Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Asma adalah penyakit pernafasan obstruktif yang di tandai dengan
implamasi saluran nafas dan spasme akut otot polos bronkiolus. Kondisi
ini menyebabkan produksi mukus yang berlebihan dan menumpuk,
penyumbatan aliran udara dan penurunan fentilasi alveolus. Asma terjadi
pada indifidu tertentu dan berespon secara agresif terhadap berbagai jenis
iritan gejala nafas. Faktor resiko untuk salah satu jenis gangguan hiper
reponsif ini adalah riwayat asma dan alergi dalam keluarga, yang
mengisyaratkan adanya kecendrumgan genetik.
Meskipun kebanyakn kasus asma didiaknosis pada masa kanak-
kanak, pada saat dewasa dapat menderita asma tanpa riwayat penyakit
sebelumnya. Stimulasi pada asma awitan dewasa serinmgkali terjadi
dikaitkan dengan riwayat alergi yang memburuk. Infeksi pernafasan atas
berulang dapat memicu asma awitan dewasa seperti yang dapat terjadi
akibat pajanan okupasional terhadap debu di lingkungan kerja.
Meskipun penyebab pasti asma belum di ketahui secara jelas, namun ada
beberapa hal yang kerap memicu seperti, asap rokok, debu, bulu binatang,
aktifitas fisik, udara dingin, infeksi firus, atau bahkan terpapar zat kimia .

1.2 TUJUAN
1.Mengetahui definisi asma
2. Mengetahui penyebab asma
3. Mengetahui tandadan gejala asma
4. Mengetahui pemeriksaan penunjang / diagnosa
5. Mengetahui efek ibu hamil,persalinan
6. Mengetahui penatalaksanaan asma
BAB II
PEMBAHASAN

1.3 Penyakit asma

1.3.1 definisi

Istilah asma diambil dari kata yunani artinya terengah-engah yang artinya
serangan napas pendek. Asma adalah jenis penyakit jangka panjang atau kronis
pada saluran pernapasan yang ditandai dengan peradangan dan penyempitan
saluran napas yang menimbulkan sesak atau sulit bernapas. Selain sulit
bernapas, penderita asma juga bisa mengalami gejala lain seperti nyeri dada,
batuk-batuk, dan mengi. Asma bisa diderita oleh semua golongan usia, baik
muda atau tua.
Bagi seseorang yang memiliki penyakit asma, saluran pernapasannya
lebih sensitif dibandingkan orang lain yang tidak hidup deng
an kondisi ini. Ketika paru-paru teriritasi pemicu di atas, maka otot-otot
saluran pernapasan penderita asma akan menjadi kaku dan membuat saluran
tersebut menyempit. Selain itu, akan terjadi peningkatan produksi dahak yang
menjadikan bernapas makin sulit dilakukan.

Asma dpat dibagi menjadi tiga kategori. asma alergika atau asma
ekstrinsik, asma intrinsik, dan asma campuran.

1. asma ekstrinsik atau asma alergika yang di dapatkan pada


sebagian kecil pasien, jelas desebabkan oleh suatu alergi
tertentu. Bentuk ini biasanya mulai sejak masa kanak-kanan
pada seorang anggota keluarga dengan riwayat penyakit
aktopik termasuk antara lain eksema, dermatitis dan hay
fever( demam jerami), dan asma sendri. Asma alergika
disebabkan karena kepekaan individu terhadap alergi,
biasanya protein dalm berbentuk serbuk yang diisap, misalnya
; tepung sarti, sindap binatang, spora jamur, debu bulu, atau
kain tiras. Kadang-kadang disebabkan juga oleh jenis
makanan tertentu seperti susu atau cokelat, tapi ini jarang
terjadi. Kalau pasien mengadakan kontak dengan alergi tsb,
walaupun dalam jumlah yang sedikit sekalipun, maka ia akan
langsung mendapat serangan asma.
2. Asma intrinsik atau asma idiopatik ditandai dengan tentang
adanya fakto-faktor penyebab yang jelas.Faktor-faktor
nonspesifik seperti ini antara lain masuk angin atau pilek,
latihan fisik ,atau emosi yang dapat serangan asma . Asma
intrinstik ini lebih sering timbul sesudah usia 40 tahun ,
dengan serangan yang timbul sesudah infeksi sinusnasi atau
pada percabangan trakeobronkial. Makin lama serangan
makin sering dan makin hebat , sehingga akhirnya keadaan ini
berkelanjutan menjadi bronkritis kronik dan kadang-kadang
juga disertai emfisema.
3. Asma Campuran adalah bentuk asma yang menyerang
kebanyakan pasien yang terdiri dari komponen-komponen
asma ekstrinsik maupun asma intrinsik. Sering kali pasien
yang menderita asma intrinsik akhirnya menderita asma
campuran, meskipun anak anak yang menderita asma
ekstrinsik sering kali sembuh sempurna pada usia dewasa.

1.3.2 penyebab penyakit asma

Penyebab asma secara pasti masih belum diketahui. Meskipun begitu,


ada beberapa hal yang dapat memicu kemunculan gejala penyakit ini, di
antaranya:

Infeksi paru-paru dan saluran napas yang umumnya menyerang


saluran napas bagian atas seperti flu.

Alergen (bulu hewan, tungau debu, dan serbuk bunga).

Paparan zat di udara, misalnya asap kimia, asap rokok, dan polusi udara.
Faktor kondisi cuaca, seperti cuaca dingin, cuaca berangin, cuaca
panas yang didukung kualitas udara yang buruk, cuaca lembap, dan perubahan
suhu yang drastis.

Kondisi interior ruangan yang lembap, berjamur, dan berdebu.

Stres.

Emosi yang berlebihan (kesedihan yang berlarut-larut, marah


berlebihan, dan tertawa terbahak-bahak).

Aktivitas fisik (misalnya olahraga).

Obat-obatan, misalnya obat pereda nyeri anti-inflamasi


nonsteroid (aspirin, naproxen, dan ibuprofen) dan obat penghambat beta
(biasanya diberikan pada penderita gangguan jantung atau hipertensi).
Makanan atau minuman yang mengandung sulfit (zat alami yang
kadang-kadang digunakan sebagai pengawet), misalnya selai, udang, makanan
olahan, makanan siap saji, minuman kemasan sari buah, bir, dan wine.

Alergi makanan (misalnya kacang-kacangan).


Penyakit refluks gastroesofageal (GERD) atau penyakit di mana
asam lambung kembali naik ke kerongkongan sehngga mengiritasi saluran cerna
bagian atas.

Sangat penting untuk mengetahui apa yang kerap memicu munculnya gejala
apabila Anda adalah seorang penderita asma. Setelah mengetahuinya, hindari
hal-hal tersebut karena itu merupakan cara terbaik bagi Anda untuk mencegah
terjadinya serangan asma.

1.3.3 tanda dan gejala asma


Gejala utama asma meliputi

sulit bernapas (terkadang bisa membuat penderita megap-megap)


batuk-batuk,
dada yang terasa sesak
dan mengi (suara yang dihasilkan ketika udara mengalir melalui
saluran napas yang menyempit)

Apabila gejala di atas ini kumat, sering kali penderita asma menjadi sulit untuk
tidur.

Tingkat keparahan gejala asma bervariasi, mulai dari yang ringan hingga
parah. Memburuknya gejala biasanya terjadi pada malam hari atau dini hari.
Sering kali hal ini membuat penderita asma menjadi sulit tidur dan kebutuhan
akan inhaler semakin sering. Selain itu, memburuknya gejala juga bisa dipicu oleh
reaksi alergi atau aktivitas fisik.

Gejala asma yang memburuk secara signifikan disebut serangan asma.


Serangan asma biasanya terjadi dalam kurun waktu 6-24 jam, atau bahkan
beberapa hari. Meskipun begitu, ada beberapa penderita yang gejala asmanya
memburuk dengan sangat cepat kurang dari waktu tersebut.

Selain sulit bernapas, sesak dada, dan mengi yang memburuk secara
signifikan, tanda-tanda lain serangan asma parah dapat meliputi:

Inhaler pereda yang tidak ampuh lagi dalam mengatasi gejala.

Gejala batuk, mengi dan sesak di dada semakin parah dan sering.

Sulit bicara, makan, atau tidur akibat sulit bernapas.

Bibir dan jari-jari yang terlihat biru.


Denyut jantung yang meningkat.

Merasa pusing, lelah, atau mengantuk.

Adanya penurunan arus puncak ekspirasi.

Jangan abaikan jika Anda atau keluarga Anda mengalami tanda-tanda serangan
asma di atas. Segera temui dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

1.3.4 pemeriksaan penunjang atau diagnosa

Untuk mengetahui apakah seorang pasien menderita penyakit asma,


dokter perlu melakukan sejumlah tes. Namun sebelum tes dilakukan, dokter
biasanya akan mengajukan pertanyaan seputar gejala yang dirasakan,
misalnya apakah pasien suka mengalami sesak napas, nyeri dada, mengi, sulit
bicara, dan kondisi bibir atau kuku berubah warna menjadi kebiruan.

Jika jawabannya positif, maka selanjutnya dokter akan bertanya


mengenai waktu kemunculan gejala tersebut. Misalnya apakah ketika malam
hari atau dini hari, ketika berolahraga, ketika merokok, ketika berada di dekat
binatang berbulu, ketika tertawa, ketika merasa stres, atau tidak bisa
diprediksi. Selain itu, dokter juga perlu menanyakan apakah pasien memiliki
keluarga yang memiliki riwayat penyakit asma atau alergi.

Jika seluruh keterangan yang diberikan oleh pasien mengarah pada


penyakit asma, maka selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik dan tes
laboratorium. Tes laboratorium bisa dilakukan untuk memperkuat bukti. Tes
yang paling sering dilakukan adalah spirometri. Di dalam tes ini, pasien akan
diminta dokter untuk menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya
secepat mungkin ke sebuah alat yang dinamakan spirometer.
Tujuan tes ini adalah untuk mengukur kinerja paru-paru dengan
berpatokan kepada volume udara yang dapat pasien embuskan dalam satu
detik dan jumlah total udara yang diembuskan. Adanya hambatan pada
saluran pernapasan yang mengarah kepada asma dapat diketahui oleh dokter
setelah membandingkan data yang didapat dengan ukuran yang dianggap
sehat pada orang-orang seusia pasien. Selain berpatokan pada ukuran sehat,
asma juga bisa dideteksi melalui spirometri dengan cara membandingkan data
awal dengan data setelah pasien diberikan obat inhaler. Jika setelah diberikan
inhaler hasilnya menjadi lebih bagus, maka pasien kemungkinan besar
menderita asma.

Tes berikutnya yang bisa dipakai untuk mendiagnosis asma adalah tes
kadar arus ekspirasi puncak. Di dalam tes yang dibantu dengan alat
bernama peak flow meter (PFM) ini , kecepatan udara dari paru-paru dalam
sekali napas yang bisa diembuskan oleh pasien akan diukur guna
mendapatkan data tingkat arus ekspirasi puncak (PEFR). Dokter biasanya
menyarankan pasien untuk membeli sebuah PFM untuk digunakan di rumah,
serta membuat sebuah catatan PEFR tiap harinya. Selain itu, pasien juga akan
disarankan untuk mencatat tiap gejala yang muncul agar dokter bisa
mengetahui kapan asma memburuk.

Tes lainnya

Selain spirometri dan tes kadar arus ekspirasi puncak, beberapa tes lainnya
mungkin dibutuhkan pasien untuk memperkuat dugaan asma atau membantu
mendeteksi penyakit-penyakit selain asma. Contoh-contoh tes tersebut adalah:

Tes untuk melihat adanya peradangan pada saluran napas. Dalam


tes ini, dokter akan mengukur kadar oksida nitrat dalam napas ketika pasien
bernapas. Jika kadar zat tersebut tinggi, maka bisa jadi merupakan tanda-tanda
peradangan pada saluran pernapasan. Selain oksida nitrat, dokter juga akan
mengambil sampel dahak untuk mengecek apakah paru-paru pasien mengalami
radang.
Tes responsivitas saluran napas (uji provokasi bronkus). Tes ini
digunakan untuk memastikan bagaimana saluran pernapasan pasien bereaksi
ketika terpapar salah satu pemicu asma. Dalam tes ini, pasien biasanya akan
diminta menghirup serbuk kering(mannitol). Setelah itu pasien akan diminta
untuk menghembuskan napas ke dalam spirometer untuk mengukur seberapa
tinggi tingkat perubahan FEV1 dan FVC setelah terkena pemicu. Jika hasilnya
turun drastis, maka dapat diperkirakan pasien mengidap asma. Pada anak-anak,
selain mannitol, media yang bisa dipakai untuk memicu asma adalah olah raga.
Pemeriksaan status alergi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui apakah gejala-gejala asma yang dirasakan oleh pasien disebabkan
oleh alergi. Misalnya alergi pada makanan, tungau, debu, serbuk sari, atau gigitan
serangga.
CT Scan. Pemeriksaan ini bisa dilakukan oleh dokter apabila mencurigai
bahwa gejala sesak napas pada diri pasien bukan disebabkan oleh asma, melainkan
infeksi di dalam paru-paru atau kelainan struktur rongga hidung.
Pemeriksaan rontgen. Tujuan dilakukannya pemeriksaan ini sama
seperti pemeriksaan CT Scan, yaitu untuk melihat apakah gangguan
pernapasandisebabkan oleh kondisi lain.

1.3.5 efek atau resiko asma bagi kehamilan dan persalinan

Ibu hamil yang menderita asma harus ekstra hati-hati karena ternyata asma
yang diderita saat hamil bisa membahayakan kesehatan janin. Sebuah penelitian di
Universitas Adelaide, Australia mengungkapkan bahwa jika asma yang diderita ibu
hamil tidak ditangani dengan baik maka dapat membahayakan keselamatan bayi
yang dikandung, yaitu meningkatkan resiko kelahiran prematur, bayi berat lahir
rendah (BBLR), bahkan kematian pada bayi.
BAB III
PENUTUP

1.4 KESIMPULAN
1.5 SARAN

Anda mungkin juga menyukai