yang mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti berkurangnya pori mikro dan makro
serta bertambahnya aliran permukaan yang pada akhirnya dapat mendorong
terjadinya erosi tanah. Penelitian menunjukkan bahwa pengapuran, sistem
pertanaman lorong, serta pemupukan dengan pupuk organik maupun anorganik
dapat mengatasi kendala pemanfaatan tanah Podsolik (Prasetyo dan Suriadikarta,
2006).
Selain bobot isi tanah, bobot jenis partikel juga penting untuk diketahui.
Bobot jenis partikel relatif konstan dan umumnya untuk tanah mineral berkisar
antara 2,60 sampai 2,75 g/cm3, dengan nilai rata-rata 2,65 g/cm3. Pada tanah
organik nilai BJP lebih rendah, sekitar 1,30-1,50 g/cm3. Bobot jenis partikel
biasanya digunakan untuk menentukan pergerakan partikel oleh air dan angin, laju
pengendapan, dan perhitungan porositas tanah (Foth, 1978).
Menurut Brady dan Weil (2008) nilai bobot isi hanya dapat menolong kita
untuk memprediksikan porositas total. Semakin rendah bobot isi maka semakin
tinggi porositas. Di dalam tanah terdapat sejumlah ruang pori-pori. Ruang pori-
pori ini penting oleh karena ruang-ruang ini diisi oleh air dan udara. Air dan udara
(gas-gas) juga bergerak melalui ruang pori-pori ini. Jadi, penyediaan air dan O2
untuk pertumbuhan tanaman dan jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan
sangat erat dengan jumlah dan ukuran pori-pori tanah ini. Oleh karena berat tanah
berhubungan dengan jumlah ruang pori-pori, maka hubungan-hubungan ruang
pori-pori tanah bervariasi dari satu sifat tanah lainnya dan kedua variabel ini
dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah (Hakim et al., 1986).
Menurut Hillel (1982), pada tanah liat porositas sangat beragam karena
tanah berganti-ganti mengembang, mengerut, menggumpal, terdispersi, padat dan
retak-retak. Total porositas, tidak banyak menjelaskan tentang distribusi ukuran
pori. Gardiner dan Miller (2004) memberi pengertian juga bahwa untuk
pertumbuhan tanaman, ukuran pori lebih penting daripada total ruang pori.
Hubungan tekstur dengan bobot isi dan ruang pori dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Hubungan Tekstur dengan Bobot Isi dan Ruang Pori Menurut Gardiner
dan Miller (2004)
Tekstur Tanah Bobot Isi (g/cm3) Ruang Pori (%)
Liat berpasir kasar 1,68 36,6
Lempung berpasir 1,51 43,0
Lempung 1,34 49,4
Lempung berliat 1,26 42,5
Liat 1,18 55,5
ruang non kapilar yang dapat memberi kesempatan pergerakan udara dan
perkolasi air secara cepat sehingga sering disebut sebagai pori drainase. Pori
drainase dapat dikelompokan dalam tiga kelompok yaitu pori drainase sangat
cepat, berdiameter lebih dari 300 mikro-meter, bagian pori yang akan kosong
tidak terisi air pada pF 1,0. Pori drainase cepat, berdiameter antara 300 sampai 30
mikro-meter, bagian pori yang akan kosong tidak terisi air pada pF 1,0 sampai
2,0. Pori drainase lambat; berdiameter antara 30 sampai 9 mikro-meter, bagian
pori yang akan kosong tidak terisi air pada pF antara 2,0 sampai 2,54 (Sitorus et
al.,1976).
Permeabilitas
Nilai bobot isi dan ruang pori secara langsung dapat mempengaruhi nilai
permeabilitas tanah. Permeabilitas secara kuantitatif diartikan sebagai kecepatan
bergeraknya suatu cairan pada suatu media berpori dalam keadaan jenuh. Dalam
hal ini sebagai cairan adalah air dan sebagai media berpori adalah tanah.
Besarnya permeabilitas untuk selang waktu tertentu tidak selalu konstan,
tergantung proses kimia, fisika, biologi tanah. Pada umumnya permeabilitas
merupakan sebab utama adanya pergerakan partikel liat yang menurunkan ukuran
pori dalam kolom tanah. Sesungguhnya penurunan permeabilitas sebagian
disebabkan oleh dispersi dan pengembangan agregat pada waktu pengembangan
jika basah, sehingga partikel-partikel liat mengalami pemecahan dan pergerakan
menutupi pori selama pergerakan air tanah (Hillel, 1972). Oleh karena itu
permeabilitas secara tidak langsung dapat menunjukkan baik buruknya sifat fisik
suatu tanah. Jika permeabilitas untuk selang waktu lama tidak mengalami
penurunan yang berarti, menunjukkan bahwa tanah bersangkutan mempunyai sifat
fisik yang baik (Herudjito, 1985). Klasifikasi besar nilai permeabilitas dapat
dilihat pada Tabel 2.
7
Kadar Air PF
Gaya memegang air, yaitu gaya adsorpsi dan gaya adhesi kohesi yang
menimbulkan adanya tegangan antar permukaan air udara yang konkaf, disebut
gaya matriks. Hal ini berhubung kedua macam gaya tersebut timbul karena
adanya matriks tanah. Hisapan matriks adalah fungsi kadar air dan dapat diukur
dengan tensiometer. Hubungan ini menunjukkan bahwa makin besar hisapan
matrik makin kecil kadar airnya.
Jika hisapan dinyatakan dalam cm tinggi air dan di plot pada skala
logaritma terhadap kadar air per volume, kurvanya disebut kurva pF. Kurva pF
dapat digunakan untuk menunjukkan banyaknya air yang dapat ditahan oleh tanah
yang tersedia bagi tanaman. Kurva pF digunakan juga dalam menentukan jumlah
air yang dilepaskan atau dihisap oleh tanah sewaktu permukaan air bumi turun
atau naik. Kurva pF penting untuk desain drainase (Soedarmo dan Djojoprawiro,
1986).
Kurva pF ini sangat penting untuk menunjukkan banyaknya air yang dapat
ditahan oleh tanah pada tegangan tertentu. Implikasi praktisnya yaitu dapat
menunjukkan jumlah air yang tersedia bagi tanaman dan jumlah air irigasi yang
diperlukan untuk mengubah tegangan air oleh matriks tanah dari tegangan semula
ke tegangan yang kita kehendaki. Dengan demikian kurva pF ini sangat berguna
dalam perencanaan irigasi atau drainase. Karena tegangan matriks merupakan
8
efek total yang menghasilkan oleh afinitas air dari seluruh matriks tanah yang
mencakup pori dan permukaan partikel tanah secara bersama-sama, maka faktor-
faktor yang mempengaruhi perubahan porositas tanah dan kemampuan tanah
menjerap air akan mempengaruhi bentuk kurva pF. Bahan organik, Soil
Conditioner atau bahan sintetis lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuan
tanah dalam menjerap air juga mempengaruhi bentuk kurva pF (Rachman, 1992).
Kapasitas lapang (field capacity) adalah kondisi di mana tebal lapisan air
dalam pori-pori tanah mulai menipis, sehingga tegangan antar air dan udara
meningkat hingga lebih besar dari gaya gravitasi, air gravitasi (pori-pori makro)
habis dan air tersedia (pada pori-pori meso dan mikro) bagi tanaman dalam
keadaan optimum. Kondisi ini terjadi pada tegangan permukaan lapisan air sekitar
1/3 atm atau pF 2,54.
Kadar dan ketersediaan air tanah sebenarnya pada setiap koefisien ini
umumnya bervariasi terutama tergantung pada :
Tekstur tanah. Kadar air tanah bertekstur liat > lempung > pasir, misalnya
pada tegangan 1/3 atm (kapasitas lapang). Hal ini berkaitan dengan
pengaruh tekstur terhadap proporsi bahan koloidal, ruang pori dan luas
permukaan adsorptif, yang makin halus teksturnya akan makin banyak,
sehingga makin besar kapasitas simpan airnya.
Kadar bahan organik tanah (BOT). BOT mempunyai pori-pori mikro yang
jauh lebih banyak ketimbang partikel mineral tanah, yang berarti luas
permukaan penjerap (kapasitas simpan) air juga lebih banyak, sehingga
makin tinggi kadar BOT akan makin tinggi kadar dan ketersediaan air
tanah.
Senyawa kimiawi. Garam-garam dan senyawa pupuk atau amelioran
(pembenah tanah) baik alamiah maupun non alamiah mempunyai gaya
osmotik yang dapat menarik dan menghidrolisis air, sehingga koefisien
layu meningkat. Konsekuensinya, makin banyak senyawa kimiawi di
dalam tanah akan menyebabkan kadar dan ketersediaan air tanah menurun
(Hanafiah 2005).
9
Bakteri
Bakteri menimbulkan berbagai perubahan kimiawi pada substansi yang
ditumbuhinya, mereka mampu menghancurkan banyak zat. Organisme ini amat
penting untuk memelihara lingkungan kita yaitu dengan menghancurkan bahan
yang tertumpuk di atau dalam daratan dan lautan (Soepardi, 1983).
10
Fungi
Fungi adalah organisme yang tidak berklorofil dan mempunyai dinding sel
yang kaku. Beberapa bersel satu, yang lain multiselular dan menunjukkan sedikit
perbedaan pada bagian-bagian strukturalnya. Ukuran dan bentuknya berkisar dari
khamir yang mikroskopik dan bersel satu sampai kepada cendawan berfilamen
yang mikroskopik dan multiseluler (kapang) sampai kepada jamur yang
multiseluler dan amat besar (raksasa) serta jamur kelentos. Fungi memperbanyak
diri melalui berbagai macam proses, baik seksual maupun aseksual.
Fungi berperan dalam perubahan susunan tanah. Fungi tidak berklorofil,
demikian pula aktinomisetes dan bakteri. Dengan demikian mereka
menggantungkan kebutuhan akan energi dan carbon dari bahan organik. Fungi
dibedakan dari golongan lain karena miselianya. Miselia ini dapat berbentuk
sederhana, sedikit bercabang, atau banyak bercabang. Organ yang membentuk
spora bisa mencapai ukuran yang mudah dilihat oleh mata. Fungi dibedakan
dalam tiga golongan, yaitu (1) ragi; (2) kapang; (3) jamur. Di antara ketiga
golongan tersebut hanya dua yang terakhir mempunyai arti penting bagi pertanian.
11
erosi dan pencemaran, (2) merubah sifat hidrophobic atau hidrofilik, sehingga
merubah kapasitas tanah menahan air (water holding capacity), (3) meningkatkan
kapasitas tukar kation (KTK) tanah. Beberapa bahan pembenah tanah, juga
mampu menyuplai unsur hara tertentu, meskipun jumlahnya relatif kecil dan
seringkali tidak semua unsur hara yang terkandung dalam bahan pembenah tanah
dapat segera digunakan untuk tanaman (Dariah, 2007).
secara teori dapat dipengaruhi oleh penambahan Soil Conditioner ke dalam tanah
meliputi 1) kemampuan menahan air, 2) aerasi, 3) suhu, 4) kapasitas dan
ketersediaan hara, 5) struktur dan agregat stabilitas, 6) populasi dan perilaku
mikroorganisme, 7) bahan organik, 8) perilaku hewan, termasuk serangga.
Masing-masing sifat dapat mempengaruhi hal lainnya. Sebagai contoh, struktur
tanah dan stabilitas agregat mempengaruhi aliran air permukaan, angin dan erosi,
kandungan air dan pergerakan air.
Penelitian lain mengenai Soil Conditioner dilakukan oleh Herudjito
(1985), menggunakan Soil Conditioner bitumen, sampah kota, kotoran sapi, serta
lateks kebun karet. Hasil yang diperoleh menunjukkan Soil Conditioner
berpengaruh terhadap beberapa sifat fisik (bobot isi, pori total, pori kapiler, dan
kemantapan agregat) setelah waktu yang cukup lama yaitu setelah 105 hari. Pada
waktu usia 52 hari diberi perlakuan semua Soil Conditioner belum memberi
pengaruh yang nyata terhadap semua sifat fisik Tanah Latosol.
Penelitian Means et al., (2005) juga menambahkan bahwa pemberian Soil
Conditioner memiliki keefektifan yang sama dibanding dengan penggunaan
pupuk dalam meningkatkan aktivitas mikrobiologi dan pertumbuhan buah melon.
O zturk, (2005) melakukan penelitian menggunakan Terralyt Plus, yaitu sejenis
Soil Conditioner organik yang diteliti pada tanah bertekstur lempung berliat, dan
lempung berpasir di bawah kondisi rumah kaca. Hasil nya menunjukkan bahwa
stabilitas agregat, total populasi bakteri meningkat ketika diberi dosis spray
1 :1000. Terralyt Plus pun dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman gandum.