Anda di halaman 1dari 3

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang banyak

ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini disebabkan oleh virus

dengue dari genus Flavivirus dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes yang

terinfeksi virus dengue. Menurut World Health Organization (WHO) pada bulan

Februari 2015 didapatkan 390 juta kasus infeksi DBD di seluruh dunia. Penyakit

DBD merupakan penyakit endemis hampir di seluruh provinsi Indonesia, dalam

waktu 5 tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah kasus DBD. Diperkirakan

setiap tahunnya ada 300 juta kasus di Indonesia, 500.000 kasus DBD yang

memerlukan perawatan di rumah sakit dan minimal 12.000 diantaranya meninggal

dunia, terutama anak-anak.1


Salah satu cara yang efektif dalam pengendalian DBD dapat dilakukan

dengan pelaksanaan gerakan 3M Plus. Gerakan 3M Plus terdiri dari menguras,

menutup dan menerapkan 3R (reduce, reuse dan recycle) serta ditambah

pembentukan kader jumantik, memelihara ikan pemakan jentik dan tanaman

pengusir nyamuk, penggunaan obat anti nyamuk, penggunaan kelambu,

menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air dan lain-lain.5


Di Indonesia, diperlukan kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam bentuk

PSN yang berkesinambungan karena sangat efektif dalam pengendalian DBD,

namun kegiatan ini memiliki kendala utama yaitu partisipasi masyarakat dalam

pemberantasan sarang nyamuk (PSN) masih rendah. Keberhasilan kegiatan PSN

dapat diukur dengan meningkatnya angka bebas jentik (ABJ) yang diperoleh dari
2

pemeriksaan jentik secara berkala (PJB). Untuk menjaga suatu daerah pemukiman

aman dari ancaman penyakit DBD maka ABJ harus dipertahankan sampai waktu

tak tertentu.2 Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu strategi untuk

mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat.

Pembentukan jumantik (juru pemantau jentik) juga merupakan salah satu

kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan setiap keluarga dalam

pemeriksaan dan pemberantasan jentik nyamuk. Pada tanggal 25 Februari 2017

telah dibentuk dan dilantik koordinator dan supervisor jumantik yang ditetapkan

oleh puskesmas Simpang Baru.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap ketua RW 8 dan kader jumantik

didapatkan bahwa peran koordinator dan supervisor jumantik dalam gerakan satu

rumah satu jumantik belum optimal. Oleh karena itu, maka penulis mengadakan

pelatihan koordintor dan supervisor jumantik dalam gerakan satu rumah satu

jumantik di RW 8 Kelurahan Air Putih Kecamatan Tampan.

1.2 TujuanKegiatan

Adapun tujuan dari kegiatan ini terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan

khusus, antara lain:

1.2.1 TujuanUmum
Optimalisasi peran jumantik dalam pencegahan dan penanggulangan DBD

di RW 8 Kelurahan Air Putih Kecamatan Tampan.


1.2.2 TujuanKhusus

Tujuan khusus dari makalah ini antara lain:


3

a. Mengadakan pelatihan untuk koordinator dan supervisor jumantik di RW 8

Kelurahan Air Putih Kecamatan Tampan.

b. Menyusun buku panduan untuk koordinator dan supervisor jumantik di RW

8 Kelurahan Air Putih Kecamatan Tampan

c. Menyediakan media informasi berupa flipbook untuk koordinator dan

supervisor jumantik di RW 8 Kelurahan Air Putih Kecamatan Tampan.

1.3 ManfaatKegiatan

a. Warga

Dengan optimalisasi peran jumantik diharapkan dapat meningkatkan

upaya pencegahan dan penanggulangan DBD di RW 8 Kelurahan Air Putih

Kecamatan Tampan.

b. Dokter Muda

Menambah pengalaman dan wawasan bagi penulis mengenai peran

jumantik dalam pencegahan dan penanggulangan DBD di RW 8 Kelurahan

Air Putih Kecamatan Tampan.

Anda mungkin juga menyukai