Anda di halaman 1dari 14

Obesitas adalah deposisi lemak yang berlebih di dalam jaringan lemak sebagai akibat dari

makan yang banyak melebihi keperluan pemakaian energi.

Tiap 9,3 kalori energi berlebih masuk ke dalam badan menimbulkan 1 gram lemak yang
disimpan. Berat badan pada obesitas 38% lebih berat dari normal, jika 45% dinamakan berat
obesitas yang berlebih. Sebagai penyebabnya : pemakaian yang tidak efektif pada mobilisasi
lemak dari depo lemak oleh lipase jaringan, sedangkan sintesis dan penyimpanan lemak
berjalan normal.

Penentuan obesitas

Pada bayi normal baru lahir jaringan lemak kurang lebih 10% dari seluruh jaringan

tubuh.

Pada anak laki-laki nonobes jaringan lemak kira-kira antara 10-15% dari seluruh

jaringan tubuh. Pada anak perempuan normal, jaringan lemak kira-kira 15-20% dari
jaringan tubuh.

Penentuan obes yang sangat mudah adalah rasio berat/tinggi, berat dalam kilogram

dibagi dengan tinggi dalam meter kwadrat dan ini yang dinamakan indeks massa
tubuh (Body Mass Index = BMI).

Faktor etiologi obesitas

1. Faktor genetik

Obesitas pada manusia biasanya keturunan, tetapi memisahkan penyebab genetik dengan
lingkungan adalah sukar, kemungkinan:

a) menempatkan senter makan di atas senter makan normal.

b) Herediter abnormal pada faktor psikik

c) Faktor genetik pada pemakaian energi dan penyimpanan energi

Telah diobservasi bahwa pemakaian energi bayi lahir dari ibu obes kurang

dibanding dengan bayi lahir dari ibu nonobes.

Ada penyakit Impaired Glucose Tolerance (IGT) dengan pemeriksaan biologi

molekular (b cell dysfunction) menunjukkan ada kelainan genetik dan dengan gejala
obesitas.
2. Faktor Endokrin

Hipotiroidei menjadi obes, kemungkinan karena hilangnya aktivitas katabolisme, juga


karena kerja tiroksin untuk lipolisis, dapat dilihat pada miksudem.

Resisten insulin pada diabetes tipe II sering merupakan akibat obesitas, menurunnya

reseptor insulin terutama di otot skelet, hati dan jaringan lemak.

Fenomena ini diikuti dengan menurunnya kemampuan insulin untuk tranpor

glukose, oksidasi glukose, dan lipogenesis oleh sel adipos.

Sensitivitasa penghambatan lipolisis dalam sel lemak individu obes naik.

3. Faktor sarafi (nerogenik)

Kerusakan ventromedial hipotaklamus pada hewan coba akan menunjukkan hiperinsulinisme,


hiperfagi, dan jadi obes

Pada manusia kerusakan fungsional atau struktural seperti tadi jarang ada, termasuk tumor,
trauma dan inflamasi, sampai dengan memberikan obesitas.

4. Faktor spikologik

Banyak makan dengan gerakan sedikit berakibat obesitas, dapat terjadi karena lingkungan
atau budaya.

Juga emosi, stres akibat kematian salah seorang yang dicintainya, atau gagal sekolah.

Kesenangan makan malam hari, ada hubungannya dengan stres psikologik

Makan yang selalu disediakan sebagai menghilangkan rasa bosan, sendiri, atau

cemas. Makan dapat meredakan rasa tidak nyaman akibat marah atau depresi.

Obesitas, keadaan kelebihan penyimpanan trigliserid mengakibatkan suatu efek

penting pada proses metabolisme di jaringan adipos

Sebagai konsekwensi metabolik dan patologik obesitas, terjadi kenaikan

penyimpanan trigliserid yang berkelanjutan dan berat badan menjadi berlebihan.


Metabolisme Jaringan Adipos

Penimbunan asam lemak yang cukup besar dalam jaringan adipos, adalah berasal

dari trigliserid kaya akan lipoprotein dalam sirkulasi darah

Trigliserid bersama very low density lipoprotein (VLDL) dan kilomikron

dihidrolise oleh lipoprotein lipase (LPL) yang terdapat dalam endotel kapiler dan
yang menghasilkan asam lemak dan sebagian besar ditransportasikan ke dalam sel
lemak untuk disimpan.

Saraf otonom aferen ke jaringan adipos yang juga sebagai mediator mobilisasi asam

lemak, sebagai lintasan penting yang menunjukkan bahwa susunan saraf pusat
mempunyai pengaruh atas mobilisasi asam lemak

Sebagai akibat menaikkan cAMP yang mengaktifkan protein kinase untuk

fosforilasi trigliserid inaktif menjadi bentuk aktif.

Fosforilasi tersebut adalah reversibel dengan melalui enzim fosfatase, menyebabkan

pengawasan proses lipolitik terus menerus selalu terjadi.

Penghambatan fosfodiesterase oleh kafein dan teofilin menaikkan potensi hormon

untuk merangsang lipolitis

Tiroksin dan kortisol mempunyai efek lipolisis. Rangsangan hormonal dan sarafi

dilawan oleh insulin.

Dengan demikian jika glukose darah dan kadar trigliserid naik setelah makan,

insulin merangsang penyimpanan lemak dan menghambat lipolisis, sedangkan pada


puasa dan olah raga merangsang lipolisis tanpa dilawan oleh insulin.

Proliferasi sel lemak

Dalam beberapa bulan umur bayi, sel lemak menaikkan kapasitas penyimpanan

lemak dengan cara hipertrofi.


Pada anak-anak tidak gemuk, besar sel lemak menurun setelah umur satu tahun, dan

akan tetap hipertrofi pada anak-anak yang obes.

Kebanyakan obes pada dewasa karena adanya pertambahan jumlah sel lemak,

sedangkan pada obes yang tidak berat, karena hipertrofi sel lemak.

Sebagai akibat hipertrofi sel adipos adalah resistensi terahdap insulin dan penurunan

jumlah reseptor insulin di sel adipos.

Akibat yang sangat parah pada kejadian ini adalah biasanya akan berkorelasi positif

dengan derajat hipertrofi sel.

Penderita dengan hipertrofi sel lemak menjurus ke arah mudah ketosis sewaktu

puasa.

http://basicmedical.blogspot.com/2009/04/patofisiologi-obesitas.html

Lagi-lagi bukan barang baru namun tetap menjadi salah satu masalah kesehatan utama
sebagai dampak gaya hidup modern. Obesitas sering dikacaukan dengan kelebihan berat
badan (overweight) padahal keduanya tidak sama. Kelebihan bisa saja disebabkan oleh massa
otot atau air sehingga belum tentu ia obesitas. Obesitas adalah suatu keadaan patologis (tidak
seharusnya) yang ditandai dengan penimbunan lemak berlebihan di dalam tubuh. Obesitas
juga jangan dikacaukan dengan dislipidemia, yaitu keadaan abnormal lemak dalam darah
seperti hiperkolesterolemia, yang akan dibahas di kesempatan lain.

Jumlah Lemak
Umumnya jumlah lemak tubuh pada wanita lebih besar dari pada pria. Sejak bayi hal ini
sudah nampak. Penambahan lemak tubuh pada pria dan wanita sampai usia 8 tahun kurang
lebih sama. Kemudian sejak akhil balik (13 tahun), pertumbuhan lemak pria akan melambat
dibanding wanita. Pertumbuhan lemak tubuh pada wanita terutama tampak pada bagian dada,
pinggul, bokong dan anggota gerak bagian atas.

Umur (tahun) Pria Wanita


20-12%27%
30-18%29%
40-22%32%
50-24%34%

Pertumbuhan lemak terjadi melalui 2 macam proses: hiperplasi (bertambah jumlah) dan
hipertropi (bertambah ukuran). Pada orang dewasa, pertumbuhan jariangan lemak terjadi
secara hipertropi. Pada anak-anak terjadi secara hipertropi 50% dan hiperplasi yang dapat
sampai menjadi 3 kali lebih banyak padaorang normal. Karena hal inilah menurunkan berat
badan pada orang dewasa yang telah menderita obesitas sejak anak-anak menjadi sangat sulit.

Pengukuran Lemak
Secara sederhana, orang biasanya mengukur berat badan sebagai patokan, yaitu melalui 2
cara:

1.Body Mass Index (BMI) yaitu membandingkan berat badan (dalam kilogram) dengan
kuardrat dari tinggi badan (dalam meter).
Hasilnya adalah:
Under weight : <17,5
Normal : 17,5-25
Overweight : 25-30
Obesity : >30

2.Indeks BROCA, di Indonesia untuk menentukan berat badan ideal dapat dipakai cara ini,
yaitu:
- jika tinggi badan <160 cm untuk pria dan <150 cm untuk wanita; maka:
Berat badan ideal (Kg) = tinggi badan (cm) 100

- jika tinggi badan >160 cm untuk pria dan >150 cm bagi wanita, maka:
Berat badan ideal (Kg) = {tinggi badan (cm) 100} 10%
Seseorang dikatakan obesitas apabila berat badannya melebihi 20% dari berat badan ideal.
Namun pada prakteknya, beberapa ahli kurang sependapat dengan cara pengukuran
antropometrik ini. Misalnya saja seorang atlet terlatih, maka ia bisa-bisa terhitung obesitas,
padahal bukan lemaknya yang menyebabkan berat badannya yang tinggi, tapi massa ototnya.
Oleh karena itu, beberapa ahli menganjurkan cara pengukuran lain, yaitu:

3.Tebal lemak subkutan lipatan kulit dengan menggunakan Skin Fold Caliper pada
beberapa tempat, antara lain:
- triceps: dik=ukur lipatan kulit yang menggantung bebas anatara bahu dan siku. Dinyatakan
obesitas bila tebal lemak subkutan > 20 mm pada pria dan > 30 mm pada wanita.

- biceps, skapula, supra iliaka dan subkostal. Bila melebihi 1 standar deviasi setelah
dibandingkan dengan standar yang ada, dapat dinyatakan obesitas
Pengukuran dikeempat bagian tubuh ini lebih dianjurkan ketimbang berat badan karena tidak
dipengaruhi tinggi badan, sehingga dapat memberi nilai untuk tiap umur dan jenis kelamin.

Bedasarkan distribusi lemak tubuh, obesitas dibagi menjadi 2 kelompok:


1.Tipe Android
Lemak tertimbun terutama pada bagian atas pusar: perut, dada, punggung muka.Disebut juga
bentuk apel. Rasio lingkar perut/linggkar panggul >0,9. Biasanya lebih banyak pada pria dan
lebih berhubungan dengan berbagai macam komplikasi penyakit seperti diabetes, jantung
koroner, darah tinggi dan lain-lain.

2.Tipe Genoid
Timbunan lemak terutama pada bawah pusar: pinggul, paha, bokong. Disebut juga bentuk
pear. Rasio lingkar perut/lingkar panggul <0,8 dan lebih banyak pada wanita serta lebih
jarang berhubungan dengan berbagai penyakit komplikasi.

Penyebab
Sudah pasti karena kebanyakan makan dibanding aktivitasnya. Tetapi kadang-kadang ada
orang yang makannya sudah sedikit, tetapi tetap obesitas. Ada faktor-faktor lain yang
mempengaruhi keseimbangan gizi sehingga mempermudah timbuann lemak.
1.Faktor eksogen:
- makan-minum berlebihan
- aktivitas fisik yang kurang
2.Faktor endogen:
- genetik/herediter (keturunan)
- metabolik
- endokrin (hormonal)
- kejiwaan

Makan berlebihan. Trend yang ada sekarang adalah banyak makanan tinggi lemak dan gula.
Banyak orang yang makannya 2 kali sehari lebih gemuk dianding yang makan 3 kali sehari.
Hal ini menunjukan bahwa sering makan dalam jumlah sedikit lebih baik daripada jarang
makan tapi dalam porsi besar. Pada anak penyebab yang paling sering adalah:
- makanan tambahan diberikan terlalu dini
- pemberian pengganti ASI terlalu berlebihan
- makanan tinggi lemak tinggi gula yang berlebihan.

Suka ngemil merupakan biang kerok obesitas yang terutama baik pada dewasa maupun pada
anak-anak.Frekuensi ngemil paling tinggi adalah pada sore-malam hari, yaitu saat santai
menonton TV. Pasalnya ngemil tidak menimbulkan rasa kenyang. Tahu0tahu jumlah kalori
yang masuk sudah terlampau banyak sebelum akhirnya kita memutuskan untuk berhenti atau
cemilan sudah terlanjur habis.

Aktivitas fisik yang kurang. Di zaman serba praktis dan mudah ini, orang cenderung lebih
malas bergerak. Apalagi dengan hadirnya remote TV, supir pribadi, lift, eskalator dan
kemudahan-kemudahan lainnya menyebabkan pengeluaran energi berkurang sedangkan
pemasukannya tetap atau malah berlebih.

Faktor-faktor lainnya antara lain keturunan, kejiwaan. Pada remaja, gangguan emosi
merupakan salah satu penyebab terpenting obesitas. Selain itu kondsi hormonal seperti pada
penyakit Cushing dimana hormon adrenalin terlampau tinggi, maka akan terjadi obeitas. Juga
demikian dengan hipofungsi kelenjar gondok serta diabetes melitus. Dari faktor
sosioekonomi, ternyata dari suatu survei di Amerika, pria golongan ekeonomi rendah jarang
gemuk, sebaliknya wanita dari golongan ekonomi rendah banak yang gemuk (34%)
sedangkan wanita dari golongan ekonomi tinggi jarang yang gemuk (4%).

Kelainan yang Ditimbulkan Obesitas

1. Diabetes Melitus
Sebenarnya DM bisa menjadi penyebab ataupun akibat. Sebagai penyebab, obesitas
menyebabkan sel beta pankreas penghasil insulin hipertropi yang pada gilirannya akan
kelelahan dan jebol sehingga insulin menjadi kurang prodeksinya dan terjadilah DM.
Sebagai akibat biasanya akibat penggunaan insulin sebagai terapi DM berlebihan
menyebabkan penimbunan lemak subkutan yang berlebihan pula.

2. Hipertensi
Framingham bedasarkan penelitiannya mengatakan bahwa pada orang-orang dengan berat
badan >20% berat badan normal ditemukan 10 kali lebih sering menderita hipertensi.
Hipertensi akibat obesitas lebih nyata pada tekanan sistolik dibanding diastolik dan lebih
nyata terlihat pada wanita. Bedasarkan penelitian, penurunan 1 Kg berat badan akan
menurunkan 2,5 mmHg tekanan sistolik dan 1,5 mmHg tekanan diastolik

3. Batu empedu, Penjyakit jantung koroner, dislipidemia (peningkatan kadar kolesterol,


trigliserid), gangguan haid, kemandulan gangguan sosial dan kejiwaan dan bahkan angka
kematian padaorang yang obesitas lebih besar dari pada orang dengan berat badan normal.

Pengobatan
Prinsipnya energi yang masuk harus lebih kecil dibanding yang keluar. Untuk itu dilakukan
beberapa strategi:
1. Reedukasi dan pengobatan gizi
2. Psikoterapi (terapi kejiwaan), modifikasi prilaku, terapi kelompok
3. Terapi obat-obatan
4. Lain-lainm: akupunktur, operasi, sedoot lemak (liposuction)

Pada kesempatan ini akan ditekankan pada reedukasi gizi .


Reedukasi gizi. Pasien diberi pengetahuan dan bimbingan mengenai gizi dan perilaku makan
yang sehat. Antara lain misalnya dengan mencatat makanan apa saja yang dimakan serta
jumlahnya setiap hari serta perasaan-perasaan yang timbul sebelum dan sesudah makan.
Kemudian aktivitas makan jangan dibarengi dengan aktivitas-aktivitas lain seperti
mengobrol, menonton TV, karena hal ini sangat bahaya lantaran akan membuat kita lupa
sudah berapa suapan yang masuk ke dalam mulut kita. Lalu juga dibiasakan mengunyah
dengan lambat dan sampai lumat baru ditelan, jadi makan jangan cepat-cepat.

Terapi Gizi. Diet yang dijalankan akan memakan waktu lama sehingga membutuhkan
komitmen dan displin pasien. Srlain itu, diet sehari-hari harius tetap bernilai gizi cukup
kecuali dalam hal kalori.
Macam-macam diet antara lain: diet tanpa kalori, diet setengah puasa, diet rendah kalori
tinggi protein dan diet rendah kalori ketogenik. Selanjutnya hanya akan dibicarakan dua jenis
terakhir saja.

Diet Rendah kalori Tinggi Protein. Dikenal juga dengan sebutan Tiger Diet atau Airforce
Diet. Protein tinggi dimaksudkan untuk mencegah ketidak seimbangan nitrogen dalam
tubuh. Jika jumlah protein rendah dalam diet, maka protein dalam tubuh akan dipecah untuk
memenuhi kebutuhan aktivitas tubuh, hal ini menyebabkan ketidak seimbangan nitrogen dan
merugikan tubuh. Selain itu untuk mencerna protein memang dibutuhkan kalori juga yang
lebih tinggi dibanding mencerna karbohidrat ataupun lemak, sehingga dengan demikian
kalori yang terbakar juga akan lebih tinggi tanpa mengganggu protein tubuh.

Diet rendah kalori ketogenik. Prinsipnya adalah makanan yang masuk harus dapat membakar
lemak dalam tubuh. Sehingga dalam diet ini jumlah lemak tinggi, karbohidrat rendah dan
protein 1 gram/kg berat badan/hari. Idenya adalah dengan karbohidrat yang rendah maka
lemak dalam tubuh akan dimobilisasi dan dipakai tubuh. Kemudian hasil dari pemecahan
lemak menjadia sama lemak bebas juga akan memacu bertambahnya jumlah keton bodies
dalam darah yang akan merangsang pusat kenyang diotak sehingga menimbulkan rasa
kenyang. Namun kejelekan program diet ini adalah dapat menimbulkan hiperkolesterolemia,
hipertrigliseridemia dan menaikan kadar asam urat dalam darah.
http://zicoe.com/2010/04/18/obesitas-demi-tuhan-hindarilah/

Seluk Beluk Obesitas

Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang
berlebihan. Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi,
sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya.
Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan
yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan
18-23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh
lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas. Seseorang yang memiliki berat badan 20%
lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal dianggap mengalami
obesitas.
Perhatian tidak hanya ditujukan kepada jumlah lemak yang ditimbun, tetapi juga kepada
lokasi penimbunan lemak tubuh. Pola penyebaran lemak tubuh pada pria dan wanita
cenderung berbeda. Wanita cenderung menimbun lemaknya di pinggul dan bokong, sehingga
memberikan gambaran seperti buah pir. Sedangkan pada pria biasanya lemak menimbun di
sekitar perut, sehingga memberikan gambaran seperti buah apel. Tetapi hal tersebut bukan
merupakan sesuatu yang mutlak, kadang pada beberapa pria tampak seperti buah pir dan
beberapa wanita tampak seperti buah apel, terutama setelah masa menopause.
Seseorang yang lemaknya banyak tertimbun di perut mungkin akan lebih mudah mengalami
berbagai masalah kesehatan yang berhubungan dengan obesitas. Mereka memiliki resiko
yang lebih tinggi. Gambaran buah pir lebih baik dibandingkan dengan gambaran buah apel.

Untuk membedakan kedua gambaran tersebut, telah ditemukan suatu cara untuk menentukan
apakah seseorang berbentuk seperti buah apel atau seperti buah pir, yaitu dengan menghitung
rasio pinggang dengan pinggul. Pinggang diukur pada titik yang tersempit, sedangkan
pinggul diukur pada titik yang terlebar; lalu ukuran pinggang dibagi dengan ukuran pinggul.
Seorang wanita dengan ukuran pinggang 87,5 cm dan ukuran pinggul 115 cm, memiliki rasio
pinggang-pinggul sebesar 0,76. Wanita dengan rasio pinggang:pinggul lebih dari 0,8 atau pria
dengan rasio pinggang:pinggul lebih dari 1, dikatakan berbentuk apel.

Penyebab Obesitas

Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan
oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini
masih belum jelas.
Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor :
1. Faktor genetik. Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki
penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga
makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas.
Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan
pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.
2. Faktor lingkungan. Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus
obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup
berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang
dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya).
Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat
mengubah pola makan dan aktivitasnya.
3. Faktor psikis. Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi
kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya
dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang
negatif. Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda
yang menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan
tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial.
Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu makan dalam
jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari).
Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan kekecewaan. Binge mirip dengan
bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah sangat banyak, bedanya pada binge
hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai
akibatnya kalori yang dikonsumsi sangat banyak. Pada sindroma makan pada malam hari,
adalah berkurangnya nafsu makan di pagi hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan,
agitasi dan insomnia pada malam hari.

4. Faktor kesehatan.

Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:

1. Hipotiroidisme

2. Sindroma Cushing

3. Sindroma Prader-Willi

4. Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.

5. Faktor obat-obatan.
Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa menyebabkan
penambahan berat badan.

6. Faktor perkembangan.

Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya
jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk
pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan
dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi,
karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah
lemak di dalam setiap sel.

7. Aktivitas fisik.

Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari
meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Orang-orang
yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi
makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami
obesitas.

Gejala obesitas

Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa
menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun
penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat
tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu),
sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.

Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah
dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga
kadang sering ditemukan kelainan kulit.

Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit
dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara
efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema
(pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.

Komplikasi

Obesitas bukan hanya tidak enak dipandang mata tetapi merupakan dilema kesehatan yang
mengerikan. Obesitas secara langsung berbahaya bagi kesehatan seseorang. Obesitas
meningkatkan resiko terjadinya sejumlah penyakit menahun seperti:

1. Diabetes tipe 2 (timbul pada masa dewasa)

2. Tekanan darah tinggi (hipertensi)


3. Stroke
4. Serangan jantung (infark miokardium)
5. Gagal jantung
6. Kanker (jenis kanker tertentu, misalnya kanker prostat dan kanker usus
besar)
7. Batu kandung empedu dan batu kandung kemih
8. Gout dan artritis gout
9. Osteoartritis
10. Tidur apneu (kegagalan untuk bernafas secara normal ketika sedang tidur,
menyebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam darah)
11. Sindroma Pickwickian (obesitas disertai wajah kemerahan, underventilasi
dan ngantuk).
Diagnosa

Mengukur lemak tubuh


Tidak mudah untuk mengukur lemak tubuh seseorang. Cara-cara berikut memerlukan
peralatan khusus dan dilakukan oleh tenaga terlatih:

Underwater weight, pengukuran berat badan dilakukan di dalam air dan


kemudian lemak tubuh dihitung berdasarkan jumlah air yang tersisa.

BOD POD merupakan ruang berbentuk telur yang telah dikomputerisasi.


Setelah seseorang memasuki BOD POD, jumlah udara yang tersisa digunakan
untuk mengukur lemak tubuh.

DEXA (dual energy X-ray absorptiometry), menyerupai skening tulang. Sinar


X digunakan untuk menentukan jumlah dan lokasi dari lemak tubuh.

Dua cara berikut lebih sederhana dan tidak rumit:

1. Jangka kulit, ketebalan lipatan kulit di beberapa bagian tubuh diukur dengan jangka
(suatu alat terbuat dari logam yang menyerupai forseps).

2. Bioelectric impedance analysis (analisa tahanan bioelektrik), penderita berdiri


diatas skala khusus dan sejumlah arus listrik yang tidak berbahaya dialirkan ke
seluruh tubuh lalu dianalisa. Pemeriksaan tersebut bisa memberikan hasil yang
tidak tepat jika tidak dilakukan oleh tenaga ahli.
Tabel berat badan-tinggi badan
Tabel ini telah digunakan sejak lama untuk menentukan apakah seseorang mengalami
kelebihan berat badan. Tabel biasanya memiliki suatu kisaran berat badan untuk tinggi badan
tertentu. Permasalahan yang timbul adalah bahwa kita tidak tahu mana tabel yang terbaik
yang harus digunakan.
Banyak tabel yang bisa digunakan, dengan berbagai kisaran berat badan yang berbeda.
Beberapa tabel menyertakan ukuran kerangka, umur dan jenis kelamin, tabel yang lainnya
tidak. Kekurangan dari tabel ini adalah tabel tidak membedakan antara kelebihan lemak dan
kelebihan otot. Dilihat dari tabel, seseorang yang sangat berotot bisa tampak gemuk, padahal
sesungguhnya tidak.

Body Mass Index (BMI) :

BMI merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan (membandingkan) berat badan


dengan tinggi badan. BMI merupakan rumus matematika dimana berat badan (dalam
kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam meter) pangkat dua. Seseorang dikatakan
mengalami obesitas jika memiliki nilai BMI sebesar 30 atau lebih.

Penanganan

Pembatasan asupan kalori dan peningkatan aktivitas fisik merupakan komponen yang paling
penting dalam pengaturan berat badan. Kedua komponen ini juga penting dalam
mempertahankan berat badan setelah terjadi penurunan berat badan. Harus dilakukan
perubahan dalam pola aktivitas fisik dan mulai menjalani kebiasaan makan yang sehat.

Langkah awal dalam mengobati obesitas adalah menaksir lemak tubuh penderita dan resiko
kesehatannya dengan cara menghitung BMI. Resiko kesehatan yang berhubungan dengan
obesitas akan meningkat sejalan dengan meningkatnya angka BMI :
1. Resiko rendah : BMI < 27
2. Resiko menengah : BMI 27-30
3. Resiko tinggi : BMI 30-35
4. Resiko sangat tinggi : BMI 35-40
5. Resiko sangat sangat tinggi : BMI 40 atau lebih.
Jenis dan beratnya latihan, serta jumlah pembatasan kalori pada setiap penderita berbeda-
beda dan obat yang diberikan disesuaikan dengan keadaan penderita.
1. Penderita dengan resiko kesehatan rendah, menjalani diet sedang (1200-1500 kalori/hari
untuk wanita, 1400-2000 kalori/hari untuk pria) disertai dengan olah raga.

2. Penderita dengan resiko kesehatan menengah, menjalani diet rendah kalori (800-1200
kalori/hari untuk wanita, 1000-1400 kalori/hari untuk pria) disertai olah raga.

3. Penderita dengan resiko kesehatan tinggi atau sangat tinggi, mendapatkan obat anti-
obesitas disertai diet rendah kalori dan olah raga.

Memilih program penurunan berat badan yang aman dan berhasil. Unsur-unsur yang harus
dipertimbangkan dalam memilih suatu program penurunan berat badan :

1. Diet harus aman dan memenuhi semua kebutuhan harian yang dianjurkan
(vitamin, mineral dan protein). Diet untuk menurunkan berat badan harus
rendah kalori.
2. Program penurunan berat badan harus diarahkan kepada penurunan berat
badan secara perlahan dan stabil.
3. Sebelum sebuah program penurunan berat badan dimulai, dilakukan
pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh.
4. Program yang diikuti harus meliputi pemeliharaan berat badan setelah
penurunan berat badan tercapai. Pemeliharaan berat badan merupakan
bagian tersulit dari pengendalian berat badan. Program yang dipilih harus
meliputi perubahan kebiasaan makan dan aktivitas fisik yang permanen,
untuk merubah gaya hidup yang pada masa lalu menyokong terjadinya
penambahan berat badan. Program ini harus menyelenggarakan perubahan
perilaku, termasuk pendidikan dalam kebiasaan makan yang sehat dan
rencana jangka panjang untuk mengatasi masalah berat badan.

http://www.dr-rocky.com/layout-artikel-kesehatan/30-seluk-beluk-obesitas

Anda mungkin juga menyukai