Anda di halaman 1dari 3

Tonsilitis rekuren merupakan salah satu penyakit paling umum

yang menyebabkan pasien berobat ke dokter dan tonsilektomi


merupakan salah satu operasi yang paling sering dilakukan pada
anak-anak. Akan tetapi , efektivitas, keamanan, dan manfaat dari
tonsilektomi masih belum jelas. Oleh karena itu, dibutuhkan
penelitian untuk mengetahui efek jangka panjang dari tonsilektomi.
Indikasi mutlak tonsilektomi adalah hipertrofi tonsil grade 4
(kissing lession), yang dapat menyebabkan gangguan tidur. Lebih
dari 75% tonsilektomi dilakukan karena kejadian rekuren tanpa
memperhatikan penyebab terjadinya faringitis dan efeknya
terhadap infeksi saluran napas atas pasca tonsilektomi . Sampai
saat ini masih belum ada konsensus yang jelas terkait jumlah
kejadiannya pertahun.
Morbiditas tonsilektomi dapat berdampak pada kualitas hidup
pasien seperti pada faktor sosial ekonomi dan beban bagi orang tua
dari pasien. Beberapa penelitian juga tidak menunjukkan perbedaan
yang signifikan antara pasien dengan gejala ringan dari tonsilitis
berulang dan pasien yang telah menjalani tonsilektomi
Tonsilektomi bukan merupakan satu satunya penatalaksanaan
untuk tonsilitis, hal ini disebabkan karena adanya kemungkinan
terjadinya defisit imunologi yang mungkin terjadi dan perlu
dipertimbangkan baik baik untuk memutuskan tindakan operatif. Hal
ini disebabkan karena peran tonsil dalam sistem imun untuk saluran
pernafasan atas masih belum jelas Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa pasien yang menjalani tonsilektomi beresiko
tinggi terkena asma bronkial, kolik ulcer, gondok, dan hipertensi
karena hilangnya pertahanan imun.
Azitromisin adalah antibiotik golongan azalide, yang dapat
menembus ke membran sel dan bekerja pada kompartemen
lisosom. Azitromisin dapat didistribusikan secara luas ke seluruh
tubuh, mencapai konsentrasi yang lebih tinggi pada jaringan, dan
dengan demikian, pengiriman serum untuk jaringan yang terinfeksi
lebih tinggi oleh karena adanya proses inflamasi
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol
dengan kelompok infeksi di THT dengan follow up selama 5 tahun.
Casey dan Pichichero mengungkapkan bahwa pengobatan
azitromisin untuk Grup A tonsillopharyngitis streptokokus pada
anak-anak dan orang dewasa lebih efektif daripada regimen
pengobatan lainnya dalam memberantas dan memberikan
kesembuhan klinis dari tonsillopharyngitis.
O'Doherty juga mengungkapkan bahwa pengobatan
azitromisin aman, dapat ditoleransi dengan baik, efektif,
memberikan efek terapi yang lama, efek samping yang lebih baik
dan tidak ada interaksi P450, lebih stabil pada kondisi asam,
absorpsi lebih baik, dan tanpa adanya efek gastroparesis
dibandingkan dengan penicillin.

Tabel 3. Skala Kualitas hidup pasien grup A pada pre dan post
tonsilektomi
Pre operative Postoperative
(n=92) (n=92) t-test p-value
n % n %
Sangat
44 47.7 0 0 X2=3.27 0.0001*
Buruk
Buruk 36 39.1 0 0
Sedang 9 9.9 8 8.6
Bagus 3 3.3 84 91.4
Signifikan p<0.01

Tabel 4. Skala Kualitas hidup pasien grup B pada pre dan post
tonsilektomi
Pre operative Postoperative
(n=92) (n=92) t-test p-value
n % n %
Sangat
48 47.7 0 0 X2=3.67 0.0001*
Buruk
Buruk 32 39.1 0 0
Sedang 7 9.9 4 4.3
Bagus 5 3.3 88 95.7
* Signifikan p<0.01
Gambar 1. Skala kualitas hidup pada kedua kelompok setelah
tonsilektomi

Group A ( Tonsilektomi)
Group B( Azithromycin)

Tabel 3. Skala Kualitas hidup pasien kedua kelompok post


tonsilektomi
Kelompok A Kelompok B
t-test p-value
(n=92) (n=92)
n % n %
Sangat
0 0 0 0 X2=4.37 0.548*
Buruk
Buruk 0 0 0 0
Sedang 8 8.6 4 4.3
Bagus 84 91.4 88 95.7
* Signifikan p>0.05

Anda mungkin juga menyukai