Anda di halaman 1dari 7

STANDAR TERAPI MDR TB

Dwita Dyah A

Terapi Standar MDR TB adalah Pyrazinamid-Kanamycin-Levofloxacine-


Etionamid-Cycloserin-PAS. Sebelum pasien MDR TB memulai terapi maka
wajib ditanyakan :

1. Apakah pasien hamil ?


2. Apakah pasien jaundice atau diketahui menderita gangguan liver ?
3. Apakah ada penyakit kronis lainnya seperti Diabetes Mellitus,
gangguan jantung atau ginjal dan lainnya?
4. Apakah pasien merupakan pasien yang kontak dengan MDR TB ?
5. Apakah pasien pernah mengambil obat TB lini kedua?

Bila ada 1 ya pada pertanyaan diatas maka pasien membutuhkan


regimen MDR TB (katagori 4 individual)- konsultasikan atau rujuk
kepada spesialis MDR TB

Phase Terapi :

Durasi Karakteristik
Fase Inisial Sekurangnya 6 bulan dan - Monitor ketat efek
hingga apusan sputum samping
dan kultur secara kontinu - Sekurangnya 5 jenis
negatif obat
- Termasuk injeksi
Fase Lanjutan 12-18 bulan - Lebih sedikit efek
samping
- Biasanya hanya obat
oral

DURASI INJEKSI

- Keputusan menghentikan obat injeksi berdasarkan status klinis


pasien, data bakteriologikal (apusan dan kultur), X-Ray dada dan
hasil DST
- Pada pasien yang terinfeksi dengan strain resisten tinggi, klinisi
mungkin memilih untuk melanjutkan injeksi selama keseluruhan
terapi. Pada kasus ini, klinisi mungkin menurunkan frekuensi
menjadi 3 kali seminggu

Prinsip Umum Terapi :


1. Memiliki sekurangnya 5 jenis obat
2. Memasukkan satu dari obat lini pertama dimana strain masih rentan
3. Memasukkan injeksi untuk periode jangka panjang
4. Memasukkan quinolone
5. Pertimbangkan data resistensi obat (individual atau wilayah) dan
riwayat pengobatan pasien ketika mendesign regimen
Semua pasien yang mendapat cycloserine atau terizidone harus
menerima pyridoxine. Dosis yang direkomendasikan adalah 50 mg
setiap 250 mg Cycloserine.

Pada semua quimnolone, dosis harian yang diberikan adalah sekali


sehari

Untuk etionamide, Cycloserine dan PAS, dosis harian bisa dibagi


menjadi pagi dan malam agar tercapai toleransi yang baik.

Beberapa Kondisi Khusus yang Mungkin Muncul :


1. MDR TB pada kehamilan
- Kehamilan bukan kontraindikasi terapi MDR TB
- Diskusikan risiko dan manfaat dengan ibu
- Mulai terapi resisten obat pada trisemester 2 atau secepatnya bila
kondisi pasien sangat buruk. Kebanyakan mayoritas teratogenik
efek muncul pada trisemester pertama, terapi dapat ditunda hingga
trisemester kedua
- Hindari obat injeksi. Untuk semua bagian, aminoglikosida tidak
digunakan sebagai regimen pada pasien dengan kehamilan dan
dapat meningkatkan toksik khusus pada perkembangan
pendengaran janin. Capreomycin mungkin juga memiliki risiko yang
sama terkait ototoksisitas, namun obat injeksi tetap dipilih bula
agen injeksi tidak dapat dihindari
- Hindari ethionamide. Ethionamide dapat meningkatkan risiko
nausea dan vomitus terkait dengan kehamilan dan efek teratogenik
telah diamati pada studi observasi hewan.

2. MDR TB pada kelainan Fungsi Ginjal


3. MDR TB dengan HIV
ART bukan alasan untuk memperlambat terapi MDR TB
Jika pasien tidak dalam ART, mulailah terapi bersamaan dengan ART
secepatnya setelah terapi MDR TB ditoleransi
Regimen ART yang dipilih untuk pasien dengan MDR terapu adalah
AZT-3TC-EFZ. Namun apabila pasien telah mendapatkan ART, maka
lanjutkan terapi ART

4. MDR TB dengan kelainan Liver


Secara umum, pasien dengan penyakit kronik liver sebaiknya tidak
menerima pyrazinamide. Obat lainnya dapat digunakan, namun
monitoring ketat enzim hati disarankan. Jika signifikan adanya
kejadian inflamasi liver terjadi, obat yang mungkin bertanggung
jawab harus dihentikan.
Kebanyakan pasien TB mungkin memiliki hepatitis akut yang tidak
berhubungan dengan TB atau terapi anti TB. Pada kasus ini,
pertimbangan klinik diperlukan. Pada beberapa kasus,
memungkinkan untuk menunda terapi anti TB hingga hepatitis akut
membaik. Pada kasus lain bila penting menterapi MDR TB pada
kondisi hepatitis akut, kombinasi empat jenis obat non hepatotoksik
adalah pilihan teraman.

5. MDR TB pada diabetes Melitus


Pasien Diabetes dengan MDR TB adalah berisiko memiliki hasil yang
buruk. Adanya DM akan memberikan potensi efek samping terapi
anti TB terutama gangguan ginjal dan neuropaty perifer. Diabetes
harus dikelola dengan baik selama terapi MDR TB. Terapi Obat Oral
Hipoglikemik bukan kontraindikasi pada pasien selama terapi MDR
TB namun mungkin pasien membutuhkan dosis yang lebih tinggi.
Penggunaan Etionamide atau proteinamide mungkin akan membuat
sulit mengontrol kadar insulin. Level Kreatinin dan Potassium harus
di pantau secara sering setiap minggu pada bulan pertama
kemudian sekurangnya sebulan sekali berikutnya.

Daftar Pustaka
WHO. 2009. Management of MDR TB : A field Guide

Anda mungkin juga menyukai