Anda di halaman 1dari 6

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari mikroba.

Mikrobiologi adalah salah satu cabang ilmu


dari biologi, dan memerlukan ilmu pendukung kimia, fisika, danbiokimia. Mikrobiologi sering
disebut ilmu praktek dari biokimia. Pengantar mikrobiologi umumnya mencakup atau membahas
mengenai mikroba, macam-macam mikroba di alam, struktur sel mikroba dan fungsinya,
metabolisme mikroba secara umum, pertumbuhan mikroba dan faktor lingkungan, mikrobiologi
terapan di bidang lingkungan dan pertanian. Mikrobiologi lanjut telah berkembang menjadi
bermacam-macam ilmu yaitu virologi, bakteriologi, mikologi, mikrobiologi pangan,
mikrobiologi tanah, mikrobiologi industri, dan sebagainya yang mempelajari mikroba spesifik
secara lebih rinci atau menurut kemanfaatannya (Sumarsih, 2003).

Mikroorganisme terdapat di mana - mana, seperti pada tanah, debu, udara, air, makanan ataupun
permukaan jaringan tubuh kita. Keberadaan mikroorganisme tersebut ada yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia, tetapi banyak pula yang merugikan manusia misalnya dapat menimbulkan
berbagai penyakit atau bahkan dapat menimbulkan kerusakan akibat kontaminasi. Keberadaan
mikroorganisme dapat menyebabkan kontaminasi, hal ini sangat berpengaruh pada ruang yang
seharusnya terjaga keseterililanya misal ruang operasi, laboratorium dan lainya (Ariyadi, 2009).

Mikroorganisme di lingkungan pada umumnya berada dalam populasi campuran, sulit ditemukan
mikroba dijumpai sebagai spesies tunggal. Untuk itu dibutuhkan metode isolasi agar dapat
mencirikan dan mengidentifikasi suatu mikroorganisme tertentu. Pertama kali harus dapat
dipisahkan dari mikroorganisme lainnya yang dijumpai dalam habitatnya, lalu ditumbuhkan
menjadi biakan murni. Terdapat dua metode untuk memperoleh biakan murni yaitu teknik cawan
gores dan cawan tuang. Kedua teknik ini berdasarkan pada pengenceran organisme sehingga dapat
dipisahkan hanya spesies tertentu berada sebagai sel tunggal. Dengan demikian dapat diperoleh
cirri-ciri kultural, morfologis, fisiologis, maupun serologis (Karliana, 2009).

Bentuk umum mikroorganisme terdiri dari satu sel (uniseluler) seperti pada bakteri, yeast, dan
mikroalga. Bentuk lain dapat berupa filamen atau benang, yaitu rangkaian sel yang terdiri dari dua
atau lebih yang menyambung seperti rantai. Bentuk benang umum terdapat pada fungi (jamur
benang) dan mikroalga. Bentuk filamen pada kenyataannya dapat berupa filamen-semu dan
filamen-benar. Filamen semu kalau hubungan antara sel satu dengan lainnya tidak menyatu, seperti
pada yeast dan streptomyces. Filamen benar jika hubungan satu sel dengan sel lainnya menyatu,
baik hubungan secara morfologis (bentuk sel) ataupun hubungan secara fisiologis (fungsi sel),
seperti yang ada pada jamur benang dan mikroalga benang. Bentuk lain yang perlu diperhatikan
adalah koloni dan jaringan semu (Dewi, 2012).

Mikroba di alam secara umum berperanan sebagai produsen, konsumen, maupun redusen.
Jasad produsen menghasilkan bahan organik dari bahan anorganik dengan energi sinar matahari.
Mikroba yang berperanan sebagai produsen adalah algae dan bakteri fotosintetik. Jasad konsumen
menggunakan bahan organik yang dihasilkan oleh produsen. Contoh mikroba konsumen adalah
protozoa. Jasad redusen menguraikan bahan organik dan sisa-sisa jasad hidup yang mati menjadi
unsur-unsur kimia (mineralisasi bahan organik), sehingga di alam terjadi siklus unsur-unsur kimia.
Contoh mikroba redusen adalah bakteri dan jamur (fungi) (Sumarsih, 2003).
Udara mengandung campuran gas-gas yang sebagian besar terdiri dari Nitrogen (N2) 23%,
Oksigen (O2) 21% dan gas lainnya 1%. Selain gas juga terdapat debu, kapang, bakteri, khamir
virus dan lain-lain. Walaupum udara bukan medium yang baik untuk mikroba tetapi mikroba selalu
terdapat di udara. Adanya mikroba disebabkan karena pengotoran udara oleh manusia, hewan, zat-
zat organik dan debu. Jenis-jenis mikroba yang terdapat di udara terutama jenis Bacillus
subtilisdapat membentuk spora yang tahan dalam keadaan kering (Pelczar, 1988).
Proses sanitasi terhadap mikroorganisme perlu diperhatikan karena banyak mikroorganisme
penyebab penyakit yang bisa menginfeksi manusia melalui udara, alat, ataupun dari tangan dan
bahkan pada bahan pangan (Wikipedia, 2011).
Udara dalam suatu ruangan dapat merupakan sumber kontaminasi mikroba. Udara tidak
mengandung mikroflora secara alami, tetapi kontaminasi dari lingkungan sekitarnya
mengakibatkan udara mengandung berbagai mikroorganisme, misalnya dari debu, air, proses
aerasi, dari penderita yang mengalami infeksi saluran pencernaan, dari ruang yang digunakan
dalam fermentasi dan seabagainya. Mikroba yang terdapat di udara biasanya melekat pada bahan
padat, misalnya debu, atau terdapat dalam droplet air (Weslie, 2008).
Faktor-faktor yang menguasai kehidupan bakteri antara lain sebagai berikut :
Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan mikroba. Beberapa mikroba
dapat tumbuh pada kisaran suhu yang luas. Berkait dengan pertumbuhan dikenal suhu minimum,
maksimum, dan optimum. Suhu minimum adalah suhu yang paling rendah dimana kegiatan masih
berlangsung. Suhu optimum adalah suhu yang paling baik untuk kehidupan jasad. Sedangkan suhu
maksimum adalah suhu tertinggi yang masih dapat menumbuhkan mikroba tetapi pada tingkat
kegiatan fisiologi yang paling rendah (Hidayat, 2006).
Bahan Bentuk Gas
Jenis dan konsentrasi gas dalam lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme, selain dari jenis-jenis gas yang telah dibicarakan pada bab terlebih dahulu, seperti
oksigen dan karbondioksida yang sangat penting untuk kehidupan bakteri. Nitrogen dan amonia
adalah esensial untuk siklus nitrogen, dan H2S mengambil peranan utama dalam siklus sulfur.
Tetapi selain gas yang diperlukan untuk pertumbuhan, ada pula gas-gas toksik yang digunakan
sebagai bahan untuk mematikan mikroba, seperti formalin dan etilenoksida yang sering dipakai
untuk bahan disinfeksi (Irianto, 2006).
Tekanan Osmosis
Terjadinya plasmolisis dan plasmoptisis disebabkan karena sel berada dalam lingkungan
dengan tekanan osmosis lebih tinggi atau lebih rendah dari isi sel. Karena itu, untuk
mempertahankan kehidupan sel harus diciptakan tekanan osmosis yang seimbang antara
lingkungan dan isi sel (Irianto, 2006).
Kelembaban dan Pengeringan
Tiap jenis mikroba mempunyai kelembaban optimum tertentu. Pada umumnya khamir dan
bakteri membutuhkan kelembapan yang lebih tinggi dibandingkan jamur. Tidak semua air dalam
medium dapat digunakan mikroba. Air yang dapat digunakan disebut air bebas. Banyak mikroba
yang tahan hidup dalam keadaan kering untuk waktu yang lama. Misalnya mikroba yang
membentuk spora, spora, dan bentuk-bentuk kista. Pada proses pengeringan air akan menguap
sehingga kegiatan metabolisme terhenti (Hidayat, 2006).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bakteri yakni tempratur dengan suhu
optimal dari pertumbuhan bakteri secara umum adalah 27-38 C. Yang kedua kelembaban, yang
ketiga sinar matahari. Bakteri akan tumbuh sangat lambat dan akan terhenti sama sekali pada
medium yang terkena sinar matahari secara langsung dan terakhiryakni zat kimiawi, dalam
keadaan bakteri di lingkungan yang memiliki zat kimiawi, bakteri akan mengalami kelemahan
karena zat kimiawi tertentu (Agnipara, 2012).
Selain factor-faktor tadi terdapat beberapa factor lain yang kurang mendukung kelangsungan
hidupnya bakteri, yaitu setidaknya aktivitas mahluk hidup dalam suatu tempat tersebut (Agnipara,
2012).
Dalam kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan bagi berbagai jenis bakteri akan
mengalami suatu kelemahan. Tetapi terdapat beberapa jenis yang dapat hidup dialam lingkungan
yang kurang menguntungkan akan membentuk dinding sel baru yang kuat yang sering disebut
kista. Tubuh bakteri yang terbungkus dengan kista ini sering disebut spora (Agnipara, 2012).
Perbedaan hasil dapat menunjukkan adanya perbedaan mikroorganisme itu berada di lingkungan
kampus kita dan dari hasil percobaan yang kita lakukan dapat mengetahui beberapa banyak jumlah
nisbih mikroorganisme yang berada di udara yang terdapat dalam lingkungan kampus.
Dalam hal ini memang dibuat unsur kesengajaan karena mencegah terjadinya peristiwa
pengembunan pada tutup cawan petri. Kalau terjadi peristiwa pengembunan dikhawatirkan akan
menetes pada koloni yang diharapkan akan tumbuh (Agnipara, 2012).
Dari percobaan yang telah kita lakukan maka dapat terbentuk dan terbanyak dan berada di
lingkungan manapun juga. Adapun yang mempengaruhi banyak ataupun sedikitnya jumlah
organisme yang terdapat pada cawan petri adalah berbedanya lokasi, dan suhu yang berbeda, dan
juga berdasarkan faktor lain selain faktor diatas seperti halnya sinar matahari, kelembaban, dan zat
kimiawi (Agnipara, 2012).
ALAT DAN BAHAN
1.ALAT
BUNSEN
KOREK API
Kertas pembungkus
Oven Incubator
Cotton bath
COLONI COUNTER
LABEL
Cawan petri

2.BAHAN
NA
Udara luar ruangan
Uang
CARA KERJA
1.Membuka bungkus cawan petri yang terisi NA
2.Meletakkan Cawan dalam keadaan terbuka
3.Mengoleskan cotton bath pada sampel lalu oleskan pada NA ,Untuk sampel udara biarkan
15 menit dalam keadaan terbuka
4.Menutup kembali cawan petri
5.Membungkus ulang seperti semula cawan petri
6.Meletakkan pada Oven incubator +_ 24 jam
7.Mengambil sampel cawan petri dari incubator dan Membuka bungkus sampel cawan petri
8.Menghitung secara kasat mata
9.Menghitung dengan Coloni Cunter dan melihat jenis mikroorganisme
10.Mencatan hasil pengamatan dan mendokumentasikan
11.Membersihkan seluruh alat dan mengembalikan pada tempatnya

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.HASIL
2.PEMBAHASAN
Percobaan yang dilakukan terhadap uji udara di kamar mandi, pada media NA plate 1 dan
plate 2 setelah 24 jam dilakukan inkubasi pada suhu 37 0C terlihat adanya pertumbuhan koloni
bakteri. Hal ini disebabkan karena pada ruang kamar mandi terkontaminasi dengan udara
sekitarnya. Hal ini berarti bahwa udara di sekitar ruangan laboratorium media meja dosen
merupakan sumber kontaminasi mikroba.Pembuatan media agar NA harus benar- benar steril agar
tidak ada mikroba lain yang terisolasi dan hanya mikroba kontaminan yang akan tumbuh
didalamnya. Sebelum dilakukaan kontak dengan udara ruang pengolahan, media harus di inkubasi.
Proses ini dilakukan di incubator pada suhu 30C tujuannnya untuk menumbuhkan miselia setelah
eksplan atau spora ditanam di dalam media NA. Secara alami udara tidak mengandung
mikroorganisme secara alami , tetapi kontaminasi dari lingkungan sekitarnya mengakibatkan udara
mengandung berbagai mikroorganisme; misalnya dari debu, air, proses aerasi, dari penderita
saluran infeksi dan lain - lain. Mikroorganisme yang terdapat diudara biasanya melekat pada bahan
padat mikro misalnya debu atau terdapat didalam droplet / tetesan air.

KESIMPULAN
Kesimpulan
Jadi dari hasil pemeriksaan uji udara pada media NA disekitar kamar mandi didapatkan hasil
sebanyak . koloni/menit.

DAFTAR PUSTAKA

Dwyana Zaraswati dan Abdullah asadi. 2011. Mikribiologi Dasar. Universitas Hasanuddin. Makassar
Mustahib. 2011. Mikroba Di Udara. www.Mustahib.blogsome.com. diakses pada tanggal 14 JAnuari
2012. Campalagian
Tya. 2010. Uji Sanitasi Lingkungan. www.Tya.blogspot.com. Diakses pada tanggal 14 JAnuari 2012.
Campalagian
Weslie .2008. Laporan Praktikum Sanitasi.www.Weslie.wordpress.com. Diakses pada tanggal 14
JAnuari 2012. Campalagian
Pelczar, Micheal J dan E.C.S. Chan. 2010. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2. Universitas Indonesia.
Jakarta.
Jawetz, Melnick and Adelbergs, 2005. Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology). Jakarta: Salemba
Medika.
Agniparamita, 2012. Laporan Tatap Praktikum Mikrobiologi.

Anda mungkin juga menyukai