Anda di halaman 1dari 16

2.

2 PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN

I. Jantung
A. Pengertian
Keperluan janin yang sedang tumbuh akan oksigen dan zat-zat makanan bertambah
dengan berlangsungnya kehamilan, yang harus dipenuhi melalui darah ibu. Untuk itu
banyaknya darah yang beredar bertambah sehingga jantung harus bekerja lebih giat.
Dengan kata lain Kehamilan akan menimbulkan perubahan pada system
kardiovaskuler.. Perubahan tersebut dikarenakan oleh :
1. Hipervolumia, yang dimulai sejak kehamilan 8 minggu dan mencapai puncaknya
pada 28-32 minggu lalu menetap. Volume plasma bertambah sebesar 22 %, besar
dan saat terjadinya peningkatan volume plasma berbeda dengan peningkatan
volume sel darah merah, hal ini mengakibatkan anemia delusional (pencairan
darah)
2. Jantung dan diafragma terdorong ke atas ke kiri dan ke depan oleh karena
pembesaran rahim, sehingga pembuluh-pembuluh darah besar dekat jantung
mengalami lekukan dan putaran
Kedua hal tersebut menyebabkan :
- Denyut jantung dan nadi meningkat
- Pukulan jantung meningkat
- Volume darah meningkat
- Tekanan darah menurun sedikit

Perubahan fisiologi yang normal saat kehamilan meningkatkan output 40% di atas
out put jantung saat tidak hamil. Hal ini terjadi pada awal kehamilan dan puncaknya
pada minggu ke 20-24. Fluktuasi output jantung juga terjadi dengan adanya perubahan
posisi tubuh. Output jantung meningkat saat akan melahirkan 50% paling umum terjadi
saat kontraksi. Peningkatan output jantung membuat peningkatan resiko wanita yang
memiliki sejarah penyakit jantung mengalami dekompsnasi kordis, sehingga penderita
kelas I bisa menjadi kelas II saat stress fisik saat kehamilan dan waktu melahirkan.
Setelah 12-24 jam pasca persalinan terjadi peningkatan volume plasma karena
proses imbibisi cairan ekstravaskuler ke dalam pembuluh darah yang kemudian diikuti
oleh periode diuresis pasca persalinan yang mengakibatkan penurunan volume plasma
(adanya hemokosentrasi). 2 minggu pasca persalinan merupakan periode penyesuaian
untuk kembali ke nilai volume plasma seperti sebelum hamil. Jantung normal dapat
menyesuaikan kerjanya terhadap perubahana-perubahan secara fisiologis, akan tetapi
jantung yang sakit tidak. Apabila tenaga cadangan jantung dilampaui, maka terjadi
dekompensasi kordis, jantung tidak sanggup lagi menunaikan tugasnya.. Penderita
dengan gangguan kardiovaskuler mempunyai toleransi yang sangat buruk terhadap
penurunan volume darah dan pada saat yang sama juga tidak dapat beradaptasi terhadap
kelebihan volume sirkulasi. Volume darah yang terdapat dalam sirkulasi penderita
berada dalam keseimbangan sesuai dengan kelainan yang ada.
Dari sini dapat diketahui bahwa kehamilan dapat memperparah penyakit jantung
bahkan dapat menimbulkan payah jantung, sehingga Wanita dengan penyakit
kardiovaskuler menjadi hamil, maka akan terjadi pengaruh timbal balik yang dapat
mengurangi kesempatan hidup wanita tersebut.

B. Pengaruh kehamilan terhadap penyakit jantung


Saat-saat yang berbahaya bagi penderita adalah
1. Pada kehamilan 32-36 minggu dimana volume darah mencapai puncaknya
(hipervolumia)
2. Pada kala II dimana wanita mengerahkan tenaga untuk mengedan dan
memerlukan kerja jantung yang berat
3. Pada post partum, karena dengan lahirnya plasenta anastomosis arteri-vena
hilang dan darah yang seharusnya masuk ke dalam ruang intervilus sekarang
masuk ke dalam sirkulasi besar ( darah ibu )
4. Pada masa nifas, karena adanya kemungkinan infeksi.
C. Pengaruh penyakit jantung terhadap kehamilan
1. Dapat terjadi abortus
2. Prematuritas (lahir tidak cukup bulan)
3. Dismatur (lahir cukup bulan namun dengan berat badan lahir rendah)
4. Lahir dengan apgar rendah atau lahir mati
5. Kematian janin dalam rahim (KJDR)

D. Klasifikasi penyakit jantung dalam kehamilan


Kelas I
- Tanpa pembatasan kegiatan fisik
- Tanpa gejala pada kegiatan biasa
Kelas II
- Sedikit dibatasi kegiatan fisiknya
- Waktu istirahat tidak ada keluhan
- Kegiatan fisik biasa menimbulkan gejala insufisiensi jantung (berjalan tidak
timbul keluhan, melakukan pekerjaan agak berat timbul keluhan)
- Gejalanya adalah lelah, palpitasi, sesak nafas dan nyeri dada (angina pektoris)
Kelas III
- Kegiatan fisik sangat dibatasi
- Waktu istirahat tidak ada keluhan
- Sedikit kegiatan fisik menimbulkan keluhan insufisiensi jantung (berjalan timbul
keluhan)
Kelas IV
- Waktu istirahat dapat menimbulkan keluhan insufisiensi jantung, apalagi kerja
fisik enteng.

E. Diagnosa
Penyakit jantung pada wanita hamil dapat ditegakkan dari
1. Anamnesa
a. Pernah sakit jantung dan berobat pada dokter untuk penyakitnya
b. Pernah demam rematik
c. Aktifitas yang tidak dapat ditoleransi
d. Angina, biasanya saat menggunakan tenaga berlebihan
e. Keluhan dan gejala : mudah lelah, dispnea, palpitasi kordis, nadi tidak teratur,
oedema pulmonal, sianosis
2. Pemeriksaan : auskultasi / palpasi
Empat criteria (Burwell dan Metcalfe)
a. Adanya bising diastolic, presistolik atau bising terus menerus, khususnya saat
diakhiri dengan suara awal yang keras
b. Pembesaran jantung yang jelas
c. Adanya bising jantung yang nyaring disertai thrill
d. Aritmia yang berat
3. Pemeriksaan elektro kardiogram (EKG)

F. Penanganan
1. Dalam kehamilan
a. Pengertian ibu hamil untuk melaksanakan pengawasan antenatal yang teratur
sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Skema kunjungan antenatal : setiap 2
minggu menjelang kehamilan 28 minggu, dan 1x seminggu setelahnya
b. Kerjasama dengan ahli penyakit dalam / kardiolog untuk penyakit jantungnya
untuk dibina sedini mungkin
c. Harus dicegah kenaikan berat badan dan retensi air yang berlebihan, diet rendah
garam dan pembatasan cairan. Begitu pula kalau ada anemi diobati dengan
pemberian besi dan asam folat, karena anemia dapat meningkatkan output
jantung
d. Timbulnya hipertensi atau hipotensi akan memberatkan kerja jantung, hal ini
harus diobati
e. Bila ada keluhan yang agak berat seperti sesak nafas, infeksi saluran pernafasan
dan sianosis penderita harus dirawat di rumah sakit untuk pengawasan dan
pengobatan yang lebih intensif
f. Wanita hamil dengan penyakit jantung harus cukup istirahat (istirahat baring
sekurang-kurangnya setengah jam setiap kali setelah makan, kegiatan rumah
tangga dan social perlu dibatasi), cukup tidur (tidur malam sekurang-kurangnya
8-10 jam dan 2 jam waktu siang)
g. Hindari stress, kaji penyebab stress dan cara untuk mereduksi stress
h. Sebaiknya penderita dirawat 1-2 minggu sebelum taksiran persalinan
j. Pengobatan khusus tergantung pada kelas penyakit :
Kelas I : Tidak memerlukan pengobatan tambahan
Kelas II : Biasanya tidak memerlukan terapi tambahan, kurangi kerja fisik
terutama antara kehamilan 28-36 minggu
Kelas III : Memerlukan digitalisasi atau obat lainnya, sebaiknya dirawat di RS
sejak kehamilan 28-30 minggu
Kelas IV : Harus dirawat di RS dan diberikan pengobatan bekerja sama dengan
kardiolog

2. Dalam persalinan
a. Buatlah daftar his, nadi, pernafasan, tensi tiap 15 menit pada kala I, dan setiap
10 menit pada kala II. Bila ada tanda-tanda payah jantung (nadi menjadi lebih
dari 100 x permenit dan pernafasan lebih dari 28 kali permenit, disertai sesak
nafas) diobati dengan digitalis. Berika cedilanid dosis initisl 0,8 mg ditambahkan
sampai dosis 1,2 1,6 mg intravena perlahan-lahan. Kalau perlu suntikan dapat
diulang 1-2 kali dalam 2 jam. Dikamar bersalin harus tersedia tabung oksigen,
morfin, dan diuretikum injeksi
b. Baringkan ibu dalam posisi miring ke kiri untuk menjamin aliran darah ke uterus
c. Batasi pemberian cairan IV untuk mencegah overlood cairan
d. Pendekatan secara psikologis supaya ibu tetap tenang dan merasa aman
mempunyai pengaruh yang sangat baik
e. Untuk menghilangkan rasa sakit boleh diberikan obat analgesic lebih-lebih kalau
persalinan diperkirakan akan berlangsung cukup lama seperti pethidin. Jangan
berikan barbiturate (luminal) atau morfin kalau ditaksir bayi akan lahir dalam
beberapa jam. Jika petidin atau morfin diberikan pada ibu, bisa terjadi depresi
pernafasan bayi, Naloksok merupakan antidotumnya
f. Dalam kala II (kala yang kritis bagi penderita) Partus pervaginam lebih aman
dari pada SC, bila tidak timbul tanda-tanda payah jantung persalinan dapat
ditunggu, diawasi dan ditolong secara spontan, sedapat mungkin hindari
mengejan. Jika perlu lakukan episiotomi. Dalam 20-30 menit janin belum lahir,
segera kala II diperpendek dengan ekstraksi vakum dan forseps. Kalau dijumpai
disproporsi sefalopelfik dan plasenta previa, lakukan SC dibawah pengawasan
beberapa ahli multidisiplin
g. Kala II biasanya berjalan seperti biasa. Pemberian ergometrin merupakan suatu
kontraindikasi terutama secara IV dan setelah operasi SC berencana, karena
kontraksi uterus yang dihasilkan bersifat tonik dengan akibat terjadinya
pengembalian darah ke dalam sirkulasi besar kurang lebih 1 liter.. Pitosin atau
ergometrin dapat meningkatkan tekanan darah Yang aman adalah sintometrin
intramuskuler.Jika perlu oksitosin berikan dalam kosentrasi tinggi dengan
tetesan rendah dan pengawasan keseimbangan cairan.
h. Penanganan aktif kala III. Setelah kala III selesai harus dilakukan pengawasan
ketat untuk kemungkinan terjadinya gagal jantung atau edema paru
i. Penanganan kelas III dan IV dilakukan secara SC, berikan diuretika (furosemid)
agar volume darah berkurang dan beban jantung menurun. Disamping itu
berikan oksigen 6-8 l/menit. Jika terdapat gagal nafas, lakukan intubasi dan
ventilasi mekanik.

3. Penanganan secara umum


a. Penderita kelas III dan IV tidak boleh hamil karena kehamilan sangat
membahayakan jiwanya
b. Bila hamil juga, sedini mungkin abortus buatan medikalis hendaknya
dipertimbangkan untuk dikerjakan atau meneruskan kehamilan dengan tirah
baring total dan pengawasan ketat, ibu dalam posisi setengah duduk
c. Pada kasus tertentu sangat dinajurkan untuk tidak hamil lagi dengan melakukan
tubektomi, setelah penderita afebris, tidak anemis dan sedikit keluhan
d. Kalau tidak mau disterilisasi anjurkan memakai kotrasepsi yang baik yaitu IUD
e. Konseling prakonsepsi dengan memperhatikan resiko pada masing-masing
penyakit

II. Diabetes Mellitus


Diabetes mellitus merupakan gangguan sistemik pada metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein. DM ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan glukosa darah) yang
diakibatkan oleh produksi insulin yang tidak adekuat atau penggunaan insulin secara tidak
efektif pada tingkat seluler. Insulin yang diproduksi oleh sel-sel beta pulau langerhans di
pangkreas bertanggung jawab mentranspor glukosa ke dalam sel. Apabila insulin tidak
cukup atau tidak efektif, glukosa berakumulasi dalam aliran darah dan terjadilah
hiperglikemia. Hiperglikemia menyebabkan hiperosmalaritas pada darah, yang berakibat
menarik cairan intra sel ke dalam vaskuler sehingga terjadi dehidrasi sel dan peningkatan
volume darah. Akibatnya ginjal mensekresi urine dalam volume besar (poliuria) sebagai
upaya untuk mengatur kelebihan volume darah dan mensekresi glukosa yang tidak
dipergunakan (glikosuria). Dehidrasi seluler yang disertai poliuria menimbulkan rasa haus
berlebihan (polidipsia). Tubuh mengkompensasi ketidakmampuan mengubah karbohidrat
(glukosa) menjadi energi dengan membakar protein (otot) dan lemak. Produk akhir
metabolisme ini adalah keton dan asam lemak, yang dalam jumlah berlebihan akan
menyebabkan ketoasidosis. Penurunan BB terjadi akibat pemecahan lemak dan jaringan
otot, pemecahan jaringan ini menimbulkan rasa lapar yang membuat individu makan secara
berlebihan (polifagia).
Klasifikasi diabetes pada wanita hamil dilakukan menurut kapan ia di diagnosa terkena
diabetes. Apabila diabetes terjadi sebelum masa hamil, maka klasifikasinya adalah diabetes
pra-kehamilan, jika ia didiagnosis pertama kali selama masa hamil, maka ia diklasifikasikan
sebagai diabetes kehamilan. Diabetes pra-kehamilan, seperti halnya semua diabetes yang
bukan kehamilan, digolongkan pada diabetes tipe I, II dan III

Klasifikasi DM menurut national institutes of health


Klasifikasi Nama sebelumnya Definisi
Tipe I (DM dengan awitan masa DM tergantung insulin (IDDM): Sel-
kanak-kanak (juvenile-onset sel beta pangkreas di pulau
diabetes) langerhans pada dasarnya tidak
memproduksi insulin

Tipe II Diabetes brittle DM tidak tergantung insulin


Diabetes dengan awitan masa (NIDDM): sel-sel beta pancreas
dewasa (adult-onset diabetes) pulau langerhans tidak mampu
memenuhi peningkatan kebutuhan
insulin yang terus menerus atau pada
saat stres terjadi misalnya :
- peningkatan usia
- periode perkembangan normal
- Perubahan hormonal yang cepat
(menarche,kehamilan,menopause)
- Obesitas
- Infeksi
- Pembedahan
- Krisis emosi
- Tumor atau infeksi pankreas
Tipe III Diabetes gestasi Intoleransi karbohidrat yang terjadi
selama masa hamil, tanpa
memperhatikan keparahannya

Perubahan metabolic selama dan setelah masa hamil


Kehamilan dikatakan sebagai kondisi diabetogenik, dimana kebutuhan akan glukosa
meningkat. Metabolisme maternal mengalami perubahan untuk memastikan suplai glukosa
yang adekuat dan konstan untuk perkembanngan janin. Glukosa meternal ditransport ke
janin melalui proses difusi-difasilitasi. Insulin ibu tidak menembus plasenta. Pada usia 10
minggu janin mensekresi insulinnya sendiri dengan kadar yang adekuat, yang
memungkinkan menggunakan glukosa yang diperoleh dari ibu.
Selama trimester pertama, kadar glukosa ibu menurun dengan cepat sampai antara 55 dan
65 mg/dl. Akibat pengaruh estrogen dan progestero, pancreas meningkatkan produksi
insulin, yang meningkatkan penggunaan glukosa. Pada saat yang sama penggunaan janin
meningkat, adanya nausea, vomitus dan penurunan asupan makanan, sehingga kadar
glukosa ibu semakin menurun.
Trimester II dan III, adanya peningkatan kadar lactogen plasenta human, estrogen,
progesterone, kortisol, prolaktin dan insulin dapat meningkatkan resistensi insulin melalui
kerjanya sebagai suatu antagonis. Resistensi insulin merupakan suatu penghematan glukosa
yang memastikan suplai glukosa yang berlimpah untuk janin. Kebutuhan insulin dapat
meningkat 2 atau 4 kali lipat pada kehamilan cukup bulan.
Saat bayi lahir, lepasnya plasenta menyebabkan penurunan mendadak kadar hormone
plasenta, kortisol dan insulinase yang bersirkulasi. Jaringan maternal dengan cepat kembali
peka terhadap insulin. Pada ibu yang tidak menyusui keseimbangan insulin-karbohidrat
prakehamilan tercapai sekitar 7-10 hari. Dalam laktasi glukosa meternal digunakan
sehingga kebutuhan ibu yang menyusui tetap rendah selama 9 bulan.

Resiko dan komplikasi pada ibu


Aborsi spontan
Hipertensi akibat kehamilan
Hidramnion
Infeksi
Ketoasidosis, terutama terjadi pada trimester II dan III saat resistensi terhadap insulin
meningkat, glukosa tidak dapat ditranspor ke dalam sel, untuk menghasilkan energi
tubuh mulai memecah lemak dan jaringan otot. Akibat metabolisme lemak badan keton
diproduksi oleh hati dan berakumulasi dalam darah (ketosis) dan dibuang dalam urin
(ketonuria). Ketosis meningkat menyebabkan asidosis metabolik

Resiko dan komplikasi pada janin atau neonatus


Anomali konginetal, terjadi akibat control glikemia yang buruk sebelum konsepsi dan
pada minggu awal kehamilan, selama organogenesis, misalnya defek tuba neural.
Makrosomia
IUGR, bila ibu mengalami perubahan vaskuler sebagai komplikasi diabetes akan
menyebabkan gangguan sirkulasi uteroplasenta, yang akan menurunkan jumlah oksigen
yang tersedia untuk janin
Penyakit membrane hialin

Pengaruh kehamilan, persalinan dan nifas pada diabetes


Gukoseria renal sering dijumpai pada kehamilan. Kelainan ini terdapat tidak karena kadar
glukosa darah tinggi, melainkan karena ambang ginjal terhadap glukosa rendah. Karena itu
diabetes dalam kehamilan tidak bisa dinilai dari pemeriksaan reduksi urine.
1. Kehamilan dapat menyebabkan status pre-diabetes menjadi manifestasi diabetes. Pada
Pradiabetes dijumpai kelainan anatomic dan metabolic, namun tanpa gejala yang jelas,
dapat menjadi diabetes bila timbul stress (kehamilan, infeksi, obesitas, emosi)
Pradiabetes penyakitnya menjadi lebih berat dan lebih sukar dikendalikan dalam
kehamilan.
2. Pada persalinan yang memerlukan tenaga ibu dan kerja rahim akan memerlukan glukosa
banyak, maka bisa menjadi hipoglikemi.
3. Dalam masa laktasi keperluan akan insulin bertambah

Pengaruh diabetes pada kehamilan


1. abortus dan partus prematurus
2. hidramnion, kemungkinan bayi mengalami poliuria
3. preeklamsia, bila sebelumnya ibu mengalami perubahan vaskuler terkait dengan
diabetes
4. kesalahan letak janin
5. insufisiensi plasenta

Pengaruh diabetes terhadap persalinan


1. Inersia uteri dan atonia uteri
2. distosia karena janin (anak besar, bahu lebar)
3. kelahiran mati
4. persalinan lebih sering dilakukan pertolongan secara operatif
5. angka kejadian perdarahandan infeksi tinggi
6. morbiditas dan mortalita pada ibu

Diagnosa
1. Anamnese riwayat persalinan yang lalu : abortus, partus premature, kematian janin,
anak besar. Riwayat keluarga, keluhan sekarang (poliuri, polidipsi, polifagi) dan pernah
berobat penyakit gula ke dokter
2. Pemeriksaan : Glokosa toleransi test, kadar gula darah puasa dan post prandial dengan
Cara ;
a. klien harus makan mengandung cukup karbohidrat minimal 3 hari sebelumnya
b. semalam sebelum pemeriksaan harus berpuasa selama 8-12 jam
c. pagi hari diambil darah dari plasma vena, diperiksa kadar glukosa
d. setelah itu klien diberi glukosa 75 gram dalam 200ml air
e. contoh darah berikutnya diperiksa 2 jam setelah beban glukosa

Kadar glukosa darah kapiler selama kehamilan pada wanita diabetic


Wanita hamil Kadar gula darah
Puasa <140 mg/dl > 140 mg/dl

2 jam setelah 140-199 mg/dl >200 mg/dl >200 mg/dl


glukosa 75 gram
Diagnosa Toleransi glukoa DM DMG
terganggu

Penanganan obstetric
a. Pengobatan medik (bekerja sama dengan ahli penyakit dalam : diit dan pemberian
insulin)
b. Tujuan penanganan adalah mencapai dan mempertahankan keadaan normoglikemia
sejak hamil hingga persalinan, yaitu kadar glukosa darah puasa <105 mg/dl dan 2 jam
PP < 120 mg/dl
c. Untuk mencapai sasaran tersebut dilakukan :
- Olah raga yang menggunakan otot-otot tubuh bagian atas atau tidak banyak
menimbulkan stress mekanis pada daerah badan selama latihan
- Perencanaan makan yang sesuai dengan kebutuhan
- Pemberian insulin bila belum tercapai normoglikemia dengan perencanaan makan
d. Segera setela didiagnosa DMG, dilakukan pemeriksaan glukosa darah puasa dan 2 jam
sesudah makan untuk menentukan langkah penatalksanaan
e. Bila kadar gula > 130 mg/dl pad apsie langsung diberikan insulin disamping
perencanaan makan, terutama pada penderita yang terdiagnosa setelah usia kehamilan
mencapai 28 minggu
f. Bila kadar gula darah puasa < 130 mg/dl, dimulai dengan perencanaan makan saja
dahulu.
g. Penanganan di dasarkan atas pertimbangan : beratnya penyakit, lamanya penderitaan,
umur, paritas, riwayat persalinan terdahulu dan ada atau tidak kompliasi
- penyakit tidak berat dan pengobatan / diet dapat mengontrol penyakit dengan baik,
diharapkan partus biasa
- bila diabetes agak berat dan memerlukan insulin, induksi partus lebih dini
(kehamilan minggu 36-38 minggu)
- bila diabetes agak berat, riwayat kematian janin dalam kandungan. Ada beberapa
institusi melakukan SC dalam minggu 37 kehamilan.
- diabetes berat dengan komplikasi (preeklamsi, hidramnion), riwayat persalinan yang
lalu buruk induksi partus atau SC lebih dini
- dalam pengawasan persalinan monitor janin dengan baik

Prognosa
1. Bila penyakit ditangani oleh dokter ahli penyakit dalam, kehamilan dan persalinan
diawasi dan ditangani oleh ahli kebidanan umumnya prognosa buruk
2. Diabetes berat dan diderita lama apalagi ada komplikasi prognosa buruk
prognosa bagi bayi jelak, factor yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas bayi
adalah
a. berat dan lamanya penyakit dan adanya acetone uri
b. insufisiensi plasenta
c. komplikasi dan distosia persalinana
d. prematuritas dan cacat bawaan

III. TB Paru
Penyakit ini masih banyak terdapat di Indonesia, dijumpai baik dalam keadaan tenang
maupun keadaan aktif, yang aktif dapat menimbulkan masalah bagi ibu, bayi dan orang-
orang sekelilingnya
A. Penyebab
TBC disebabkan oleh kuman mikobakterium tuberculosa, yang ditularkan lewat inhalasi
/ droplet infection
B. Patofisologi
Infeksi ditularkan melalui inhalasi mycobacterium tuberculosa, yang memicu suatu
reaksi granulomatosa di paru. 90 % pasien dapat mengendalikan ifseksi, dan menjadi
dorma dalam waktu yang lama. Pada pasien yang mengalami imunosupresi atau
mengidap penyakit lain tuberculosis mengalami reaktivasi dan menimbulkan gejala
klinis.

C. Tanda dan gejala


1. batuk dengan sputrum minimal
2. demam ringan, berkeringat dimalam hari
3. hemoptisis
4. penurunan BB
5. foto torak tampak infiltrate, mungkin juga kavitasi atau limfadenopati mediastium
6. BTA pada sputum

D. Hasil kehamilan
Sebelum terapi antituberkulosis, kehamilan diduga berefek buruk bagi perjalanan
penyakit. Insiden peralinan premature dan BBLR dan IUGR meningkat

E. Diagnosis
1. Anamnese : pernah berobat atau sedang berobat penyakit TB
2. Keluhan dan gejal (batuk menahun, hemoptisis, kurus kering)
3. Pemeriksaan fisik diagnostic pada paru-paru dijumpai adanya kelainan bunyi
nafas(seperti barang retak saat batuk)
4. foto toraks
5. uji sputum
6. skrening dengan uji tuberculin menggunakan PPD (Purified protein derivative) 5
unit, untuk mendeteksi individu dengan penyakit yang tidak aktif dan tidak
menyadari kalau telah terinfeksi TBC.

F. Pananganan
1. Dalam kehamilan
a. ibu hamil dengan proses aktif, hendaknya jangan dicampurkan dengan wanita
hamil lainnya pada saat ANC
b. bekerjasama dengan ahli paru untuk diagnoste pasti
c. bagi penderita dengan proses aktif dan batuk darah sebaiknya MRS, dalam
kamar isolasi, istirahat dan makanan yang cukup, pengobatan yang intensif dan
teratur mencakup :
- Isoniazid 5 mg/kg, jangan melebihi 300 mg/hari, bersama dengan piridoksin
50 mg/hari
- Rifampisin 10 mg/kg/hr, jangan melebihi 600 mg/hari
- Etambutol, 5 mg sampai 25 mg/hr, jangan sampai melebihi 2,5 g/hari
Obat-obat ini paling sedikit diberikan selama 9 bulan
h. TB paru bukan indikasi untuk melakukan abortus

2. Dalam persalinan
a. bila proses tenang, persalinan berjalan seperti biasa tidak perlu dilakukan apa-
apa
b. bila proses aktif kala I dank ala II diusahakan seringan mungkin. Kalai I
diberikan penenang dan analgesic dosis rendah, kala II diperpendek dengan
ekstraksi vakum / forcep
c. kalau ada indikasi obstetric untuk SC, dilakukan bekerja sama dengan ahli
anestesi

IV. Ginjal
Selama kehamilan terjadi perubahan baik anatomis maupun fisiologis ginjal dan saluran
perkemihan. Dilatasi saluran kemih adalah salah satu perubahan anatomis paling signifikan.
Perubahan tersebut menyebabkan dilatasi kaliks (sisi kanan lebih sering dan lebih besar)
dan pelvis ginjal juga ureter. Hal ini karena pengaruh hormone yang melemaskan lapisan
otot-otot saluran kemih. Terjadinya dilatasi lebih lanjut pada kehamilan 21 minggu akibat
penekanan mekanis pada ureter terutama disisi kanan.
Konsekuensi dari dilatasi dan obstruksi serta adanya urine statis yang menguntungkan
mikroorganisme adalah kemungkinan timbulnya infeksi saluran kemih bagian atas. Factor
predisposisi lain untuk timbulnya infeksi adalah meningkatnya refluks vesikoureter.
Pielonefritis akut
1.Penyebab : Escherichia coli, stapilacoccus aureus, basillus proteus, pseudomonas
aeruginosa
2.Predisposisi ; penggunaan kateter, air kemih yang tertahan
3.Gejala :
a. Sakit sedikit pada kandung kemih(supra pubik)
b. Menggigil, tiba-tiba panas dan rasa nyeri di punggung (CVA) sebelah kanan.
c. Nafsu makan berkurang, mual, muntah kadang diare
d. Pemeriksaan kemih : ditemukan sel-sel lekosit dan sering bergumpal, silender sel
darah, dan kadang-kadang ditemukan bakteri e.col
e. Hematuria
f. Tidak dapat menahan buang air kecil akibat sistitis
4.Diagnose
Uji kultur urine didapatkan : bakteriuria, pyuria, hamotauria, proteinuria

5.Pengaruh penyakit terhadap kehamilan


a.Bisa berpengaruh terhadap hasil konsepsi seperti abortus, premature dan kematian
janin
b.Bila cepat diobati kehamilan berjalan sampai cukup bulan dan persalinan akan
normal
c.Pengakhiran kehamilan biasanya tidak perlu, kecuali penyakit tidak mempunyai
respon terhadap terapi

6.Pengaruh kehamilan terhadap penyakit


pielitis dan sistitis lebih mudah terjadi pada kehamilan, penyakit yang telah ada
menjadi berat karena kehamilan

7.Penanganan
a.Sebaiknya hati-hati dalam pemakain kateter baik biasa maupun menetap, kalau
dapat dihindari
b.Kalau harus dipakai berikan obat anti bacteria
c.Wanita harus beristirahat berbaring miring ke sisi yang tidak sakit
d.Sebelum pemberian obat lakukan uji kepekaan obat, barulah diberikan antibekteria
yang tepat selama 10-12 hari
e.Awasi penderita untuk kemungkinan adanya residif

V. Asma
A. Pengertian
- Yaitu suatu gangguan peradangan kronik pada jalan nafas dengan komponen herediter
mayor
- Peningkatan responsivitas dan peradangan jalan nafas berkaitan dengan reseptor igE
afinitas kuat, kelompok gen sitokin, dan reseptor entigen sel T serta terdapat pemicu
di likgkungan bagi orang yang rentan.
- Obat-obatan yang umumnya aman dan efektif mengobati asma selama kehamilan,
antara lain: bronkodiltor hirup, misal, albuterol (proventil), metaproterenol (alupent),
dan sulfat terbutalin dalam bentuk aerosol hirup (Brethaire). Obat oral yang biasa
digunakan adalah teofillin (Theo-Dur, Slo-Bird) agens anti radang yang dapat
digunakan antara lain beklometason (Vanceril, Beklovent), flunisolid (Aerobid) dan
prednisone. Kebutuhan terhadap agen anti radang menunjukan kondisi asma yang
dialami berat.

B. Tanda utama
1. Obstruksi reversible jalan nafas akibat kontraksi otot polos bronkus
2. Hiper sekresi mucus
3. Edema mukosa
4. peradangan jalan nafas dan responsitivitas terhadap sejumlah rangsangan (infeksi
virus, aspirin, udara dingin, olah raga)

C. Pathofisiologi
Sel mast dan eosinofil terangsang oleh factor sel induk, sitokin, dan kinase. Aktifitas sel
mast menyebabkan bronkokonstriksi akibat pembebasan histamine, prostaglandin D2,
dan leukotrien.

D. Perjalanan penyakit
Asma berkisar dari mengi ringan sampai bronkokonstriksi berat yang dapat
menyebabkan gagal nafas, hipoksemia berat dan kematian. Akibat fungsional dari
bronkospasme akut adalah obstruksi jalan nafas dan berkurangnya aliran udara. Usaha
nafas meningkat secara progresif dan pasien mengeluh dada sasak, mengi atau
kehabisan tenaga.
Pada penyakit ringan hipoksia dikompensasi dengan hiperventilasi, seperti tercermin
oleh normalnya tekanan oksigen arteri dan berkurangnya tekanan karbondioksida
sehingga terjadi alkalosisi respiratorik. Seiring dengan bertambah parahnya
penyempitan jalan nafas, gangguan ventilasi-perfusi meningkat sehingga terjadi
hipoksemia arteri.
Pada obstruksi yang parah, ventilasi sedemikian terganggu karena kelelahan otot
pernafasan sehingga terjadi retensi CO2 awal. Karena adanya hiperventilasi, hal ini
mungkin hanya dijumpai pada awal penyakit karena tekanan CO2 arteri kembali ke
kisaran normal. Akhirnya pada obstruksi yang kritis, terjadi gagal nafas yang ditandai
dengan hiperkapnia dan asidemia.
Walaupun perubahan-perubahan ini umumnya reversible dan ditoleransi baik pada saat
individu seha
t dan tidak hamil. Stadium awal asma mungkin sudah berbahaya bagi wanita hamil dan
janinnya. Kapasitas residu fungsional yang lebih kecil serta meningkatnya pirau
menyebabkan hipoksia dan hipoksemia lebih mudah terjadi.
E. Efek kehamilan pada Asma
1/3 wanita asmatik dapat mengalami perburukan penyakit pada suatu saat selama
kehamilan.. wanita yang memulai kehamilannya dengan asma berat lebih besar
kemungkinannya mengalami perburukan penyakit dari pada mereka yang penyakitnya
ringan.

F. Efek asma pada kehamilan


Bila berat dapat mempengaruhi hasil kehamilan secara bermakna. Asma dapat
meningkatkan kejadian : preeklamsi, abortus, persalinan preterm, BBLR, mortalitas
perinatal. Kematian ibu dapat terjadi akiat status asmatikus (asma yang tidak berespon
setelah terapi tipe intensif selama 30- 60 menit)

G. Efek pada janin


Alkalosis pada ibu dapat menyebabkan hipoksemia janin jauh sebelum oksigenasi ibu
terganggu. Untuk itu sebelum penyakit ibu menjadi lebih parah perlu penatalaksanaan
agresif bagi semua wanita hamil dengan asma akut.Gangguan pada janin disebabkan
karena kombinasi beberapa factor yaitu berkurangnya aliran darah uterus, berkurangnya
aliran balik vena ibu, dan pergeseran kurva disosiasi oksihemoglobin ke kiri akibat
keadaan basa. Apabila ibu tidak mampu mempertahankan oksigen normal dan terjadi
hipoksemia, janin akan berespon dengan mengurangi aliran darah umbilicus,
meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan paru dan akhirnya mengurangi curah
jantung. Pemantauan respon janin menjadi indicator gangguan ibu.

H. Diagnosa
1. pernafasan yang terengah-engah, takikardia, pulsus paradoksus, ekspirasi
memanjang, pemakaian otot-otot pernafasan tambahan.
2. Tanda serangan yang fatal adalah : sianosis sentralis dan gangguan tingkat
kesadaran
3. Analisa gas darah arteri (PaO2 PaCo CO2 dan PH)
4. Uji fungsi paru (Pengukuran volume ekspirasi paksa dalam 1 detik)

I. Penatalaksanaan asma kronik


Panatalaksanaan asma selama kehamilan yang efektif mencakup :
1. Penilaian objektif fungsi paru dan kesejahteraan janin
2. Penghindaran atau pengendalian terhadap factor-faktor pencetus di lingkungan
3. Terapi farmakologis
- asma ringan agonis yang diberikan perinhalasi
- Kortikosteroid inhalasi merupakan terapi yang dianjurkan untuk asma persisten
- Inhalsi diberikan setiap 3 4 jam sesuai kebutuhan
- Teofilin bersifat vasodilatator dan anti inflamasi
4. Edukasi pasien

Penatalaksanaan persalinan dan kelahiran


- Selama persalinan dan kelahiran pengobatan dilanjutkan secara teratur.
Kortikosteroid (hidrokortison 100 mg IV, setiap 8 jam) dosis stress diberikan pada
setiapwanita yang mendapatkan terapi steroid sistemik dalam 4 minggu terakhir
- Apabila terjadi perdarahan postpartum gunakan prostaglandin jebis E2 dan
uterotonik lain bukan prostaglandin F2 yang dapat menimbulkan bronkospasme

Referensi :
1. Varney, Helen dkk. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
2. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal neonatal, YBPSP denagn Jaringan
nasional pelatihan klinik kesehatan reproduksi, Jakarta, 2002

Anda mungkin juga menyukai