Skala yang dibuat selama ini untuk meningkatkan komunikasi antara petugas
kesehatan dan juga untuk menstandarisasi pemeriksaan pasien yang tidak sadar.
Skala yang paling banyak digunakan adalah Glasgow Coma Scale (GCS). Namun,
1.Pasien koma ada yang terintubasi, sehingga komponen verbal pada GCS sulit
dinilai.
2.Refleks batang otak yang abnormal, pola nafas yang berubah dan kebutuhan akan
neurologis.
syndrome, dan lebih baik dibandingkan GCS untuk mengetahui refleks batang
FOUR Score
Respons Mata
4 = kelopak mata membuka atau terbuka, mengikuti arahan atau berkedip saat
diperintah
Respon motorik
3 = melokalisir nyeri
Pernafasan
1. Wijdicks EFM, Bamlet WR, Maramattom BV, Manno EM, McClelland RL.
Validation of a New Coma Scale: The FOUR Score. Ann Neurol
2005;58:585593
Dolls Eyes Phenomenon
A. Gerakan Mata
Gerakan okular adalah indeks yang penting dari aktifitas fungsional yang
berada pada formasi retikular batang otak. Bila pasien cukup alert untuk
integritas sistem motor okular keseluruhan didalam batang otak dapat dipastikan.
Pada keadaan kesadaran yang tertekan, gerak mata volunter menghilang, Ini
mungkin disfungsi pengaktifasi struktur neural gerakan mata. Pada keadaan ini
B. Anatomi.
Klinisi sudah lama mengetahui bahwa pusat conjugate gaze mengatur gerak
mata cepat horizontal (saccades) dan respons vestibular terdapat didalam formasi
retikular pontin paramedian bawah. Regio ini termasuk pengatur denyut untuk
gerak mata cepat dan integrator saraf yang menentukan posisi diam mata.
gaze meluas ke bagian kaudal nukleus prepositus hipoglossi pada rostral medulla
dan ia jelas berperan-serta pada gerak mata lambat vestibular dan volunter
saccadic. Jadi penelitian klinis dan hewan menunjukkan bahwa jalur bersama
akhir dari semua gerak mata horizontal konjugata ipsilateral terletak pada
C. Respons okulosefalik.
Pada pasien cedera kepala tidak sadar, hilangnya gerak mata horizontal
sudah disingkirkan, fungsi pusat gaze pontin harus segera ditentukan dengan
manuver okulosefalik. Kepala ditinggikan 30o dari posisi baring dan dengan
cepat diputar to and fro pada bidang horizontal. Pada respons doll's eye normal,
gerak berlawanan terhadap rotasi kepala dan secara horizontal menuju posisi
lateral dan medial yang sesuai pada orbita. Ketika manuver ini dilakukan, kelopak
mata mungkin harus diretraksi secara manual untuk melihat gerak bola mata
lebih baik. Impuls aferen dari akar saraf leher dan kanal semisirkuler berperan
pada refleks kompensasi normal yang menggeser mata pada arah berlawanan
okulosefalik, dan juga dimana fraktura leher belum bisa ditentukan hingga tidak
bias diperiksa tes respons tersebut, harus dilakukan stimulasi kalorik dari jalur
okulovestibuler.
Respons okulovestibuler.
waktu. Obstruksi didalam kanal auditori eksternal oleh darah atau serumen harus
dibersihkan. Terbatasnya gerak otot mata terjadi pada pasien dengan edema
horizontal bekerja terutama terhadap gerak konjugasi dari otot rektus medial dan
kepala pasien 30o dari posisi baring. Gradien suhu antara cairan irigasi dan
keadaan normal, terjadi dalam 20 hingga 60 detik dan berakhir dalam beberapa
interaksi yang kompleks didalam sistem kontrol gerak mata di sistem retikuler
nistagmus fase cepat pada arah berlawanan dari deviasi mata tonik. Pada
keadaan ini dekenal mnemonik 'cows', cold opposite, warm same. Namun pada
deviasi mata tonik yang tampak (cold same). Dengan 20 ml air es sudah cukup,
tapi bila tak terjadi respons dalam satu menit, tes terbaik diulang dengan
volume yang lebih besar. Bila irigasi kedua tidak menimbulkan gerak mata,
penyebab tiadanya respons kalorik dingin, respons kalorik air hangat normal
yang bekerja rostral dari struktur pontin dan otak tengah. Respons antara, yaitu
tiadanya respons okulosefalik namun respons kalorik intak, dapat terjadi pada
patologis berat yang meluas ke pons yang lebih bawah. Saat tes okulosefalik dan
gaze pontin berakibat overaksi tonik dari aksis frontal-pontin sisi berlawanan
untuk gerak mata horizontal. Deviasi tonik mata terjadi akibat aksi sistem frontal-
pontin yang masih utuh. Overaksi ini berakibat deviasi ipsilateral pada lesi lobus
frontal dan deviasi gaze kontralateral pada lesi pontin. Pada koma dalam,
deviasi gaze akibat keseimbangan yang berlebihan tidak harus terjadi. Untuk
membedakan antara kemungkinan lesi frontal atau pontin pada pasien dengan atau
tanpa deviasi gaze diperlukan tes okulosefalik atau kalorik. Pada deviasi gaze
akibat lesi lobus frontal, refleks okulosefalik dan kalorik tetap intak karena input
okulosefalik hingga rotasi kepala menuju mata yang mengalami deviasi atau
irigasi air dingin pada telinga kontralateral deviasi gaze, tidak mengatasi deviasi
gaze. Gaze horizontal konjugata tak lengkap atau paretik setelah stimulasi
palsi saraf kranial ketiga dan keenam atau oftalmoplegia internuklir bila hanya
satu otot horizontal yang paretik. Bila setiap otot horizontal untuk gaze konjugata
paretik tapi yang satu melebihi lainnya, tampak palsi gaze pontin bentuk terbalik.
Deviasi miring adalah divergensi mata pada bidang vertikal dan adalah tanda
adanya lesi dalam batang otak. Penjelasan atas deviasi tonik dan vertikal satu atau
kedua mata tidak diketahui. Pada deviasi miring, lokalisasi neuroanatomik dalam
batang otak tidak selalu bisa ditentukan baik dengan adanya mata yang kebawah
atau hipometrik, atau mata yang keatas atau hipermetrik. Secara umum, palsi
saraf ketiga dan keenam tidak sulit untuk ditemukan pada pasien dengan cedera
kepala. Palsi saraf keempat tak selalu dapat diidentifikasi pada koma karena aksi
yang terbatas dari otot oblik superior. Pada pasien alert dan perbaikan, paresis
dengan gaze kebawah dan kedalam. Peninggian kepala arah berlawanan dengan
oleh paresis adduksi terbatas tanpa gangguan tambahan pada pupil, kelopak,,
atau otot vertikal yang dipesarafi saraf ketiga. Oftalmoplegia ini disebabkan
tampak, tergantung pada sampai mana cedera batang otaknya. Sedikit yang
diketahui tentang insidens palsi gaze vertikal pada keadaan koma. Deviasi mata
karena adanya kompresi pada pelat tektal. Dengan tes kalorik dingin unilateral,
deviasi mata kebawah ditemukan pada kom disebabkan intoksikasi obat. Gaze
vertikal dites dengan merotasikan kepala secara manual pada bidang vertikal.
mata tonik keatas, dan tes air hangat bilateral menimbulkan gaze tonik kebawah.
D. Cara pemeriksaan
2. Bola mata dibuka, kepala diputar dr samping kiri ke kanan, dan sebaliknya,
a. Reaksi (+) :
b. Reaksi (-) :
reflek yang diuji dengan menggerakkan kepala secara vertical atau dari sisi yang
satu ke sisi yang lainnya, yang mula-mula dilakukan perlahan-lahan dan kemudian
secara cepat ; gerakan bola mata terjadi dengan arah yang berlawanan terhadap
gerakan kepala. Respon ini diperantarai oleh mekanisme batang otak yang berasal
dari dalam labirin dan propioseptor servikal. Respons tersebut dalam keadaan
normal akan disupresi oleh fiksasi visual yang dimediasi hemisfer serebri pada
pasien yang sadar ; namun respon ini akan muncul jika hemisfer serebri
mengalami supresi atau inaktif. Lintasan neuron untuk gerakan reflexs bola mata
medialis.
Sumber:
1. Kaplan DM, Slovuk Y. The Head Thrust Test: Technique, Usefulness, and
3. http://viemunx.blogspot.com/2011/07/doll-eyes-fenomena.html
Sumber: