Anda di halaman 1dari 8

LEARNING ISSUE

NUTRISI ANAK GIZI BURUK


Gizi buruk merupakan masalah yang perlu penanganan serius. Berbagai upaya telah
dilakukan pemerintah antara lain melalui revitalisasi posyandu dalam meningkatkan cakupan
penimbangan balita, penyuluhan dan pendampingan, pemberian Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI) atau Pemberian Makanan Tambahan (PMT), peningkatan akses dan mutu
pelayanan gizi melalui tata laksana gizi buruk di Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit,
penanggulangan penyakit menular dan pemberdayaan masyarakat melalui Keluarga Sadar
Gizi (Kadarzi).
Masalah Gizi buruk tidak dapat diselesaikan sendiri oleh sektor kesehatan. Gizi buruk
merupakan dampak dari berbagai macam penyebab, seperti rendahnya tingkat pendidikan,
kemiskinan, ketersediaan pangan, transportasi, adat istiadat (sosial budaya), dan sebagainya.
Oleh karena itu, pemecahannyapun harus secara komprehensip. Perawatan balita gizi buruk
dilaksanakan di Puskesmas Perawatan atau Rumah Sakit setempat dengan Tim Asuhan Gizi
yang terdiri dari dokter, nutrisionis/dietisien dan perawat, melakukan perawatan balita gizi
buruk dengan menerapkan 10 langkah tata laksana anak gizi buruk meliputi fase stabilisas
untuk mencegah / mengatasi hipoglikemia, hipotermi dan dehidrasi, fase transisi, fase
rehabilitasi untuk tumbuh kejar dan tindak lanjut.
Nutrisi berperan penting dalam penyembuhan penyakit. Kesalahan pengaturan diet
dapat memperlambat penyembuhan penyakit. Dengan nutrisi akan memberikan makanan-
makanan tinggi kalori, protein dan cukup vitamin-mineral untuk mencapai status gizi
optimal. Nutrisi gizi buruk diawali dengan pemberian makanan secara teratur, bertahap, porsi
kecil, sering dan mudah diserap. Frekuensi pemberian dapat dimulai setiap 2 jam kemudian
ditingkatkan 3 jam atau 4 jam8 . Penting diperhatikan aneka ragam makanan, pemberian ASI,
makanan, mengandung minyak, santan, lemak dan buah-buahan. Selain itu faktor lingkungan
juga penting dengan mengupayakan pekarangan rumah menjadi taman gizi. Perilaku harus
diubah menjadi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS) dengan memperhatikan makanan
gizi seimbang, minum tablet besi selama hamil, pemberian ASI eksklusif, mengkonsumsi
garam beryodium dan memberi bayi dan balita kapsul vitamin A5 .

PENGATURAN DIET
a. Fase Stabilisasi
Pada fase ini, peningkatan jumlah formula diberikan secara bertahap dengan tujuan
memberikan makanan awal supaya anak dalam kondisi stabil. Formula hendaknya
hipoosmolar rendah laktosa, porsi kecil dan sering. Setiap 100 ml mengandung 75 kal
dan protein 0,9 gram. Diberikan makanan formula 75 (F 75). Resomal dapat diberikan
apabila anak diare/muntah / dehidrasi, 2 jam pertama setiap jam, selanjutnya 10 jam
berikutnya diselang seling dengan F75 .

b. Fase Transisi
Pada fase ini anak mulai stabil dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak (cathup).
Diberikan F100, setiap 100 ml F100 mengandung 100 kal dan protein 2,9 gram.
c. Fase Rehabilitasi
Terapi nutrisi fase ini adalah untuk mengejar pertumbuhan anak. Diberikan setelah
anak sudah bisa makan. Makanan padat diberikan pada fase rehabilitasi berdasarkan
BB< 7 kg diberi MP-ASI dan BB 7 kg diberi makanan balita. Diberikan makanan
formula 135 (F 135) dengan nilai gizi setiap 100 ml F135 mengandung energi 135 kal
dan protein 3,3 gram.

d. Fase tindak lanjut dilakukan di rumah setelah anak dinyatakan sembuh, bila BB/TB
atau BB/PB -2 SD, tidak ada gejala klinis dan memenuhi kriteria selera makan
sudah baik, makanan yang diberikan dapat dihabiskan, ada perbaikan kondisi mental,
anak sudah dapat tersenyum, duduk, merangkak, berdiri atau berjalan sesuai umurnya,
suhu tubuh berkisar antara 36,5 37, 7 oC, tidak muntah atau diare, tidak ada edema,
terdapat kenaikan BB sekitar 50g/kg BB/minggu selama 2 minggu berturutturut8 .
Mineral Mix dapat diberikan sebagai nutrisi gizi buruk yang terbuat dari bahan
yang terdiri dari KCl, tripotasium citrat, MgCl2.6H2O, Zn asetat 2H2O dan
CuSO4.5H2O, bahan ini dijadikan larutan. Mineral mix ini dikembangkan oleh WHO
dan telah diadaptasi menjadi pedoman Tatalaksana Anak Gizi Buruk di Indonesia.
Mineral mix digunakan sebagai bahan tambahan untuk membuat Rehydration
Solution for Malnutrition (ReSoMal) dan Formula WHO.
Tiap kemasan dimaksudkan untuk membuat 20 ml larutan.
PENATALAKSANAAN GIZI BURUK
1) Mencegah dan mengatasi hipoglikemi.
Hipoglikemi jika kadar gula darah < 54 mg/dl atau ditandai suhu tubuh sangat rendah,
kesadaran menurun, lemah, kejang, keluar keringat dingin, pucat. Pengelolaan berikan
segera cairan gula: 50 ml dekstrosa 10% atau gula 1 sendok teh dicampurkan ke air
3,5 sendok makan, penderita diberi makan tiap 2 jam, antibotik, jika penderita tidak
sadar, lewat sonde. Dilakukan evaluasi setelah 30 menit, jika masih dijumpai tanda-
tanda hipoglikemi maka ulang pemberian cairan gula tersebut.
2) Mencegah dan mengatasi hipotermi.
Hipotermi jika suhu tubuh anak < 35oC , aksila 3 menit atau rectal 1 menit.
Pengelolaannya ruang penderita harus hangat, tidak ada lubang angin dan bersih,
sering diberi makan, anak diberi pakaian, tutup kepala, sarung tangan dan kaos kaki,
anak dihangatkan dalam dekapan ibunya (metode kanguru), cepat ganti popok basah,
antibiotik. Dilakukan pengukuran suhu rectal tiap 2 jam sampai suhu > 36,5oC,
pastikan anak memakai pakaian, tutup kepala, kaos kaki.
3) Mencegah dan mengatasi dehidrasi.
Pengelolaannya diberikan cairan Resomal (Rehydration Solution for Malnutrition) 70-
100 ml/kgBB dalam 12 jam atau mulai dengan 5 ml/kgBB setiap 30 menit secara oral
dalam 2 jam pertama. Selanjutnya 5-10 ml/kgBB untuk 4-10 jam berikutnya,
jumlahnya disesuaikan seberapa banyak anak mau, feses yang keluar dan muntah.
Penggantian jumlah Resomal pada jam 4,6,8,10 dengan F75 jika rehidrasi masih
dilanjutkan pada saat itu. Monitoring tanda vital, diuresis, frekuensi berak dan
muntah, pemberian cairan dievaluasi jika RR dan nadi menjadi cepat, tekanan vena
jugularis meningkat, jika anak dengan edem, oedemnya bertambah.
4) Koreksi gangguan elektrolit.
Berikan ekstra Kalium 150-300mg/kgBB/hari, ekstra Mg 0,4- 0,6 mmol/kgBB/hari
dan rehidrasi cairan rendah garam (Resomal)
5) Mencegah dan mengatasi infeksi.
Antibiotik (bila tidak komplikasi : kotrimoksazol 5 hari, bila ada komplikasi
amoksisilin 15 mg/kgBB tiap 8 jam 5 hari. Monitoring komplikasi infeksi
( hipoglikemia atau hipotermi)
6) Mulai pemberian makan.
Segera setelah dirawat, untuk mencegah hipoglikemi, hipotermi dan mencukupi
kebutuhan energi dan protein. Prinsip pemberian makanan fase stabilisasi yaitu porsi
kecil, sering, secara oral atau sonde, energi 100 kkal/kgBB/hari, protein 1-1,5
g/kgBB/hari, cairan 130 ml/kgBB/hari untuk penderita marasmus, marasmik
kwashiorkor atau kwashiorkor dengan edem derajat 1,2, jika derajat 3 berikan cairan
100 ml/kgBB/hari.
7) Koreksi kekurangan zat gizi mikro.
Berikan setiap hari minimal 2 minggu suplemen multivitamin, asam folat (5mg hari 1,
selanjutnya 1 mg), zinc 2 mg/kgBB/hari, cooper 0,3 mg/kgBB/hari, besi 1-3 Fe
elemental/kgBB/hari sesudah 2 minggu perawatan, vitamin A hari 1 (1 tahun 200.000
IU)
8) Memberikan makanan untuk tumbuh kejar.
Satu minggu perawatan fase rehabilitasi, berikan F100 yang mengandung 100 kkal
dan 2,9 g protein/100ml, modifikasi makanan keluarga dengan energi dan protein
sebanding, porsi kecil, sering dan padat gizi, cukup minyak dan protein.
9) Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang.
Mainan digunakan sebagai stimulasi, macamnya tergantung kondisi, umur dan
perkembangan anak sebelumnya. Diharapkan dapat terjadi stimulasi psikologis, baik
mental, motorik dan kognitif.
10) Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah. Setelah BB/PB mencapai -1SD
dikatakan sembuh, tunjukkan kepada orang tua frekuensi dan jumlah makanan,
berikan terapi bermain anak, pastikan pemberian imunisasi boster dan vitamin A tiap
6 bulan10 .

TINDAK LANJUT PEMULIHAN STATUS GIZI


Dilakukan untuk menindaklanjuti balita gizi buruk pasca perawatan, di rumah tangga
dengan sasaran seluruh balita gizi buruk paska perawatan, balita 2T dan atau BGM.
Dilakukan setelah kembali ke rumah. Dilaksanakan oleh orangtua / pengasuh balita
didampingi petugas kesehatan dan kader. Tindak lanjut pemulihan status gizi diberikan
kepada anak BGM dan 2T yang tidak perlu dirawat, anak gizi buruk pasca perawatan dan
yang tidak mau dirawat, dengan ketentuan anak 2T dan atau BGM tanpa perawatan, diberi
MP-ASI/PMT sesuai umur selama 90 hari, bubur diberikan kepada bayi usia 6 11 bulan,
MP-ASI biskuit diberikan kepada anak umur 12 -24 bulan, anak umur 25 -59 bulan diberikan
PMT. Pemberian MP-ASI/PMT bertujuan agar anak tidak jatuh pada kondisi gizi buruk.
Anak gizi buruk pasca perawatan dan yang tidak mau dirawat, anak gizi buruk yang
telah pulang dari Puskesmas Perawatan atau Rumah Sakit, baik yang sembuh maupun pulang
paksa akan mendapat pendampingan dan pemberian makanan formula 100 (F 100) / Formula
modifikasi selama 30 hari, kemudian dilanjutkan dengan PMT/MP-ASI selama 90 hari
Mandala of Health. Volume 4, Nomor 1, Januari 2010 Krisnansari, Nutrisi dan Gizi Buruk 68
Pendampingan pasca perawatan dilakukan untuk meningkatkan status gizi dan
mencegah anak jatuh kembali pada kondisi gizi buruk kepada keluarga dengan balita gizi
buruk pasca perawatan setelah kembali ke rumah oleh pelaksana pendampingan adalah kader
PKK/Posyandu dan atau petugas kesehatan, kepala desa/lurah dan TP-PKK desa/kelurahan10
.

Anda mungkin juga menyukai