Anda di halaman 1dari 12

Bagian I

Sistem Basis data Terdistribusi


a. Pengantar.
File processing/pemrosesan file menggunakan prinsip setiap aplikasi memiliki data
tersendiri. Hal ini mempengaruhi efesiensi dan efekifitas sehingga muncul konsep data base
system /system basis data. Konsep ini mendasarkan pada prinsip bahwa data dibuat, disediakan
dan dikelola secara terpusat/sentral. Konsep ini mengakibatkan program aplikasi tidak lagi
tergantung pada perubahan data baik secara logic maupun fisik dan juga sebaliknya, yang disebut
dengan data independence.
Untuk menjelaskan perbedaan file processing dengan database system, dapat dilihat
pada gambar 1 dn 2 dibawah ini :

Pada perkembangan system database; data yang tersimpan semakin besar, pemrosesan
semakin kompleks, data dapat diakses dengan menggunakan teknologi sehingga muncul system
database terdistribusi.

b. Distributed data processing / pemrosesan data terdistribusi.


Merupakan sekumpulan peralatan pemrosesan yang saling terhubung melalui jaringan
yang mengerjakan tugas-tugas tertentu.
Pemrosesan terdistribusi dapat dikelompokan berdasarkan beberapa kriteria yaitu :
1. Degree Coupling / Tingkat hubungan : tinggi atau rendah ?
Jumlah data yang saling digunakan dibandingkan dengan jumlah pemrosesan lokal.
2. Struktur antar hubungan : kuat atau lemah ?
Jika komponen dapat di share dikatakan kuat
3. Kesaling tergantungan komponen-komponen.
Kuat atau lemah dalam mengekseskusi proses.
4. Keselarasan antar komponen.

1
Pemrosesan terdistribusi berkembang karena kebutuhan untuk dapat memecahkan
masalah besar dan kompleks dengan menggunakan berbagai macam aturan divide and conquer.
Alasan lain yang mendasar adalah struktur organisasi yang berubah menjadi terdistribusi..
Karena perkembangan pemrosesan terdistribusi inilah maka kemudian berkembang
distributed database system.

c. Distributed database system / system database terdistribusi


Merupakan sekumpulan database yang saling terhubung secara logical dan secara fisik
terdistribusi pada berbagai tempat melalui jaringan computer.
Sistem yang mengelola database terdistribusi dan menyediakan mekanisme agar
distribusi transparent adalah distributed database management system (DDBMS).
Berikut ini adalah ciri-ciri untuk system yang bukan merupakan system database
terdistribusi :
1. Sistem yang berisi kumpulan file
2. Berbagai arsitektur fisik berkait dengan system multiprocessor dibawah ini :
Shared memory multiprocessor

Shared disc multiprocessor

2
Shared nothing multiprocessor system

3. Database terpusat pada jaringan

d. Sistem Database terdistribusi

3
d.1 Beberapa ciri system database terdistribusi adalah :
1. Data disimpan pada sejumlah tempat. Setiap tempat secara logic terdiri dari processor
tunggal.
2. Processor pada tempat yang berbeda tersebut dihubungkan dengan jaringan computer.
3. Bukan sekumpulan file yang berada pada berbagai tempat tetapi merupakan database
pada berbagai tempat.
4. Setiap tempat mempunyai kemampuan untuk mandiri memproses permintaan user
yang membutuhkan akses kedata ditempat tersebut, dan juga mampu untuk memproses
data yang tersimpan di tempat lain.

d.2 Keuntungan sistem database terdistribusi adalah :


1. Pengelolaan secara transparan data terdistribusi dan replicated.
a. Mengurangi ketergantungan data
b. Transparansi jaringan
c. Transparansi replikasi
d. Transparansi fragmentasi
2. Mengacu pada struktur organisasi
3. Meningkatkan kemampuan untuk share dan otonomi local
4. Meningkatkan ketersediaan data
5. Meningkatkan kehandalan
6. Meningkatkan unjuk kerja
7. Memudahkan pengembangan system

d.3 Kelemahan system database terdistribusi adalah :


1. Kompleksitas manajemen
2. Control integritas lebih sulit
3. Biaya pengembangan
4. Keamanan
5. Kurang standarisasi
6. Menambahkan kebutuhan penyimpanan
7. Lebih sulit dalam mengatur lingkungan data
8. Menambah biaya pelatihan.

4
Bagian II
Jaringan Komputer

a. Konsep Jaringan dam Hubungannya Dengan Sistem DatabaseTerdistribusi


Untuk dapat saling berhubungan antar site pada sistem database terdistribusi diperlukan
jaringan komunikasi komputer. Jaringan komputer adalah interkoneksi antara sejumlah komputer
autonomous yang dapat saling bertukar informasi antara komputer yang terhubung. Bentuk
komputer yang saling terhubung biasanya disebut dengan Node, host atau site. Bentuk hubungan
antar komputer tidak hanya melalui kawat tembaga saja, tetapi dapat melalui serat optic,
gelombang mikro dan satelit komunikasi.
Komponen pokok dalam jaringan komputer adalah hardware yang digunakan untuk saling
berkomunikasi.
Distributed Database Management System (DDBMS) dibangun pada top of network,
sedemikian rupa sehingga jaringan tidak nampak pada user. User tidak perlu tahu kerumitan
pengelolaan jaringan, semuanya sudah dilakukan secara otomatik oleh sistem.
Konsep komunikasi merupakan perpindahan informasi berbantuan sistem transmisi listrik
via lebih dari 1 jaringan data yang tergantung pada protokol. Komunikasi data diperlukan karena
adanya pengiriman dan penerimaan data atau saling tukar infromasi jarak jauh.

b. Tipe Jaringan
Terdapat 3 kriteria untuk klasifikasi jaringan komputer, yaitu :
1. Topologi Jaringan : berdasarkan struktur interkoneksi dari komputer
2. Model transmisian
3. Scale : berdasarkan pada distribusi secara geografis

b.1 Topologi
- Struktur fisik setiap elemen jaringan dapat saling berhubungan.
- Arsitekstur topologi dasar :
1. Bus, yang hanya memiliki satun jalur transmisi muara elemen jaringan, terbuka
keduabelah ujung.
2. Ring, yang memiliki hanya satu jalur transmisi lingkaran tertutup.
3. Star, yang memiliki central node dan dengan dasar point to point link elemen-elemen
jaringan tersambung, sehingga transmisi dapat dilakukan secara simultan.
4. Hub/tree, variasi bus dan ring

5
b.2 Model transmisi
Terdapat 2 jenis transmisi yaitu :
1. Jaringan broadcast (Multi point)
Memiliki saluran komunikasi tunggal yang dipakai bersama oleh semua mesin. Pesan
berukuran kecil biasanya disebut dengan paket. Setiap paket memiliki alamat yang akan
digunakan untuk men cek pada saat paket tersebut diterima oleh mesin penerima (tujuan).

2. Jaringan point to point (Unicast point)


Terdiri dari beberapa hubungan pasangan individu dari mesin. Untuk mengirim paket dari
sumber ketempat tujuan, sebuah paket mungkin harus melalui satu atau lebih mesin-mesin
perantara.

b.3 Scale (LAN, WAN, MAN)


LAN apabila distribusi pada letak geografis jarak pendek (short) pada site yang sama, sedang
WAN untuk jarak jauh (long). MAN adalah bentuk spesial dari WAN yang umumnya meng-
cover kota atau daerah pinggir kota.

6
Tabel 1. Klasifikasi prosesor terinterkoneksi berdasarkan jarak
Jarak antar prosesor Prosesor ditempat yang sama Contoh
0.1 m Papan rangkaian Data flow machine
1m Sistem Multicomputer
10 m Ruangan LAN (Local Area Network)
100 m Gedung LAN
1 km Kampus LAN
10 km Kota MAN (Metropolitan Area Network)
100 km Negara WAN (Wide Area Network)
1000 km Benua WAN
10000 km Dunia Internet

7
Bagian III
Desain Sistem Database Terdistribusi (SBDT)

Hal yang penting dperhatikan dalam system terdistribusi adalah menentukan penempatan
data dan program pada jaringan computer. Menentukan desain suatu organisasi dapat dipandang
3 dimensi, yaitu :

1. Tingkat Sharing, terdiri dari :


Tidak ada sharing : apilikasi dan data dijalankan dari setiap lokasi dan tidak ada
komunikasi dengan program atau akses ke data ke lokasi lain.
Shaing data : semua program disalin/replica disemua lokasi, tetapi data tidak
disalin. Permintaan data dari user diolah oleh komputer dimana user mengakses dan file
data akan dikirimkan melalui jaringan.
Sharing data dan program : user dari suatu lokasi dapat meminta layanan baik
program maupun data dari lokasi lain dan juga sebaliknya.

2. Jenis Pola Akses, terdiri data :


Statik. Pola akses tidak berubah dari waktu ke waktu
Dinamik. Pola akses berubah dari waktu ke waktu

3. 3. Tingkat pengetahuan pada jenis pola akses.


Diukur dari berapa banyak desainer memiliki informasi tentang bagaimana user akan megakses
data.
Informasi lengkap : tidak ada penyimpangan yang signifikan dari prediksi tentang
pola akses user.
Informasi sebagian : ada penyimpangan dari prediksi.

a. Pendekatan Desain Terdistribusi


Terdapat 2 strategi desain yang utama untuk membangun SBDT adalah pendekatan top
down dan pendekatan bottom up

1. Pendekatan Bottom Up dilakukan jika sudah ada database yang disebar dibeberapa lokasi.
2. Pendekatan Top Down

Dalam Distribution Design dilakukan desain untuk mendistribusilam relasi ke semua


lokasi dalam sistem terdistribusi. Tetapi kelemahan dalam mendistribusikan sebuah relasi adalah
harus menangani data yang besar, maka relasi dipecah-pecah menjadi sub relasi yang disebut :
Fragmen.
Desain untuk sistem terdistribusi dapat melalui langkah Fragmentasi, penempatan data
atau alokasi dan replikasi.

8
Tujuan Distribusi Data dengan cara Fragmentasi, penempatan data atau alokasi dan replikasi
adalah :

1. Referensi lokalitas.
Data seharusnya diletakan sedekat mungkin dengan lokasi pengaksesan data. Jika fragmen
data digunakan pada beberapa lokasi maka akan lebih menguntungkan jika fragmen disimpan
pada lokasi-lokasi tersebut.

2. Meningkatkan Reliabilitas/kehandalan dan avaibilitas/ketersediaan.


Hal ini dapat dilakukan dengan replikasi, yaitu terdapat salinan data dilokasi lain.

3. Meningkatkan unjuk kerja.


Penemapatan/alokasi yang tidak baik akan menghasilkan kemacetan dalam mengakses data.
Contoh sebuah lokasi ada rush/kebanjiran permintaan data akan mempengaruhi unjuk kerja.

4. Keseimbangan kapasitas penyimpanan dan biaya.


Meskipun harus menjamin ketersediaan data dan mempertimbangkan referensi lokalitas tetapi
harus dipertimbangkan juga kapasitas penyimpanan yang tidak besar sehingga menjamin biaya
penyimpanam lebih murah.

5. Biaya komunikasi minimal.


Harus dipertimbangkan biaya komunikasi antar lokasi penyimpanan. Biaya pengambilan data
minimal jika lokalitas maksimum (fragmen data ada dibanyak lokasi). Tetapi jika terjadi update,
maka harus dilakukan terhadap data disemua lokasi salinan fragmen data, sehingga biaya akan
membengkak.

b. Fragmentasi
Yang akan didistribusikan dalah relasi atau tabel. Alasan mengapa suata tabel difragmentasi
untuk kemudian didistribusikan dalah :
1. Penggunaan.
Dalam realitas, data yang sering digunakan bukanlah data dalam seluruh tabel, tetapi hanya
sebagian data atau sering disebut view.

2. Efesiensi.
Data disimpan dilokasi paling dekat dengan pengguna yang sering mengakses. Sehingga data
yang tidak sering dibutuhkan untuk lokasi tertentu tidak akan disimpan pada lokasi yang
bersangkutan.

3. Paralel.
Karena data yang didistribusikan berupa fragmen data, maka transaksi yang berupa Query
tunggal dapat dipecah menjadi subquery yang dikenalan terhadap fragmen data, sehingga
transaksi dapat dillakukan secara bersamaan (Concurrent)

4. Keamanan.

9
Data yang tidak dibutuhkan oleh aplikasi local tidak akan disimpan dalam lokasi tersebut,
sehingga pengguna yang tidak memiliki hak untuk mengakses tidak akan bisa mengakses
data yang lain.

Kelemahan dari fragmentasi dalah :


1. Menurunnya unjuk kerja.
View yang melibatkan lebih dari satu fragen data pada lokasi yang berbeda akan mengalami
penurunan unjuk kerja.
2. Integritas.
Pengendalian integritas lebih sulit jira atribut yang berperan dalam dependency didistribusikan
kebeberapa lokasi.

Fragmentasi data dapat dibuat secara HORIZONTAL atau VERTICAL atau CAMPURAN.

c. Aturan-aturan kebenaran Fragmentasi


Fragmentasi tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Untuk memastikan bahwa tidak
terdapat perubahan data dalam database selama menjalani proses fragmentasi, proses
fragmentasi harus memenuhi 3 aturan berikut ini :
1. Complteness.
Jika sebuah relasi R dibagi menjadi fragmen-fragmen r 1, r2., ,rn, maka
fragmentasi dikatakan komplit jika dan hanya jika setiap item data yang ditemukan dalam
R dapat juga ditemukan didalam salah satu atau lebih fragmen r i.
Aturan ini diperlukan untuk memastikan bahwa tidak ada data yang hilang selama
proses fragmentasi
2. Reconstruction
Jika sebuah relasi R dibagi menjadi fragmen-fragmen r 1, r2., ,rn maka
fragmentasi dilata rekontruksi jika dan hanya jika R dapat dibentuk kembali dari fragmen-
fragmen ri.
Aturan ini diperlukan untuk memastikan ketergantungan secara fungsi (functional
dependency) terpenuhi.
3. Disjointness
Jika sebuah relasi R dibagi menjadi fragmen-fragmen r 1, r2., ,rn, dan data item dj
berada didalam fragmen ri maka fragmentasi dikatakan disjoint jika dan hanya jika data d j
tidak berada didalam fragmen lain.
Fragmentasi secara vertical memiliki pengecualian untuk aturan ini, karena atribut-
atribut dari primary key harus diulang untuk dapat melakukan rekontruksi.
Aturan ini diperlukan untuk memastikan terjadinya redudansi data seminimal
mungkin.

d. Fragmentasi Horizontal.
Fragmentasi horizontal berisi tuple-tuple yang dipartisi atau dibagi dari sebuah relasi
global R kedalam sejumlah subset r 1, r2., ,rn. Tiap-tiap subset berisikan sejumlah tuple dari R.
Setiap tuple dalam R harus memiliki lebih dari satu fragmen, sehingga relasi yang asli dapat
disusun kembali. Sebuah fragmen dalam fragmentasi horizontal dapat didefinisikan sebagai
sebuah seleksi pada relasi global R. Oleh karena itu sebuah predikat P i digunakan untuk
menyusun fragmen ri didefinisikan dengan operasi selection sebagai berikut : ri = pi(r).

10
Penyusunan kembali dari relasi R dapat diperoleh dengan mengambil gabungan dari seluruh
fragmen : R= r1U r2U r3.U rn.
Ilustrasi dari fragmentasi secara horizontal adalah :

R r1

r2

Relasi R Relasi hasil fragmentasi r1, r2


Contoh :
Diketahui Relasi PROPERTY
PNO STREET AREA CITY PCODE TYPE ROOMS PCODE
PA14 Jl. A Klp2 Depok AB7 House 6 6500
PL94 Jl. M Selatan Bekasi AC8 Flat 4 4000
PG4 Jl. C Margonda Depok AP2 Flat 2 1500
PG12 Jl. B Baru Bogor AB5 House 3 5000
PG36 Jl. I Baru Bogor AC5 Flat 2 3000

Akan dilakukan Fragmen berdasarkan kolom Type.


Predikat TYPE = Flat atau TYPE = House
ri = pi(r)

TP1= type=Flat (Property)


TP2= type=House (Property)

Relasi Hasil fragmentasi adalah :


Relasi : TP1
PNO STREET AREA CITY PCODE TYPE ROOMS PCODE
PL94 Jl. M Selatan Bekasi AC8 Flat 4 4000
PG4 Jl. C Margonda Depok AP2 Flat 2 1500
PG36 Jl. I Baru Bogor AC5 Flat 2 3000

Relasi : TP2
PNO STREET AREA CITY PCODE TYPE ROOMS PCODE
PA14 Jl. A Klp2 Depok AB7 House 6 6500
PG12 Jl. B Baru Bogor AB5 House 3 5000

Cek dengan aturan Fragmentasi :


1. Completeness
Seluruh tuple yang ada pada relasi PROPERTY sudah terdistribusi pada relasi TP1 dan TP2
2. Reconstruction
PROPERTY = TP1 U TP2
3. Disjointness
Tuple yang berada pada relasi PROPERTY hanya ada pada salah satu relasi hasil fragmentasi
antara TP1 atau TP2.

11
e Fragmentasi Vertical.
Dalam fragmentasi vertical, setiap fragmen ri didefinisikan dengan operasi Project sebagai
: ri = ci (R). Penyusunan kembali dari relasi R dapat diperoleh dengan mengambil gabungan dari
seluruh fragmen operasi (natural joint) : R= r1 r2 r3. rn. Relasi hasil fragmentasi berisi
sebagian atribut/kolom dari relasi global dan harus memiliki atribut primary key yang akan
digunakan sebagai tuple-id pada saat rekontruksi. Dalam fragmentasi vertikal tidak harus memiliki
fragmen yang dijoint seperti pada fragmen horizontal.
Ilustrasi dari fragmentasi secara horizontal adalah :

R
r1

r2

r3

Relasi R Relasi hasil fragmentasi r1, r2 r3

Contoh :
Diketahui Relasi PROPERTY
PNO STREET AREA CITY PCODE TYPE ROOMS PCODE
PA14 Jl. A Klp2 Depok AB7 House 6 6500
PL94 Jl. M Selatan Bekasi AC8 Flat 4 4000
PG4 Jl. C Margonda Depok AP2 Flat 2 1500
PG12 Jl. B Baru Bogor AB5 House 3 5000
PG36 Jl. I Baru Bogor AC5 Flat 2 3000

Akan dilakukan fragmentasi secara vertikal terhadap relasi Property.

12

Anda mungkin juga menyukai