Anda di halaman 1dari 7

RENUNGKAN

Suatu hari, dua orang sahabat menghampiri


sebuah lapak
untuk membeli buku dan majalah.
Penjualnya ternyata melayani dengan buruk.
Mukanya pun cemberut.
Orang pertama jelas jengkel menerima layanan
seperti itu.
Yang mengherankan, orang kedua tetap enjoy,
bahkan bersikap sopan kepada penjual itu.
Lantas orang pertama itu bertanya kepada
sahabatnya,
Hei. Kenapa kamu bersikap sopan kepada penjual
yang menyebalkan itu?
Sahabatnya menjawab,
Lho, kenapa aku harus mengizinkan dia
menentukan caraku dalam bertindak?
Kitalah sang penentu atas kehidupan kita, bukan
orang lain.
Tapi dia melayani kita dengan buruk sekali, bantah
orang pertama.
Ia masih merasa jengkel.
Ya, itu masalah dia. Dia mau bad mood, tidak
sopan, melayani dengan buruk,
dan lainnya, toh itu tidak ada kaitannya dengan kita.
Kalau kita sampai terpengaruh, berarti kita
membiarkan dia mengatur dan mempengaruhi hidup
kita.
Padahal kitalah yang bertanggung jawab atas diri
sendiri.
Tindakan kita kerap dipengaruhi oleh tindakan orang
lain kepada kita.
Kalau mereka melakukan hal yang buruk, kita akan
membalasnya
dengan hal yang lebih buruk lagi.
Kalau mereka tidak sopan, kita akan lebih tidak
sopan lagi.
Kalau orang lain pelit terhadap kita, kita yang semula
pemurah tiba-tiba
jadi sedemikian pelit kalau harus berurusan dengan
orang itu.
Coba renungkan.
Mengapa tindakan kita harus dipengaruhi oleh orang
lain?
Mengapa untuk berbuat baik saja, kita harus
menunggu diperlakukan
dengan baik oleh orang lain dulu?
Jaga suasana hati.
Jangan biarkan sikap buruk orang lain kepada kita
menentukan cara kita bertindak!
Pilih untuk tetap berbuat baik, sekalipun menerima
hal yang tidak baik.
Pemenang kehidupan adalah orang yang tetap
sejuk di tempat yang panas,
yang tetap manis di tempat yang sangat pahit, yang
tetap merasa kecil
meskipun telah menjadi besar...
JANGAN HAKIMI ORANG LAIN DARI
PENAMPILAN

Dalam suatu kereta ekonomi non-AC yg lumayan


panas, Seorang eksekutif muda, dengan jas elegan
berdiri di disana. Sesak2an dengan penumpang lain.

Sesaat kemudian, ia membuka tablet Androidnya. Lebih


besar tentu dibanding smartphone umumnya.

Ia memang sedang ada chat penting dengan para


donatur. Chat tentang dana untuk membantu para
korban kebanjiran.

Semua penumpang menoleh padanya atau meliriknya.


Apa batin mereka?

Seorang nenek2 membatin, 'Orang muda sekarang, kaya


sedikit langsung pamer. Naik Ekonomi, pamer2an.'

Seorang emak2 membatin, 'Mudah2an suami saya ga


senorak dia. Norak di kelas Ekonomi bukan hal terpuji.'

Seorang gadis ABG membatin, 'Keren sih keren, tapi ga


banget deh sama gayanya. Kenapa ga naik AC kalau
mau pamer begituan?'

Seorang pengusaha membatin, 'Sepertinya dia baru


kenal 'kaya'. Atau dapat warisan. andai dia merasakan
jerih pahit kehidupan; barang tentu tidak akan pamer
barang itu di kelas Ekonomi. Kenapa ga naik AC sih?'
Seorang pemuka agama melirik, 'Andai dia belajar ilmu
agama, tentu tidak sesombong itu, pamer!'

Seorang pelajar SMA membatin, 'Gue tau lo kaya. Tapi


plis deh, lo ga perlu pamer gitu kalle' ke gua. Gua tuh ga
butuh style elo. Kalo lo emang pengen diakuin, lo bisa
out dari sini, terus naik kereta AC.. ill feel gue.'

Seorang tunawisma membatin, 'Orang ini terlalu


sombong, ingin pamer di depan rakyat kecil.'

Si eksekutif menyimpan kembali tabletnya di tas. Ia


membatin, Alhamdulillah, akhirnya para donatur bersedia
membantu. Alhamdulillah, ini kabar baik sekali. Lalu, ia
sempatkan melihat kantong bajunya. Ada secarik tiket
kereta ekonomi.

Ia membatin 'Tadi sempat tukar karcis dengan seorang


nenek tua yang mau naik kereta sesak ini. Tidak tega
saya. Biarlah dia yang naik kereta AC itu. Mudah-
mudahan manfaat.:

Sahabat..
Begitu berbahaya nya penghakiman. Sebuah kebaikan,
tindakan kasih, bisa berubah total menjadi kejahatan
hanya karna persepsi kita.

Jaga persepsi kita, semua tak perlu kita nilai seperti


penampakannya

Selalu khusnudhon billah ...


PANASSS!!! PANAAAASS!!!

Suara teriakan itu muncul dari ruangan sebelah di UGD


RS Sarjito Jogja. Ruang-ruang yang hanya disekat
gorden untuk penanganan pasien darurat. Waktu itu
saya sedang menengok salah satu karyawan saya,
teriakan itu persis di depan kamarnya..

Gorden di kamar depan tersingkap.. Seorang perawat


masuk kedalam, gorden tidak tertutup sempurna.
Ada lelaki dengan mata terpejam, menggerakan
kepalanya ke kanan kiri. Tanpa baju hanya ditutup
selimut dari perut kebawah. Badannya menghitam,
penuh tato di dada dan lengannya. Tato yang tidak ada
unsur seninya, seperti tato sembarangan yang dibuat
asal gambar buat nakutin orang. Wajahnya memerah
hingga lehernya, seperti orang yang biasa nenggak
alkohol. Kabel-kabel dipasang di tangan dan dadanya.
Memonitor jantung, menyuntikkan infus..
Matanya masih terpejam..
Bibirnya bergetar..
Tiba-tiba dia berteriak lagi mengagetkan seisi ruangan..
"DOKTERRR!!! PANASSSS!!! PANAAAASSSS!!..."
hanya kata-kata itu terus yang diucapkan berulang-
ulang...

Memang kita tidak boleh menilai orang dari luarnya saja,


namun siapapun yang melihat kondisinya saat itu pasti
berfikir dia bukan "orang baik-baik", lebih mirip dengan
perawakan para begundal yang muncul di acara-acara
TV patroli, para penjahat yang ditangkapi pak polisi..

Tidak harus jadi begundal yang punya tampang serem,


item, dan tatoan, yang menghalalkan segala cara untuk
mendapatkan uang.. Jangan-jangan kita pun pernah jadi
begundal yang berpenampilan baik-baik. Nyari uang
sudah tidak peduli halal dan haram, nilep itu biasa, nipu
teman juga merasa tak berdosa, memalsukan
tandatangan, sogok sini sana, korupsi diam-diam
mengambil uang usaha tempat kerja, aaaah semua
biasa saja, yang penting dapat tambahan uang untuk
mengisi pulsa, atau membeli sesuatu biar kelihatan lebih
gaya..

Dan kita lupa, di atas kepala kita ada 'CCTV' nya Allah
yang online 24 jam terus memantau gerak gerik kita, ada
dua malaikat yang mencatat semua yang kita lakukan,
mengisi buku-buku kebaikan dan keburukan yang kelak
PASTI kita pertanggungjawabkan di hari pengadilan..

Saudara saya Mas Narno ini memang unik, ketika saya


main ke rumahnya di sebuah dusun di Jogja, ada dua
kuburan di halaman rumahnya.
"Kuburan sopo iki mas?" Tanya saya
"Kuburanku dan ibuku.." Jawabnya
Saya langsung mendelik!! Whoootttt!
Saya dekati kuburan itu, di nisan nya tertulis nama: Nyai
Cokro Jirah dan Sunarno.
Gendeng! Hehe.. Mantan pegawai di Rektorat UGM ini
memang sejak dulu nyleneh..

"Dengan adanya kuburan buatan ini, tiap aku pulang ke


rumah jadi selalu ingat mati.. Sehebat apapun yang aku
miliki, sebanyak apapun yang aku kejar, semua akan
kelak akan berakhir seperti ini.." Katanya sambil duduk di
bagian pinggir kuburan itu.

Rumahnya sebelah persis di samping masjid, keluar dari


halaman rumahnya langsung halaman masjid, tiap adzan
berkumandang langsung merapat badan..

Yuk kita ambil kaca lagi, bagaimana dengan manusia di


dalam kaca itu, apakah masih sibuk dengan dunia
menghalalkan segala cara, haram tetap disikat, riba
tetap diembat,
atau manusia itu telah sibuk mengejar akhiratnya?

Banyak orang yang habis-habisan berjuang untuk bisa


HIDUP ENAK, namun banyak juga yang lupa berjuang
untuk bisa MATI ENAK

Anda mungkin juga menyukai