Anda di halaman 1dari 30

PERENCANAAN PAJAK DENGAN

PEMANFAATAN BERAGAM FASILITAS


PERPAJAKAN

FEBRIAN KRESNA PERMANA 932016002


YOHANES KRISMONO 932016015
DINIS BARROS SOARES 932016901

MAGISTER AKUNTANSI MANAJEMEN


3/29/17
UKSW PERPAJAKAN
0 | Page
Perencanaan Pajak Dengan Pemanfaatan Beragam Fasilitas
Perpajakan
Fasilitas PPh dibagi atas :
1. Fasilitas PPh untuk WP Badan Yang Berlaku Umum Berupa
pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif Pasal 17 Undang-Undang
PPh.
2. Fasilitas PPh untuk WP Badan yang berlaku khusus untuk
kondisi, wilayah, dan/atau industri tertentu.
a) Fasilitas pengurangan tarif 5% lebih rendah dari tariff umum
PPh Pasal 17 ayat (1) b UU PPh untuk WP Badan dalam
negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit
40% dari jumlah keseluruhan saham yang disetor
diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi
persyaratan tertentu lainnya.
b) Fasilitas 31 A Undang-Undang PPh diberikan kepada :
Wajib Pajak yang melakukan penanaman modal di bidang-
bidang usaha tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu
yang mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional dapat
diberikan fasilitas perpajakan.
Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan Pasal 31 A UU PPh adalah
:
Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 2007 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Pemerintah No. 52 tahun 2011.
Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur hal-hal sebagai berikut:
Pasal 1
Penanaman modal adalah investasi berupa aktiva tetap
berwujud termasuk tanah yang digunakan untuk kegiatan
utama usaha, baik untuk penanaman modal baru maupun
perluasan dari usaha yang telah ada.
Aktiva tetap berwujud adalah aktiva berwujud yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun yang
diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dahulu,
yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan
1 | Page
untuk diperjualbelikan atau dipindahtangankan.
Perluasan dari usaha yang telah ada suatu kegiatan dalam
rangka peningkatan kuantitas/kualitas produk, diversifikasi
produk, atau perluasan wilayah operasi dalam rangka
pengembangan kegiatan dan produksi perusahaan.
Bidang bidang usaha tertentu adalah bidang usaha di sektor
kegiatan ekonomi yang mendapat prioritas tinggi dalam skala
nasional.
Daerah-daerah tertentu adalah daerah yang secara ekonomis
mempunyai potensi yang layak dikembangkan.
Pasal 2 Ayat (1)
Kepada Wajib Pajak badan dalam negeri berbentuk
perseroan terbatas dan koperasi yang melakukan penanaman
modal.
Pasal 2 Ayat (2)
Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% (tiga puluh
persen) dari jumlah penanaman modal, dibebankan selama 6
(enam) tahun masing-masing sebesar 5% per tahun.
Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat.

Pengenaan pajak penghasilan atas dividen yang dibayarkan


kepada subjek pajak luar negeri sebesar 10%.
Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 (lima) tahun tetapi
tidak lebih dari 10 tahun.
Pasal 2 Ayat (2a) & (3)
Fasilitas Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat dimanfaatkan setelah wajib pajak merealisasikan rencana
penanaman modal paling sedikit 80%.
Pasal 3
Wajib Pajak yang mendapat fasilitas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (2), sebelum lewat jangka waktu 6 (enam)
tahun sejak tanggal pemberian fasilitas tidak boleh :
a) Menggunakan aktiva tetap yang mendapatkan fasilitas untuk
2 | Page
tujuan selain yang diberika fasilitas.
b) Mengalihkan sebagian atau seluruh aktiva tetap yang
mendapatkan fasilitas kecuali aktiva tetap yang dialihkan
tersebut diganti dengan aktiva tetap baru.
Fasilitas Pembebasan atau pengurangan PPh Badan dalam
rangka Penanaman modal berdasarkan pasal 29 PP 94 Tahun
2010 untuk WP Badan yang melakukan penanaman modal baru
yang merupakan industry pionir, yang tidak mendapat fasilitas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31A Undang-Undang Pajak
Penghasilan Pasal 29 ayat (1) dan (2) PP 94 tahun 2010 menyatakan
: Kepada Wajib Pajak yang melakukan penanaman modal baru yang
merupakan industry pionir yang tidak mendapatkan fasilitas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31A Undang-Undang Pajak
Penghasilan dapat diberikan fasilitas pembebasan atau pengurangan
Pajak Penghasilan Badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
ayat (5) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman
modal.

Tax Holiday untuk Industri Pionir


Pada tanggal 15 Agustus 2011, Kementerian Keuangan Republik
Indonesia telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 130/PMK.011/2011 tentang Pemberian Fasilitas
Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan, atau yang
lebih umum dikenal dengan sebutan Tax Holiday (PMK Tax Holiday).
PMK Tax Holiday ini diluncurkan dengan tujuan untuk menarik dana
investasi jangka panjang ke Indonesia, khususnya investasi baru yang
ditanamkan dalam kelompok industri pionir di Indonesia, sehingga
diharapkan dapat mendukung percepatan pertumbuhan industri
pionir dimaksud. Dalam konteks Tax holiday, industri pionir
didefinisikan sebagai industri yang memiliki keterkaitan yang luas,
memberi nilai tambah dan eksternalitas yang tinggi, memperkenalkan
teknologi baru, serta memiliki nilai strategis bagi perekonomian
nasional. Industri pionir tersebut mencakup industri logam dasar,

3 | Page
industri pengilangan minyak bumi dan/atau kimia dasar organik yang
bersumber dari minyak bumi dan gas alam, industri permesinan,
industri di bidang sumberdaya terbarukan, dan/atau industri
peralatan komunikasi.
Wajib pajak yang dapat diberikan fasilitas Tax Holiday adalah
wajib pajak badan baru yang memenuhi 4 (empat) kriteria. Pertama,
wajib pajak badan tersebut bergerak dalam industri pionir. Kedua,
wajib pajak badan tersebut mempunyai rencana penanaman modal
baru yang telah mendapatkan pengesahan dari instansi yang
berwenang paling sedikit sebesar Rp1.000.000.000.000,00 (satu
triliun rupiah). Ketiga, wajib pajak badan tersebut menempatkan dana
di perbankan di Indonesia paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari
total rencana penanaman modal yang tidak boleh ditarik sebelum
saat dimulainya pelaksanaan realisasi penanaman modal dimaksud.
Keempat, wajib pajak badan tersebut harus berstatus sebagai badan
hukum Indonesia yang pengesahannya ditetapkan paling lama 12
(dua belas) bulan sebelum PMK Tax Holiday mulai berlaku atau
pengesahannya ditetapkan sejak atau setelah berlakunya PMK Tax
Holiday ini. Mengingat PMK Tax Holiday dinyatakan berlaku sejak
tanggal diundangkan, yakni 15 Agustus 2011, maka wajib pajak yang
dapat diberikan fasilitas Tax Holiday ini adalah wajib pajak badan
yang memperoleh pengesahan status hukum sejak atau setelah
tanggal 15 Agustus 2010.
Fasilitas yang diberikan dalam kebijakan Tax Holiday ini
mencakup pembebasan pajak penghasilan badan bagi untuk jangka
waktu 5 (lima) hingga 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak tahun pajak
dimulainya produksi komersial. Setelah periode pemberian fasilitas
Tax Holiday tersebut, perusahaan yang memenuhi syarat masih
memiliki kesempatan untuk mendapatkan fasilitas tambahan berupa
pengurangan tarif pajak penghasilan badan sebesar 50% (lima puluh
persen) selama 2 (dua) tahun berikutnya. Disamping itu, dengan
mempertimbangkan kepentingan mempertahankan daya saing
industri nasional dan nilai strategis dari kegiatan usaha tertentu,

4 | Page
Menteri Keuangan dapat memperpanjang periode pemberian fasilitas
Tax Holiday tersebut.
Untuk memperoleh fasilitas Tax Holiday tersebut, wajib pajak
dapat menyampaikan permohonan kepada Menteri Perindustrian atau
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. Penyampaian usulan
tersebut harus disertai dengan uraian penelitian mengenai
ketersediaan infrastruktur di lokasi investasi, perkiraan penyerapan
tenaga kerja domestik, kajian mengenai pemenuhan kriteria sebagai
Industri pionir, rencana tahapan alih teknologi yang jelas dan konkret,
serta adanya ketentuan mengenai tax sparing di negara domisili. Tax
sparing adalah pengakuan pemberian fasilitas pembebasan dan
pengurangan yang didapatkan dari Indonesia dalam penghitungan
Pajak Penghasilan di negara domisili sebesar fasilitas yang diberikan.
Setelah melalui beberapa penilaian awal, usulan dimaksud akan
dikirimkan kepada Komite Verifikasi untuk diperiksa lebih lanjut.
Komite Verifikasi terdiri dari perwakilan dari Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian, Minsitry Keuangan, Departemen Perindustrian,
dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Jika disetujui oleh
Komite, Menteri Keuangan akan mengeluarkan Surat Keputusan untuk
memberikan tax holiday kepada investor.
Sebagaimana sering dikemukakan dalam pembahasan literatur
terkait, keberadaan Tax Holiday memang selalu melibatkan trade-of
antara potensi penerimaan negara yang dapat dihasilkan dengan
biaya yang harus dikeluarkan oleh negara. Meskipun dalam jangka
pendek biaya merupakan satu hal yang sudah pasti bagi negara,
namun seiring dengan meningkatnya volume investasi asing di
Indonesia yang dapat dijaring, disertai lapangan kerja yang mampu
diciptakannya, maka pemberian fasilitas Tax Holiday ini diyakini dapat
menunjang pertumbuhan perekonomian jangka panjang Indonesia.
Namun demikian, fasilitas Tax Holiday itu sendiri tidak akan
mampu menjadi satu-satunya motor penggerak transformasi ekonomi
yang dicita-citakan Indonesia. Keberadaannya pada prinsipnya
merupakan pelengkap bagi kebijakan menarik investasi permanen

5 | Page
lainnya, yang secara bersama-sama, ditujukan untuk memperbaiki
iklim investasi di Indonesia. Prioritas utama bagi Indonesia dalam hal
ini adalah reformasi kebijakan di bidang infrastruktur, yang
diupayakan melalui kombinasi antara pengeluaran Pemerintah dan
skema Public Private Partnership (PPP) sepanjang dimungkinkan,
dengan tujuan untuk menekan biaya investasi di Indonesia. Dengan
komposisi seluruh kebijakan tersebut, Pemerintah Indonesia meyakini
bahwa masih banyak peluang yang dapat dimanfaatkan oleh investor
di Indonesia melalui ketersediaan berbagai kemudahan perpajakan
ini serta upaya peningkatan iklim usaha lainnya yang selama ini
diupayakan oleh Pemerintah Indonesia.
Fasilitas UMKM
Berdasarkan UU Pajak Penghasilan No 36 th 2008 Pasal 31E,
Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai
dengan Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat
fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen)
dari tarif yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian
peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar
delapan ratus juta rupiah). Besarnya bagian peredaran bruto dapat
dinaikkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.
Penghitungan PPh terutang dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
Jika peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,00,
maka penghitungan PPh terutang yaitu sebagai berikut:
PPh terutang = 50% X 25% X seluruh Penghasilan Kena Pajak
Jika peredaran bruto lebih dari Rp 4.800.000.000,00 sampai
dengan Rp 50.000.000.000,00, maka penghitungan PPh
terutang yaitu sebagai berikut:
PPh terutang = (50% x 25% x Penghasilan Kena Pajak dari
Bagian Peredaran Bruto Yang Mendapat Fasilitas) + (25% x
Penghasilan Kena Pajak dari Bagian Peredaran Bruto Yang Tidak
Mendapat Fasilitas)
dimana :

6 | Page
Penghasilan Kena Pajak dari Bagian Peredaran Bruto Yang
Mendapat Fasilitas adalah sebesar = (4.800.000.000/ Peredaran
Bruto) x Penghasilan Kena Pajak
Penghasilan Kena Pajak dari Peredaran Bruto Yang Tidak
Mendapat Fasilitas Pajak sebesar = Penghasilan Kena Pajak -
Penghasilan Kena Pajak dari bagian Peredaran Bruto yang
Mendapat Fasilitas

Contoh Perhitungan
Contoh 1: Bila Peredaran Bruto Kurang dari atau sama dengan
4,8 Milyar
Peredaran bruto PT ARYA dalam tahun pajak 20xx sebesar
Rp4.500.000.000,00 (empat miliar lima ratus juta rupiah) dengan
Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
Penghitungan pajak yang terutang:
Seluruh Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh dari peredaran bruto
tersebut dikenai tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif Pajak
Penghasilan badan yang berlaku karena jumlah peredaran bruto PT
ARYA tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus
juta rupiah).
Pajak Penghasilan yang terutang:
(50% x 25%) x Rp500.000.000,00 = Rp70.000.000,00

Contoh 2: Bila Peredaran Bruto Lebih Besar dari 4,8 Milyar


Peredaran bruto PT SOROS dalam tahun pajak 20xx sebesar
Rp30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar rupiah) dengan Penghasilan
Kena Pajak sebesar Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang:

7 | Page
Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang
memperoleh fasilitas:
(Rp4.800.000.000,00 : Rp30.000.000.000,00) x
Rp3.000.000.000,00 = Rp480.000.000,00
Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang
tidak memperoleh fasilitas:
Rp3.000.000.000,00 Rp480.000.000,00 = Rp2.520.000.000,00

Pajak Penghasilan yang terutang:


- (50% x 25%) x Rp480.000.000,00 = Rp 60.000.000,00
- 25% x Rp2.520.000.000,00 =
Rp630.000.000,00(+
)
Jumlah Pajak Penghasilan yang terutang Rp690.000.000,00

Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal Di


Bidang-Bidang Usaha Tertentu Dan/Atau Di Daerah-Daerah
Tertentu
Latar belakang dikeluarkannya Peraturan PemerintahNomor 1
Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman
Modal di Bidang-Bidang Tertentu dan/atau di Daerah-daerah Tertentu
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 52 Tahun 2011 adalah:
Investasi langsung baik melalui penanaman modal asing
maupun penanaman modal dalam negeri merupakan salah satu
faktor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi,
pemerataan pembangunan, dan percepatan pembangunan
untuk bidang-bidang usaha tertentu dan atau daerah-daerah
tertentu;
Lebih meningkatkan kegiatan investasi langsung guna
mendorong pertumbuhan ekonomi, serta untuk pemerataan
pembangunan dan percepatan pembangunan bagi bidang
usaha tertentu dan/atau daerah tertentu;

8 | Page
Untuk mendorong investasi tersebut perlu diberikan fasilitas
Pajak Penghasilan sesuai dengan Pasal 31A Undang-Undang
Pajak Penghasilan.
Definisi
Penanaman Modal adalah investasi berupa aktiva tetap
berwujud tanah yang digunakan untuk kegiatan utama usaha,
baik untuk penanaman modal baru maupun perluasan dari
usaha yang telah ada.
Aktiva tetap berwujud adalah aktiva berwujud yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun yang diperoleh dalam
bentuk siap pakai untuk dibangun lebih dahulu, yang digunakan
dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk
diperjualbelikan atau dipindahtangankan. Perluasan dari usaha
yang telah ada adalah suatu kegiatan dalam rangka
peningkatan kuantitas, kualitas produk, diversifikasi produk,
atau perluasan wilayah dan produksi perusahaan.
Perluasan dari usaha yang telah ada merupakan suatu kegiatan
dalam rangka peningkatan kuantitas/kualitas produk,
diversifikasi produk, atau perluasan wilayah operasi dalam
rangka pengembangan kegiatan dan produksi perusahaan.
Bidang-bidang usaha tertentu adalah bidang usaha di sektor
kegiatan ekonomi yang mendapat prioritas tinggi dalam skala
nasional.
Daerah-daerah tertentu adalah daerah yang secara ekonomis
mempunyai potensi yang layak dikembangkan.

Wajib Pajak yang berhak mendapatkan fasilitas Pajak


Penghasilan
Fasilitas Pajak Penghasilan ini diperuntukan kepada Wajib Pajak
Dalam Negeri yang berbentuk Perseroan Terbatas dan Koperasi yang
melakukan penanaman modal pada bidang usaha tertentu atau pada
bidang usaha tertentu dan daerah tertentu.

9 | Page
Bentuk fasilitas Pajak Penghasilan yang diberikan
Fasilitas Pajak Penghasilan yang berikan kepada Wajib Pajak
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% (tiga puluh persen)
dari jumlah penanaman modal, dibebankan selama 6 (enam) tahun
masing-masing sebesar 5% (lima persen) per tahun;
Contoh:
PT ABC melakukan penanaman modal sebesar Rp 100 milyar
berupa pembelian aktiva tetap berupa tanah, bangunan, dan
mesin. Terhadap PT ABC dapat diberikan fasilitas pengurangan
penghasilan neto (investment allowance) sebesar 5% x Rp 100
milyar = Rp 5 milyar setiap tahunnya selama 6 tahun yang dimulai
sejak tahun pemberian fasilitas.
b. Penyusutan dan amortisasi dipercepat, sebagai berikut:

c. Pengenaan Pajak Penghasilan atas dividen yang dibayarkan


kepada Subjek Pajak Luar Negeri sebesar 10% (sepuluh persen),
atau tarif yang lebih rendah menurut Persetujuan Penghindaran
Pajak Berganda yang berlaku;
Contoh:
Investor dari negara X memperoleh dividen dari Wajib Pajak (WP)
Badan dalam negeri yang telah ditetapkan untuk memperoleh
fasilitas berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 1 Tahun 2007

10 | P a g e
sebagaimana telah diubah dengan PP No. 52 Tahun 2011. Apabila
investor X tersebut bertempat kedudukan di negara yang belum
memiliki Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dengan
Pemerintah Republik Indonesia (RI), atau bertempat kedudukan di
negara yang telah memiliki P3B bertempat kedudukan di negara
yang telah memiliki P3B dengan Pemerintah RI dengan tarif pajak
dividen untuk WP luar negeri 10% atau lebih, maka atas dividen
hanya akan dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) di Indonesia
sebesar 10%. Namun apabila investor X tersebut bertempat
kedudukan di suatu negara yang telah memiliki P3B dengan
Pemerintah RI dengan tarif pajak dividen tersebut dikenakan PPh di
Indonesia sesuai tarif yang diatur dalam P3B tersebut.

d. Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 (lima) tahun tetapi


tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. Tambahan 1 tahun:
Apabila penanaman modal baru pada bidang usaha tertentu
yang dilakukan di kawasan industri dan kawasan berikat;
2. Tambahan 1 tahun:
Apabila mempekerjakan sekurang-kurangnya 500 orang tenaga
kerja Indonesia selama 5 (lima) tahun berturut-turut;
3. Tambahan 1 tahun:
Apabila penanaman modal baru memerlukan
Investasi/pengeluaran untuk infrastruktur ekonomi dan sosial di
lokasi usaha paling sedikit sebesar Rp10.000.000.000 (sepuluh
milyar rupiah);
4. Tambahan 1 tahun:
Apabila mengeluarkan biaya penelitian dan pengembangan di
dalam negeri dalam rangka pengembangan produk atau
efisiensi produksi paling sedikit 5% dari investasi dalam jangka
waktu 5 tahun; dan/atau
5. Tambahan 1 tahun:
Apabila menggunakan bahan baku dan atau komponen hasil
produksi dalam negeri paling sedikit 70% sejak tahun ke-4.
Contoh:

11 | P a g e
PT ABC pada tahun 2007 ini, melakukan penanaman modal di
kawasan industri di kota Maumere (Nusa Tenggara Timur) dengan
mendirikan pabrik bumbu masak dan penyedap masakan. Pabrik
tersebut mempekerjakan 750 orang tenaga kerja tetap dan
direncanakan dipekerjakan sampai tahun 2014. Bahan baku dan
komponen yang dipergunakan PT ABC dalam memproduksi bumbu
masak dan penyedap makanan tersebut adalah bahan baku dan
komponen produksi dalam negeri. Terhadap PT ABC diberikan
fasilitas Pajak Penghasilan antara lain berupa kompensasi kerugian
selama 5 tahun + 3 tahun atau 8 tahun.

Cara Mendapatkan Fasilitas Pajak Penghasilan


Permohonan diajukan ke Kepala Badan Koordinasi Penanaman
Modal dengan melampirkan:
a. Fotokopi kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
b. Surat persetujuan untuk penanaman modal baru atau surat
persetujuan perluasan penanaman modal yang diterbitkan oleh
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal atau instansi lain yang
berwenang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan dilengkapi dengan rinciannya;
c. Fotokopi akta pendirian yang telah disahkan oleh Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia, khusus bagi perusahaan penanaman
modal asing baru; dan
d. Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) bagi perusahaan yang
sudah mempunyai kewajiban untuk menyampaikan LKPM.
selanjutnya Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
menyampaikan usulan kepada Menteri Keuangan melalui Direktur
Jenderal Pajak.
Pemberian fasilitas Pajak Penghasilan ditetapkan dengan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan yang
diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja
terhitung sejak diterimanya usulan dari Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal secara lengkap dan benar.
Wajib Pajak setelah mendapat Keputusan Direktur Jenderal
Pajak tersebut, wajib mengajukan permohonan untuk Penetapan Saat
12 | P a g e
Dimulainya Produksi Komersial dan permohonan untuk Penetapan
Penambahan Jangka Waktu Kompensasi Kerugian kepada Direktur
Jenderal Pajak melalui Direktur Pemeriksaan dan Penagihan.
Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Penetapan Saat
Dimulainya Produksi Komersial dan Penetapan Penambahan Jangka
Waktu Kompensasi Kerugian diterbitkan dalam jangka waktu paling
lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak permohonan diterima.
Hal lain apa yang perlu diperhatikan sehubungan dengan
pemberian fasilitas ini fasilitas Pajak Penghasilan tersebut dapat
dinikmati oleh Wajib Pajak setelah Wajib Pajak bersangkutan
merealisasikan rencana penanaman modal paling sedikit 80%.
Bagi WP yang telah memiliki izin penanaman modal sebelum
berlakunya PP Nomor 52 Tahun 2011 (22 Desember 2011), dapat
diberikan fasilitas PPh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 PP
Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk
Penanaman Modal di Bidang-Bidang Tertentu dan/atau di Daerah-
Daerah Tertentu sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan PP Nomor 52 Tahun 2011 sepanjang:
Memiliki rencana penanaman modal paling sedikit
Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah); dan
Belum beroperasi secara komersial pada saat Peraturan
Pemerintah ini berlaku.
Wajib Pajak yang mendapat fasilitas sebelum lewat jangka waktu 6
(enam) tahun sejak tanggal pemberian fasilitas dilarang:
Menggunakan aktiva tetap yang mendapatkan fasilitas untuk
tujuan selain yang diberikan fasilitas; atau
Mengalihkan sebagian atau seluruh aktiva tetap yang
mendapatkan fasilitas kecuali aktiva tetap yang dialihkan
tersebut diganti dengan aktiva tetap baru.
Apabila Wajib Pajak yang telah mendapatkan fasilitas ternyata
tidak sesuai dengan ketentuan yang diatur, maka:
Fasilitas PPh tersebut dicabut;
Terhadap Wajib Pajak yang bersangkutan dikenakan sanksi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
yang berlaku, dan
13 | P a g e
Tidak dapat lagi diberikan fasilitas.

Fasilitas PPN Dan Pembebasan Bea Masuk


Fasilitas PPN
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.011/2010 Tentang
Pemberian Fasilitas Perpajakan Dan Kepabeanan Untuk Kegiatan
Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan pasal 5 mengatur bahwa :
a) Fasilitas PPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b
adalah pembebasan dari pengenaan PPN atas impor Barang
Kena Pajak yang bersifat strategis berupa mesin dan peralatan,
baik dalam keadaan terpasang maupun terlepas, tidak
termasuk suku cadang, yang diperlukan oleh pengusaha di
bidang pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk
menghasilkan Barang Kena Pajak.
b) Tata cara pembebasan dari pengenaan PPN sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan yang
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001
tentang Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu
yang Bersifat Strategis yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai dan peraturan pelaksanaannya, beserta
perubahannya.

Jenis-Jenis Fasilitas PPN


Ada dua jenis fasilitas PPN diantaranya :
PPN Tidak Dipungut
Berdasarkan Pasal 16B UU No 42 2009 Ayat 2 : Pajak Masukan
yang dibayar untuk perolehan Barang Kena Pajak dan/atau perolehan
Jasa Kena Pajak yang atas penyerahannya tidak dipungut Pajak
Pertambahan Nilai dapat dikreditkan.
Penjelasan : Adanya perlakuan khusus berupa Pajak Pertambahan
Nilai yang terutang, tetapi tidak dipungut, diartikan bahwa Pajak
Masukan yang berkaitan dengan penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau Jasa Kena Pajak yang mendapat perlakuan khusus dimaksud

14 | P a g e
tetap dapat dikreditkan. Dengan demikian, Pajak Pertambahan Nilai
tetap terutang, tetapi tidak dipungut.
Contoh : Pengusaha Kena Pajak A memproduksi Barang Kena Pajak
yang mendapat fasilitas dari negara, yaitu Pajak Pertambahan Nilai
yang terutang atas penyerahan Barang Kena Pajak tersebut tidak
dipungut selamanya ( tidak sekadar ditunda). Untuk memproduksi
Barang Kena Pajak tersebut, Pengusaha Kena Pajak A menggunakan
Barang Kena Pajak lain dan/atau Jasa Kena Pajak sebagai bahan baku,
bahan pembantu, barang modal, ataupun sebagai komponen biaya
lain. Pada waktu membeli Barang Kena Pajak lain dan/atau Jasa Kena
Pajak tersebut, Pengusaha Kena Pajak A membayar Pajak
Pertambahan Nilai kepada Pengusaha Kena Pajak yang menjual atau
menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak tersebut. Jika
Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak A
kepada Pengusaha Kena Pajak pemasok tersebut merupakan Pajak
Masukan yang dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran, Pajak
Masukan tetap dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran walaupun
Pajak Keluaran tersebut nihil karena menikmati fasilitas Pajak
Pertambahan Nilai tidak dipungut dari negara berdasarkan ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Contoh PPN yang tidak dipungut :


Kawasan Berikat Pulau Batam.
1. Penyerahan Barang Kena Pajak kepada Pengusaha sepanjang
Barang Kena Pajak tersebut digunakan untuk menghasilkan
Barang Kena Pajak yang diekspor; dan
2. Impor Barang Kena Pajak yang dilakukan oleh Pengusaha
sepanjang Barang Kena Pajak tersebut digunakan untuk
menghasilkan Barang Kena Pajak yang diekspor.
Penyerahan Avtur untuk Penerbangan Internasional.
Penyerahan avtur kepada maskapai penerbangan untuk
keperluan penerbangan internasional diberikan fasilitas tidak

15 | P a g e
dipungut Pajak Pertambahan Nilai sepanjang perjanjian pelayanan
transportasi udara mencantumkan asas timbal balik.

PPN di Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)


Kepada Pengusaha di Kawasan Berikat, untuk selanjutnya
disebut PDKB, di dalam wilayah KAPET dapat diberikan fasilitas
perpajakan berupa Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa, dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah tidak dipungut atas :
1. Impor barang modal atau peralatan lain oleh PDKB yang
berhubungan langsung dengan kegiatan produksi;
2. Impor barang dan/atau bahan untuk diolah di PDKB;
3. Pemasukan Barang Kena Pajak dari Daerah Pabean Indonesia
Lainnya, untuk selanjutnya disebut DPIL, ke PDKB untuk diolah
lebih lanjut;
4. Pengiriman barang hasil produksi PDKB ke PDKB lainnya untuk
diolah lebih lanjut;
5. Pengeluaran barang dan atau bahan dari PDKB ke perusahaan
industri di DPIL atau PDKB lainnya dalam rangka subkontrak;
6. Penyerahan kembali Barang Kena Pajak hasill pekerjaan
subkontrak oleh Pengusaha Kena Pajak di DPIL atau PDKB
lainnya kepada Pengusaha Kena Pajak PDKB asal;
7. Peminjaman mesin dan atau peralatan pabrik dalam rangka
subkontrak dari PDKB kepada perusahaan industri di DPIL atau
PDKB lainnya dan pengembaliannya ke PDKB asal.
PPN Dibebaskan
Berdasarkan Pasal 16B UU No 42 2009Ayat 3 :Pajak Masukan
yang dibayar untuk perolehan Barang Kena Pajak dan atau perolehan
Jasa Kena Pajak yang atas penyerahannya dibebaskan dari
pengenaan Pajak Pertambahan Nilai tidak dapat dikreditkan.
Penjelasan : Berbeda dengan ketentuan pada ayat (2), adanya
perlakuan khusus berupa pembebasan dari pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai mengakibatkan tidak adanya Pajak Keluaran
sehingga Pajak Masukan yang berkaitan dengan penyerahan Barang

16 | P a g e
Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang memperoleh pembebasan
tersebut tidak dapat dikreditkan.
Contoh : Pengusaha Kena Pajak B memproduksi Barang Kena Pajak
yang mendapat fasilitas dari negara, yaitu atas penyerahan Barang
Kena Pajak tersebut dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan
Nilai. Untuk memproduksi Barang Kena Pajak tersebut, Pengusaha
Kena Pajak B menggunakan Barang Kena Pajak lain dan/atau Jasa
Kena Pajak sebagai bahan baku, bahan pembantu, barang modal,
ataupun sebagai komponen biaya lain. Pada waktu membeli Barang
Kena Pajak lain dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut, Pengusaha Kena
Pajak B membayar Pajak Pertambahan Nilai kepada Pengusaha Kena
Pajak yang menjual atau menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa
Kena Pajak tersebut. Meskipun Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar
oleh Pengusaha Kena Pajak B kepada Pengusaha Kena Pajak pemasok
tersebut merupakan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, karena
tidak ada Pajak Keluaran berhubung diberikannya fasilitas dibebaskan
dari pengenaan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pajak
Masukan tersebut menjadi tidak dapat dikreditkan. Dengan kata lain
karena PPN yang dibebaskan tidak dapat dikreditkan pajak
masukannya maka Pajak keluarannya dianggap beban (cost).

Jenis jenis PPN yang dibebaskan :


1. Barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik, baik dalam
keadaan terpasang maupun terlepas, tidak termasuk suku cadang,
dimana penyerahan tersebut
2. diperlukan secara langsung dalam proses menghasilkan Barang
Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan Barang
Kena Pajak tersebut
3. tidak dipindahtangankan atau digunakan tidak sesuai dengan
tujuan semula, baik sebagian atau seluruhnya dalam jangka waktu
5 (lima) tahun sejak impor dan atau perolehan
4. Makanan ternak, unggas, dan ikan dan atau bahan baku untuk
pembuatan makanan ternak, unggas, dan ikan

17 | P a g e
5. Barang hasil pertanian yaitu barang hasil pertanian yang dipetik
langsung, diambil langsung atau disadap lansung dari sumbernya
termasuk hasil pemrosesannya yang dilakukan dengan cara
dikeringkan dengan cara dijemur atau dengan cara lain;
dirajang
diasinkan atau digarami
dibekukan atau didinginkan;
dipecah
dicuci atau disucihamakan
direndam, direbus
disayat, dikupas, dibelah
diperam
digaruk
pemisahan dari kulit atau biji atau pelepah; atau
dikemas dengan cara sangat sederhana untuk tujuan
melindungi barang yang bersangkutan
6. Bibit dan atau benih dari barang pertanian, perkebunan,
kehutanan, peternakan, penangkaran, atau perikanan
7. Unit Hunian Rusunami dengan ketentuan
Perolehannya dibiayai melalui kredit kepemilikan rumah, baik
bersubsidi maupun tidak bersubsidi
Luas untuk setiap hunian lebih dari 21 m2 dan tidak melebihi 36
m2
Harga jual untuk setiap hunian tidak melebihi Rp 144.000.000
Diperuntukkan bagi orang pribadi yang mempunyai penghasilan
tidak melebihi Rp 4.500.000,00 per bulan dan telah memiliki
NPWP
Pembangunannya mengacu kepada Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum; dan

18 | P a g e
Merupakan unit hunian pertama yang dimiliki, digunakan sendiri
sebagai tempat tinggal dan tidak dipindahtangankan dalam
jangka waktu 5 tahun sejak dimiliki
8. Air bersih yang dialirkan melalui pipa termasuk air bersih yang
diserahkan dengan cara lain seperti penyerahan melalui mobil
tangki air, oleh Perusahaan Air Minum milik Pemerintah dan atau
Swasta; dan
9. Listrik, kecuali untuk perumahan dengan daya diatas 6600 watt.

Serta Impor yang dibebaskan atas :


1. Barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik, baik dalam
keadaan terpasang maupun terlepas, tidak termasuk suku cadang,
dimana impor tersebut:
a) Diperlukan secara langsung dalam proses menghasilkan Barang
Kena Pajak
b) Diimpor oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan Barang
Kena Pajak tersebut
c) Tidak dipindahtangankan atau digunakan tidak sesuai dengan
tujuan semula, baik sebagian atau seluruhnya dalam jangka
waktu 5 (lima) tahun sejak impor dan atau perolehan.
Catatan: Apabila pada butir (c) diatas ternyata tidak dipenuhi
maka PPN yang telah dibebaskan tetap wajib dibayar dalam jangka
waktu 1 (satu) bulan sejak barang modal tersebut dialihkan
penggunaannya atau dipindahkan, sedangkan PPN yang telah
dibayarkan tidak dapat dikreditkan.
2. Makanan ternak, unggas, dan ikan dan/atau bahan baku untuk
pembuatan makanan ternak, unggas, dan ikan;
3. Barang hasil pertanian, perkebunan, kehutanan, pertenakan,
perburuan atau penangkapan, maupun penangkaran atau
perikanan bari dari penangkapan atau budidaya, yang dipetik
langsung, diambil langsung atau disadap langsung dari sumbernya
termasuk yang diproses awal dengan tujuan untuk

19 | P a g e
memperpanjang usia simpan atau mempermudah proses lebih
lanjut;
4. Bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan,
kehutanan, peternakan, penangkaran, atau perikanan.

Fasilitas Bea Masuk


Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.011/2010 Tentang
Pemberian Fasilitas Perpajakan Dan Kepabeanan Untuk Kegiatan
Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan pasal 6 mengatur bahwa :
Fasilitas Bea Masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c
adalah fasilitas pembebasan Bea Masuk sebagaimana diatur dalam:
a) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176/PMK.011/2009 tentang
Fasilitas Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Mesin Serta Barang
dan Bahan untuk Pembangunan atau Pengembangan Industri
Dalam Rangka Penanaman Modal, beserta perubahannya;
b) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.011/2008 tentang
Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Barang Modal Dalam
Rangka Pembangunan dan Pengembangan Industri Pembangkit
Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum, beserta
perubahannya.
Pasal 26 Undang-Undang Kepabeanan No. 10/1995 jo Undang-
Undang No. 17/2006. Pasal 26 mengatur tentang Pembebasan dan
Keringanan Bea Masuk atas barang impor sbb :
Pembebasan bea masuk yang diberikan dalam pasal ini yaitu
pembebasan yang relatif, dalam arti bahwa pembebasan yang
diberikan didasarkan pada beberapa persyaratan dan tujuan tertentu,
sehingga terhadap barang impor dapat diberikan pembebasan atau
hanya keringanan bea masuk.
1. Barang dan Bahan untuk Pembangunan dan Pengembangan
Industri Dalam Rangka Penanaman Modal;
Yang dimaksud dengan penanaman modal yaitu penanaman
modal asing dan penanaman modal dalam negeri sebagaimana
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku

20 | P a g e
2. Mesin Untuk Pembangunan dan Pengembangan Industri;
Yang dimaksud dengan mesin untuk pembangunan dan
pengembangan industri yaitu setiap mesin, permesinan, alat
perlengkapan instalasi pabrik, peralatan, atau perkakas yang
digunakan untuk pembangunan dan pengembangan
Pengertian pembangunan dan pengembangan industri meliputi
pendirian perusahaan atau pabrik baru serta perluasan
(diversifikasi) hasil produksi, modernisasi, rehabilitasi untuk
tujuan peningkatan kapasitas produksi dari perusahaan atau
pabrik yang telah ada.
3. Barang dan Bahan Dalam Rangka Pembangunan dan
Pengembangan Industri untuk Jangka Waktu Tertentu;
Yang dimaksud dengan barang dan bahan yaitu semua barang
atau bahan, tidak melihat jenis dan komposisinya, yang
digunakan sebagai bahan atau komponen untuk menghasilkan
barang jadi, sedangkan batas waktu akan diatur dalam
keputusan pelaksanaannya.
4. Peralatan dan Bahan yang Digunakan Untuk Mencegah
Pencemaran Lingkungan;
5. Bibit dan Benih untuk Pembangunan dan Pengembangan Industri
Pertanian, Peternakan, atau Perikanan;
Yang dimaksud dengan bibit dan benih yaitu segala jenis
tumbuh-tumbuhan atau hewan yang diimpor dengan tujuan
benar-benar untuk dikembangbiakkan lebih lanjut dalam rangka
pengembangan bidang pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan, atau perikanan.
6. Hasil Laut yang Ditangkap dengan Sarana Penangkap Yang Telah
Mendapat Izin;
Yang dimaksud dengan hasil laut yaitu semua jenis tumbuhan
laut, ikan atau hewan laut yang layak untuk dimakan seperti
ikan, udang, kerang, dan kepiting yang belum atau sudah diolah
dalam sarana penangkap yang bersangkutan.

21 | P a g e
Yang dimaksud dengan sarana penangkap yaitu satu atau
sekelompok kapal yang mempunyai peralatan untuk
menangkap atau mengambil hasil laut, termasuk juga yang
mempunyai peralatan pengolahan.
Yang dimaksud dengan sarana penangkap yang telah mendapat
izin yaitu sarana penangkap yang berbendera Indonesia atau
berbendera asing yang telah memperoleh izin dari Pemerintah
Indonesia untuk melakukan penangkapan atau pengambilan
hasil laut.
7. Barang yang Mengalami Kerusakan, Penurunan Mutu,
Kemusnahan, atau Penyusutan Volume atau Berat karena alamiah
antara saat diangkut ke dalam daerah pabean dan saat diberikan
persetujuan impor untuk dipakai;
Dalam transaksi perdagangan kemungkinan adanya perubahan
kondisi barang sebelum barang diterima oleh pembeli dapat
saja terjadi. Sedangkan prinsip pemungutan bea masuk dalam
undang-undang ini diterapkan atas semua barang yang diimpor
untuk dipakai sehingga, apabila terjadi perubahan kondisi
(kerusakan, penurunan mutu, kemusnahan, atau penyusutan
volume atau berat karena sebab alamiah), barang tersebut
tidak sepenuhnya dapat dipakai atau memberikan manfaat
sebagaimana diharapkan, wajar apabila barang yang
mengalami perubahan kondisi sebagaimana diuraikan di atas
tidak sepenuhnya dipungut bea masuk. Oleh karena itu
pembatasan pada saat kapan terjadinya perubahan kondisi
barang tersebut, yaitu antara waktu pengangkutan dan
diberikannya persetujuan impor untuk dipakai.
8. Barang oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang
Ditujukan untuk Kepentingan Umum;
Yang dimaksud dengan kepentingan umum yaitu kepentingan
masyarakat yang tidak mengutamakan kepentingan di bidang
keuangan, misalnya proyek pemasangan lampu jalan umum.

22 | P a g e
9. Barang untuk Keperluan Olahraga Yang Diimpor oleh Induk
Organisasi Olahraga Nasional;
10. Barang untuk Keperluan Proyek Pemerintah yang Dibiayai
dengan Pinjaman dan/atau Hibah dari Luar Negeri;
11. Barang dan Bahan untuk Diolah, Dirakit, atau Dipasang pada
Barang Lain dengan Tujuan untuk Diekspor (KITE - Kemudahan
Impor Tujuan Ekspor).
Syarat Diberikannya Fasilitas Bea Masuk

Fasilitas pembebasan bea masuk dapat diberikan bilamana


pengusaha memenuhi syarat baik dari aspek subyek maupun obyek
barangnya. Subyek disini berarti perusahaan termasuk dalam
kategori perusahaan yang tercatat sebagai penanam modal di
Indonesia baik penananam modal dalam negeri maupun penenam
modal asing. Obyek yang dapat diberikan pembebasan bea
masuk adalah barang-barang yang memenuhi syarat diberikannya
pembebasan. Barang berupa mesin, barang dan bahan tersebut
dapat diberikan pembebasan bilamana :

1) Belum diproduksi di dalam negeri, atau


2) Sudah diproduksi di dalam negeri namun belum memenuhi
spesifikasi yang dibutuhkan, atau
3) Sudah diproduksi di dalam negeri namun jumlahnya belum
mencukupi kebutuhan industri.
Keputusan tentang butir 1 sampai dengan 3 diatas didasarkan
pada daftar mesin, barang dan bahan yang ditetapkan oleh menteri
yang bertanggungjawab di bidang perindustrian atau pejabat yang
ditunjuk, setelah berkoordinasi dengan instansi teknis yang terkait.
Jangka Waktu Pembebasan Bea Masuk

Pembebasan bea masuk atas impor mesin untuk pembangunan


industri diberikan untuk jangka waktu pengimporan selama 2 (dua)
tahun terhitung sejak berlakunya keputusan pembebasan bea masuk.
Jangka waktu pengimporan mesin untuk pembangunan industri ini

23 | P a g e
dapat diperpanjang sesuai dengan jangka waktu pembangunan
industri tersebut sebagaimana tercantum dalam surat persetujuan
penanaman modal.

Berikutnya perusahaan yang telah menyelesaikan


pembangunan industri serta siap produksi dapat diberikan
pembebasan bea masuk atas impor barang dan bahan untuk
keperluan produksi paling lama 2 tahun, sesuai kapasitas terpasang
dengan jangka waktu pengimporan selama 2 tahun terhitung sejak
berlakunya keputusan pembebasan bea masuk.

Pembebasan bea masuk atas impor mesin dalam rangka


pengembangan industri, diberikan untuk jangka waktu pengimporan
selama 2 (dua) tahun terhitung sejak berlakunya keputusan
pembebasan bea masuk. Jangka waktu pengimporan dalam rangka
pengembangan industri ini dapat diperpanjang sesuai dengan jangka
waktu pengembangan sebagaimana tercantum dalam surat
persetujuan penanaman modal.

Perusahaan yang telah menyelesaikan pengembangan industri,


sepanjang menambah kapasitas paling sedikit 30% dari kapasitas
terpasang, dapat diberikan pembebasan bea masuk atas barang dan
bahan untuk keperluan tambahan produksi paling lama 2 tahun,
untuk jangka waktu pengimporan selama 2 (dua) tahun sejak
berlakunya keputusan pembebasan bea masuk.

Perusahaan yang melakukan pembangunan atau


pengembangan dengan menggunakan mesin produksi buatan dalam
negeri paling sedikit 30% dari total nilai mesin, atas impor barang dan
bahan dapat diberikan pembebasan bea masuk untuk keperluan
produksi/keperluan tambahan produksi selama 4 (empat) tahun
sesuai kapasitas terpasang, dengan jangka waktu pengimporan
selama 4 (empat) tahun terhitung sejak berlakunya keputusan
pembebasan. Penggunaan dan komposisi mesin produksi dalam

24 | P a g e
negeri dinyatakan oleh menteri yang bertanggungjawab di bidang
perindustrian atau pejabat yang ditunjuk.

Strategi Memanfaatkan Seluruh Fasilitas Perpajakan Yang Ada


1. Pahami seluruh peraturan terkait fasilitas perpajakan yang
dapat dimanfaatkan
2. Memilih lokasi perusahaan atau melakukan penanaman modal
di bidang usaha tertentu dan atau di bidang tertentu yang
mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional dapat diberikan
fasilitas perpajakan.
3. Untuk perusahaan yang berorientasi pada ekspor barang kena
pajak, manfaatkan fasilitas PPN yang diberikan di kawasan
berikat. Dalam hal ini perusahaan harus menjadi Pengusaha di
Kawasan Berikat (PDKB). Dengan demikian, atas ekspor BKP
tersebut, PPN terutang sebesar 0%, sedangkan PPN
Masukannya dapat dikreditkan sepenuhnya.
4. Untuk rencana awal pendirian perusahaan, sebaiknya memilih
jenis industri atau usaha yang bisa meendapatkan fasilitas
pembebasan pajak atau insentif pajak.

Apa itu amnesty pajak

Amnesti pajak adalah program pengampunan yang diberikan oleh


Pemerintah kepada Wajib Pajak meliputi penghapusan pajak yang
seharusnya terutang, penghapusan sanksi administrasi perpajakan,
serta penghapusan sanksi pidana di bidang perpajakan atas harta
yang diperoleh pada tahun 2015 dan sebelumnya yang belum
dilaporkan dalam SPT, dengan cara melunasi seluruh tunggakan pajak
yang dimiliki dan membayar uang tebusan.

Siapa yang bisa memanfaatkan?


Yang dapat memanfaatkan kebijakan amnesti pajak adalah:

1. Wajib Pajak Orang Pribadi


2. Wajib Pajak Badan

25 | P a g e
3. Wajib Pajak yang bergerak di bidang Usaha Mikro Kecil dan
Menengan (UMKM)

4. Orang Pribadi atau Badan yang belum menjadi Wajib Pajak

Penanda tangan di Surat Pernyataan:

1. Wajib Pajak orang pribadi;


2. pemimpin tertinggi berdasarkan akta pendirian badan atau
dokumen lain yang dipersamakan, bagi Wajib Pajak badan; atau

3. penerima kuasa, dalam hal pemimpin tertinggi sebagaimana


dimaksud pada huruf b berhalangan.

Persyaratan Wajib Pajak yang dapat memanfaatkan Amnesti Pajak

1. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;


2. membayar Uang Tebusan;

3. melunasi seluruh Tunggakan Pajak;

4. melunasi pajak yang tidak atau kurang dibayar atau melunasi


pajak yang seharusnya tidak dikembalikan bagi Wajib Pajak
yang sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan dan/atau
penyidikan;

5. menyampaikan SPT PPh Terakhir bagi Wajib Pajak yang telah


memiliki kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan; dan

6. mencabut permohonan:

o pengembalian kelebihan pembayaran pajak;

o pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi


dalam Surat Ketetapan Pajak dan/atau Surat Tagihan Pajak
yang di dalamnya terdapat pokok pajak yang terutang;

26 | P a g e
o pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang
tidak benar;

o keberatan;

o pembetulan atas surat ketetapan pajak dan surat


keputusan;

o banding;

o gugatan; dan/atau

o peninjauan kembali, dalam hal Wajib Pajak sedang


mengajukan permohonan dan belum diterbitkan surat
keputusan atau putusan.

Kapan berlakunya?
Amnesti Pajak berlaku sejak disahkan hingga 31 Maret 2017, dan
terbagi kedalam 3 (tiga) periode, yaitu:

1. Periode I: Dari tanggal diundangkan s.d 30 September 2016


2. Periode II: Dari tanggal 1 Oktober 2016 s.d 31 Desember 2016

3. Periode III: Dari tanggal 1 Januari 2017 s.d 31 Maret 2017

Fasilitas

Fasilitas Amnesti Pajak yang akan didapat oleh Wajib Pajak yang
mengikuti program Amnesti Pajak antara lain:

1. penghapusan pajak yang seharusnya terutang (PPh dan PPN


dan/atau PPn BM), sanksi administrasi, dan sanksi pidana, yang
belum diterbitkan ketetapan pajaknya;
2. penghapusan sanksi administrasi atas ketetapan pajak yang
telah diterbitkan;

3. tidak dilakukan pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti


permulaan, dan penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan;

27 | P a g e
4. penghentian pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan,
dan penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan, dalam hal
Wajib Pajak sedang dilakukan pemeriksaan pajak, pemeriksaan
bukti permulaan, dan penyidikan Tindak Pidana di Bidang
Perpajakan; dan

5. Penghapusan PPh Final atas pengalihan Harta berupa tanah


dan/atau bangunan serta saham

Konsekuensi

Harta yang direpatriasi wajib dinvestasikan ke dalam negeri


selama 3 tahun sejak dialihkan dalam bentuk:

1. surat berharga Negara Republik Indonesia;


2. obligasi Badan Usaha Milik Negara;

3. obligasi lembaga pembiayaan yang dimiliki oleh Pemerintah;

4. investasi keuangan pada Bank Persepsi;

5. obligasi perusahaan swasta yang perdagangannya diawasi oleh


Otoritas Jasa Keuangan;

6. investasi infrastruktur melalui kerja sama Pemerintah dengan


badan usaha;

7. investasi sektor riil berdasarkan prioritas yang ditentukan oleh


Pemerintah; dan/atau

8. bentuk investasi lainnya yang sah sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.

Harta yang diungkapkan oleh Wajib Pajak tidak dapat dialihkan


ke luar negeri selama 3 tahun sejak diterbitkan Surat Keterangan.

28 | P a g e
29 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai