya
pada tegangan 1/3 atm (kapasitas lapang). Hal ini berkaitan dengan
pengaruh tekstur terhadap proporsi bahan koloidal, ruang pori dan luas
permukaan adsorptif, yang makin halus teksturnya akan makin banyak,
sehingga makin besar kapasitas simpan airnya.
Kadar bahan organik tanah (BOT). BOT mempunyai pori-pori mikro yang
jauh lebih banyak ketimbang partikel mineral tanah, yang berarti luas
permukaan penjerap (kapasitas simpan) air juga lebih banyak, sehingga
makin tinggi kadar BOT akan makin tinggi kadar dan ketersediaan air
tanah.
Senyawa kimiawi. Garam-garam dan senyawa pupuk atau amelioran
(pembenah tanah) baik alamiah maupun non alamiah mempunyai gaya
osmotik yang dapat menarik dan menghidrolisis air, sehingga koefisien
layu meningkat. Konsekuensinya, makin banyak senyawa kimiawi di
dalam tanah akan menyebabkan kadar dan ketersediaan air tanah menurun
(Hanafiah 2005).
9

2.2.1 Sifat Fisik Tanah Podsolik


Podsolik Merah Kuning memiliki kelas tekstur liat, struktur angular blocky
dengan perbandingan pasir 7,77 % , debu 10,68 %, dan liat 81,55% dengan nilai
bobot isi sebesar 1,11 g/cm3 , kerapatan jenis zarah 2,53 dan ruang pori total
sebesar 56,27 %. Pori makro 20,66%, Pori mikro 35,60%. Permeabilitas 0,40
cm/jam, bahan organik 2,45% (Rusdi, 2003). Menurut penelitian Baskoro dan
Tarigan (2007). Tanah Podsolik Merah Kuning di daerah Cigudeg, memiliki sifat-
sifat fisik seperti dapat terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Sifat Fisik Tanah Podsolik Merah Kuning Cigudeg


Sifat Fisik dan Kimia Podsolik Merah Kuning
Bobot lsi ( g/cm) 0,93
Porositas Total (% volume/volume) 63,68
Pori Drainase ( % volume/volume) 13,28
Pori Pemegang Air (% volume/volume) 50,40
Air Tersedia (% volume/volume) 16,50
Pasir (%) 14,30
Debu( %) 31,00
Liat (%) 54,70
Kelas Tekstur Liat Liat
Bahan Organik ( % ) 4,30
pH 4,30
KTK ( cmol/kg ) 19,80
KB(%) 17,30

2.3 Sifat Biologi Tanah


Fungi dan bakteri adalah dekomposer terpenting bagi bahan organik . Satu
gram tanah bisa mengandung sebanyak 106 propagul fungi dan 10 7
bakteri
(Gardiner dan Miller, 2004).

Bakteri
Bakteri menimbulkan berbagai perubahan kimiawi pada substansi yang
ditumbuhinya, mereka mampu menghancurkan banyak zat. Organisme ini amat
penting untuk memelihara lingkungan kita yaitu dengan menghancurkan bahan
yang tertumpuk di atau dalam daratan dan lautan (Soepardi, 1983).
10

Populasi bakteri dalam tanah bervariasi karena perkembangan mereka


sangat bergantung dari keadaan tanah. Pada umumnya jumlah terbanyak dijumpai
pada lapisan atas, karena pada lapisan tersebut suhu, kelembapan, aerasi, dan
makanan ada dalam jumlah dan keadaan yang menguntungkan. Bakteri tanah
dibedakan antara ototropik dan heterotropik. Ototropik adalah memperoleh energi
dari oksidasi mineral, seperti amonium, belerang atau besi dan karbon yang
diperolehnya dari karbon dioksida. Mereka merupakan kelompok berjumlah
sangat sedikit, tetapi merupakan kelompok yang menunjang oksidasi nitrat dan
belerang yang sangat penting bagi tumbuhan. Sebagian besar dari bakteri bersifat
heterotropik, yaitu mereka memperoleh energinya dari bahan organik. Bakteri
yang berperan dalam pelapukan bahan organik semuanya bersifat heterotropik.
Bakteri turut serta dalam semua perubahan bahan organik. Mereka memegang
monopoli dalam reaksi enzimatik : (1) nitrifikasi; (2) oksidasi bakteri; dan (3)
fiksasi nitrogen. Bila ini terganggu maka kehidupan seluruh tumbuhan akan
terganggu.

Fungi
Fungi adalah organisme yang tidak berklorofil dan mempunyai dinding sel
yang kaku. Beberapa bersel satu, yang lain multiselular dan menunjukkan sedikit
perbedaan pada bagian-bagian strukturalnya. Ukuran dan bentuknya berkisar dari
khamir yang mikroskopik dan bersel satu sampai kepada cendawan berfilamen
yang mikroskopik dan multiseluler (kapang) sampai kepada jamur yang
multiseluler dan amat besar (raksasa) serta jamur kelentos. Fungi memperbanyak
diri melalui berbagai macam proses, baik seksual maupun aseksual.
Fungi berperan dalam perubahan susunan tanah. Fungi tidak berklorofil,
demikian pula aktinomisetes dan bakteri. Dengan demikian mereka
menggantungkan kebutuhan akan energi dan carbon dari bahan organik. Fungi
dibedakan dari golongan lain karena miselianya. Miselia ini dapat berbentuk
sederhana, sedikit bercabang, atau banyak bercabang. Organ yang membentuk
spora bisa mencapai ukuran yang mudah dilihat oleh mata. Fungi dibedakan
dalam tiga golongan, yaitu (1) ragi; (2) kapang; (3) jamur. Di antara ketiga
golongan tersebut hanya dua yang terakhir mempunyai arti penting bagi pertanian.
11

Fungi merupakan jazad mikro yang tahan. Mereka dapat menghancurkan


selulosa, zat pati, gum, lignin, dan senyawa organik yang mudah dilapuk, seperti
protein dan gula. Sehubungan dengan pembentukan humus dan agregasi zarah
tanah fungi lebih berperan daripada bakteri terutama pada tanah sangat masam
(Soepardi, 1983).
Jumlah total mikrob dalam tanah digunakan sebagai indeks kesuburan
tanah tanpa mempertimbangkan hal-hal lain, karena pada tanah subur jumlah
mikrobianya tinggi. Populasi yang tinggi menggambarkan adanya suplai makanan
atau energi yang cukup ditambah temperatur yang sesuai, ketersediaan air cukup,
dan kondisi ekologi lain yang mendukung. Jumlah mikrob tanah harus
dipertimbangkan sebagai penciri (deskriptif) dan tidak digunakan sebagai indeks
kesuburan tanah semata (Anas, 1989)

2.4 Soil Conditioner


Pembenah tanah atau Soil Conditioner didefinisikan sebagai bahan-bahan
sintetis atau alami, organik atau mineral, berbentuk padat maupun cair yang
mampu memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pembenah sintesis
adalah bahan pembenah tanah yang diproduksi secara rekayasa kimia dari bahan-
bahan organik atau mineral yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat
tanah. Sedangkan pembenah tanah alami adalah pembenah tanah yang berasal dari
bahan-bahan organik atau mineral yang diproduksi tidak dengan rekayasa kimia
yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah. Pembenah tanah
organik adalah pembenah tanah sintetis atau alami yang sebagian besar dari bahan
organik yang berasal dari sisa tanaman, dan atau hewan yang dapat digunakan
untuk memperbaiki sifat-sifat tanah. Pembenah tanah mineral adalah pembenah
tanah sintetis atau alami yang sebagian besar berasal dari bahan anorganik
(mineral) yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah
(Suriadikarta, et al., 2005).
Secara garis besar, bahan pembenah tanah (Soil Conditioner) dibedakan
menjadi 2 yaitu alami dan sintetis (buatan pabrik), dan berdasarkan senyawa
pembentuknya juga dapat dibedakan dalam 2 kategori yakni pembenah tanah
organik (termasuk hayati) dan pembenah tanah anorganik. Konsep penggunaan
bahan pembenah tanah adalah: (1) Pemantapan agregat tanah untuk mencegah
12

erosi dan pencemaran, (2) merubah sifat hidrophobic atau hidrofilik, sehingga
merubah kapasitas tanah menahan air (water holding capacity), (3) meningkatkan
kapasitas tukar kation (KTK) tanah. Beberapa bahan pembenah tanah, juga
mampu menyuplai unsur hara tertentu, meskipun jumlahnya relatif kecil dan
seringkali tidak semua unsur hara yang terkandung dalam bahan pembenah tanah
dapat segera digunakan untuk tanaman (Dariah, 2007).

2.4.1 Jenis Jenis Soil Conditioner


Gipsum (kalsium sulfat) secara luas tersedia dalam bentuk asli yang biasa
langsung ditambang, atau sebagai bahan utama produksi. Gipsum sudah
menunjukkan pertambahan efektivitas dari kondisi fisik dari beberapa tipe tanah
mulai dari tanah masam dengan pelapukan tinggi dan salinitas rendah.
Penelitian lapang menunjukkan bahwa pengolahan tanah dengan gipsum
dapat meningkatkan infiltrasi dan mengurangi erosi. Selain itu penambahan
gipsum dapat mengurangi kekerasan lapisan bawah tanah, sehingga penetrasi akan
lebih mudah.
Sintetik polimer organik dapat menstabilkan struktur tanah dengan baik
setara dengan polimer organik alami seperti polisakarida. Tetapi aplikasi besar
dari polimer-polimer ini akan tidak ekonomis. Beberapa spesies dari alga yang
tinggal dekat permukaan tanah diketahui dapat menghasilkan senyawa stabilizing
untuk efektifitas agregat. Aplikasi dari kuantitas kecil dari preparat komersial
yang mengandung semacam alga dapat membawa pertambahan struktur tanah
dipermukaan secara signifikan.
Berbagai bahan humat dipasarkan untuk memperbaiki kondisi tanah ketika
dicampur dengan tanah pada dosis rendah (<500 Kg/ha). Bagaimanapun juga
penelitian dari berbagai universitas masih belum berhasil menunjukkan bahwa
material-material tersebut belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
stabilitas agregat dan hasil tanaman (Brady dan Weil, 2002).
Menurut Schulte dan Kelling (1998) Soil Conditioner organik dapat terdiri
dari kompos, sisa tanaman, serbuk gergaji, limbah lumpur, dan pupuk hijau.
Bauder (1976) juga memberikan contoh Soil Conditioner yang cukup populer
yaitu Leonardite, Sawdust, Planter II, dan Krilium. Beberapa Soil Conditioner
dinyatakan dapat mempengaruhi sifat-sifat tanah. Beberapa sifat tanah yang
13

secara teori dapat dipengaruhi oleh penambahan Soil Conditioner ke dalam tanah
meliputi 1) kemampuan menahan air, 2) aerasi, 3) suhu, 4) kapasitas dan
ketersediaan hara, 5) struktur dan agregat stabilitas, 6) populasi dan perilaku
mikroorganisme, 7) bahan organik, 8) perilaku hewan, termasuk serangga.
Masing-masing sifat dapat mempengaruhi hal lainnya. Sebagai contoh, struktur
tanah dan stabilitas agregat mempengaruhi aliran air permukaan, angin dan erosi,
kandungan air dan pergerakan air.
Penelitian lain mengenai Soil Conditioner dilakukan oleh Herudjito
(1985), menggunakan Soil Conditioner bitumen, sampah kota, kotoran sapi, serta
lateks kebun karet. Hasil yang diperoleh menunjukkan Soil Conditioner
berpengaruh terhadap beberapa sifat fisik (bobot isi, pori total, pori kapiler, dan
kemantapan agregat) setelah waktu yang cukup lama yaitu setelah 105 hari. Pada
waktu usia 52 hari diberi perlakuan semua Soil Conditioner belum memberi
pengaruh yang nyata terhadap semua sifat fisik Tanah Latosol.
Penelitian Means et al., (2005) juga menambahkan bahwa pemberian Soil
Conditioner memiliki keefektifan yang sama dibanding dengan penggunaan
pupuk dalam meningkatkan aktivitas mikrobiologi dan pertumbuhan buah melon.
O zturk, (2005) melakukan penelitian menggunakan Terralyt Plus, yaitu sejenis
Soil Conditioner organik yang diteliti pada tanah bertekstur lempung berliat, dan
lempung berpasir di bawah kondisi rumah kaca. Hasil nya menunjukkan bahwa
stabilitas agregat, total populasi bakteri meningkat ketika diberi dosis spray
1 :1000. Terralyt Plus pun dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman gandum.

Anda mungkin juga menyukai

  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen3 halaman
    Daftar Isi
    Putri Kuntum Unzila
    Belum ada peringkat
  • Fraktur Klavikula Dekstra 1/3 Medial
    Fraktur Klavikula Dekstra 1/3 Medial
    Dokumen27 halaman
    Fraktur Klavikula Dekstra 1/3 Medial
    Putri Kuntum Unzila
    Belum ada peringkat
  • Port Gerd
    Port Gerd
    Dokumen23 halaman
    Port Gerd
    Putri Kuntum Unzila
    Belum ada peringkat
  • Portofolio 2
    Portofolio 2
    Dokumen29 halaman
    Portofolio 2
    Putri Kuntum Unzila
    Belum ada peringkat
  • Port Gerd
    Port Gerd
    Dokumen23 halaman
    Port Gerd
    Putri Kuntum Unzila
    Belum ada peringkat
  • Gerd
    Gerd
    Dokumen24 halaman
    Gerd
    Putri Kuntum Unzila
    Belum ada peringkat
  • Embun Biologi
    Embun Biologi
    Dokumen12 halaman
    Embun Biologi
    Putri Kuntum Unzila
    Belum ada peringkat
  • Antijamur Topikal
    Antijamur Topikal
    Dokumen14 halaman
    Antijamur Topikal
    Putri Kuntum Unzila
    Belum ada peringkat
  • Embun Biologi
    Embun Biologi
    Dokumen12 halaman
    Embun Biologi
    Putri Kuntum Unzila
    Belum ada peringkat
  • Case Fraktur
    Case Fraktur
    Dokumen39 halaman
    Case Fraktur
    Putri Kuntum Unzila
    Belum ada peringkat
  • Gerd
    Gerd
    Dokumen24 halaman
    Gerd
    Putri Kuntum Unzila
    Belum ada peringkat
  • Port Gerd
    Port Gerd
    Dokumen23 halaman
    Port Gerd
    Putri Kuntum Unzila
    Belum ada peringkat
  • Cover Case Syaraf 2
    Cover Case Syaraf 2
    Dokumen3 halaman
    Cover Case Syaraf 2
    Putri Kuntum Unzila
    Belum ada peringkat
  • Dermatitis Atopik
    Dermatitis Atopik
    Dokumen2 halaman
    Dermatitis Atopik
    Putri Kuntum Unzila
    Belum ada peringkat
  • Datang
    Datang
    Dokumen1 halaman
    Datang
    Putri Kuntum Unzila
    Belum ada peringkat
  • DAFTAR PUSTAKA Din
    DAFTAR PUSTAKA Din
    Dokumen2 halaman
    DAFTAR PUSTAKA Din
    Putri Kuntum Unzila
    Belum ada peringkat
  • URETEROLITHIASIS
    URETEROLITHIASIS
    Dokumen3 halaman
    URETEROLITHIASIS
    Putri Kuntum Unzila
    Belum ada peringkat
  • Mulok
    Mulok
    Dokumen6 halaman
    Mulok
    Putri Kuntum Unzila
    Belum ada peringkat
  • Baro Trauma
    Baro Trauma
    Dokumen6 halaman
    Baro Trauma
    Putri Kuntum Unzila
    Belum ada peringkat
  • Soal BPJS Kuntum Putri
    Soal BPJS Kuntum Putri
    Dokumen1 halaman
    Soal BPJS Kuntum Putri
    Putri Kuntum Unzila
    Belum ada peringkat
  • Jadwal Jaga THT
    Jadwal Jaga THT
    Dokumen1 halaman
    Jadwal Jaga THT
    Putri Kuntum Unzila
    Belum ada peringkat
  • Going On
    Going On
    Dokumen6 halaman
    Going On
    Putri Kuntum Unzila
    Belum ada peringkat
  • Diskusi Miringotomi
    Diskusi Miringotomi
    Dokumen14 halaman
    Diskusi Miringotomi
    Putri Kuntum Unzila
    Belum ada peringkat
  • (Awal) Penyakit Pada Telinga
    (Awal) Penyakit Pada Telinga
    Dokumen2 halaman
    (Awal) Penyakit Pada Telinga
    Putri Kuntum Unzila
    Belum ada peringkat
  • Gangguan Fungsi Tuba Eustaschius
    Gangguan Fungsi Tuba Eustaschius
    Dokumen2 halaman
    Gangguan Fungsi Tuba Eustaschius
    Putri Kuntum Unzila
    Belum ada peringkat
  • Dafpus Referat Anes
    Dafpus Referat Anes
    Dokumen4 halaman
    Dafpus Referat Anes
    Putri Kuntum Unzila
    Belum ada peringkat
  • CORPUS ALIENUM
    CORPUS ALIENUM
    Dokumen6 halaman
    CORPUS ALIENUM
    Putri Kuntum Unzila
    Belum ada peringkat
  • Review Ikk
    Review Ikk
    Dokumen1 halaman
    Review Ikk
    Putri Kuntum Unzila
    Belum ada peringkat
  • Mioma Uteri
    Mioma Uteri
    Dokumen4 halaman
    Mioma Uteri
    Putri Kuntum Unzila
    Belum ada peringkat