Anda di halaman 1dari 9

TUGAS HUKUM ACARA PERDATA

PERBEDAAN & PERSAMAAn CLASS ACTION, CITIZEN LAWSUIT, & LEGAL

STANDING

Ifa Syarof Aini

1406553833

HAPER A PARALEL

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS INDONESIA
PERBEDAAN & PERSAMAAN CLASS ACTION, CITIZEN LAW SUIT, & LEGAL

STANDING

1. PERBEDAAN

A. Perbedaan Citizen Law Suit (CLS) dengan Class Action (CA)


a. Citizen Law Suit yang berhak mengajukan gugatan adalah setiap orang atas dasar ia

adalah anggota masyarakat tanpa ada keharusan bahwa orang tersebut merupakan pihak

yang mengalami kerugian secara langsung.


Ada empat karakteristik dalam citizen lawsuit Yaitu:

1. Pertama, penggugat adalah warga negara yang bertindak mengatasnamakan seluruh

atau sebagian Warga Negara Indonesia. Penggugat dalam hal ini cukup membuktikan

bahwa dirinya adalah Warga Negara Indonesia. Penggugat tidak harus merupakan

individu atau kelompok warga negara yang dirugikan secara langsung oleh negara. Oleh

karena itu penggugat tidak harus membuktikan kerugian materil yang telah dideritanya

sebagai dasar gugatan, berbeda dengan gugatan perdata biasa.

2. Kedua, tergugat adalah penyelenggara negara, dari Presiden Republik Indonesia,

menteri dan terus sampai kepada pejabat negara di bidang yang dianggap telah

melakukan kelalaian dalam memenuhi hak warga negaranya.Pihak-pihak selain

penyelenggara negara tidak boleh didicantumkan sebagai tergugat ataupun turut tergugat.

Jika ada pihak lain (individu atau badan hukum) yang ditarik sebagai

tergugat/turut tergugat maka gugatan tersebut bukan citizen lawsuit lagi, ia menjadi

gugatan biasa karena ada unsur warga negara melawan sesama warga negara. Gugatan

tersebut tidak bisa diperiksa dengan mekanisme citizen lawsuit

3. Ketiga, perbuatan melawan hukum yang digugat adalah kelalaian penyelenggara

negara dalam pemenuhan hak-hak warga negara. Dalam gugatan harus jelas diuraikan

bentuk kelalaian negara sehingga hak warga negara menjadi tidak terpenuhi. Hak warga

negara yang gagal dipenuhi oleh negara juga harus dijelaskan.


4. Keempat, surat gugatan mekanisme ini ditandai oleh beberapa karekteristik khas yaitu:

Tuntutan (petitum) dalam gugatan ini harus berisi permohonan agar negara mengeluarkan

suatu kebijakan yang mengatur umum (regeling ) agar perbuatan melawan hukum berupa

kelalaian negara dalam pemenuhan hak warganya tersebut di masa yang akan datang

tidak terjadi lagi. Petitum tidak boleh berisi permohonan ganti rugi materil atau

permohonan untuk membayar sejumlah uang.Karena warga negara yang menggugat

bukan yang dirugikan secara materil maka penggugat tidak berhak meminta ganti rugi

langsung. Ia juga tidak boleh berisi permohonan agar hakim memerintahkan pemutusan

atau pelaksanaan hubungan hukum perdata antar warga negara. Ini juga membedakan

b. Class Action tidak setiap orang berhak mengajukannya melainkan hanya salah satu/

beberapa orang yang merupakan anggota dari sekelompok orang yang ikut mengalami

kerugian secara langsung.

B. Perbedaan Class Action dengan Legal standing

Perbedaan yang prinsipil antara gugatan perwakilan (class actions) dengan hak gugat

organisasi (legal standing) antara lain:

a. Dalam gugatan perwakilan (class actions).

1) seluruh anggota kelas (class representatives dan class members) sama-sama langsung

mengalami atau menderita suatu kerugian.


2) tuntutannya dapat berupa ganti kerugian berupa uang (monetary damage) dan/atau

tuntutan pencegahan (remedy) atau tuntutan berupa perintah pengadilan untuk melakukan

atau tidak melakukan sesuatu (injunction) yang sifatnya deklaratif.

b. Sedangkan dalam hak gugatan organisasi (legal standing).

1) organisasi tersebut tidak mengalami kerugian langsung, kerugian dalam konteks

gugatan organisasi (legal standing) lebih dilandasi suatu pengertian kerugian yang

bersifat publik.

2) tuntutan organisasi (legal standing) tidak dapat berupa ganti kerugian berupa uang,

kecuali ganti kerugian yang telah dikeluarkan organisasi untuk penanggulangannya objek

yang dipermasalahkannya dan tuntutannya hanya berupa permintaan pemulihan (remedy)

atau tuntutan berupa perintah pengadilan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu

(injunction) yang bersifat deklaratif.

Class Action diajukan masyarakat melalui prosedur perdata yang diwakilkan oleh

satu atau sejumlah orang yang bertindak sebagai pihak penggugat.Hal ini sesuai dengan

unsur-unsur penggugat pada gugatan class action itu sendiri yaitu Wakil Kelompok (Class

Represntatif) dan Anggota Kelompok (Class Members). Class Representatif diartikan

sebagai satu orang atau lebih yang menderita kerugian yang mengajukan gugatan

sekaligus mewakili kelompok orang yang lebih banyak jumlahnya.Untuk menjadi wakil

kelompok tidak disyaratkan adanya suatu surat kuasa khusus dari anggota kelompok.Saat

gugatan class action diajukan ke pengadilan maka kedudukan dari wakil kelompok

sebagai penggugat aktif.Class Members diartikan sebagai sekelompok orang dalam


jumlah yang banyak yang menderita kerugian yang kepentingannya diwakili oleh wakil

kelompok di pengadilan.Apabila class action diajukan ke pengadilan maka kedudukan

dari anggota kelompok adalah penggugat pasif.

Legal Standing dilakukan oleh Organisasi Lingkungan Hidup sebagai perwakilan

penggugat,namun tidak semua organisasi lingkungan dapat mengajukan

gugatan,melainkan harus memenuhi persyaratan,yaitu :

1. Berbentuk Badan Hukum atau Yayasan;


2. Menegaskan didalam Anggaran Dasar nya bahwa organisasi tersebut

didirikan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup; dan

3. Telah melaksanakan kegiatan nyata sesuai dengan Anggaran Dasarnya paling singkat 2

(dua) tahun.

Kedua hal tersebut (penggugat) adalah dasar pembeda yang paling kentara pada gugatan

class action dan legal standing,walaupun keduanya adalah sama-sama bentuk pengajuan

gugatan perdata yang dilakukan secara perwakilan kelompok (E.Sundari,2002:149)

2. PERSAMAAN

Persamaan antara Class Action dengan Citizen Law Suit Sama-sama merupakan

pengajuan gugatan yang melibatkan kepentingan sejumlah besar orang secara perwakilan oleh

seorang/ lebih. Selanjutnya mengenai class action dan legal standing bahwa substansi utama

yang mewadahi gugatan perwakilan baik itu berupa class action maupun secara legal standing

adalah keduanya berada pada ranah hukum perdata dan merupakan bentuk pengajuan gugatan
dalam bentuk perwakilan.Hal ini sesuai dengan Undang-undang no 32 tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dimana pada bagian ke tiga mengatur tentang

Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Melalui Peradilan dan kemudian dijabarkan lewat

pasal 87 sampai denganpasal 92.

3. CONTOH KASUS
- Contoh Kasus Legal Standing :
Gugatan Perbuatan Melawan Hukum Kasus Lumpur Panas Sidoarjo. Gugatan ini

menggunakan mekanisme Legal Standing Organisasi, dimana Penggugat sebagai

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berdasarkan Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangganya memperjuangkan Hak Asasi Manusia dan mempunyai

hak untuk melakukan gugatan yang berkaitan derngan apa yang selama ini

diperjuangkan. Penggugat juga merupakan bagian dari komponen masyarakat sipil di

negara Indonesia. Sementara itu Tergugat I, II, dan III adalah bagian dari

pemerintahan yang mempunyai tanggung jawab untuk menegakkan dan memenuhi

hak asasi manusia pada umumnya, dan warga Sidoarjo korban semburan lumpur

panas yang mengalamai pelanggaran hak terutama Hak Asasi di bidang Ekonomi,

Sosial, Budaya (EKOSOB). Terlanggarnya hak-hak korban, telah menimbulkan

peristiwa hukum berupa Perbuatan Melawan Hukum.Untuk itulah Penggugat

mengajukan gugatan Perbuatan Melawan Hukum.

- Contoh Kasus Class Action


Terdapat salah satu kasus dimana pelopor gugatan class action di Indonesia adalah

pengacara R.O. Tambunan. Pengacara yang kini tercatat sebagai Ketua Tim Pembela

Demokrasi Indonesia (TPDI) itu melakukan upaya hukum yang lain daripada yang

lain tersebut pada pertengahan 1980-an. Yang ia ajukan ke meja hijau adalah
produsen rokok Bentoel. Ia memperkarakan perusahaan rokok asal Malang tersebut

lantaran memproduksi rokok Bentoel Remaja. Tambunan menilai produk yang

menggunakan sekelompok remaja sebagai iklannya itu sangat merusak generasi muda

di Indonesia. Sayang, terobosan hukum R.O. Tambunan akhirnya mentok. Majelis

hakim menolak gugatan tersebut. Alasannya, pengacara kondang itu tak memiliki

surat kuasa khusus untuk mengajukan gugatan. Singkat kata, Tambunan yang

mengklaim mewakili remaja seluruh Indonesia itu tak punya kepentingan langsung

dan sama sekali tak menderita kerugian. Kendati begitu, toh langkah Tambunan tak

terlalu sia-sia. Belakangan, Bentoel akhirnya menarik produk bermasalah itu dari

peredaran. Kecuali mendaftarkan gugatan di Pengadilan Negeri (PN) dan Pengadilan

Tata Usaha Negara (PTUN), ada pula perkara yang diajukan langsung ke Mahkamah

Agung (MA). Kasus itu tak lain adalah gugatan kelompok pembaca majalah Tempo

tiga tahun silam. Sekitar 1.000 pembaca menggugat dengan alasan kehilangan hak

akan informasi. Mereka menilai Peraturan Menteri Penerangan (Permenpen) No.

1/1984 yang menjadi landasan SK Menteri Penerangan untuk memberangus Tempo

bertentangan dengan Undang-Undang Pokok Pers. Maka itu, mereka menuntut MA

sebagai lembaga peradilan tertinggi melakukan hak uji material ( judicial review)

terhadap Permenpen tadi.


DAFTAR PUSTAKA
1. PERMA No. 1 Tahun 2002 tentang Acara Gugatan Perwakilan Kelompok,
2. http://www.gresnews.com/berita/tips/8059-ciri-gugatan-class-action/0/
3. http://dokumen.tips/documents/makalah-class-action.html
4. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.

5. Emerson Yuntho,2005.Class Action sebuah pengantar.

6. Http://antikorupsi.org .Panduan tentang Class Action dan Legal Standing.

7. http://ejournal.usu.ac.id

8. Hukum Acara Perdata P r o f . D r . S u d i k n o M e r t o k u s u m o , S . H .

9. bem.law.ui.ac.id/fhuiguide/.../haper_class-action.ppt

10. http://www.slideshare.net/yunzz/class-action-legal-standing-citizen-lawsuit

Anda mungkin juga menyukai